Proses Komunikasi
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pengambilan keputusan merupakan suatu hal yang sangat penting
bagi individu maupun organisasi. Mengambil keputusan kadang-kadang mudah tetapi
lebih sering sulit sekali. Kemudahan atau kesulitan mengambil keputusan
tergantung pada banyaknya alternatif yang tersedia. Semakin banyak alternatif
yang tersedia, kita akan semakin sulit dalam mengambil keputusan. Keputusan
yang diambil memiliki tingkat yang berbeda-beda. Ada keputusan yang tidak
terlalu berpengaruh terhadap organisasi, tetapi ada keputusan yang dapat
menentukan kelangsungan hidup organisasi.
1.2
Tujuan Penulisan
Mahasiswa dapat
menciptakan proses keputusan yang baik dalam organisasi.
1.3
Metode Penulisan
Metode penulisan
yang digunakan adalah metode kepustakaan dan metode searching internet. Metode studi pustaka merupakan metode dengan
pencarian materi makalah di buku-buku yang berkaitan dengan materi makalah.
Sedangkan metode searching internet
merupakan metode pencarian data makalah dengan mencari, memilah, dan mengolah
data-data yang ada di internet yang berkaitan dengan materi makalah.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Pengertian Proses Organisasi
Proses Organisasi
adalah segala aktivitas-aktivitas utama yang dilakukan dalam suatu organisasi.
Proses organisasi itu berkaitan dengan interaksi antar anggota di dalam suatu
organisasi dan dapat diartikan sebagai prosedur bagaimana anggota dapat saling
bahu membahu untuk membangun suatu organisasi.
Bagian-bagian
Proses Organisasi :
1.
Proses
Komunikasi, yaitu rangkaian kegiatan sebelum atau pada saat kejadian
itu sedang terjadi. contoh : Koordinasi, rapat, pengumuman dll. Dalam proses
ini, bahwa pentingnya komunikasi dalam sebuat proses organisasi agar tidak ada
kesalahpahaman antar anggota organisasi dalam menjalankan tugasnya
masing-masing.
2.
Hubungan antar
peran, selain komunikasi Hubungan antar suatu anggota dalam organisasi itu
sangat penting terutama untuk membangun proses kerja dari organisasi tersebut.
Dengan adanya hubungan antar peran maka setiap anggota dalam organisasi akan
saling bekerjasama secara optimal dalam menjalankan perannya masing.
3.
Tahap
Pengawasan, dimulai komunikasi dalam tahap perencanaan, pengorganisasian,
koordinasi, penggunaan SDM yang layak, penggunaan anggraran, pengarahan,
pelaksanaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporann sampai pada organisasi
selesai. Apabila proses pengawasan tidak dilaksanakan, maka biasanya
pencapaiannya kurang baik.
4.
Pengawasan/pengendalian,
Dalam sebuah proses diperlukan pengawasan/pengendalian terhadap pihak yang
berwewenang agar suatu proses organisasi dapat berjalan dengan baik, terarah
dan sesuai dengan tujuan.
2.2 Proses Mempengaruhi
Dalam
perusahaan tentu ada sebuah peran dari masing – masing pegawai dalam suatu
perusahaan. Proses peran itu meliputi cara kerjanya untuk perusahaan.
Sebuah perusahaan tidak akan bisa berkembang dengan baik tanpa ada hal atau
sesuatu ysng saling mempengaruhi. Fungsi peran dari masing-masing pegawai akan
sangat menunjang kemajuan perusahaan. Karena dengan adanya peran yang saling
mempengaruhi, perusahaan akan dapat berkomunikasi dengan baik dalam menjalin
etika yang formal.
Dari
sini terlihat bahwa setiap perusahaan dapat mempengaruhi setiap pegawainya
untuk melakukan hal yang terbaik. Dijelaskan bahwa proses mempengaruhi adalah
suatu kegiatan atau keteladanan yang baik secara langsung atau tidak langsung
mengakibatkan suatu perubahan perilaku dan sikap orang lain atau kelompok. Sedangkan
elemen – elemen yang ada dalam proses mempengaruhi adalah :
1.
Orang yang
mempengaruhi (0)
contoh
: manager, direktur, staf ahli, dll
2.
Metode
mempengaruhi (→)
3.
Orang yang
dipengaruhi (p)
contoh
: pegawai
Jadi
proses mempengaruhi : 0 → p
Berdasarkan
data di atas tedapat timbal balik dalam suatu pengaruh untuk mempengaruhi
seseorang. Sedangkan metode untuk mempengaruhi adalah di antaranya :
a.
