Makalah Komunikasi Interpersonal


BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia berinteraksi dengan sesamanya. Oleh karena itu, manusia tidak dapat menghindari dari suatu tindakan yang disebut komunikasi. Disadari atau tidak, komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. 

Di sisi lain, untuk menjalin rasa kemanusiaan yang akrab, diperlukan saling pengertian diantara sesama anggota masyarakat. Dalam hal ini komunikasi memainkan peranan penting, apalagi bagi manusia modern. Manusia modern adalah manusia yang cara berpikirnya berdasarkan logika dan rasional atau penalaran dalam menjalankan segala aktivitasnya. Keseluruhan aktivitas itu akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi antar pribadi.

Komunikasi merupakan suatu proses dua arah yang menghasilkan pertukaran informasi dan pengertian antara masing-masing individu yang terlibat. Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antar manusia. Komunikasi merupakan kebutuhan hakiki dalam kehidupan manusia untuk saling tukar menukar informasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia baik yang dilakukan secara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak akan mungkin terjadi. Manusia memerlukan kehidupan sosial, yaitu kehidupan bermasyarakat. Sebagian besar interaksi manusia berlangsung dalam situasi komunikasi interpersonal (komunikasi antar pribadi).

Komunikasi antar pribadi sangat penting dilakukan untuk mendukung kelancaran komunikasi dalam organisasi. Sistem komunikasi serta hubungan antar pribadi yang baik akan meminimalisir kesenjangan antara berbagai pihak dalam organisasi dan meminimalisir rasa saling tidak percaya serta kecurigaan di lingkungan kerja. Komunikasi yang baik merupakan mediator dalam proses kerjasama dan transformasi informasi dalam mendukung kemajuan organisasi. Komunikasi yang baik senantiasa menimbulkan iklim keterbukaan, demokratis, rasa tanggung jawab, kebersamaan dan rasa memiliki organisasi.

Mampu melakukan interaksi merupakan anugerah yang tidak ternilai harganya yang dimiliki setiap manusia, meski dalam kenyataanya banyak kendala yang akan dihadapi tiap-tiap individu dalam melakukan interaksi melalui komunikasi. Proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka, sehingga memungkinkan pesertanya dapat menangkap reaksi yang ditimbulkan. Hal ini yang sering menjadi permasalahan saat dua individu atau lebih yang memiliki kepribadian dan karakter berbeda saling melakukan interaksi, terkadang ada hal-hal yang ditimbulkan dan menjadikan situasi menjadi tidak nyaman.

Setiap individu memiliki cara berfikir yang berbeda, terutama dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Ada yang bersikap santai, ada yang bersikap cuek seperti tidak memiliki masalah, bahkan ada yang mensikapi sesuatu dengan emosi. Hal ini di pengaruhi karena masing-masing individu memiliki karakteristik yang berbeda, cara berkomunikasi yang berbeda, dan terkadang semua itu menjadi masalah dalam kehidupan sehari hari. Hal ini sering menjadi penghambat dalam menciptakan komunikasi yang efektif, sikap emosional yang berlebihan bagi masing-masing individu saat menghadapi situasi tertentu dapat memperburuk proses komunikasi. Suatu ketika terdapat sedikit masalah yang sebenarnya sepele, dan mestinya bisa diselesaikan dengan baik. Akan tetapi jika disikapi dengan emosional, maka hal itu akan menjadi bumerang dan akan memperkuat ego dari individu tersebut yang akan berdampak pada terhambatnya proses komunikasi yang efektif.

B.        Rumusan Masalah
1.     Apa yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal ?
2.     Apa sajakah tujuan dari komunikasi interpersonal?
3.     Bagaimana model-model komunikasi interpersonal?
4.     Bagaiman caranya melakukan komunikasi interpersonal yang efektif?

C.        Tujuan Penulisan
1.     Mengetahui pengertian dari komunikasi interpersonal
2.     Memahami tujuan komunikasi interpersonal
3.     Menjelaskan model-model komunikasi interpersonal
4.     Mengetahui cara melakukan komunikasi interpersonal yang efektif

D.        Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep Interpersonal Employee Relation mengenai Komunikasi Interpersonal. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1.      Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan
       khususnya tentang konsep Interpersonal Employee Relation.
2.      Pembaca,  sebagai  media  informasi  tentang  konsep  Interpersonal 
       Employee Relation mengenai Komunikasi Interpersonal.

