MAKALAH TEORI BELAJAR MENGAJAR DAN PRINSIPNYA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Teori belajar bermunculan seiring dengan berkembangnya
teori psikologi, beberapa yang paling popular saat ini adalah teori
Behavioristik, Humanistic, dan Konstruktivistik. Semua teori belajar tentu
dibutuhkan oleh semua siswa dan para guru untuk melaksanakan proses belajar
mengajar.
Dalam teori belajar, terdapat unsur-unsur yang
menyangkutt teori tersebut, salah satunya adalah belajar. Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh
individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil
melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau
informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara
aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi
suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistim yang membantu individu
belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian
tertentu dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang
didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari
satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat
dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua
pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang
kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip
yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu
teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar
mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Teori
Belajar?
2. Apa yang dimaksud dengan belajar?
3. Jenis-jenis teori belajar
4. Apa manfaat teori belajar?
5. Prinsip-prinsip pembelajaran
6. Apa yang dimaksud dengan teori
mengajar?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahu teori-teori belajar
dan pembelajaran, serta prinsip-prinsipp dalam pembelajaran.
2. Sebagai bahan referensi bagi
mahasiswa pendidikan administrasi perkantoran, khususnya untuk mata kuliah
perencanaan pengajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Teori Belajar
Dalam psikologi dan pendidkan,
pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses
yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman
untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan’s pengetahuan satu,
keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi
ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori
belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana
orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks
inheren pembelajaran.
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori
belajar, yaitu: behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme
. Behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran.Teori
kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis
otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana
pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
B.
TEORI
BEHAVIORISME
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman.Teori ini lalu berkembang menjadi
aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar.
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek –
aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan,
bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar
semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan
yang dikuasai individu.
Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143).
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan
guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara
stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati
dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh
karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik
adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon
dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik,
meliputi:
-
Reinforcement
and Punishment
-
Primary and
Secondary Reinforcement
-
Schedules
of Reinforcement
-
Contingency
Management
-
Stimulus
Control in Operant Learning
-
The
Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Teori ini
juga menghasilkan bebeapa hukum belajar,diantaranya :
1.
Connectionism
( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
- Law of Effect; artinya bahwa jika
sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus -
Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang
dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara
Stimulus- Respons.
- Law of Readiness; artinya bahwa
kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari
pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini
menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu.
- Law of Exercise; artinya bahwa
hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika
sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak
dilatih.
2. Classical Conditioning menurut Ivan
Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor
anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika
refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu
didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan
menurun
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus
dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :
1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah
diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka
kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber
(Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant
adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan.
Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus,
melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu
sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya
sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan
stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
4. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational
learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan
dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme
lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis
atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai
hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu
terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation)
dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang
pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment,
seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang
perlu dilakukan.
Keunggulan Teori
Behavioristik :
- Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimulus
lainnya dan seterusnya sampai reson yang diinginkan muncul
- Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur
kecepatan,spontanitas,dan daya tahan
- Teori behavioristik juga cocok diginakan untuk
melatih anak-anak yang msih membutuhkan dominasi peran orang dewasa,suak
mengulangi dan dibiasakan,suka meniru dan sengan dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung.
Kelemahan Teori Behavioristik :
- Cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir
linier,konvergen,tidak kreatif,tidak roduktif dan cenderung mendudkkan
siswa sebagai individu yang pasif
- Pembelajaran siswa yang berpusat oada guru dan
bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan di
ukur.
- Penerapan metode yang salah dalam pembeljaran mengakibatkan
terjadinya poses oembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa.
C. TEORI
BELAJAR KOGNITIF
Peneliti yang mengembangkan kognitif ini adalah Ausubel,
Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan
yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang
memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Menurut Ausubel, konsep tersebut
dimaksudkan untuk penyiapan struktur kognitif peserta didik untuk pengalaman
belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep
sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari
lingkungan. Bruner mengembangkan
teorinya tentang perkembangan intelektual, yaitu:
1. enactive, dimana seorang peserta didik belajar
tentang dunia melalui tindakannya pada objek
2. iconic, dimana belajar terjadi melalui
penggunaan model dan gambar
3. symbolic yang mendeskripsikan kapasitas dalam
berfikir abstrak
Prinsip-Prinsip Konsep Belajar
Kognitivisme
Prinsip-prinsip teori belajar bermakna Ausebel ini dapat diterapkan
dalam proes belajar mengajar melalui
tahap-tahap sebagai berikut:
1. mengukur kesiapan peserta didik seperti minat,
kemampuan dan struktur kognitifnya melalui tes awal, interview, review ,
pertanyaanpertanyaan dan lain-lain tehnik
2. memilih materi-materi kunci, lalu menyajikannya
dimulai dengan contoh-contoh kongkrit dan kontraversial
3. mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus
dikuasi dari materi baru itu
4. menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh
tentang apa yang harus dipelajari
5. memakai advance organizers
6. mengajar peserta didik memahami konsep-konsep
dan prinsip-prinsip yang ada dengan
memberikan fokus pada hubungan-hubungan yang ada
Menurut
Hartley & Davies (1978), prinsip-prinsip kognitifisme dari beberapa contoh
diatas banyak diterapkan dalam dunia pendidikan khususnya dalam melaksanakan
kegiatan perancangan pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
·
Peserta
didik akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan
pola dan logika tertentu
·
Penyusunan
materi pelajaran harus dari yang sederhana ke yang rumit. Untuk dapat melakukan
tugas dengan baik peserta didik harus lebih tahu tugas-tugas yang bersifat
lebih sederhana
·
Belajar
dengan memahami lebih baik dari pada menghapal tanpa pengertian. Sesuatu yang
baru harus sesuai dengan apa yang telah diketahui siswa sebelumnya. Tugas guru
disini adalah menunjukkan hubungan apa yang telah diketahui sebelumnya
·
Adanya
perbedaan individu pada siswa harus diperhatikan karena faktor ini sangat
mempengaruhi proses belajar siswa. Perbedaan ini meliputi kemampuan
intelektual, kepribadian, kebutuhan akan suskses dan lain-lain. (dalam Toeti
Soekamto 1992:36)
Peranan Model Kognitivisme dalam Pembelajaran
Dalam
aplikasinya menuntut peserta didik belajar secara deduktif (dari umum ke
khusus) dan lebih mementingkan aspek struktur kognitif peserta didik.
