Fungsi Bahasa
Bahasa memiliki beragam fungsi dalam
berbagai kehidupan sehari-hari manusia maupun dalam kepentingan berbagai
golongan atau kelompok itu sendiri. Dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu dalam garis
besarnya dapat berupa :
1. Alat
untuk mengekspresikan diri
Bahasa sebgai ekspresi diri dilakukan dari
tingkat yang paling sederhanan sampai dengan tingkat yang kompleks atau tingkat
kesulitan yang paling tinggi. Ekspresi
sederhana misalnya untuk menyatakan lapar, kecewa, dan sedih. Tingkat kompleks
misalnya menyatakan kemampuan mengerjakan proyek-proyek besar dalam bentuk
proposal sulit dan rumit.
Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri,
bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada
kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang
mendorong ekspresi diri antara lain :
a. Agar
menarik perhatian orang lain terhadap kita
b. Keinginan
untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
Sebenarnya semua fungsi bahasa sebagai yang
dikemukakan di atas tidak terpisah satu sama lain dalam kenyataan sehari-hari.
Sehingga untuk menetapkan dimana yang satu mulai dan di mana yang lain
berakhir sangatlah sulit. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagai
berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri. Dalam buaian seorang
bayi sudah dapat menyatakan dirinya sendiri, ia menangis bila lapar atau haus.
Ketika mulai belajar berbahasa, ia memerlukan kata-kata untuk menyatakan lapar,
haus dan sebagainya. Hal itu berlangsung terus hingga seorang menjadi dewasa.
Keadaan hatinya, suka-dukanya, semuanya coba diungkapkan dengan bahasa agar
tekanan-tekanan jiwanya dapat tersalur. Kata-kata seperti, aduh, hai, wahai,
dan sebagainya. Menceritakan pada kita kenyataan ini.
2. Sebagai
alat komunikasi
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai
alat komunikasi antar anggota masyarakat. Fungi tersebut digunakan berbagai lingkungan, tingkatan dan kepentingan yang
beraneka ragam, misalnya : komunikasi
ilmiah, komunikasi bisnis, komunikasi kerja, dan komunikasi sosial. Komunikasi
merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan
sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.
Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan,
dan kita ketahui kepada orang-orang lain. Dengan komunikasi pula kita
mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek-moyang kita,
serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sejaman dengan kita.
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan
saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita
menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam
aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita. Ia juga
memungkinkan manusia menganalisa masa lampaunya untuk memetik hasil-hasil yang
berguna bagi masa kini dan masa yang akan datang.
Dalam pengalaman sehari-hari, atau katakanlah
sejak kecil hingga seorang meningkat dewasa, bahasa perseorangan mengalami
perkembangan, sejalan dengan bertambahnya kenyataan-kenyataan atau
pengalaman-pengalaman seseorang. Bila kita membandingkan bahasa sebagai suatu
sistem keseluruhan dengan wujud dan fungsi bahasa yang bertahap-tahap dalam
kehidupan individual, yaitu wujud dan fungsi yang terbatas pada masa
kanak-kanak, serta wujud dan fungsi bahasa yang jauh lebih luas pada waktu
seorang telah dewasa, maka dapatlah dibayangkan betapa wujud dan fungsi bahasa
itu sejak awal mula sejarah umat manusia hingga kini. Bahasa itu mengalami
perkembangan dari jaman ke jaman sesuai dengan perkembangan intelektual manusia
dan kekayaan cipta karya manusia sebagai hasil dari kemajuan intelektual itu
sendiri.
