Makalah Komunikasi Interpersonal
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia
merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya
sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun
masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia berinteraksi dengan
sesamanya. Oleh karena itu, manusia tidak dapat menghindari dari suatu tindakan
yang disebut komunikasi. Disadari atau tidak, komunikasi merupakan bagian dari
kehidupan manusia itu sendiri.
Di sisi lain, untuk menjalin rasa kemanusiaan
yang akrab, diperlukan saling pengertian diantara sesama anggota masyarakat.
Dalam hal ini komunikasi memainkan peranan penting, apalagi bagi manusia
modern. Manusia modern adalah manusia yang cara berpikirnya berdasarkan logika
dan rasional atau penalaran dalam menjalankan segala aktivitasnya. Keseluruhan
aktivitas itu akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi antar pribadi.
Komunikasi
merupakan suatu proses dua arah yang menghasilkan pertukaran informasi dan
pengertian antara masing-masing individu yang terlibat. Komunikasi merupakan
dasar dari seluruh interaksi antar manusia. Komunikasi merupakan kebutuhan
hakiki dalam kehidupan manusia untuk saling tukar menukar informasi. Karena
tanpa komunikasi, interaksi antar manusia baik yang dilakukan secara perorangan,
kelompok maupun organisasi tidak akan mungkin terjadi. Manusia memerlukan
kehidupan sosial, yaitu kehidupan bermasyarakat. Sebagian besar interaksi
manusia berlangsung dalam situasi komunikasi interpersonal (komunikasi antar
pribadi).
Komunikasi
antar pribadi sangat penting dilakukan untuk mendukung kelancaran komunikasi
dalam organisasi. Sistem komunikasi serta hubungan antar pribadi yang baik akan
meminimalisir kesenjangan antara berbagai pihak dalam organisasi dan meminimalisir
rasa saling tidak percaya serta kecurigaan di lingkungan kerja. Komunikasi yang
baik merupakan mediator dalam proses kerjasama dan transformasi informasi dalam
mendukung kemajuan organisasi. Komunikasi yang baik senantiasa menimbulkan
iklim keterbukaan, demokratis, rasa tanggung jawab, kebersamaan dan rasa
memiliki organisasi.
Mampu
melakukan interaksi merupakan anugerah yang tidak ternilai harganya yang
dimiliki setiap manusia, meski dalam kenyataanya banyak kendala yang akan
dihadapi tiap-tiap individu dalam melakukan interaksi melalui komunikasi.
Proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka, sehingga memungkinkan
pesertanya dapat menangkap reaksi yang ditimbulkan. Hal ini yang sering menjadi
permasalahan saat dua individu atau lebih yang memiliki kepribadian dan karakter
berbeda saling melakukan interaksi, terkadang ada hal-hal yang ditimbulkan dan
menjadikan situasi menjadi tidak nyaman.
Setiap
individu memiliki cara berfikir yang berbeda, terutama dalam menyelesaikan
suatu permasalahan. Ada yang bersikap santai, ada yang bersikap cuek seperti
tidak memiliki masalah, bahkan ada yang mensikapi sesuatu dengan emosi. Hal ini
di pengaruhi karena masing-masing individu memiliki karakteristik yang berbeda,
cara berkomunikasi yang berbeda, dan terkadang semua itu menjadi masalah dalam
kehidupan sehari hari. Hal ini sering menjadi penghambat dalam menciptakan
komunikasi yang efektif, sikap emosional yang berlebihan bagi masing-masing
individu saat menghadapi situasi tertentu dapat memperburuk proses komunikasi.
Suatu ketika terdapat sedikit masalah yang sebenarnya sepele, dan mestinya bisa
diselesaikan dengan baik. Akan tetapi jika disikapi dengan emosional, maka hal
itu akan menjadi bumerang dan akan memperkuat ego dari individu tersebut yang
akan berdampak pada terhambatnya proses komunikasi yang efektif.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal ?
2. Apa sajakah tujuan dari komunikasi interpersonal?
3. Bagaimana model-model komunikasi interpersonal?
4. Bagaiman caranya melakukan komunikasi interpersonal
yang efektif?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui
pengertian dari komunikasi interpersonal
2.
Memahami
tujuan komunikasi interpersonal
3.
Menjelaskan
model-model komunikasi interpersonal
4.
Mengetahui
cara melakukan komunikasi interpersonal yang efektif
D.
Manfaat
Penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan
memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis
makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep Interpersonal Employee
Relation mengenai Komunikasi Interpersonal. Secara praktis makalah ini diharapkan
bermanfaat bagi :
1.
Penulis,
sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang konsep Interpersonal
Employee Relation.
2.
Pembaca,
sebagai media informasi tentang
konsep Interpersonal
Employee Relation mengenai Komunikasi Interpersonal.
E.