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
1.
Menentukan
tujuan-tujuan instruksional
2.
Mengukur
kesiapan peserta didik (minat, kemampuan, struktur kognitif)baik melalui tes awal,
interviw, pertanyaan dll.
3.
Memilih
materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci
4.
Mengidentifikasikan
prinsip-prinsip yang harus dikuasai peserta didik dari materi tsb.
5.
Menyajikan
suatu pandangan secara menyelurh tentang apa yang harus dikuasai pesertadidik.
6.
Membuat dan
menggunakan "advanced organizer" paling tidak dengan cara membuat
rangkuman terhadap materi yang baru disajikan, dilengkapi dengan uraian singkat
yang menunjukkan relevansi (keterkaiatan) materi yang sudah diberikan dengan
yang akan diberikan.
7.
Mengajar
peserta didik untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah
ditentukan dengan memberi fokus pada hubungan yang terjalin antara konsep yang
ada
8.
Mengevaluasi
proses dan hasil belajar
1. Teori Perkembangan
Model Kognitivisme
Berpijak pada tiga teori belajar seperti dijelaskan di
atas, maka dalam pengembangan model pembelajaran harus selaras dengan teori
belajar yang dianut. Dengan kata lain, apabila kita menganut teori
behaviorisme, maka model pembelajaran yang dapat digunakan diantaranya adalah
model pembelajaran yang tergolong pada kelompok perilaku. Untuk penganut teori
kognitivisme, model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran
yang mengarah pada proses pengolahan informasi. Adapun untuk yang menganut
teori belajar konstruktivisme, maka model pembelajaran yang dikembangkan adalah
model pembelajaran yang bersifat interaktif dan model pembelajaran yang
berpusat pada masalah. Hal ini didasarkan pada salah satu prinsip yang dianut oleh
konstruktivisme, yaitu bahwa setiap siswa menstruktur pengetahuannya sendiri
berdasarkan pengalaman dan hasil interaksinya dengan lingkungan sekitar. Jadi
pengetahuan itu tidak begitu saja diberikan oleh guru.
a.
TEORI BELAJAR KOGNITIFISTIK PIAGET
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut
sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang
banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu
yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa
perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu :
1.
sensory
motor;
2.
pre operational;
3.
concrete
operational
4.
formal
operational.
Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi
pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005)
menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes
material into their mind from the environment, which may mean changing the
evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference
made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil
apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta
didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan
kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran adalah :
1.
Bahasa dan
cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar
dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2.
Anak-anak
akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru
harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.
Bahan yang
harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4.
Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.
Di dalam
kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temanya.
C.TEORI HUMANISTIK
Menurut
Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. proses
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri.
Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar
lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal
diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian
pada proses belajar, ialah :
1.Proses pemerolehan informasi baru,
2. Personalia informasi ini pada individu.
Tokoh penting dalam teori belajar humanistik
secara teoritik antara lain adalah: Arthur W.Combs, Abraham Maslow dan Carl
Rogers.
- Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg
(1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning
(makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi
bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak
disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.
Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain.
Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain.
Combs berpendapat bahwa
banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila
materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti
tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah
bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi
pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
- Maslow
Teori Maslow didasarkan
pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan
itu.
Maslow mengemukakan bahwa
individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut
seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil
kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi
di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah
keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah
kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima
diri sendiri(self).
Maslow membagi
kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah
dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia
dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan
mendapatkan ras aman dan seterusnya.
Hierarki kebutuhan manusia
menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan
oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan
motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum
terpenuhi.
- Carl Rogers
Rogers membedakan dua tipe
belajar, yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Menurut Rogers yang terpenting
dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip
pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan
yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak
ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna
bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan
dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti
mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern
berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan
sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
1. Manusia itu mempunyai
kemampuan belajar secara alami.
2. Belajar yang signifikan
terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan
maksud-maksud sendiri.
3.
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi
mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4. Tugas-tugas belajar yang
mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila
ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
5. Apabila ancaman terhadap
diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang
berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6. Belajar yang bermakna
diperoleh siswa dengan melakukannya.
7. Belajar diperlancar
bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab
terhadap proses belajar itu.
8. Belajar inisiatif sendiri
yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek,
merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
9. Kepercayaan terhadap diri
sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa
dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari
orang lain merupakan cara kedua yang penting.
10. Belajar yang paling berguna
secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar,
suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke
dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan
terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers
diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru
untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati,penghargaan,umpan balik
positif.
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1. Merespon perasaan siswa
2. Menggunakan ide-ide siswa
untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi
dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara perilaku
dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka
berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
7.
Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu
diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan
angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik
termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi
tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada
peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat
berpikir yang lebih tinggi.
Humanistik tertuju pada
masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dan dibimbing oleh
maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka
sendiri.
Prinsip- prinsip belajar humanistik:
1.
Manusia mempunyai belajar alam
2. Belajar signifikan terjadi
apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud
tertentu
3. Belajar yang menyangkut
perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
4. Tugas belajar yang
mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil
5. Belajar yang bermakna
diperolaeh jika siswa melakukannya
6. Belajar lancer jika siswa
dilibatkan dalam proses belajar
7.
Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil
yang mendalam.