E.        Metode Penulisan
          Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui media pustaka dalam penyusunan makalah ini dan ditambah referensi dari media internet. Dengan meyebutkan berbagai sumber untuk penulisan makalah ini, selain itu juga penulis menggunakan metode kepustakaan untuk mendapatkan data yang mendukung makalah ini.

BAB II
LANDASAN TEORI

A.      Pengertian Komunikasi Interpersonal
          Kamus Psikologi (Rakhmat, 2001) mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian energi, gelombang suara dan tanda di antara tempat sebagai proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tidak langsung melalui media dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku. Kata komunikasi ini sendiri berasal dari bahasa Latin “communicatio” yang berarti “pergaulan”, “persatuan”, “peran serta”, dan “kerjasama”. Kata komunikasi bersumber dari istilah “communis” yang berarti “sama makna”.[1]

          Komunikasi sebagai suatu proses pengiriman dan penyampaian pesan baik berupa verbal (kata-kata) maupun non verbal (gerakan) oleh seseorang kepada orang lain untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media. Komunikasi yang baik harus disertai dengan adanya jalinan pengertian antara kedua belah pihak (pengirim dan penerima), sehingga yang dikomunikasikan dapat dimengerti dan dilaksanakan.

          Secara konstektual, komunikasi interpersonal digambarkan sebagai suatu komunikasi antara dua individu atau sedikit individu, yang mana saling berinteraksi, saling memberikan umpan balik satu sama lain. Namun, memberikan definisi konstektual saja tidak cukup untuk menggambarkan komunikasi interpersonal karena setiap interaksi antara satu individu dengan individu lain berbeda-beda.

          Arni Muhammad menyatakan bahwa “komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya”.[2]

          Menurut Mulyana, “komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya”.[3]

          Effendi mengemukakan, komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikankomunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga.[4]

                   Komunikasi interpersonal menurut Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book” adalah “The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback”.[5] Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.

                   Menurut M. Ghojali Bagus A.P, S.Psi. dalam Buku Ajar Psikologi Komunikasi, komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun dengan media.[6]

                   Miller dan Steinberg, Komunikasi interpersonal adalah Communication That occurs within interpersonal relationship.[7] Komunikasi terjadi dalam hubungan interpersonal yang maksudnya adalah proses komunikasi yang terjadi saat melakukan hubungan interpersonal yaitu hubungan antara dua orang atau lebih dalam menyampaikan pesan, ide, gagasan, cerita, dan sebagainya yang tujuannya melakukan komunikasi atau percakapan yang efektif.

                   Dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses penyampaian informasi, pikiran dan sikap tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi pergantian pesan baik sebagai komunikan maupun komunikator dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian, mengenai masalah yang akan dibicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku.

          Dari pengertian komunikasi interpersonal yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa komponen yang harus ada dalam komunikasi interpersonal. Menurut Suranto A.W, komponen-komponen komunikasi interpersonal yaitu:[8]

1) Sumber / komunikator
              Merupakan orang yang mempunyai kebutuhan untuk         berkomunikasi, yakni keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri,          baik yang bersifat emosional maupun informasional dengan orang lain. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan untuk memperoleh pengakuan     sosial sampai pada keinginan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah     laku orang lain. Dalam konteks komunikasi interpersonal komunikator   adalah individu yang menciptakan, memformulasikan, dan               menyampaikan pesan.
2) Encoding
              Encoding adalah suatu aktifitas internal pada komunikator dalam             menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan non          verbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta    disesuaikan dengan karakteristik komunikan.
          3) Pesan
              Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik         verbal maupun non verbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili            keadaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain.   Dalam aktivitas komunikasi, pesan merupakan unsur yang sangat               penting. Pesan itulah disampaikan oleh komunikator untuk diterima dan            diinterpretasi oleh komunikan.
          4) Saluran
              Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima    atau yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum. Dalam             konteks komunikasi interpersonal, penggunaan saluran atau media             semata-mata karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan      komunikasi secara tatap muka.
5) Penerima/ komunikan
              Adalah seseorang yang menerima, memahami, dan menginterpretasi      pesan. Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima bersifat aktif,        selain menerima pesan melakukan pula proses interpretasi dan        memberikan umpan balik. Berdasarkan umpan balik dari komunikan         inilah seorang komunikator akan dapat mengetahui keefektifan     komunikasi yang telah dilakukan, apakah makna pesan dapat dipahami       secara bersama oleh kedua belah pihak yakni komunikator dan               komunikan.
          6) Decoding
              Decoding merupakan kegiatan lain secara umum. Pentafsiran si penerima        pesan (komunikan) ketika mendapatkan pesan dari (komunikator).
          7) Respon
              Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai           sebuah tanggapan terhadap pesan. Respon dapat bersifat positif, netral,     maupun negatif. Respon positif apabila sesuai dengan yang dikehendaki          komunikator. Netral berarti respon itu tidak menerima ataupun menolak    keinginan komunikator. Dikatakan respon negatif apabila tanggapan         yang diberikan bertentangan dengan yang diinginkan oleh komunikator.
          8) Gangguan (noise)
              Gangguan atau noise atau barier beraneka ragam, untuk itu harus           didefinisikan dan dianalisis. Noise dapat terjadi di dalam komponen-      komponen manapun dari sistem komunikasi. Noise merupakan apa saja            yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat fisik dan psikis.
          9) Konteks komunikasi
              Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak ada             tiga dimensi yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada           lingkungan konkrit dan nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti       ruangan, halaman dan jalanan. Konteks waktu menunjuk pada waktu               kapan komunikasi tersebut dilaksanakan, misalnya: pagi, siang, sore,     malam. Konteks nilai, meliputi nilai sosial dan budaya yang     mempengaruhi suasana komunikasi, seperti: adat istiadat, situasi rumah,           norma pergaulan, etika, tata krama, dan sebagainya.

          Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Orang yang saling berkomunikasi tersebut adalah sumber dan penerima. Sumber melakukan encoding untuk menciptakan dan memformulasikan menggunakan saluran. Penerima melakukan decoding untuk memahami pesan, dan selanjutnya menyampaikan respon atau umpan balik. Tidak dapat dihindarkan bahwa proses komunikasi senantiasa terkait dengan konteks tertentu, misalnya konteks waktu. Hambatan dapat terjadi pada sumber, encoding, pesan, saluran, decoding, maupun pada diri penerima. Prosesnya adalah sebagai berikut : Terdapat seorang komunikator yang ingin menyampaikan pesannya (message). Pesan tersebut diekspresikan (encoded) melalui berbagai lambang dalam bahasa. Bahasa tersebut mungkin berupa simbol kata-kata, simbol-simbol matematik, diagram, sentuhan dan seterusnya. Pesan disampaikan melalui perantaraan. Berbagai media komunikasi digunakan dalam organisasi meliputi: percakapan tatap muka, percakapan telepon, memo-memo tertulis, sistem alamat umum, serta banyak media lainnya. Terdapat satu atau lebih penerima pesan (recipients). Bilamana seorang penerima menerima pesan, maka pesannya ditafsirkan (decoded).
  
B.      Tujuan Komunikasi Interpersonal
          Arni Muhammad menyatakan bahwa komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan, yaitu :[9]
1.    Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
2.     Menemukan Dunia Luar
             Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami     lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi             dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari          komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang            datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan       dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal.


3.     Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
             Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan          memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita      pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk          membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
4.    Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
             Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah    laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet      yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca          buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar          atau salah. Kita banyak menggunakan waktu waktu terlibat dalam   posisi interpersonal.
5.    Untuk Bermain Dan Kesenangan
             Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama    adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga,      menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah              merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan        keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks         dari semua keseriusan di lingkungan kita.