Metode
Penulisan
Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan permasalahan yang
dibahas secara jelas dan komprehensif. Data teoritis dalam makalah ini
dikumpulkan dengan menggunakan studi pustaka, artinya penulis mengambil data
melalui media pustaka dalam penyusunan makalah ini
dan ditambah referensi dari media internet. Dengan meyebutkan berbagai sumber
untuk penulisan makalah ini, selain itu juga penulis menggunakan metode kepustakaan
untuk mendapatkan data yang mendukung makalah ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Komunikasi Interpersonal
Kamus
Psikologi (Rakhmat, 2001) mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian energi,
gelombang suara dan tanda di antara tempat sebagai proses penyampaian suatu
pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa
ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya, yang dilakukan
seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tidak
langsung melalui media dengan tujuan
mengubah sikap, pandangan atau perilaku. Kata komunikasi ini
sendiri berasal dari bahasa Latin “communicatio” yang berarti “pergaulan”,
“persatuan”, “peran serta”, dan “kerjasama”. Kata komunikasi bersumber dari istilah
“communis” yang berarti “sama makna”.[1]
Komunikasi
sebagai suatu proses pengiriman dan penyampaian pesan baik berupa verbal (kata-kata) maupun non
verbal (gerakan) oleh
seseorang kepada orang lain untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik
langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media. Komunikasi yang
baik harus disertai dengan adanya jalinan pengertian antara kedua belah pihak
(pengirim dan penerima), sehingga yang dikomunikasikan dapat dimengerti dan
dilaksanakan.
Secara
konstektual, komunikasi interpersonal digambarkan sebagai suatu komunikasi
antara dua individu atau sedikit individu, yang mana saling berinteraksi,
saling memberikan umpan balik satu sama lain. Namun, memberikan definisi
konstektual saja tidak cukup untuk menggambarkan komunikasi interpersonal
karena setiap interaksi antara satu individu dengan individu lain berbeda-beda.
Arni
Muhammad menyatakan bahwa “komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran
informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya
di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya”.[2]
Menurut
Mulyana, “komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang hanya dua orang,
seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan
sebagainya”.[3]
Effendi
mengemukakan, komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator
dengan komunikan, komunikasi
jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau
perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik
bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga.[4]
Komunikasi interpersonal menurut Joseph A. Devito
dalam bukunya “The Interpersonal
Communication Book” adalah “The process of sending and receiving
messages between two persons, or among a small group of persons, with some
effect and some immediate feedback”.[5]
Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara
sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik
seketika.
Menurut M. Ghojali Bagus A.P, S.Psi. dalam Buku Ajar Psikologi Komunikasi, komunikasi interpersonal adalah
komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untuk mendapatkan umpan balik, baik
secara langsung (face to face) maupun dengan media.[6]
Miller dan Steinberg, Komunikasi interpersonal
adalah Communication That occurs within
interpersonal relationship.[7]
Komunikasi terjadi dalam hubungan interpersonal yang maksudnya adalah proses
komunikasi yang terjadi saat melakukan hubungan interpersonal yaitu hubungan
antara dua orang atau lebih dalam menyampaikan pesan, ide, gagasan, cerita, dan
sebagainya yang tujuannya melakukan komunikasi atau percakapan yang efektif.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal
merupakan proses penyampaian informasi, pikiran dan sikap tertentu antara dua
orang atau lebih yang terjadi pergantian pesan baik sebagai komunikan maupun
komunikator dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian, mengenai masalah
yang akan dibicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku.
Dari
pengertian komunikasi interpersonal yang telah diuraikan di atas, dapat
diidentifikasikan beberapa komponen yang harus ada dalam komunikasi
interpersonal. Menurut Suranto A.W, komponen-komponen komunikasi interpersonal
yaitu:[8]
1)
Sumber / komunikator
Merupakan orang yang mempunyai
kebutuhan untuk berkomunikasi,
yakni keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri, baik yang bersifat emosional maupun informasional dengan
orang lain. Kebutuhan ini dapat berupa
keinginan untuk memperoleh pengakuan sosial
sampai pada keinginan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain. Dalam konteks komunikasi
interpersonal komunikator adalah
individu yang menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan pesan.
2)
Encoding
Encoding adalah suatu aktifitas internal pada
komunikator dalam menciptakan
pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan non verbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa,
serta disesuaikan dengan karakteristik
komunikan.
3) Pesan
Merupakan hasil encoding. Pesan
adalah seperangkat simbol-simbol baik verbal
maupun non verbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili keadaan khusus komunikator untuk
disampaikan kepada pihak lain. Dalam
aktivitas komunikasi, pesan merupakan unsur yang sangat penting. Pesan itulah disampaikan oleh komunikator
untuk diterima dan diinterpretasi
oleh komunikan.
4) Saluran
Merupakan sarana fisik penyampaian
pesan dari sumber ke penerima atau yang
menghubungkan orang ke orang lain secara umum. Dalam konteks komunikasi interpersonal, penggunaan saluran atau
media semata-mata karena
situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan komunikasi secara tatap muka.