8. Kepercayaan pada diri pada
siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
9.
Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar
IMPLIKASI TEORI
HUMANISTIK
a.
Guru Sebagai Fasilitator
Psikologi humanistik memberi
perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah berbagai cara
untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini
merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):
1.
Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,
situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2.
Fasilitator membantu untuk
memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga
tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3.
Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4.
Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang
paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan
mereka.
5.
Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6.
Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang
bersifat intelektual dan sikap sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun
bagi kelompok
7.
Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat berperanan sebagai seorang
siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan
pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8.
Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan
juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai
suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
9.
Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya
perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10.
Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
APLIKASI TEORI
HIMANISTIK TERHADAP PEMBELAJARAN SISWA
Aplikasi teori humanistik
lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai
metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah
menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku
utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.
Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara
positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih
kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya
dilalui adalah :
-
Merumuskan tujuan belajar yang jelas
-
Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat
jelas , jujur dan positif.
-
Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas
inisiatif sendiri
-
Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran
secara mandiri
-
Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya
sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang
ditunjukkan.
-
Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak
menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas
segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
-
Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
-
Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori
humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang
bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis
terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa
merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola
pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi
manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur
pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain
atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
CIRI GURU YANG BAIK DAN KURANG BAIK MENURUT TEORI
HIMANISTIK
Guru yang baik menurut teori
ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis,
mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar.Ruang kelads lebih
terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan.
Sedangkan guru yang
tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi
tidak sabar ,suka melukai perasaan siswaa dengan komentsr ysng
menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang
ada.
IMPLIKASI TEORI BELAJAR HUMANISME
Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru
sebagai fasilitator.
Berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas
fasilitator :
Berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas
fasilitator :
-
Fasilitator
sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok,
atau pengalaman kelas.
-
Fasilitator
membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan dan juga
tujuan-tujuan kelompok.
-
Dia
mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan
tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya.
-
Dia mencoba
mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
-
Dia
menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel
-
Menanggapi
ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas
-
Bilamana
cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat
berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi
-
Dia mengambil
prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya
dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan
-
Dia harus
tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang
dalam dan kuat selama belajar
-
Di dalam berperan
sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan
menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
- TEORI KONSRUKTIVISTIK
Teori belajar konstruktivistik disumbangkan oleh
Jean Piaget, yang merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai
pelopor konstruktivisme. Pandangan-pandangan Jean Piaget seorang psikolog
kelahiran Swiss (1896-1980), percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang
oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari
guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran yaitu :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan
orang dewasa. Oleh karenanya guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berpikir mereka
2.
Anak-anak
akan belajar lebih baik apabila menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus
membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.
Bahan
yang dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tapi tidak asing.
4.
Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.
Di
dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-teman.
Belajar, menurut teori belajar konstruktivistik
bukanlah sekadar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan
melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil ”pemberian” dari orang lain
seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan
setiap individu. Pengetahuan hasil dari ”pemberian” tidak akan bermakna. Adapun
pengetahuan yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh
setiap individu akan memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih
lama tersimpan/diingat dalam setiap individu. Proses mengkonstruksi,
sebagaimana dijelaskan Jean Piaget adalah sebagai berikut:
Sejak kecil anak sudah memiliki struktur
kognitif yang kemudian dinamakan skema (schema). Skema terbentuk
karena pengalaman. Misalnya, anak senang bermain dengan kucing dan kelinci yang
sama-sama berbulu putih. Berkat keseringannya, ia dapat menangkap perbedaan
keduanya, yaitu bahwa kucing berkaki empat dan kelinci berkaki dua. Pada
akhirnya, berkat pengalaman itulah dalam struktur kognitif anak terbentuk skema
tentang binatang berkaki empat dan binatang berkaki dua. Semakin dewasa anak,
maka semakin sempunalah skema yang dimilikinya. Proses penyempurnaan sekema
dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
adalah proses penyempurnaan skema, sedangkan akomodasi adalah proses
mengubah skema yang sudah ada hingga terbentuk skema baru. Semua itu (asimilasi
dan akomodasi) terbentuk berkat pengalaman siswa. Contoh lain yaitu seorang
anak yang merasa sakit karena terpercik api. Berdasarkan pengalamannya
terbentuk skema kognitif pada diri anak tentang ”api”, bahwa api adalah sesuatu
yang membahayakan oleh karena itu harus dihindari. Dengan demikian ketika ia
melihat api, secara refleks ia akan menghindar. Semakin dewasa, pengalaman anak
tentang api bertambah pula. Ketika anak melihat ibunya memasak dengan menggunakan
api, atau ketika ayahnya merokok; maka skema kognitif tersebut akan
disempurnakan, bahaw api tidak harus dihindari akan tetapi dimanfaatkan. Ketika
anak melihat banyak pabrik atau industri memerlukan api, kendaraan memerlukan
api, maka skema kognitif anak semakin berkembang/sempurna menjadi api sangat
dibutuhkan untuk kehidupan manusia (Sanjaya, 2008:164-165)
Piaget dalam Winataputra (2007:6.8) menjelaskan
pentingnya berbagai faktor internal seseorang seperti tingkat kematangan
berpikir, pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, konsep diri, dan
keyakinan dalam proses belajar.
Berbagai faktor internal tersebut
mengindikasikan kehidupan psikologis seseorang, serta bagaimana dia
mengembangkan struktur dan strategi kognitif, dan emosinya.
Dalam mengimplementasikan teori belajar ini,
digunakan strategi pendekatan diskusi dan praktik, sehingga memungkinkan
peserta didik untuk berinteraksi dengan lingkungannya baik peralatan yang ada
ataupun dengan teman sebaya untuk menemukan pengetahuan baru. Dalam hal ini peran
guru hanya mendorong agar mereka saling memberi pengalaman ataupun pengetahuan
sehingga proses pembelajaran menjadi menarik bagi mereka. Waktu untuk
mempresentasikan di akhir pelajaran merupakan usaha untuk melibatkan siswa di
hadapan siswa yang lain sehingga diharapkan dapat memotivasi siswa lainnya
untuk berusaha melakukan hal yang sama di lain kesempatan.