6.    Untuk Membantu
             Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan        komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk   mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang     lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi              dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan           mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain          sebagainya.
          Dapat disimpulkan bahwa ketika melakukan komunikasi interpersonal, setiap individu dapat mempunyai tujuan yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
          Komunikasi interpersonal yaitu kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi ini terbagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Komunikasi diadik (Dyadic communication)
          Komunikasi diadik adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang.          Misalkan, anda berkomunikasi dengan seseorang yang anda temui di jalan. atau sedang menelpon seseorang yang lokasinya jauh dari       saudara.
b.Komunikasi triadik (Triadic communication)
          Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelaku           komunikasinya terdiri dari tiga orang, yaitu seorang komunikator dan   dua orang komunikan.
          Apabila dibandingkan dengan komunikasi triadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan sepenuhnya, sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan sepenuhnya, juga umpan balik yang berlangsung, kedua faktor yang sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.
          Komunikasi interpersonal memiliki beberapa ciri, yaitu : arus pesan dua arah, suasana nonformal, umpan balik segera, peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat, dan peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan serta spontan, baik verbal maupun non verbal.
          Fungsi Komunikasi interpersonal adalah untuk mendapatkan respon/ umpan balik. Hal ini sebagai salah satu tanda efektivitas proses komunikasi. Bayangkan bagaimana kalau tidak ada umpan balik, saat kalian berkomunikasi dengan orang lain. Bagaimana kalau kalian sms ke orang lain tetapi tidak dibalas?. Selanjutnya, untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon/ umpan balik. Contohnya, setelah apa yang akan kita lakukan, dan setelah mengetahui lawan bicara kita kurang nyaman diajak berbincang.
          Tipe komunikasi interpersonal, yang pertama adalah komunikasi dua orang (mencakup segala jenis hubungan antarpribadi, antara satu orang dengan orang lain, mulai dari hubungan yang paling singkat (kontak) biasa, sampai hubungan yang bertahan lama dan mendalam). Kedua, yaitu wawancara merupakan salah satu tipe komunikasi interpersonal dimana dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab seperti saat orang melamar pekerjaan. Seorang HRD mewawancari karyawan yang sedang melamar kerja. Dan yang ketiga, Komunikasi kelompok kecil merupakan salah satu tipe komunikasi interpersonal, dimana beberapa orang terlibat dalam suatu pembicaraan, percakapan, diskusi, musyawarah, dan sebagainya.

C.      Model Komunikasi Interpersonal
          Menurut Coleman dan Hammen (dalam Jallaludin Rakhmat buku Psikologi Komunikasi) , ada empat buah model komunikasi interpersonal, yaitu :[10]
1.    Model  Pertukaran Sosial
       Thibault dan Kelley mengemukakan bahwa “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”.
       Rakhmat menjelaskan dalam bukunya Psikologi Komunikasi, ganjaran merupakan setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran itupun berbeda-beda tergantung waktu dan strata sosial pelaku komunikasi. Sedangkan biaya dijelaskan sebagai akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri. Sebagaimana ganjaran, biaya pun berubah-ubah sesuai dengan waktu dan orang yang terlibat didalamnya.
       Dengan kata lain, model pertukaran sosial dapat di ibaratkan sebagai suatu transaksi dagang. Karena, orang berinteraksi dengan orang lainnya hanya mengharapkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya.
2.    Model Peranan
       Bila model pertukaran sosial memandang hubungan interpersonal sebagai transaksi dagang, model peranan melihatnya sebagi panggung sandiwara. Di sini setiap orang harus memainkan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspedisi peranan dan tuntutan peranan.
       Ekspedisi peranan mengacu pada kewajiban, tugas, dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok. Guru diharapakan berperan sebagai pendidik yang bermoral dan menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya. Jenderal diharapkan berperan sebagai Pembina tentara yang berani dan tegas. Guru yang berbuat jahat, jenderal yang takut kecoa, tidak memenuhi ekspektasi peranan.
       Tuntutan peranan adalah dasakan soaial yang memaksa individu untuk memenuhi peranan yang telah dibebankan kepadanya. Dalam hubungan interpersonal, desakan halus atau kasar dikenakan pada orang lain agar ia melaksanakan peranannya.
       Keterampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu, kadang disebut juga kompetensi sosial. Dibedakan menjadi keterampilan kognitif menunjukkan kemampuan individu untuk mempersepsi apa yang diharapkan orang lain dari dirinya dan keterampilan tindakan merupakan kemampuan melaksanakan peranan sesuai dengan harapan. Konfliik peranan terjadi bila individu tidak sanggup mempertemukan berbagai tuntutan peranan.
3.    Model Permainan
       Eric Berne (1964,1972) dalam bukunya Games People Play, mmengklasifikasikan model permainan ini dalam tiga kepribadian manusia. Yaitu Orang Tua, Orang Dewasa dan Anak (Parent, Adult, Child). Orang Tua adalah aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang kita terima dari orang tua kita. Orang Dewasa adalah bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional, sesuai dengan situaisi, dan biasanya berhubungan dengan masalah yang membutuhkan pengambilan keputusan secara sadar. Anak adalah unsur yang diambil dari perasaan dan penglaman kanak-kanak dan mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas, dan kesenangan. Dan kita akan memunculkan salah satu aspek kepribadian kita pada saat berkomunikasi interpersonal, dan orang lain akan membalasnya dengan salah satu aspek tersebut juga.
4.    Model interaksional
                   Komunikasi interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode   komunikasi, ekspektasi dan pelaksanan peranan, serta permainan yang         dilakukan. Dengan singkat, model interaksional mencoba menggabungkan           model pertukaran sosial, peranan dan permainan. Model yang memandang bahwa hubungan interpersonal sebagai suatu sistem, dan setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural, integratif, dan medan. 