5)
Penerima/ komunikan
Adalah seseorang yang menerima,
memahami, dan menginterpretasi pesan.
Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima bersifat aktif, selain menerima pesan melakukan pula
proses interpretasi dan memberikan
umpan balik. Berdasarkan umpan balik dari komunikan inilah seorang komunikator akan dapat mengetahui keefektifan komunikasi yang telah dilakukan, apakah
makna pesan dapat dipahami secara
bersama oleh kedua belah pihak yakni komunikator dan komunikan.
6) Decoding
Decoding merupakan kegiatan lain secara umum.
Pentafsiran si penerima pesan
(komunikan) ketika mendapatkan pesan dari (komunikator).
7)
Respon
Yakni apa yang telah diputuskan
oleh penerima untuk dijadikan sebagai sebuah
tanggapan terhadap pesan. Respon dapat bersifat positif, netral, maupun negatif. Respon positif apabila
sesuai dengan yang dikehendaki komunikator.
Netral berarti respon itu tidak menerima ataupun menolak keinginan komunikator. Dikatakan respon
negatif apabila tanggapan yang
diberikan bertentangan dengan yang diinginkan oleh komunikator.
8) Gangguan (noise)
Gangguan atau noise atau barier
beraneka ragam, untuk itu harus didefinisikan
dan dianalisis. Noise dapat terjadi di dalam komponen- komponen manapun dari sistem komunikasi. Noise
merupakan apa saja yang
mengganggu atau membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat fisik dan psikis.
9) Konteks komunikasi
Komunikasi selalu terjadi dalam
suatu konteks tertentu, paling tidak ada tiga
dimensi yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada lingkungan konkrit dan nyata tempat
terjadinya komunikasi, seperti ruangan,
halaman dan jalanan. Konteks waktu menunjuk pada waktu kapan komunikasi tersebut dilaksanakan, misalnya: pagi,
siang, sore, malam. Konteks nilai,
meliputi nilai sosial dan budaya yang mempengaruhi
suasana komunikasi, seperti: adat istiadat, situasi rumah, norma pergaulan, etika, tata krama,
dan sebagainya.
Komunikasi
interpersonal merupakan suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang
saling berkomunikasi. Orang yang saling berkomunikasi tersebut adalah sumber
dan penerima. Sumber melakukan encoding untuk menciptakan dan
memformulasikan menggunakan saluran. Penerima melakukan decoding untuk
memahami pesan, dan selanjutnya menyampaikan respon atau umpan balik. Tidak
dapat dihindarkan bahwa proses komunikasi senantiasa terkait dengan konteks
tertentu, misalnya konteks waktu. Hambatan dapat terjadi pada sumber, encoding,
pesan, saluran, decoding, maupun pada diri penerima. Prosesnya
adalah sebagai berikut : Terdapat seorang komunikator yang ingin menyampaikan
pesannya (message). Pesan tersebut
diekspresikan (encoded) melalui
berbagai lambang dalam bahasa. Bahasa tersebut mungkin berupa simbol kata-kata,
simbol-simbol matematik, diagram, sentuhan dan seterusnya. Pesan disampaikan
melalui perantaraan. Berbagai media komunikasi digunakan dalam organisasi
meliputi: percakapan tatap muka, percakapan telepon, memo-memo tertulis, sistem
alamat umum, serta banyak media lainnya. Terdapat satu atau lebih penerima
pesan (recipients). Bilamana seorang
penerima menerima pesan, maka pesannya ditafsirkan (decoded).
B.
Tujuan Komunikasi Interpersonal
Arni Muhammad menyatakan bahwa komunikasi interpersonal
mempunyai beberapa tujuan, yaitu :[9]
1.
Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan
personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan
orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan
kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau
mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi
mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan
diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa
pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
2.
Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat
memahami lebih banyak tentang diri
kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan
kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi
yang datang kepada kita dari
media massa hal itu seringkali didiskusikan dan
akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal.
3.
Membentuk Dan Menjaga
Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah
membentuk dan memelihara hubungan
dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan
dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
4. Berubah Sikap Dan Tingkah
Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan
tingkah laku orang lain dengan
pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan
mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis
membaca buku, memasuki bidang tertentu
dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau
salah. Kita banyak menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.
5.
Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan
utama adalah mencari kesenangan.
Berbicara dengan teman mengenai aktivitas
kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada
umumnya hal itu adalah merupakan
pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran
yang memerlukan rileks dari semua
keseriusan di lingkungan kita.
6.
Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi
menggunakkan komunikasi
interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita
sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan
seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan
lain sebagainya.
Dapat
disimpulkan bahwa ketika melakukan komunikasi interpersonal, setiap individu
dapat mempunyai tujuan yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan
masing-masing.