E. TEORI
BELAJAR SOSIAL
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori
pembelajaran social ( Social Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran
behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan
evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar social atau
kognitif social serta efikasi diri.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan
kognitif
serta factor pelaku memainkan
peran penting dalam
pembelajaran.
Faktor
kognitif
berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan,
factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya. Albert Bandura merupakan salah satu
perancang teori kognitif social.
Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari
teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik)1. Teori
pembelajaran social ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini
menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku,
tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat
perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran
social kita akan menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement eksternal
dan penjelasan – penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar
dari orang lain. Dalam pandangan belajar social “ manusia “ itu tidak didorong
oleh kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus –
stimulus lingkungan.
Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan –
lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan –
lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya
sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa
“sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran social adalah
pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling
penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan
,Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang
dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji dan
ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan
perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini
merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain. Kedua,
pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang
memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh
pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila
menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan
oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang
pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M,1998.a:4).
Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap
kepribadian, teori pembelajaran social berdasarkan pada penjelasan yang
diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia
adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk
menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori – teori
sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks social dimana tingkah laku ini
muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi
dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku orang
lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal
tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.
KELEMAHAN TEORI BELAJAR SOSOIAL
ALBERT BANDURA
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika
diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert
Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan
tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk
tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti
terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan
meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima
dalam masyarakat.
KELEBIHAN TEORI BELAJAR SOSIAL
ALBERT BANDURA
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori
belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku
seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang
tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond),
melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan
dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada
perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain
itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam
mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang
menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif
F. Teori Psikologi Klasik Tentang Belajar
Bahwa, manusia terdiri dari
jiwa dan badan atau zat, badan adalah objek yang sampai ke alat indra,
sedangkan jiwa adalah suatu realitas yang non material yang terdapat di dalam
badan, berpikir, merasa serta bertanggung jawab. Sementara itu, zat sifatnya
terbatas dan bukan suatu keseluruhan realita, melainkan berkenaan dengan proses
materil.
G. Teori Psikologi Daya dan Belajar
Jiwa manusia terdiri dari
berbagai daya, mengingat, berpikir, merasakan, dan lain-lain. Setiap orang
memiliki semua daya tersebut, dan agar daya tersebut berkembang maka perlu
dilatih sehingga dapat berfungsi. Apabila suatu daya dapat dilatih, maka secara
tidak langsung akan mempengaruhi daya-daya yang lain.
H. Teori Psikologi Mental State
Teori ini berpangkal pada
psikologi asosiasi yang dikembangkan oleh J. Herbert yang pada prinsipnya jiwa
manusia terdiri dari kesan atau tanggapan yang masuk dari penginderaaan. Tambah
kuat asosiasi maka tambah lama kesan itu tinggal di dalam jiwa. Dan apabila
kesan itu lemah maka akan lebih mudah lupa.
I. Teori Psikologi Field Theory tentang Belajar :
a) Belajar dimulai dari
suatu keseluruhan. Belajar dimulai dari suatu unit menuju hal-hal yang
sederhana.
b) Keseluruhan makna
pada bagian-bagian yang terdapat dalam suatu keseluruhan.
c) individual
bagian-bagian dari suatu keseluruhan. Bagian dilihat dalam hubungan fungsional
dengan keseluruhan.
d) Siswa belajar dengan
menggunakan pemahaman.
J. MANFAAT
TEORI BELAJAR
Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :
1.
Membantu
guru untuk memahami bagaimana siswa belajar
2. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan
proses pembelajaran
3. Memandu guru untuk mengelola kelas
4. Membantu guru untuk mengevaluasi proses,
perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa yang telah dicapai
5. Membantu proses belajar lebih efektif, efisien
dan produktif
6. Membantu guru dalam memberikan dukungan dan
bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal.
K.
Prinsip-Prinsip
Pembelajaran
Proses belajar
mengajar memang merupakan bagian terpenting dalam mengimplementasikan
kurikulum, termasuk memahami prinsip-prinsip pembelajaran itu sendiri. Adapun
untuk bisa mengetahui efektivitas dan juga efisiensi suatu pembelajaran bisa
kita lihat melalui kegiatan pembelajaran ini. Oleh karena itu, dalam melakukan
pembelajaran sudah sepatutnya seorang pengejar mengetahui bagaimana cara untuk
membuat kegiatan belajar bisa berjalan dengan baik serta bisa mencapai tujuan sesuai
dengan yang diinginkan.
Memang,
prinsip-prinsip pembelajaran adalah bagian terpenting yang wajib diketahui para
pengajar sehingga mereka bisa memahami lebih dalam prinsip tersebut dan seorang
pengajar bisa membuat acuan yang tepat dalam pembelajarannya. Dengan begitu
pembelajaran yang dilakukan akan jauh lebih efektif serta bisa mencapai target
tujuan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai apa saja prinsip-prinsip
pembelajaran tersebut, sebaiknya simak ulasan berikut :
1.
Prinsip motivasi dan perhatian
Dalam sebuah proses
pembelajaran, di sini perhatian sangatlah berperan penting sebagai awalan dalam
memicu kegiatan belajar. Sementara motivasi memiliki keterkaitan dengan minat
siswa, sehingga mereka yang mempunyai minat tinggi terhadap mata pelajaran
tertentu juga bisa menimbulkan motivasi yang lebih tinggi lagi dalam belajar.
2.
Prinsip keaktifan
Pada hakikatnya
belajar itu merupakan proses aktif yang mana seseorang melakukan kegiatan untuk
mengubah perilaku d pemikiran menjadi lebih baik.