Kekuatan fisik,
metode ini dilakukan menggunakan fisik, seperti menggunakan tangan dalam
mempengaruhi individu maupun kelompok (berhubungan dengan kekerasan).
b.
Penggunaan
sanksi, metode ini dilakukan dengan memberikan sanksi kepada individu maupun
kelompok, sanksi yang diberikan berupa sanksi positif maupun negatif.
c.
Keahlian, metode
ini dilakukan dengan keahlian, seseorang yang mempengaruhi mempunyai keahlian
dalam mempengaruhi individu maupun kelompok.
d.
Kharisma (daya
tarik), pada metode ini seseorang yang dipengaruhi akan tertarik kepada orang
yang mempengaruhi, karena orang tersebut memiliki kharisma tanpa harus
menggunakan kekuatan fisik, sanksi maupun keahlian.
Daerah
pengaruh mencakup hubungan-hubungan :
a.
Antara perseorangan
Komunikasi Antarpribadi
(interpersonal communication) merupakan komunikasi yang berlangsung dalam
situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi
maupun pada kerumunan orang.
Penyampaian pesan oleh
satu orang dan penerima pesan satu orang atau sekelompok kecil orang dengan
berbagai dampaknya dan peluang untuk memberikan umpan balik segera. Pemikiran
ini diwakili oleh Bittner (1985 : 10) yang menerangkan bahwa Komunikasi
Antarpribadi berlangsung apabila pengirim menyampaikan informasi berupa kata –
kata kepada penerima dengan menggunakan medium suara manusia (human voice).
Sementaa Barnlund
mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai pertemuan antara dua, tiga
orang, atau mungkin empat orang, yang terjadi sangat spontan dan tidak
berstruktur. Barnlund sebagaimana dikutip oleh Alo Liliweri (1991) mengemukakan
beberapa ciri untuk mengenali Komunikasi Antarpribadi, sebagai
berikut :
1)
Bersifat spontan
2)
Tidak mempunyai
struktur
3)
Terjadi secara
kebetulan
4)
Tidak mengejar tujuan
yang telah di rencanakan
5)
Identitas
keanggotaannya tidak jelas
6)
Dapat terjadi
hanya sambil lalu.
b.
Kelompok dengan
seseorang
c.
Seseorang dengan
kelompok
Hubungan
antara Kekuasaan dan Pengaruh :
1.
Analisis
French-Raven
Mereka mendifiniskan kekuasaan berdasarkan pada
pengaruh, dan pengaruh berdasarkan pada perubahan psikologis. Pengaruh adalah
pengendalian yang dilakukan oloeh seseorang dalam organisasi (masyarakat)
terhadap orang lain. Konsep penting atas gagasan ini adalah bahwa kekuasaan
merupakan pengaruh laten (terpendam) sedangkan pengaruh merupakan kekuasaan
dalam kenyataan yang direalisasikan.
French-Raven membagi 5 sumber basis kekuasaan:
a.
Kekuasaan Balas
jasa, kemampuan seseorang pemberi pengarah untuk memberi penghargaan pada orang
lain yang dipengaruhi untuk melaksanakan
perintah, contoh : seorang atasan memberikan perintah kepada bawahannya, jika
bawahannya melaksanakannya maka ia akan mendapatkan sebuah hadiah / bonus.
b.
Kekuasaan
Paksaan, kemampuan orang untuk menghukum orang yang dipengarui kalau tidak
memenuhi perintah atau persyaratan, contoh : seorang atasan memberikan sebuah
perintah kepada bawahannya apabila bawahannya itu tidak bisa melaksanakan
perintah dari atasannya makan ia akan dikenakan sanksi berupa teguran sampai
hukuman.
c.
Kekuasaan Sah, kekuasaan
formal yang diperoleh berdasarkan hukum atau aturan yang timbul dari pengakuan
seseorang yang dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak mengunakan pengaruh
sampai batas tertentu.
d.
Kekuasaan Ahli, pemberi
pengaruh mempunyai keahlian relevan atau pengetahuan khusus yang tidak dimiliki
oleh orang yang dipengaruhi.
e.
Kekuasaan
Panutan, pemberi pengaruh dapat menjadi contoh atau panutan bagi yang
dipengaruhi (karisma keberanian, simpatik, dll).
2.
Analisis Etzioni
Kalau French dan Roven memberlakukan kekuasaan dan
pengaruh sebagai elemen-elemen laten dan aktif proses yang sama, sedang Etzioni
lebih mencurahkan perhatian pada apa yang dilakukan oleh seseorang untuk orang
lain baik suka maupun tidak.
3.