Komunikasi
interpersonal yaitu kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi
ini terbagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Komunikasi
diadik (Dyadic communication)
Komunikasi
diadik adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang. Misalkan, anda berkomunikasi dengan seseorang yang anda temui
di jalan. atau sedang menelpon seseorang
yang lokasinya jauh dari saudara.
b.Komunikasi triadik (Triadic communication)
Komunikasi
triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelaku komunikasinya terdiri dari tiga orang, yaitu seorang
komunikator dan dua orang komunikan.
Apabila
dibandingkan dengan komunikasi triadik, maka komunikasi diadik lebih efektif,
karena komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan sepenuhnya,
sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan
sepenuhnya, juga umpan balik yang berlangsung, kedua faktor yang sangat
berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.
Komunikasi interpersonal memiliki
beberapa ciri, yaitu : arus pesan dua arah,
suasana nonformal, umpan balik segera, peserta komunikasi berada dalam jarak
yang dekat, dan peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan
serta spontan, baik verbal maupun non verbal.
Fungsi
Komunikasi interpersonal adalah untuk mendapatkan respon/ umpan balik. Hal ini
sebagai salah satu tanda efektivitas proses komunikasi. Bayangkan bagaimana
kalau tidak ada umpan balik, saat kalian berkomunikasi dengan orang lain.
Bagaimana kalau kalian sms ke orang lain tetapi tidak dibalas?. Selanjutnya,
untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon/ umpan balik. Contohnya,
setelah apa yang akan kita lakukan, dan setelah mengetahui lawan bicara kita
kurang nyaman diajak berbincang.
Tipe
komunikasi interpersonal, yang pertama adalah komunikasi dua orang (mencakup
segala jenis hubungan antarpribadi, antara satu orang dengan orang lain, mulai
dari hubungan yang paling singkat (kontak) biasa, sampai hubungan yang bertahan
lama dan mendalam). Kedua, yaitu wawancara merupakan salah satu tipe komunikasi
interpersonal dimana dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya
jawab seperti saat orang melamar pekerjaan. Seorang HRD mewawancari karyawan
yang sedang melamar kerja. Dan yang ketiga, Komunikasi kelompok kecil merupakan
salah satu tipe komunikasi interpersonal, dimana beberapa orang terlibat dalam suatu
pembicaraan, percakapan, diskusi, musyawarah, dan sebagainya.
C. Model Komunikasi Interpersonal
Menurut Coleman dan Hammen (dalam Jallaludin Rakhmat buku
Psikologi Komunikasi) , ada empat buah model komunikasi interpersonal, yaitu :[10]
1. Model Pertukaran Sosial
Thibault dan Kelley mengemukakan bahwa “Asumsi dasar yang
mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela
memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup
memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”.
Rakhmat menjelaskan dalam bukunya Psikologi Komunikasi,
ganjaran merupakan setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang
dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau
dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran itupun
berbeda-beda tergantung waktu dan strata sosial pelaku komunikasi. Sedangkan
biaya dijelaskan sebagai akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu
hubungan. Biaya dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan
harga diri. Sebagaimana ganjaran, biaya pun berubah-ubah sesuai dengan waktu
dan orang yang terlibat didalamnya.
Dengan kata lain, model pertukaran sosial dapat di ibaratkan
sebagai suatu transaksi dagang. Karena, orang berinteraksi dengan orang lainnya
hanya mengharapkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya.
2. Model
Peranan
Bila model pertukaran sosial memandang hubungan interpersonal
sebagai transaksi dagang, model peranan melihatnya sebagi panggung sandiwara.
Di sini setiap orang harus memainkan peranannya sesuai dengan naskah yang telah
dibuat masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu
bertindak sesuai dengan ekspedisi peranan dan tuntutan peranan.
Ekspedisi peranan mengacu pada kewajiban, tugas, dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam
kelompok. Guru diharapakan berperan sebagai pendidik yang bermoral dan menjadi
contoh yang baik bagi
murid-muridnya. Jenderal diharapkan berperan sebagai Pembina tentara yang
berani dan tegas. Guru yang berbuat jahat, jenderal yang takut kecoa, tidak
memenuhi ekspektasi peranan.
Tuntutan peranan adalah dasakan soaial yang memaksa individu
untuk memenuhi peranan yang telah dibebankan kepadanya. Dalam hubungan
interpersonal, desakan halus atau kasar dikenakan pada orang lain agar ia
melaksanakan peranannya.
Keterampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan
tertentu, kadang disebut juga kompetensi sosial. Dibedakan menjadi keterampilan
kognitif menunjukkan kemampuan individu untuk mempersepsi apa yang diharapkan
orang lain dari dirinya dan keterampilan tindakan merupakan kemampuan
melaksanakan peranan sesuai dengan harapan. Konfliik peranan terjadi bila individu tidak sanggup
mempertemukan berbagai tuntutan peranan.