Bila kita menyetujui pendapat yang mengatakan
bahwa kebutuhan manusia primitif masih sangat sederhana dan terbatas, serta
kemampuan intelektual mereka masih sangat rendah bila dibandingkan dengan keadaan
dewasa ini, serta di pihak lain kita mengakui bahwa bahasa adalah alat untuk
mengungkapkan atau mengkonsumsikan semua kebutuhan seperti yang telah diuraikan
di atas, maka dapat ditegaskan pula bahwa wujud dan fungsi bahasa pada
manusia-manusia primitif masih terbatas pula sesuai dengan keterbatasan
kebutuhan dan kemampuan intelektualnya. Tetapi seketika teknik manusia
bertambah serta kebudayaan dan kebutuhan manusia meningkat, maka bahasa itu
turut pula berkembang untuk dapat menampung semua apa yang telah dicapai oleh
umat manusia sehingga komunikasi tidak mengalami kemacetan.
3. Sebagai
alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial
Dengan bahasa, orang dapat menyatakan hidup
bersama dalam suatu ikatan: ikatan
keluarga, ikatan kerja, kerjasama dalam bidang bisnis, ikatan berbangsa dan
bernegara dan lain-lain.
Ikatan tersebut menimbulkan berbagai
konsekuensi, misalnya harus beradaptasi dalam ikatan tersebut sehingga tidak
menimbulkan konflik. Kemampuan beradaptasi ini dipengaruhi oleh kemampuan
berbahasa. Misalnya seseorang tidak akan menggunakan bahasa ilmiah ketika di
warung karena menyadari bahwa bahasa ilmiah hanya digunakan untuk berkomunikasi
dengan sesama ilmuan.
Bahasa disamping sebagai salah satu unsur
kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman
mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta
belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya
dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa.
Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh
memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok
sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan
dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh
efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan untuk memperoleh (pembauran)
yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya.
Melalui bahasa seorang anggota masyarakat
perlahan-lahan belajar mengenal segala adat istiadat, tingkah laku, dan tata
karma masyarakatnya. Ia mencoba menyesuaikan dirinya (adaptasi) dengan semuanya
melalui bahasa. Seorang pendatang bau dalam sebuah masyarakat pun harus
melakukan hal yang sama. Bila ingin hidup dengan tentram dan harmonis dengan
masyarakat itu ia harus menyesuaikan dirinya dengan masyarakat itu; untuk
itu ia memerlukan bahasa, yaitu bahasa masyarakat tersebut. Bila ia dapat
menyesuaikan dirinya maka ia pun dengan mudah membaurkan dirinya (integrasi)
dengan segala macam tata karma masyarakat tersebut.
Bahasa-bahasa menunjukkan perbedaan antara
satu dengan yang lainnya, tetapi masing-masing tetap mengikat kelompoknya
penuturnya dalam satu kesatuan. Ia memungkinkan tiap individu untuk
menyesuaikan dirinya dengan adat istiadat dan kebiasaan masyarakat bahasa itu.
Dua orang yang mempergunakan bahasa yang sama, akan mempergunakan pula
kata-kata yang sama untuk melukiskan suatu situasi yang identik. Kata sebagai
sebuah simbol bukan saja melambangkan pikiran atau gagasan tertentu, tetapi ia
juga melambangkan perasaan, kemauan dan tingkah laku seseorang.
4. Sebagai
alat untuk mengadakan kontrol sosial
Yang dimaksud dengan kontrol sosial adalah
usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak tanduk orang-orang lain.
Tingkah laku itu dapat bersifat terbuka (overt;
yaitu tingkah laku yang dapat diamati atau diobservasi), maupun yang bersifat
tertutup (covert; yaitu tingkah laku
yang tak dapat diobservasi).
Semua kegiatan sosial akan berjalan dengan
baik karena dapat diatur dengan mempergunakan bahasa. Semua tutur pertama-tama
dimaksudkan untuk mendapatkan tanggapan, baik tanggapan yang berupa tutur,
maupun tanggapan yang berbentuk perbuatan atau tindakan. Seorang pemimpin akan
kehilangan wibawa, bila bahasa yang dipergunakan untuk menyampaikan intruksi atau
penerangan kepada bawahannya, adalah bahasa yang kacau dan tak teratur.