Analisis Nisbel
Nisbel memandang kekuasaan sebagai antitesa
wewenang, dan kekusaan dilain pihak merupakan paksaan atau usaha untuk
mendominasi orang lain agar berperilaku dengan cara-cara tertentu tanpa
mempengaruhi system referensi.
2.3 Proses Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan adalah menentukan suatu jalan keluar dengan berkomunikasi secara
bersama - sama.
Keputusan
terdiri dari :
1.
Keputusan
Strategis, yaitu keputusan yang dibuat oleh manajemen puncak dari suatu
organisasi.
2.
Keputusan Taktis,
keputusan yang diambil oleh manajement menengah.
3.
Keputusan
Operasional, keputusan yang dibuat oleh manajemen bawah.
Pengambilan
keputusan secara universal didefinisikan sebagai pemilihan diantara berbagai
alternative. Pengertian ini mencakup baik pembuatan pilihan maupun pemecahan
masalah.
Langkah-langkah
dalam proses pengambilan keputusan menurut Herbert A. Simon pada
hakekatnya terdiri atas tiga langkah utama, yaitu:
1.
Kegiatan
Intelijen, menyangkut pencarian berbagai kondisi lingkungan yang diperlukan
bagi keputusan.
2.
Kegiatan Desain,
menyangkut pembuatan pengembangan dan penganalisaan berbagai rangkaian kegiatan
yang mungkin dilakukan.
3.
Kegiatan
Pemilihan, pemilihan serangkaian kegiatan tertentu dari alternative yang
tersedia.
Sedangkan
menurut Scott dan Mitchell, proses pengambilan keputusan meliputi:
1.
Proses
pencarian/penemuan tujuan
2.
Formulasi tujuan
3.
Pemilihan
Alternatif
4.
Mengevaluasi
hasil-hasil
Pendekatan
komprehensif lainnya adalah dengan menggunakan analisis sistem, menurut Elbing ada
lima langkah dalam proses pengambilan keputusan:
1.
Identifikasi dan
Diagnosa masalah
2.
Pengumpulan dan
Analisis data yang relevan
3.
Pengembangan dan
Evaluasi alternative
4.
Pemilihan
Alternatif terbaik
5.
Implementasi
keputusan dan Evaluasi terhadap hasil-hasil
Proses
pengambilan keputusan dalam organisasi ialah kumpulan yang terdiri
dari beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama, didalam organisasi rentan
terjadinya selisih pendapat begitu juga keputusan dalam mengambil sikap, dapat
diartikan cara organisasi dalam pengambilan keputusan. Dalam proses pengambilan
keputusan ada beberapa metode yang sering di gunakan oleh para pemimpin, yaitu
:
1.
Kewenangan Tanpa
Diskusi (Authority Rule Without Discussion)
Metode pengambilan keputusan ini seringkali
digunakan oleh para pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode
ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika organisasi
tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan.
Selain itu, metode ini cukup sempurna dapat diterima
kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan
persoalan-persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan
persetujuan para anggotanya.
Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan
ini terlalu sering digunakan, ia akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti
munculnya ketidak percayaan para anggota organisasi terhadap keputusan yang
ditentukan pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam
proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang
lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh
anggota kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.
2.
Pendapat Ahli
(expert opinion)
Kadang-kadang seorang anggota organisasi oleh
anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli (expert), sehingga memungkinkannya
memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan
keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila seorang anggota organisasi yang
dianggap ahli tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya
dalam hal tertentu oleh anggota lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap
ahli tersebut bukanlah masalah yang sederhana, karenasangat sulit menentukan
indikator yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang
berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas terbaik;
untuk membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak
setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam
kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.
3.
Kewenangan
Setelah Diskusi (authority rule after discussion)
Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini
lebih sedikit apabila dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode
authority rule after discussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih
dari satu anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan
demikian, keputusan yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas
dan tanggung jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan
(quickness) dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari
proses diskusi yang terlalu meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota
organisasi sangat diperhatikan dalam proses pembuatan keputusan, namun perilaku
otokratik dari pimpinan, kelompok masih berpengaruh.
Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai
kelemahan, yaitu pada anggota organisasi akan bersaing untukmempengaruhi
pengambil atau pembuat keputusan. Artinya bagaimana para anggota organisasi
yang mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan, berusaha
mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan.
4.
Kesepakatan
(consensus)
Kesepakatan atau konsensus akan terjadi kalau semua
anggota dari suatu organisasi mendukung keputusan yang diambil. Metode
pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan, yakni partisipasi penuh dari
seluruh anggota organisasi akan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang
diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan
tersebut. Selain itu metode konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan
dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun demikian, metodepengambilan keputusan yang
dilakukan melalui kesepakatn ini, tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan.