3. Model
Permainan
Eric Berne (1964,1972) dalam bukunya Games People Play,
mmengklasifikasikan model permainan ini dalam tiga kepribadian manusia. Yaitu
Orang Tua, Orang Dewasa dan Anak (Parent,
Adult, Child). Orang Tua adalah
aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang kita terima dari orang tua kita. Orang
Dewasa adalah bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional,
sesuai dengan situaisi, dan biasanya berhubungan dengan masalah yang membutuhkan pengambilan keputusan
secara sadar. Anak adalah unsur yang
diambil dari perasaan dan penglaman kanak-kanak dan mengandung potensi intuisi,
spontanitas, kreativitas, dan kesenangan. Dan kita akan memunculkan salah satu
aspek kepribadian kita pada saat berkomunikasi interpersonal, dan orang lain
akan membalasnya dengan salah satu aspek tersebut juga.
4. Model
interaksional
Komunikasi interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama,
metode komunikasi, ekspektasi dan
pelaksanan peranan, serta permainan yang dilakukan.
Dengan singkat, model interaksional mencoba menggabungkan model pertukaran sosial, peranan dan
permainan. Model yang memandang bahwa hubungan interpersonal sebagai suatu
sistem, dan setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural, integratif, dan
medan.
D. Efektifitas Komunikasi Interpersonal
Pengertian
efektifitas secara
umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih
dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut
Hidayat, yang
menjelaskan bahwa efektifitas adalah
suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target tujuan (kuantitas,
kualitas dan waktu) telah tercapai.
Efektifitas
komunikasi interpersonal merupakan interaksi (face to face) antara dua
individu atau lebih untuk saling menukar informasi dan saling mempengaruhi
tingkah laku yang dapat menimbulkan umpan balik secara langsung demi menunjang
suatu tujuan.
Pada umumnya
komunikasi interpersonal terjadi
karena pada hakikatnya
setiap manusia suka
berkomunikasi dengan manusia
lain, karena itu
tiap-tiap orang selalu
berusaha agar mereka
lebih dekat satu
sama lain. Kegiatan
komunikasi tersebut dilakukan
sebagai upaya memenuhi
kebutuhan untuk bekerjasama
dengan orang lain.
Tindakan kerjasama merupakan
kesatuan dari komunikasi
interpersonal yang efektif.
Komunikasi interpersonal
dikatakan lebih efektif dalam hal membujuk lawan bicara karena tanpa
menggunakan media dalam penyampaian pesannya serta dapat langsung melihat
reaksi dari lawan bicara. Komunikasi interpersonal sering dilakukan oleh semua
orang dalam berhubungan dengan masyarakat luas.
Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya
“The Interpersonal Communication Book”,
efektifitas Komunikasi Interpersonal dimulai
dengan lima kualitas umum (sifat) yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati
(empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).[11]
1.
Keterbukaan
(Openness)
Kualitas
keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal.
Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang
diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera
membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya
tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri
mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri
ini patut.
Aspek
keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi
secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan
tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita
ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita
berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak
acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi
secara spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga
menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini
adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang
milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan
tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata saya (kata ganti
orang pertama tunggal).
2.
Empati (empathy)
Empati sebagai
kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada
suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang
lain itu. Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau
merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti
orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang
sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain,
perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa
mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal
maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan
memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah
dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata,
postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau
belaian yang sepantasnya.
3.
Sikap
mendukung (supportiveness) dan Umpan
Balik
Hubungan interpersonal
yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka
dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Dan
umpan balik yang ditimbulkan harus terlihat komunikasi yang diciptakan berhasil
atau tidak, efektif atau tidak.
4.
Sikap
positif (positiveness)
Kita
mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan
sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif
mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu
pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi
interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri
mereka sendiri.
Kedua,
perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk
interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada
berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi
secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
5.
Kesetaraan
(Equality)
Dalam setiap
situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih
pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang
lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas
dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila
suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua
pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai
sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal
yang ditandai oleh kesetaraan,
Ketidak-sependapatan
dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti
ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak
mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan
nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut
istilah kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak
bersyarat” kepada orang lain.
Komunikasi
yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal atau hubungan emosional
yang baik. Kegagalan komunikasi terjadi apabila isi pesan kita pahami, tetapi
hubungan diantara komunikan menjadi rusak. Bila seseorang berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki
kesamaan dengan dirinya, maka seseorang tersebut akan merasa gembira, dan
terbuka. Sebaliknya bila ia berkumpul dengan orang-orang yang ia benci, maka
itu akan membuatnya merasa tegang, resah, dan tidak enak. Dengan demikian
seseorang tersebut akan menutup diri dan menghindari komunikasi atau ingin
segera mengakhiri komunikasi tersebut.
Komunikasi interpersonal dikatakan efektif apabila memenuhi
tiga syarat :
1. Pesan yang dapat diterima dan dipahami oleh komunikan
sebagaimana dimaksud oleh komunikator.
2. Ditindak lanjuti dengan perbuatan secara sukarela.
3. Meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi.
Komunikasi
interpersonal yang efektif berfungsi untuk :
1. Membentuk dan menjaga hubungan
baik antar individu.