D.      Efektifitas Komunikasi Interpersonal
          Pengertian efektifitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat, yang menjelaskan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target tujuan (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai.
          Efektifitas komunikasi interpersonal merupakan interaksi (face to face) antara dua individu atau lebih untuk saling menukar informasi dan saling mempengaruhi tingkah laku yang dapat menimbulkan umpan balik secara langsung demi menunjang suatu tujuan.
          Pada  umumnya  komunikasi  interpersonal  terjadi  karena  pada  hakikatnya  setiap  manusia  suka  berkomunikasi  dengan  manusia  lain,  karena  itu  tiap-tiap  orang  selalu  berusaha  agar  mereka  lebih  dekat  satu  sama  lain.  Kegiatan  komunikasi  tersebut  dilakukan  sebagai  upaya  memenuhi  kebutuhan  untuk  bekerjasama  dengan  orang  lain.  Tindakan  kerjasama  merupakan  kesatuan  dari  komunikasi  interpersonal  yang  efektif.
               Komunikasi interpersonal dikatakan lebih efektif dalam hal membujuk lawan bicara karena tanpa menggunakan media dalam penyampaian pesannya serta dapat langsung melihat reaksi dari lawan bicara. Komunikasi interpersonal sering dilakukan oleh semua orang dalam berhubungan dengan masyarakat luas.
          Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book”, efektifitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum (sifat) yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).[11]
1.    Keterbukaan (Openness)
         Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
         Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
         Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata saya (kata ganti orang pertama tunggal).
2.    Empati (empathy)
          Empati sebagai kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.           Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3.    Sikap mendukung (supportiveness) dan Umpan Balik
         Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Dan umpan balik yang ditimbulkan harus terlihat komunikasi yang diciptakan berhasil atau tidak, efektif atau tidak.
4.    Sikap positif (positiveness)
         Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
         Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
5.    Kesetaraan (Equality)
         Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
         Ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
          Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal atau hubungan emosional yang baik. Kegagalan komunikasi terjadi apabila isi pesan kita pahami, tetapi hubungan diantara komunikan menjadi rusak. Bila seseorang berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan dirinya, maka seseorang tersebut akan merasa gembira, dan terbuka. Sebaliknya bila ia berkumpul dengan orang-orang yang ia benci, maka itu akan membuatnya merasa tegang, resah, dan tidak enak. Dengan demikian seseorang tersebut akan menutup diri dan menghindari komunikasi atau ingin segera mengakhiri komunikasi tersebut.
          Komunikasi interpersonal dikatakan efektif apabila memenuhi tiga syarat :
1.    Pesan yang dapat diterima dan dipahami oleh komunikan sebagaimana   dimaksud oleh komunikator.
2.    Ditindak lanjuti dengan perbuatan secara sukarela.
3.    Meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi.
          Komunikasi interpersonal yang efektif berfungsi untuk :
1.      Membentuk dan menjaga hubungan baik antar individu.
2.      Menyampaikan pengetahuan atau informasi.
3.      Mengubah sikap dan perilaku
4.      Pemecahan masalah hubungan antar manusia
5.      Citra diri menjadi lebih baik
6.      Jalan menuju sukses



          Komunikasi interpersonal tatap muka mempunyai banyak kelebihan, yaitu :
1.      Feedback antara komunikator dan komunikan akan diterima secara cepat dan dapat melihat pula reaksi yang menjadi komunikasi non verbal dari komunikan itu sendiri.
2.      Terdapat kedekatan emosional karena intensitas dalam berkomunikasi.
3.      Bisa mengurangi noise (gangguan) dalam berkomunikasi karena terjadi secara langsung dan bila ada gangguan langsung bisa dikonfirmasi.
4.      Dapat menyampaikan suatu pesan dengan hanya komunikasi non verbal tanpa komunikasi verbal.
5.      Tidak memerlukan biaya dalam melakukannya karena dilakukan secara langsung dan continue , sehingga mengobrol dalam jangka waktu yang lama tidak mengeluarkan biaya.
6.      Emosi atau perasaan antara komunikator dan komunikan lebih terlibat dan mengurangi kebohongan karena mimik wajah akan terlihat langsung oleh lawan bicaranya.
          Selain mempunyai kelebihan, komunikasi interpersonal tatap muka juga mempunyai kelemahan, yaitu  :
1.      Mengenai efisiensi waktu, yang dimaksudkan disini adalah efisiensi waktu untuk bertemu. Setiap orang mempunyai kesibukan masing-masing sehingga untuk melakukan komunikasi tatap muka diperlukan waktu yang tepat agar keduanya dapat bertemu dan melakukan komunikasi interpersonal tatap muka.
2.      Tidak dapat berkomunikasi dengan orang yang ada di tempat yang berbeda karena jangkauan tatap muka ini sangat terbatas sehingga memerlukan media untuk menghubungkan antara satu sama lain agar dapat berkomunikasi. Jadi dalam tatap muka ini yang menjadi kendala adalah waktu dan jangkauannya yang terbatas.