Yang paling menonjol adalah dibutuhkannya waktu yang relatif lebih banyak dan
lebih lama, sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan
mendesak atau darurat.
Keempat
metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman, tidak ada yang
terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode
lebih unggul dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang
paling efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada
faktor-faktor tertentu, yaitu :
1.
Jumlah waktu
yang ada dan dapat dimanfaatkan
2.
Tingkat
pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok
3.
Kemampuan-kemampuan
yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan pengambilan
keputusan tersebut.
Dari
metode di atas terdapat factor yang sangat berpengaruh dalam pengambilan
keputusan, yaitu :
1.
Kekuatan Mental,
kekuatan mental itu sama seperti prinsip, jadi dalam organisasi harus punya
prinsip.
2.
Sanksi, sanksi
sangat perlu dalam organisasi, agar tidak melakukan kesalahan yang sama baik
itu pemimpin maupun anggotanya.
3.
Keahlian, pemimpin
harus punya kekuatan mental dalam organisasi, jika tidak sama saja seperti
pemimpin yang tidak mempuanyi gelar.
4.
Kharisma, semua
pemimpin harus punya kharisma agar terus menjadi panutan bagi semua orang. Maka
dari itu kharisma merupakan citra baik yang di miliki seseorang agar menjadi
panutan semua orang.
Model-model
pengambilan keputusan :
a.
Model Perilaku
Pengambilan keputusan
1.
Model Ekonomi, yang
dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan orang itu rasional, yaitu
berusaha mendapatkan keuntungan marginal sama dengan biaya marginal atau untuk
memperoleh keuntungan maksimum.
2.
Model Manusia
Administrasi, dikemukan oleh Herbert A. Simon dimana lebih berprinsip orang
tidak menginginkan maksimalisasi tetapi cukup keuntungan yang memuaskan.
3.
Model Manusia
Mobicentrik, dikemukakan oleh Jennings, dimana perubahan merupakan nilai utama
sehingga orang harus selalu bergerak bebas mengambil keputusan.
4.
Model Manusia
Organisasi, dikemukakan oleh W.F. Whyte, model ini lebih mengedepankan sifat
setia dan penuh kerjasama dalam pengambilan keputusan.
5.
Model Pengusaha
Baru, dikemukakan oleh Wright Mills menekankan pada sifat kompetitif
6.
Model Sosial, dikemukakan
oleh Freud Veblen dimana menurutnya orang seringb tidak rasional dalam
mengambil keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai dibawah sadar.
b.
Model
Preskriptif dan Deskriptif
Fisher
mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu:
1.
Model
Preskriptif, pemberian resep perbaikan, model ini menerangkan bagaimana kelompok
seharusnya mengambil keputusan. Model preskriptif berdasarkan pada proses yang
ideal.
2.
Model Deskriptif,
model ini menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan tertentu. Model
deskriptif berdasarkan pada realitas observasi.
Disamping
model-model diatas (model linier) terdapat pula model Spiral dimana satu
anggota mengemukakan konsep dan anggota lain mengadakan reaksi setuju tidak
setuju kemudian dikembangkan lebih lanjut atau dilakukan “revisi” dan
seterusnya.
Teknik-teknik
Pengambilan Keputusan :
a.
Teknik Kreatif
1.
Brainstorming, berusaha
untuk menggali dan mendapatkan kreatifitas maksimum dari kelompok dengan
memberikan kesempatan para anggota untuk melontarkan ide-idenya.
2.
Synectics, didasarkan
pada asumsi bahwa proses kreatif dapat dijabarkan dan diajarkan, dimaksudkan
untuk meningkatkan keluaran (output) kreatif individual dan kelompok.
b.
Teknik
Partisipatif
Individu individu atau kelompok dilibatkan dalam
proses pengambilan keputusan.
c.
Teknik Modern
1.
Teknik Delphi
Delphi adalah satu rangkaian kuesioner.
Kuesioner pertama meminta individu untuk merespon terhadap suatu pertanyaan
luas (Pertanyaan Delphi difokuskan pada masalah, tujuan, solusi, atau
peramalan). Masing-Masing daftar pertanyaan itu dibangun atas tanggapan kepada
daftar pertanyaan yang terdahulu. Proses dihentikan manakala
konsensus telah disetujui oleh para peserta ( Dalkey, 1967), atau manakala
pertukaran informasi telah diperoleh.