3.
Prinsip berpengalaman atau keterlibatan
secara langsung
Jadi prinsip ini erat
kaitannya dengan prinsip aktivitas di mana masing-masing individu haruslah
terlibat langsung untuk merasakan atau mengalaminya. Adapun sebenarnya di
setiap kegiatan pembelajaran itu haruslah melibatkan diri kita secara langsung.
4.
Prinsip pengulangan
prinsip pengulangan
di sini memang sangatlah penting yang mana.
5.
Prinsip tantangan
Penerapan bahan
belajar yang kita kemas dengan lebih menantang seperti halnya mengandung
permasalahan yang harus dipecahkan, maka para siswa pun juga akan tertantang
untuk terus mempelajarinya.
6.
Prinsip penguat dan balikan
Kita tahu bahwa
seorang siswa akan lebih semangat jika mereka mengetahui serta mendapatkan
nilai yang baik. Terlebih lagi jika hasil yang didapat sangat memuaskan
sehingga itu bisa menjadi titik balik yang akan sangat berpengaruh untuk
kelanjutannya.
7.
Prinsip perbedaan individual
Proses belajar
masing-masing individu memang tidaklah sama baik secara fisik maupun psikis.
Untuk itulah di dalam proses pembelajaran mengandung penerapan bahwa
masing-masing siswa haruslah dibantu agar lebih memahami kelemahan serta
kekuatan yang ada pada dirinya dan kemudian bisa mendapatkan perlakuan yang
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing.
Jadi itulah beberapa
prinsip-prinsip pembelajaran yang patut anda ketahui, sehingga kita juga bisa
lebih memahami arti dari proses pembelajaran itu sendiri
L.
Teori
Mengajar
Mengajar
adalah tindak atau perbuatan seseorang menyampaikan pelajaran dengan maksud
membuat anak didik paham akan tujuan ia belajar. Hampir setiap orang tertarik
akan tugas ini, akan tetapi tidak semua guru berhasil dalam tugas ini. Jika
profesinya berbeda dengan apa yang dilakukan, biasanya terjadi kegagalan.
Ada
banyak macam mengajar dengan baik. Konsep baik ini jika diterapkan dalan
pembelajaran akan timbul pertanyaan “apa yang baik” dan “baik untuk siapa”.
Dalam mengajar dikenal beberapa macam-macam interaksi dalam proses belajar
mengajar. Proses interaksi tersebut dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilan berbahasa. Berikut ada beberapa penjelasan tentang mengajar.
1.
Definisi Lama Mengajar
Mengajar
adalah penyerahan kebudayaan berupa kecakapan kepada anak didik atau usaha
mewariskan kebudayaan masyarakat pada generasi berikut sebagai generasi
penerus.
2.
Menurut Prof. Dr. De Queluy dan Prof. Gazali, MA.
Mengajar
adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan
tepat.
3.
Beberapa definisi mengajar menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik
dalam bukunya “proses belajar mengajar” :
·
Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda
melalui lembaga pendidikan sekolah.
·
Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi
warga Negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat.
4.
Menurut G. E. Olsen
Mengajar adalah suatu proses
membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
- Faktor-Faktor yang
memperngaruhi Proses Belajar Mengajar
Suatu proses pada hakikatnya dinamakan suatu
pengolahan, suatu perencanaan. Faktor-faktor yang diproses ada bermacam-macam,
ada faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik sifatnya. Pada diagram dibawah dapat
dilihat masukan dan keluaran setelah terjadi proses belajar mengajar.
Diagram 2.1
|


|
Masukan Kasar Keluaran
![]() |
|||||
![]() |
|||||
|
Faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar
tersebut ada faktor dari luar (ekstrinsik) dan faktor dari dalam (intrinsik).
Untuk memperoleh hasil belajar mengajar yang baik, perlu proses belajar
mengajar yang sistematis dengan memperhatikan unsur-unsur dalam proses belajar
mengajar sekaligus merupakan langkah-langkah proses belajar mengajar.
Pada diagram berikut diperlihatkan faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi proses
belajar mengajar
|
Diagram 2.2
![]() |
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dalam tingkah laku manusia terdapat sejumlah
aspek, yaitu pengetahuan, pengertian, kebiasaan, apresiasi, emosional, hubungan
sosial, jasmani, etis, dan sikap. Semua ini dapat di kembangkan melalui proses
belajar mengajar, dalam kegiatan belajar mengajar yang efektif dapat
dipengaruhi oleh faktor kondisional yang ada.
Belajar memerlukan latihan sehingga nanti akan
terjadi perubahan dalam diri siswa, yaitu meliputi kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Perubahan-perubahan kemampuan terjadi melalui proses belajar seperti pembelajaran
pemecahan masalah, pembelajaran sikap, adanya informasi dan fakta, dan
pembelajaran transfer.
Jenis-jenis pembelajaran tersebut direalisasikan
dalam bentuk belajar yang disusun secara sistematika. Manusia sebagai makluk
yang dapat berpikir dan dapat dikembangkan untuk mendapatkan perhatian melalui
teori belajar dan teori mengajar. Teori tersebut akan banyak dipengaruhi oleh
psikologi, sedangkan teori mengajar adalah kegiatan, tindakan yang dilakukan
oleh seseorang dengan maksud membuat anak didik paham akan tujuannya belajar.
Dalam proses belajar mengajar diperlukan prinsip
yang dapat dipakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran baik bagi siswa yang
perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan
kualitas mengajarnya.
Tidak boleh dilupakan bahwa dalam proses belajar
mengajar ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar dari prose
itu, yaitu faktor yang datang dari dalam maupun faktor yang datangya dari luar.