          Dalam komunikasi interpersonal terdapat beberapa hambatan yang ada, hambatan-hambatan tersebut antara lain sebgai berikut :
1.      Bahasa : Dalam komunikasi peranan bahasa sangat penting karena bahasa merupakan salah satu alat bahasa verbal yang digunakan dalam berkomunikasi. Bila dalam suatu komunikasi ada kesalahpahaman yang terjadi yang disebabkan oleh bahasa itu akan menjadi hambatan dalam komunikasi .
2.      Budaya : Budaya juga sangat penting dan berpengaruh. Bila dalam komunikasi ada perbedaan latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar satu dengan yang lain hal ini dapat menjadi bomerang dalam proses komunikasi sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman antar personal yang dapat membuat perpecahan.
3.      Tujuan yang tidak jelas : Dalam komunikasi harus ada kejelasan dalam berhubungan agar ada tujuan yang pasti, apabila tidak ada tujuan yang jelas akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya miss komunikasi yang dapat memecahkan hubungan antar sahabat ataupun hubungan antar personal yang lainya.
4.      Salah paham : Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi salah paham dalam interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu kesalahpahaman dalam berkomunikasi sehingga dari kesaahpahaman ini bisa terjadi perusakan suatu komunikasi. Selain itu apabila kesalahpahaman terus berlanjut dalam suatu hubungan komunikasi. Hubungan komunikasi antar personal tersebut bisa pecah atau ada pemutusan hubungan.
5.      Menganggap enteng lawan bicara : Dalam suatu komunikasi atau hubungan kita harus bisa menghormati antar personal agar tercipta suatu hubungan yang harmonis. Tapi apabila tidak ada rasa saling menghormatimaka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan misalnya pemutusan hubungan.
6.      Mendominasi pembicaraan : Komunikasi dua arah akan berhasil bila kita saling mengisi dan melengkapi. Bila ada seorang yang lebih mendominasi suatu pembicaraan komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak akan berjalan dengan lancar.
BAB III
PEMBAHASAN

A.      Studi Kasus Mengenai Komunikasi Interpersonal
          Pak Edi Bramantyo seorang manajer pada sebuah perusahaan yang ternama. Beliau memiliki kompetensi yang unggul di bidang tugasnya. Namun satu hal yang selalu dikeluhkan oleh stafnya, beliau memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang kurang memadai. Kemampuan komunikasi interpersonal Pak Bram yang buruk, membuat hubungan Pak Bram dengan rekan sejawat dan stafnya kurang harmonis. Kemampuan komunikasi interpersonal yang buruk tersebut terlihat pada sikap beliau yang sering tidak mampu mengendalikan emosi ketika berdiskusi atau berbicara, beliau sering meremehkan orang lain, dan beliau sering bersikap sinis ketika berkomunikasi. Saat Pak Bram memberikan perintah tugas kepada karyawan, terkadang karyawan sulit memahami isi dari perintah tersebut yang menyebabkan hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Karyawan menjadi salah menafsirkan apa yang diperintah atasan, dan atasan pun yaitu Pak Bram hanya bisa memerintah bukan mengajarkan atau mengayomi para karyawannya. Karyawan pun hanya bicara secukupnya sesuai yang diperintahkan. Terlebih lagi, Pak Bram kurang dekat dengan para karyawan sehingga para karyawan tertutup oleh beliau yang selalu emosional.