Kekacauan dalam bahasanya akan menggagalkan pula usahanya untuk mempengaruhi
tingkah laku dan tindak-tanduk bawahannya.
Dalam mengadakan kontrol sosial, bahasa itu
mempunyai relasi dengan proses-proses sosialisasi suatu masyarakat.
Proses-proses sosialisasi itu dapat diwujudkan dengan cara-cara berikut.
Pertama, memperoleh keahlian bicara, dan dalam masyarakat yang lebih maju,
memperoleh keahlian membaca dan menulis. Keahlian berbicara dan keahlian
menulis pada masyarakat yang sudah maju, merupakan persyaratan bagi tiap
individu untuk mengadakan partisipasi penuh dalam masyarakat tersebut. Kedua,
bahasa merupakan saluran yang utama di mana kepercayaan dan sikap masyarakat
diberikan kepada anak-anak yang tengah tumbuh. Mereka inilah yang menjadi
penerus kebudayaan kepada generasi berikutnya. Ketiga, bahasa melukiskan dan
menjelaskan peran yang dilakukan oleh si anak untuk mengidentifikasikan dirinya
supaya dapat mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan. Dan keempat,
bahasa menanamkan rasa keterlibatan (sense of belonging atau esprit
de corps) pada si anak tentang bahasa masyarakatnya.
Bahasa sebgai kontrol sosial berfungsi untuk
mengendalikan komunikasi agar orang yang terlibat dalam komunikasi
dapat saling memahami. Masing-masing memahami ucapan, perilaku dan
simbol-simbol lain yang menunjukan arah komunikasi. Dengan demikian
masing-masing dapat mengendalikan komunikasi yang hendak dituju.
5. Bahasa
sebagai sarana ekspresi diri
Bahasa sebagai ekspresi diri dapat dilakukan
dari tingkat yang paling sederhana sampai yang paling kompleks atau tingkat
kesulitan yang sangat tinggi. Ekspresi sederhana, misalnya, untuk menyatakan cinta (saya akan senatiasa
setia, bangga dan prihatin kepadamu), lapar (sudah saatnya kita makan siang).
6. Bahasa
sebagai sarana memahami orang lain
Untuk menjamin efektifitas komunikasi,
seseorang perlu memahami orang lain, seperti dalam memahami dirinya. Dengan
pemahaman terhadap seseorang, pemakaian bahasa dapat mengenali berbagai hal
mencakup kondisi pribadinya: potensi
biologis, intelektual, emosional, kecerdasan, karakter, paradigma, yang
melandasi pemikirannya, tipologi dasar tempramennya (sanguines, melankolis, kholeris, flagmatis), bakatnya, kemampuan
kreativitasnya, kemempuan inovasinya, motifasi pengembangan dirinya, dan lain –
lain.
7. Bahasa
sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar
Bahasa sebagai alat untuk mengamati masalah
tersebut harus diupayakan kepastian konsep, kepastian makna, dan kepastian
proses berfikir sehingga dapat mengekspresikan hasil pengamatan tersebut secara
pasti. Misalnya apa yang melatar belakangi pengamatan, bagaimana pemecahan
masalahnya, mengidentifikasi objek yang diamati, menjelaskan bagaimana cara (metode) mengamati, apa tujuan
mengamati, bagaimana hasil pengamatan,. dan apa kesimpulan.
8. Bahasa
sebagai sarana berfikir logis
Kemampuan berfikir logis memungkinkan
seseorang dapat berfikir logis induktif, deduktif, sebab – akibat, atau
kronologis sehingga dapat menyusun konsep atau pemikiran secara jelas, utuh dan
konseptual. Melalui proses berfikir logis, seseorang dapat menentukan tindakan
tepat yang harus dilakukan. Proses berfikir logis merupakn hal yang abstrak.
Untuk itu, diperlukan bahasa yang efektif, sistematis, dengan ketepatan makna
sehingga mampu melambangkan konsep yang abstrak tersebut menjadi konkret.