2. Menyampaikan pengetahuan atau informasi.
3. Mengubah sikap dan perilaku
4. Pemecahan masalah hubungan antar manusia
5. Citra diri menjadi lebih baik
6. Jalan menuju sukses
Komunikasi
interpersonal tatap muka mempunyai banyak kelebihan, yaitu :
1. Feedback antara komunikator dan komunikan akan diterima
secara cepat dan dapat melihat pula reaksi yang menjadi komunikasi non verbal
dari komunikan itu sendiri.
2. Terdapat kedekatan emosional karena intensitas dalam
berkomunikasi.
3. Bisa mengurangi noise
(gangguan) dalam berkomunikasi karena terjadi secara langsung dan bila ada
gangguan langsung bisa dikonfirmasi.
4. Dapat menyampaikan suatu pesan dengan hanya komunikasi non
verbal tanpa komunikasi verbal.
5. Tidak memerlukan biaya dalam melakukannya karena dilakukan
secara langsung dan continue , sehingga mengobrol dalam jangka waktu yang lama
tidak mengeluarkan biaya.
6. Emosi atau perasaan antara komunikator dan komunikan lebih
terlibat dan mengurangi kebohongan karena mimik wajah akan terlihat langsung
oleh lawan bicaranya.
Selain
mempunyai kelebihan, komunikasi interpersonal tatap muka juga mempunyai
kelemahan, yaitu :
1. Mengenai efisiensi waktu, yang dimaksudkan disini adalah
efisiensi waktu untuk bertemu. Setiap orang mempunyai kesibukan masing-masing
sehingga untuk melakukan komunikasi tatap muka diperlukan waktu yang tepat agar
keduanya dapat bertemu dan melakukan komunikasi interpersonal tatap muka.
2. Tidak dapat berkomunikasi dengan orang yang ada di tempat
yang berbeda karena jangkauan tatap muka ini sangat terbatas sehingga
memerlukan media untuk menghubungkan antara satu sama lain agar dapat
berkomunikasi. Jadi dalam tatap muka ini yang menjadi kendala adalah waktu dan
jangkauannya yang terbatas.
Dalam
komunikasi interpersonal terdapat beberapa hambatan yang ada, hambatan-hambatan
tersebut antara lain sebgai berikut :
1. Bahasa : Dalam komunikasi peranan bahasa sangat penting
karena bahasa merupakan salah satu alat bahasa verbal yang digunakan dalam
berkomunikasi. Bila dalam suatu komunikasi ada kesalahpahaman yang terjadi yang
disebabkan oleh bahasa itu akan menjadi hambatan dalam komunikasi .
2. Budaya : Budaya juga sangat penting dan berpengaruh. Bila
dalam komunikasi ada perbedaan latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar
satu dengan yang lain hal ini dapat menjadi bomerang dalam proses komunikasi
sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman antar personal yang dapat membuat
perpecahan.
3. Tujuan yang tidak jelas : Dalam komunikasi harus ada
kejelasan dalam berhubungan agar ada tujuan yang pasti, apabila tidak ada
tujuan yang jelas akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya miss
komunikasi yang dapat memecahkan hubungan antar sahabat ataupun hubungan antar
personal yang lainya.
4. Salah paham : Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi
salah paham dalam interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu
kesalahpahaman dalam berkomunikasi sehingga dari kesaahpahaman ini bisa terjadi
perusakan suatu komunikasi. Selain itu apabila kesalahpahaman terus berlanjut
dalam suatu hubungan komunikasi. Hubungan komunikasi antar personal tersebut bisa
pecah atau ada pemutusan hubungan.
5. Menganggap enteng lawan bicara : Dalam suatu komunikasi atau
hubungan kita harus bisa menghormati antar personal agar tercipta suatu
hubungan yang harmonis. Tapi apabila tidak ada rasa saling menghormatimaka akan
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan misalnya pemutusan hubungan.
6. Mendominasi pembicaraan : Komunikasi dua arah akan berhasil
bila kita saling mengisi dan melengkapi. Bila ada seorang yang lebih
mendominasi suatu pembicaraan komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak
akan berjalan dengan lancar.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Studi Kasus Mengenai Komunikasi
Interpersonal
Pak Edi Bramantyo seorang manajer pada sebuah
perusahaan yang ternama. Beliau memiliki kompetensi yang unggul di bidang
tugasnya. Namun satu hal yang selalu dikeluhkan oleh stafnya, beliau memiliki
kemampuan komunikasi interpersonal yang kurang memadai. Kemampuan komunikasi
interpersonal Pak Bram yang buruk, membuat hubungan Pak Bram dengan rekan
sejawat dan stafnya kurang harmonis. Kemampuan komunikasi interpersonal yang
buruk tersebut terlihat pada sikap beliau yang sering tidak mampu mengendalikan
emosi ketika berdiskusi atau berbicara, beliau sering meremehkan orang lain,
dan beliau sering bersikap sinis ketika berkomunikasi. Saat Pak Bram memberikan
perintah tugas kepada karyawan, terkadang karyawan sulit memahami isi dari
perintah tersebut yang menyebabkan hasilnya tidak sesuai dengan harapan.