(Artikel : Selasa, 05 Agustus 2014. Rita Dwi Lindawati (Pusdiklat Bea dan Cukai) (http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/148-artikel-bea-dan-cukai/19683-komunikasi-intrapersonal-sebagai-pondasi-komunikasi-interpersonal)
          Dari kasus permasalahan yang terjadi diatas, analisis permasalahan tersebut dan coba kaitkan dengan materi komunikasi interpersonal? serta efektifitasnya?
B.      Analisis Kasus
          Berdasarkan pembahasan di atas, kita dapat menganalisa permasalahan yang timbul pada kasus Pak Bram. Meskipun beliau memiliki pengetahuan teknik komunikasi efektif yang cukup, tetapi ternyata kepribadian beliau yang buruk temperamen, sombong, sinis,  merupakan salah satu faktor internal yang  berpengaruh pada proses komunikasi. Kepribadian berpengaruh terhadap proses ideasi seseorang (pemikiran, perencanaan dan pengorganisasian) pesan yang akan disampaikan kepada lawan bicara. Kepribadian yang buruk akan berpengaruh terhadap proses ideasi yang pada akhirnya akan menghasilkan pesan yang buruk pula.
          Yang dimaksud komunikasi interpersonal merupakan proses penyampaian informasi, pikiran dan sikap tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi pergantian pesan baik sebagai komunikan maupun komunikator dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian, umpan balik mengenai masalah yang akan dibicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku. Dikaitkan dengan kasus diatas, Pak Bram dan karyawan terjadi kesalahan komunikasi (miss communication). Pak Bram sebagai komunikator hanya memberi perintah dan hanya berbicara secukupnya tanpa melihat reaksi dan umpan balik karyawan selaku komunikan. Karyawan selaku komunikan salah mentafsir apa yang diperintahkan Pak Bram yang membuat terjadinya kesalahpahaman. Dasar dari komunikasi interpersonal adalah melihat efek yang ditimbulkan setelah melakukan komunikasi. Efektif atau tidaknya komunikasi dilihat dari hasil yang ditimbulkan, apakah dapat merubah perilaku komunikan kearah positif atau gagal komunikasi dan buruknya reaksi komunikan.
          Apa  yang  kita  sampaikan  harus  benar-benar  dimengerti  oleh  lawan  bicara  kita,  sehingga  masalah  komunikasi  yang  efektif  antar  sesama  manusia  memberikan  peranan  yang  sangat  penting  dalam  kehidupan  sehari-hari.
          Komunikasi  yang  efektif  juga  perlu  dilandasi  dengan  niat  yang  tulus  dari  komunikator,  serta  sikap  berpikir  positif  terhadap  lawan  bicara  serta  menggunakan  bahasa  yang  nyaman  dan  mudah  dicerna  oleh  komunikan.  Seorang  komunikator  yang  dalam  hal  ini  adalah  atasan harus  bisa  menempatkan  komunikan  sesuai  dengan  tingkat  intelektual  komunikan  atau karyawan agar  tercipta  kesamaan  persepsi  dalam  menafsirkan  pesan  sehingga  tidak  tercipta  missunderstanding (salah pengertian). Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal atau hubungan emosional yang baik. Jadi Pak Bram harus selalu berkaca akan kepribadiannya, dan meredakan emosinya untuk kelangsungan komunikasi interpersonal pada karyawan tersebut. Pak Bram seharusnya memberikan pesan yang membuat perilaku karyawan berubah, seperti memberi motivasi kepada karyawan ke arah lebih baik dan selalu memberi semangat dalam melaksanakan semua pekerjaan.
          Jika dilihat dalam teori, hambatan dalam melakukan komunikasi interpersonal yaitu budaya, bahasa, tujuan yang tidak jelas, menganggap enteng lawan bicara, salah paham dan mendominasi pembicaraan. Dari kasus Pak Bram tersebut, hambatan yang terjadi yaitu Pak Bram menganggap enteng karyawannya dengan emosi dalam berbicara dan bertindak sinis, salah paham antara atasan dan bawahan, serta mendominasi pembicaraan yang selalu memberikan perintah kepada karyawan tanpa membiarkan karyawan memberikan umpan dan kejelasan perintah tersebut.
          Dikaitkan dengan efektifitas komunikasi interpersonal dapat dilihat dari :
1.  Keterbukaan (openness), dapat dilihat dari kesediaan atasan dalam menyampaikan pesan secara jujur dan terbuka kepada karyawan baik perintah tugas, teguran, motivasi, saling keterbukaan dan lain-lain.
2.  Empati (empathy), dapat dilihat dari ketanggapan karyawan dalam menanggapi atasan, dengan atasan membaca mimik dan gerak-gerik karyawan.
3.  Sikap positif (positivenness), yang dilihat dari proses kinerja karyawan dimana atasan menghargai setiap pendapat dari karyawan.
4.  Kesetaraan (equality), yang dilihat dari terjalinnya komunikasi antar karyawan dan atasan dengan tidak mebeda-bedakan antar satu dengan yang lain. Atasan tidak boleh berbicara semaunya dan sesukanya, karena dalam hal komunikasi semuanya setara dan harus menghormati pendengar (komunikan) guna mendapatkan umpan yang baik.
5.  Umpan balik (feed back), yang dapat dilihat dari kemampuan seorang atasan untuk menyatakan pikiran yang telah dikemukakan begitu juga dengan kemampuan karyawan menafsirkan pesan yang telah disampaikan oleh atasan. Karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik dari apa yang disampaikan atasan agar karyawan dapat benar mentafsirnya dan mengerjakan tugas yang diperintahkan atasan, begitupun atasan harus menerima pertanyaan atau umpan balik karyawan agar terlihat pesan yang disampaikan dimengerti atau tidak.
BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
·  Komunikasi interpersonal merupakan proses penyampaian informasi, pikiran dan sikap tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi pergantian pesan baik sebagai komunikan maupun komunikator dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian, mengenai masalah yang akan dibicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku.
·  Komunikasi interpersonal memiliki beberapa komponen yaitu Sumber / komunikator, encoding, pesan, saluran, komunikan, decoding, respon, gangguan, dan konteks komunikasi.
·  Tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan diri sendiri, menemukan dunia luar, membangun dan memelihara hubungan yang harmonis, mempengaruhi sikap dan tngkah laku, mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu, dan memberikan bantuan (konseling).
·  Model komunikasi interpersonal adalah model pertukaran sosial, model peranan, model permainan, dan model interaksional.
·  Komunikasi interpersonal dikatakan lebih efektif dalam hal membujuk lawan bicara karena tanpa menggunakan media dalam penyampaian pesannya serta dapat langsung melihat reaksi dari lawan bicara. Komunikasi interpersonal sering dilakukan oleh semua orang dalam berhubungan dengan masyarakat luas.
·  Efektifitas komunikasi interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum (sifat) yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).
·  Dalam komunikasi interpersonal memiliki beberapa hambatan yaitu bahasa, budaya, tujuan yang tidak jelas, salah paham, mengangap enteng lawan bicara, dan mendominasi pembicaraan.