9. Bahasa
membangun kecerdasan
Kecerdasan berbahasa terkait dengan kemampuan
menggunakan sistem dan fungsi bahasa dalam mengolah kata, kalimat, paragraf, wacana argumentasi, narasi, persuasi,
deskripsi, analisis atau pemaparan, dan kemampuan mengunakan ragam bahasa secara tepat sehingga
menghasilkan kreativitas yang baru dalam berbagai bentuk dan fungsi kebahasaan.
10. Bahasa
mengembangkan kecerdasan ganda
Selain kecerdasan berbahasa, seseorang
dimungkinkan memiliki beberapa kecerdasan sekaligus. Kecerdasan – kecerdasan
tersebut dapat berkembang secara bersamaan. Selain memiliki kecerdasan
berbahasa, orang yang tekun dan mendalami bidang studinya secara serius
dimungkinkan memiliki kecerdasan yang produktif. Misalnya, seorang ahli program
yang mendalami bahasa, ia dapat membuat kamus elektronik, atau membuat mesin
penerjemah yang lebih akurat dibandingkan yang sudah ada.
11. Bahasa
Mengembangkan profesi
Proses pengembangan profesi diawali dengan
pembelajaran dilanjutkan dengan pengembangan diri (kecerdasan) yang tidak
diperoleh selama proses pembelajaran, tetapi bertumpu pada pengalaman barunya.
Proses berlanjut menuju pendakian puncak karier / profesi. Puncak pendakian
karier tidak akan tercapai tanpa komunikasi atau interaksi dengan mitra,
pesaing dan sumber pegangan ilmunya. Untuk itu semua kaum profesional
memerlukan ketajaman, kecermatan, dan keefektifan dalam berbahasa sehingga
mempu menciptakan kreatifitas baru dalam profesinya.
12. Bahasa
sarana menciptakan kreatifitas baru
Bahasa sebagai sarana berekspresi dan
komunikasi berkembang menjadi suatu pemikiran yang logis dimungkinkan untuk
mengembangkan segala potensinya. Perkembangan itu sejalan dengan potensi akademik yang dikembangkannya.
Melalui pendidikan yang kemudian berkembang menjadi suatu bakat intelektual. Bakat alam dan bakat intelektual ini dapat
berkembang spontan menghasilkan suatu kretifitas
yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
Ali
Syahbana, S. Takdir.1957. Dari Perjuangan
dan Pertumbuhan Bahasa
Indonesia.
Djakarta: PT. Pustaka.
Alwi,
Hasan, dkk. 1998. Tata Baku Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Chaer,
Abdul. Leoni.2010. Sosiolinguistik Perkenalan
Awal. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dewi,
Ponco.2013. Korespondensi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Fakultas Ekonomi
A
Subantari R, Amas Suryadi, K. Zainal Muttaqin.1998. Bahasa Indonesia dan
Penyusunan
Karangan Ilmiah. Bandung, IAIN Sunan Giri Djati.
Effendi,
S.1995. Panduan Berbahasa Indonesia
dengan Baik dan Benar. Jakarta:
Pustaka Jaya.
Sabariyanto,
Dirgo. 1999. Kelebihan dan Ketidakbakuan
Kalimat dalam Bahasa
Indonesia,
Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Samsuri.
1991. Analisis Kesalahan Berbahasa.
Jakarta: Erlangga
WEBSITE:
Aditaryo.
2010. Ragam bahasa, Bahasa Indonesia dalam Komunikasi Ilmiah. http://carauntukbangkit.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 19 Maret 2013
Dirgantara
Wicaksono. 2013, Bahasa Indonesia Sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah, http://dirgantarawicaksono.blogspot.com/2013/01/bahasa-sebagai-sarana-komunikasi-ilmiah.html
. Diakses pada tanggal 8 Januari 2014
0 Response to "Fungsi Bahasa"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)