Karyawan menjadi salah menafsirkan apa yang diperintah atasan, dan atasan pun
yaitu Pak Bram hanya bisa memerintah bukan mengajarkan atau mengayomi para
karyawannya. Karyawan pun hanya bicara secukupnya sesuai yang diperintahkan.
Terlebih lagi, Pak Bram kurang dekat dengan para karyawan sehingga para
karyawan tertutup oleh beliau yang selalu emosional.
(Artikel : Selasa, 05 Agustus
2014. Rita Dwi Lindawati (Pusdiklat Bea dan Cukai)
(http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/148-artikel-bea-dan-cukai/19683-komunikasi-intrapersonal-sebagai-pondasi-komunikasi-interpersonal)
Dari kasus permasalahan yang terjadi diatas, analisis
permasalahan tersebut dan coba kaitkan dengan materi komunikasi interpersonal?
serta efektifitasnya?
B. Analisis Kasus
Berdasarkan pembahasan di atas, kita
dapat menganalisa permasalahan yang timbul pada kasus Pak Bram. Meskipun beliau
memiliki pengetahuan teknik komunikasi efektif yang cukup, tetapi ternyata
kepribadian beliau yang buruk temperamen, sombong, sinis, merupakan salah
satu faktor internal yang berpengaruh pada proses komunikasi. Kepribadian
berpengaruh terhadap proses ideasi seseorang (pemikiran, perencanaan dan
pengorganisasian) pesan yang akan disampaikan kepada lawan bicara. Kepribadian
yang buruk akan berpengaruh terhadap proses ideasi yang pada akhirnya akan
menghasilkan pesan yang buruk pula.
Yang dimaksud komunikasi interpersonal merupakan proses
penyampaian informasi, pikiran dan sikap tertentu antara dua orang atau lebih
yang terjadi pergantian pesan baik sebagai komunikan maupun komunikator dengan
tujuan untuk mencapai saling pengertian, umpan balik mengenai masalah yang akan
dibicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku. Dikaitkan
dengan kasus diatas, Pak Bram dan karyawan terjadi kesalahan komunikasi (miss communication). Pak Bram sebagai
komunikator hanya memberi perintah dan hanya berbicara secukupnya tanpa melihat
reaksi dan umpan balik karyawan selaku komunikan. Karyawan selaku komunikan
salah mentafsir apa yang diperintahkan Pak Bram yang membuat terjadinya
kesalahpahaman. Dasar dari komunikasi interpersonal adalah melihat efek yang
ditimbulkan setelah melakukan komunikasi. Efektif atau tidaknya komunikasi
dilihat dari hasil yang ditimbulkan, apakah dapat merubah perilaku komunikan
kearah positif atau gagal komunikasi dan buruknya reaksi komunikan.
Apa yang kita
sampaikan harus benar-benar
dimengerti oleh lawan
bicara kita, sehingga
masalah komunikasi yang
efektif antar sesama
manusia memberikan peranan
yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari.
Komunikasi
yang efektif juga
perlu dilandasi dengan
niat yang tulus
dari komunikator, serta
sikap berpikir positif
terhadap lawan bicara
serta menggunakan bahasa
yang nyaman dan
mudah dicerna oleh
komunikan. Seorang komunikator
yang dalam hal
ini adalah atasan harus bisa
menempatkan komunikan sesuai
dengan tingkat intelektual
komunikan atau karyawan agar tercipta
kesamaan persepsi dalam
menafsirkan pesan sehingga
tidak tercipta missunderstanding (salah
pengertian). Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan
interpersonal atau hubungan emosional yang baik. Jadi Pak Bram harus selalu
berkaca akan kepribadiannya, dan meredakan emosinya untuk kelangsungan
komunikasi interpersonal pada karyawan tersebut. Pak Bram seharusnya memberikan
pesan yang membuat perilaku karyawan berubah, seperti memberi motivasi kepada
karyawan ke arah lebih baik dan selalu memberi semangat dalam melaksanakan
semua pekerjaan.
Jika dilihat dalam teori, hambatan
dalam melakukan komunikasi interpersonal yaitu budaya, bahasa, tujuan yang
tidak jelas, menganggap enteng lawan bicara, salah paham dan mendominasi
pembicaraan. Dari kasus Pak Bram tersebut, hambatan yang terjadi yaitu Pak Bram
menganggap enteng karyawannya dengan emosi dalam berbicara dan bertindak sinis,
salah paham antara atasan dan bawahan, serta mendominasi pembicaraan yang
selalu memberikan perintah kepada karyawan tanpa membiarkan karyawan memberikan
umpan dan kejelasan perintah tersebut.