3.1 Saran dan Kritik
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Teori belajar bermunculan seiring dengan berkembangnya
teori psikologi, beberapa yang paling popular saat ini adalah teori
Behavioristik, Humanistic, dan Konstruktivistik. Semua teori belajar tentu
dibutuhkan oleh semua siswa dan para guru untuk melaksanakan proses belajar
mengajar.
Dalam teori belajar, terdapat unsur-unsur yang
menyangkutt teori tersebut, salah satunya adalah belajar. Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh
individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil
melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau
informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara
aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi
suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistim yang membantu individu
belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian
tertentu dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang
didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari
satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat
dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua
pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang
kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip
yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu
teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar
mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Teori
Belajar?
2. Apa yang dimaksud dengan belajar?
3. Jenis-jenis teori belajar
4. Apa manfaat teori belajar?
5. Prinsip-prinsip pembelajaran
6. Apa yang dimaksud dengan teori
mengajar?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahu teori-teori belajar
dan pembelajaran, serta prinsip-prinsipp dalam pembelajaran.
2. Sebagai bahan referensi bagi
mahasiswa pendidikan administrasi perkantoran, khususnya untuk mata kuliah
perencanaan pengajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Teori Belajar
Dalam psikologi dan pendidkan,
pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses
yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman
untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan’s pengetahuan satu,
keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi
ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori
belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana
orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks
inheren pembelajaran.
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori
belajar, yaitu: behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme
. Behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran.Teori
kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis
otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana
pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
B.
TEORI
BEHAVIORISME
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman.Teori ini lalu berkembang menjadi
aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar.
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek –
aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan,
bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar
semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan
yang dikuasai individu.
Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143).
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan
guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara
stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati
dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh
karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik
adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon
dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik,
meliputi:
-
Reinforcement
and Punishment
-
Primary and
Secondary Reinforcement
-
Schedules
of Reinforcement
-
Contingency
Management
-
Stimulus
Control in Operant Learning
-
The
Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Teori ini
juga menghasilkan bebeapa hukum belajar,diantaranya :
1.
Connectionism
( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
- Law of Effect; artinya bahwa jika
sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus -
Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang
dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara
Stimulus- Respons.
- Law of Readiness; artinya bahwa
kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari
pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini
menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu.
- Law of Exercise; artinya bahwa
hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika
sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak
dilatih.
2. Classical Conditioning menurut Ivan
Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor
anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika
refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu
didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan
menurun
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus
dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :
1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah
diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka
kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber
(Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant
adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan.
Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus,
melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu
sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya
sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan
stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
4. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational
learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan
dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme
lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis
atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai
hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu
terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation)
dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang
pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment,
seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang
perlu dilakukan.
Keunggulan Teori
Behavioristik :
- Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimulus
lainnya dan seterusnya sampai reson yang diinginkan muncul
- Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur
kecepatan,spontanitas,dan daya tahan
- Teori behavioristik juga cocok diginakan untuk
melatih anak-anak yang msih membutuhkan dominasi peran orang dewasa,suak
mengulangi dan dibiasakan,suka meniru dan sengan dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung.
Kelemahan Teori Behavioristik :
- Cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir
linier,konvergen,tidak kreatif,tidak roduktif dan cenderung mendudkkan
siswa sebagai individu yang pasif
- Pembelajaran siswa yang berpusat oada guru dan
bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan di
ukur.
- Penerapan metode yang salah dalam pembeljaran mengakibatkan
terjadinya poses oembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa.
C. TEORI
BELAJAR KOGNITIF
Peneliti yang mengembangkan kognitif ini adalah Ausubel,
Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan
yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang
memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Menurut Ausubel, konsep tersebut
dimaksudkan untuk penyiapan struktur kognitif peserta didik untuk pengalaman
belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep
sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari
lingkungan. Bruner mengembangkan
teorinya tentang perkembangan intelektual, yaitu:
1. enactive, dimana seorang peserta didik belajar
tentang dunia melalui tindakannya pada objek
2. iconic, dimana belajar terjadi melalui
penggunaan model dan gambar
3. symbolic yang mendeskripsikan kapasitas dalam
berfikir abstrak
Prinsip-Prinsip Konsep Belajar
Kognitivisme
Prinsip-prinsip teori belajar bermakna Ausebel ini dapat diterapkan
dalam proes belajar mengajar melalui
tahap-tahap sebagai berikut:
1. mengukur kesiapan peserta didik seperti minat,
kemampuan dan struktur kognitifnya melalui tes awal, interview, review ,
pertanyaanpertanyaan dan lain-lain tehnik
2. memilih materi-materi kunci, lalu menyajikannya
dimulai dengan contoh-contoh kongkrit dan kontraversial
3. mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus
dikuasi dari materi baru itu
4. menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh
tentang apa yang harus dipelajari
5. memakai advance organizers
6. mengajar peserta didik memahami konsep-konsep
dan prinsip-prinsip yang ada dengan
memberikan fokus pada hubungan-hubungan yang ada
Menurut
Hartley & Davies (1978), prinsip-prinsip kognitifisme dari beberapa contoh
diatas banyak diterapkan dalam dunia pendidikan khususnya dalam melaksanakan
kegiatan perancangan pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
·
Peserta
didik akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan
pola dan logika tertentu
·
Penyusunan
materi pelajaran harus dari yang sederhana ke yang rumit. Untuk dapat melakukan
tugas dengan baik peserta didik harus lebih tahu tugas-tugas yang bersifat
lebih sederhana
·
Belajar
dengan memahami lebih baik dari pada menghapal tanpa pengertian. Sesuatu yang
baru harus sesuai dengan apa yang telah diketahui siswa sebelumnya. Tugas guru
disini adalah menunjukkan hubungan apa yang telah diketahui sebelumnya
·
Adanya
perbedaan individu pada siswa harus diperhatikan karena faktor ini sangat
mempengaruhi proses belajar siswa. Perbedaan ini meliputi kemampuan
intelektual, kepribadian, kebutuhan akan suskses dan lain-lain. (dalam Toeti
Soekamto 1992:36)
Peranan Model Kognitivisme dalam Pembelajaran
Dalam
aplikasinya menuntut peserta didik belajar secara deduktif (dari umum ke
khusus) dan lebih mementingkan aspek struktur kognitif peserta didik.