Teknik Delphi merupakan latihan dalam kelompok komunikasi antara
panel secara geografis ahli (Adler dan Ziglio, 1996) yang memungkinkan para
ahli teknik sistematis untuk menangani masalah kompleks dengan suatu tugas.
Inti dari teknik ini cukup mudah, yaitu terdiri dari serangkaian kuesioner
dikirim baik lewat mail atau melalui sistem komputerisasi, untuk pra-ahli yang
dipilih grup. Kuesioner ini dirancang untuk mendapat tanggapan dan pengembangan
individu sebagai cara untuk menimbulkan masalah yang nantinya akan diperbaiki
oleh pra-ahli.
Partisipan untuk teknik Delphi tidak saling kenal satu sama lain.
Biasanya secara fisik berjauhan dan tidak saling bertemu. Semua komunikasi
antar partisipan dengan cara kuesioner dan umpan balik dari pemantau seorang
Staf.
2.
Teknik Kelompok
Nominal
Teknik kelompok nominal (selanjutnya dipakai singkatan TKN) adalah
salah satu teknik peran serta dalam pengambilan keputusan yang lebih jarang
dipakai dibanding dengan teknik sumbang saran. Teknik ini dikembangkan oleh
Dellbecq dan Van de Ven pada tahun 1968 (Delbecq, et all., 1975), dimaksudkan
sebagai suatu cara untuk mengumpulkan pandangan dan penilaian perorangan dalam
suasana ketidakpastian dan ketidaksepakatan mengenai inti persoalan suatu
masalah, lalu mencari jalan penyelesaian yang terbaik.
Teknik kelompok nominal adalah proses terstruktur ini mengharuskan
anggota kelompok menulis gagasan/ide secara perseorangan, kemudian
melaporkannya kepada kelompok (Departemen dalam Negeri). Teknik mengurangi
adanya penyesuaian sementara memaksimalkan partisipasi. Bentuk pembuatan
keputusan ini adalah proses mengulangi pernyataan yang meminimisir penyesuaian
(conformity) dan menggerakkan peserta untuk mengambil keputusan yang dapat
mereka dukung.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
penjelasan pada Bab II bahwa sebuah organisasi mempunyai metode, teknik dan
langkah-langkah dalam pengambilan keputusan, maka tujuan dari penulisan makalah
ini tercapai yaitu mahasiswa dapat menciptakan proses keputusan yang baik dalam
organisasi. Tujuan ini terealisasikan ketika mahasiswa dapat mengkolaborasikan
berbagai metode dan teknik sesuai dengan masalah yang terjadi pada sebuah
organisasi dengan prosedur yang benar, sehingga pengambilan keputusan yang
diambil dapat berakibat baik dan positif bagi organisasi tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Ratih. Proses Organisasi. 2012 < http://honeyzharratih.blogspot.com/2012/01/proses-organisasi.html
> [diakses 5 Maret 2013]
Desriyanti,
Emelia. Proses Mempengaruhi. 2012
< http://emeliadesriyanti.blogspot.com/2012/05/51-proses-mempengaruhi.html
> [diakses 6 Maret 2013]
Kompasiana.
Komunikasi Antar Pribadi. 2012 < http://bahasa.kompasiana.com/2012/08/31/komunikasi-antar-pribadi-483316.html
> [daiakses 6 Maret 2013]
Alfian,.
Mizan. Proses Mempengaruhi dan
Pengambilan Keputusan dalam Organisasi. 2012 < http://mizan92.wordpress.com/2012/01/12/proses-mempengaruhi-dan-pengambilan-keputusan-dalam-organisasi/
> [diakses 6 Maret 2012]
Elvani,
Lira. Perbedaan Kekuasaan dan Wewenang.
2012 < http://liracievan.blogspot.com/2012/03/perbedaan-kekuasaan-dan-wewenang.html
> [diakses 6 Maret 2013]
S.,
Ryan Taufik. Proses Organisasi. 2009
< http://ryansikado.blogspot.com/2009_12_01_archive.html
> [diakses 6 Maret 2013]
Ramadhan,
Fachru. Proses Pengambilan Keputusan.
2012 < http://fachruramadhan.blogspot.com/2012/10/proses-pengambilan-keputusan.html
> [diakses 6 Maret 2013]
Syafrudin.
Teknik Delphi. 2010 < http://teomokole.blogspot.com/2010/10/teknik-delphi-dalam-penelitian.html
> [diakses 19 Maret 2013]
Irfani,
Rachmatika. Teknik Pengambilan Keputusan.
2012 < http://skyknowledge.wordpress.com/2012/04/10/teknik-pengambilan-keputusan/
> [diakses 19 Maret 2013]
0 Response to "Proses Komunikasi"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)