Dikaitkan dengan efektifitas komunikasi interpersonal
dapat dilihat dari :
1. Keterbukaan (openness), dapat dilihat dari kesediaan
atasan dalam menyampaikan pesan
secara jujur dan terbuka kepada karyawan baik perintah tugas, teguran, motivasi,
saling keterbukaan dan lain-lain.
2. Empati (empathy), dapat dilihat dari ketanggapan karyawan dalam menanggapi atasan, dengan atasan membaca mimik dan gerak-gerik karyawan.
3. Sikap positif (positivenness), yang dilihat dari
proses kinerja karyawan dimana atasan menghargai setiap pendapat dari karyawan.
4. Kesetaraan (equality), yang dilihat dari terjalinnya
komunikasi antar karyawan dan
atasan dengan tidak mebeda-bedakan antar satu dengan
yang lain. Atasan tidak boleh berbicara semaunya dan
sesukanya, karena dalam hal komunikasi semuanya setara dan harus menghormati
pendengar (komunikan) guna mendapatkan umpan yang baik.
5. Umpan balik (feed back), yang dapat dilihat dari
kemampuan seorang atasan untuk menyatakan pikiran yang
telah dikemukakan begitu juga dengan kemampuan karyawan menafsirkan pesan yang telah disampaikan oleh atasan.
Karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik dari apa yang
disampaikan atasan agar karyawan dapat benar mentafsirnya dan mengerjakan tugas
yang diperintahkan atasan, begitupun atasan harus menerima pertanyaan atau
umpan balik karyawan agar terlihat pesan yang disampaikan dimengerti atau
tidak.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
· Komunikasi
interpersonal merupakan proses penyampaian informasi, pikiran dan sikap
tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi pergantian pesan baik sebagai
komunikan maupun komunikator dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian,
mengenai masalah yang akan dibicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi
perubahan perilaku.
· Komunikasi
interpersonal memiliki beberapa komponen yaitu Sumber / komunikator, encoding, pesan, saluran, komunikan, decoding, respon, gangguan, dan konteks
komunikasi.
· Tujuan
komunikasi interpersonal adalah menemukan diri sendiri, menemukan dunia luar,
membangun dan memelihara hubungan yang harmonis, mempengaruhi sikap dan tngkah
laku, mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu, dan memberikan
bantuan (konseling).
· Model
komunikasi interpersonal adalah model pertukaran sosial, model peranan, model
permainan, dan model interaksional.
· Komunikasi
interpersonal dikatakan lebih efektif dalam hal membujuk lawan bicara karena
tanpa menggunakan media dalam penyampaian pesannya serta dapat langsung melihat
reaksi dari lawan bicara. Komunikasi interpersonal sering dilakukan oleh semua
orang dalam berhubungan dengan masyarakat luas.
· Efektifitas komunikasi interpersonal dimulai dengan lima
kualitas umum (sifat) yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati
(empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).
· Dalam komunikasi interpersonal
memiliki beberapa hambatan yaitu bahasa, budaya, tujuan yang tidak jelas, salah
paham, mengangap enteng lawan bicara, dan mendominasi pembicaraan.
B.
Saran
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar dua orang
atau sekelompok kecil yang saling memberikan ide, pengertian, wawasan, ataupun
pendapat yang mengharapkan adanya reaksi atau umpan balik positif dari penerima
pesan. Diharapkan dengan kehidupan sehari-hari melakukan komunikasi, kejelasan,
keterbukaan, dan bahasa yang sopan santun harus ditingkatkan untuk menjalin
komunikasi baik antar teman, sahabat, orang tua, rekan kerja, dan lain halnya.
Dengan keterbatasan yang ada baik dari segi waktu maupun
wawasan penyusun yang masih minim kemungkinan pada makalah ini ditemukan
berbagai kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu dengan lapang dada penyusun
berharap serta bersedia menerima kritik dan saran dari teman-teman, yang
membangun guna untuk menambah wawasan penyusun.
[1] http://fatmigz.blogspot.com/2012/09/komonikasi-interpersonal.html
(Diakses tanggal 8 Februari 2015)
[2] Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi.
Jakarta : Bumi Aksara. 2005. p.159.
[4] Effendy,
Onong Uchjana. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.Citra
Aditya Bakti. 2003. p.30.
[5]
http://fhitrysikumbang.blogspot.com/2013/04/komunikasi-interpersonal.html
(Diakses tanggal 8 Februari 2015)
[6] M. Ghojali Bagus A.P, S.Psi. Buku Ajar Psikologi Komunikasi. Fakultas Psikologi Unair. Surabaya. 2010.
[7] Judy
Pearson DKK. Human Communication,
McGrawhill company. New York : McGraw-Hill Company Inc., 2003 Hal.25.
[8] Suranto.
Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta
: Graha Ilmu. 2011. p.9.
[10] Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi, Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2001, p. 121–124.
[11]
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/komunikasi-interpersonal-definisi.html
(Diakses tanggal 9 Februari 2015)
0 Response to "Makalah Komunikasi Interpersonal"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)