B.      Saran
          Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar dua orang atau sekelompok kecil yang saling memberikan ide, pengertian, wawasan, ataupun pendapat yang mengharapkan adanya reaksi atau umpan balik positif dari penerima pesan. Diharapkan dengan kehidupan sehari-hari melakukan komunikasi, kejelasan, keterbukaan, dan bahasa yang sopan santun harus ditingkatkan untuk menjalin komunikasi baik antar teman, sahabat, orang tua, rekan kerja, dan lain halnya.
          Dengan keterbatasan yang ada baik dari segi waktu maupun wawasan penyusun yang masih minim kemungkinan pada makalah ini ditemukan berbagai kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu dengan lapang dada penyusun berharap serta bersedia menerima kritik dan saran dari teman-teman, yang membangun guna untuk menambah wawasan penyusun.





[1] http://fatmigz.blogspot.com/2012/09/komonikasi-interpersonal.html (Diakses tanggal 8 Februari 2015)
[2] Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara. 2005. p.159.
[3] Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2000. p.73.
[4] Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti. 2003. p.30.
[5] http://fhitrysikumbang.blogspot.com/2013/04/komunikasi-interpersonal.html (Diakses tanggal 8 Februari 2015)
[6] M. Ghojali Bagus A.P, S.Psi. Buku Ajar Psikologi Komunikasi. Fakultas Psikologi Unair. Surabaya. 2010.
[7] Judy Pearson DKK. Human Communication, McGrawhill company. New York : McGraw-Hill Company Inc., 2003 Hal.25.
[8] Suranto. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2011. p.9.
[9] Muhammad, Arni. Lock cit. p.168.
[10] Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001, p. 121–124.
[11] http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/komunikasi-interpersonal-definisi.html (Diakses tanggal 9 Februari 2015)

0 Response to "Makalah Komunikasi Interpersonal"

Posting Komentar

Termimakasih buat partisipasinya ya :)