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
1.
Menentukan
tujuan-tujuan instruksional
2.
Mengukur
kesiapan peserta didik (minat, kemampuan, struktur kognitif)baik melalui tes awal,
interviw, pertanyaan dll.
3.
Memilih
materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci
4.
Mengidentifikasikan
prinsip-prinsip yang harus dikuasai peserta didik dari materi tsb.
5.
Menyajikan
suatu pandangan secara menyelurh tentang apa yang harus dikuasai pesertadidik.
6.
Membuat dan
menggunakan "advanced organizer" paling tidak dengan cara membuat
rangkuman terhadap materi yang baru disajikan, dilengkapi dengan uraian singkat
yang menunjukkan relevansi (keterkaiatan) materi yang sudah diberikan dengan
yang akan diberikan.
7.
Mengajar
peserta didik untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah
ditentukan dengan memberi fokus pada hubungan yang terjalin antara konsep yang
ada
8.
Mengevaluasi
proses dan hasil belajar
1. Teori Perkembangan
Model Kognitivisme
Berpijak pada tiga teori belajar seperti dijelaskan di
atas, maka dalam pengembangan model pembelajaran harus selaras dengan teori
belajar yang dianut. Dengan kata lain, apabila kita menganut teori
behaviorisme, maka model pembelajaran yang dapat digunakan diantaranya adalah
model pembelajaran yang tergolong pada kelompok perilaku. Untuk penganut teori
kognitivisme, model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran
yang mengarah pada proses pengolahan informasi. Adapun untuk yang menganut
teori belajar konstruktivisme, maka model pembelajaran yang dikembangkan adalah
model pembelajaran yang bersifat interaktif dan model pembelajaran yang
berpusat pada masalah. Hal ini didasarkan pada salah satu prinsip yang dianut oleh
konstruktivisme, yaitu bahwa setiap siswa menstruktur pengetahuannya sendiri
berdasarkan pengalaman dan hasil interaksinya dengan lingkungan sekitar. Jadi
pengetahuan itu tidak begitu saja diberikan oleh guru.
a.
TEORI BELAJAR KOGNITIFISTIK PIAGET
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut
sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang
banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu
yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa
perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu :
1.
sensory
motor;
2.
pre operational;
3.
concrete
operational
4.
formal
operational.
Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi
pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005)
menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes
material into their mind from the environment, which may mean changing the
evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference
made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil
apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta
didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan
kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran adalah :
1.
Bahasa dan
cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar
dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2.
Anak-anak
akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru
harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.
Bahan yang
harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4.
Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.
Di dalam
kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temanya.
C.TEORI HUMANISTIK
Menurut
Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. proses
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri.
Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar
lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal
diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian
pada proses belajar, ialah :
1.Proses pemerolehan informasi baru,
2. Personalia informasi ini pada individu.
Tokoh penting dalam teori belajar humanistik
secara teoritik antara lain adalah: Arthur W.Combs, Abraham Maslow dan Carl
Rogers.
- Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg
(1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning
(makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi
bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak
disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.
Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain.
Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain.
Combs berpendapat bahwa
banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila
materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti
tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah
bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi
pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
- Maslow
Teori Maslow didasarkan
pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan
itu.
Maslow mengemukakan bahwa
individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut
seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil
kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi
di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah
keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah
kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima
diri sendiri(self).
Maslow membagi
kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah
dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia
dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan
mendapatkan ras aman dan seterusnya.
Hierarki kebutuhan manusia
menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan
oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan
motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum
terpenuhi.
- Carl Rogers
Rogers membedakan dua tipe
belajar, yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Menurut Rogers yang terpenting
dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip
pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan
yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak
ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna
bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan
dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti
mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern
berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan
sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
1. Manusia itu mempunyai
kemampuan belajar secara alami.
2. Belajar yang signifikan
terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan
maksud-maksud sendiri.
3.
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi
mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4. Tugas-tugas belajar yang
mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila
ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
5. Apabila ancaman terhadap
diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang
berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6. Belajar yang bermakna
diperoleh siswa dengan melakukannya.
7. Belajar diperlancar
bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab
terhadap proses belajar itu.
8. Belajar inisiatif sendiri
yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek,
merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
9. Kepercayaan terhadap diri
sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa
dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari
orang lain merupakan cara kedua yang penting.
10. Belajar yang paling berguna
secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar,
suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke
dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan
terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers
diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru
untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati,penghargaan,umpan balik
positif.
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1. Merespon perasaan siswa
2. Menggunakan ide-ide siswa
untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi
dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara perilaku
dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka
berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
7.
Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu
diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan
angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik
termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi
tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada
peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat
berpikir yang lebih tinggi.
Humanistik tertuju pada
masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dan dibimbing oleh
maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka
sendiri.
Prinsip- prinsip belajar humanistik:
1.
Manusia mempunyai belajar alam
2. Belajar signifikan terjadi
apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud
tertentu
3. Belajar yang menyangkut
perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
4. Tugas belajar yang
mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil
5. Belajar yang bermakna
diperolaeh jika siswa melakukannya
6. Belajar lancer jika siswa
dilibatkan dalam proses belajar
7.
Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil
yang mendalam.
8. Kepercayaan pada diri pada
siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
9.
Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar
IMPLIKASI TEORI
HUMANISTIK
a.
Guru Sebagai Fasilitator
Psikologi humanistik memberi
perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah berbagai cara
untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini
merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):
1.
Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,
situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2.
Fasilitator membantu untuk
memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga
tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3.
Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4.
Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang
paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan
mereka.
5.
Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6.
Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang
bersifat intelektual dan sikap sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun
bagi kelompok
7.
Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat berperanan sebagai seorang
siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan
pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8.
Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan
juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai
suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
9.
Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya
perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10.
Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
APLIKASI TEORI
HIMANISTIK TERHADAP PEMBELAJARAN SISWA
Aplikasi teori humanistik
lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai
metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah
menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku
utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.
Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara
positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih
kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya
dilalui adalah :
-
Merumuskan tujuan belajar yang jelas
-
Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat
jelas , jujur dan positif.
-
Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas
inisiatif sendiri
-
Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran
secara mandiri
-
Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya
sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang
ditunjukkan.
-
Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak
menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas
segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
-
Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
-
Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori
humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang
bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis
terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa
merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola
pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi
manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur
pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain
atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
CIRI GURU YANG BAIK DAN KURANG BAIK MENURUT TEORI
HIMANISTIK
Guru yang baik menurut teori
ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis,
mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar.Ruang kelads lebih
terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan.
Sedangkan guru yang
tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi
tidak sabar ,suka melukai perasaan siswaa dengan komentsr ysng
menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang
ada.
IMPLIKASI TEORI BELAJAR HUMANISME
Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru
sebagai fasilitator.
Berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas
fasilitator :
Berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas
fasilitator :
-
Fasilitator
sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok,
atau pengalaman kelas.
-
Fasilitator
membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan dan juga
tujuan-tujuan kelompok.
-
Dia
mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan
tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya.
-
Dia mencoba
mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
-
Dia
menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel
-
Menanggapi
ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas
-
Bilamana
cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat
berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi
-
Dia mengambil
prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya
dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan
-
Dia harus
tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang
dalam dan kuat selama belajar
-
Di dalam berperan
sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan
menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
- TEORI KONSRUKTIVISTIK
Teori belajar konstruktivistik disumbangkan oleh
Jean Piaget, yang merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai
pelopor konstruktivisme. Pandangan-pandangan Jean Piaget seorang psikolog
kelahiran Swiss (1896-1980), percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang
oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari
guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran yaitu :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan
orang dewasa. Oleh karenanya guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berpikir mereka
2.
Anak-anak
akan belajar lebih baik apabila menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus
membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.
Bahan
yang dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tapi tidak asing.
4.
Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.
Di
dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-teman.
Belajar, menurut teori belajar konstruktivistik
bukanlah sekadar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan
melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil ”pemberian” dari orang lain
seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan
setiap individu. Pengetahuan hasil dari ”pemberian” tidak akan bermakna. Adapun
pengetahuan yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh
setiap individu akan memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih
lama tersimpan/diingat dalam setiap individu. Proses mengkonstruksi,
sebagaimana dijelaskan Jean Piaget adalah sebagai berikut:
Sejak kecil anak sudah memiliki struktur
kognitif yang kemudian dinamakan skema (schema). Skema terbentuk
karena pengalaman. Misalnya, anak senang bermain dengan kucing dan kelinci yang
sama-sama berbulu putih. Berkat keseringannya, ia dapat menangkap perbedaan
keduanya, yaitu bahwa kucing berkaki empat dan kelinci berkaki dua. Pada
akhirnya, berkat pengalaman itulah dalam struktur kognitif anak terbentuk skema
tentang binatang berkaki empat dan binatang berkaki dua. Semakin dewasa anak,
maka semakin sempunalah skema yang dimilikinya. Proses penyempurnaan sekema
dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
adalah proses penyempurnaan skema, sedangkan akomodasi adalah proses
mengubah skema yang sudah ada hingga terbentuk skema baru. Semua itu (asimilasi
dan akomodasi) terbentuk berkat pengalaman siswa. Contoh lain yaitu seorang
anak yang merasa sakit karena terpercik api. Berdasarkan pengalamannya
terbentuk skema kognitif pada diri anak tentang ”api”, bahwa api adalah sesuatu
yang membahayakan oleh karena itu harus dihindari. Dengan demikian ketika ia
melihat api, secara refleks ia akan menghindar. Semakin dewasa, pengalaman anak
tentang api bertambah pula. Ketika anak melihat ibunya memasak dengan menggunakan
api, atau ketika ayahnya merokok; maka skema kognitif tersebut akan
disempurnakan, bahaw api tidak harus dihindari akan tetapi dimanfaatkan. Ketika
anak melihat banyak pabrik atau industri memerlukan api, kendaraan memerlukan
api, maka skema kognitif anak semakin berkembang/sempurna menjadi api sangat
dibutuhkan untuk kehidupan manusia (Sanjaya, 2008:164-165)
Piaget dalam Winataputra (2007:6.8) menjelaskan
pentingnya berbagai faktor internal seseorang seperti tingkat kematangan
berpikir, pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, konsep diri, dan
keyakinan dalam proses belajar.
Berbagai faktor internal tersebut
mengindikasikan kehidupan psikologis seseorang, serta bagaimana dia
mengembangkan struktur dan strategi kognitif, dan emosinya.
Dalam mengimplementasikan teori belajar ini,
digunakan strategi pendekatan diskusi dan praktik, sehingga memungkinkan
peserta didik untuk berinteraksi dengan lingkungannya baik peralatan yang ada
ataupun dengan teman sebaya untuk menemukan pengetahuan baru. Dalam hal ini peran
guru hanya mendorong agar mereka saling memberi pengalaman ataupun pengetahuan
sehingga proses pembelajaran menjadi menarik bagi mereka. Waktu untuk
mempresentasikan di akhir pelajaran merupakan usaha untuk melibatkan siswa di
hadapan siswa yang lain sehingga diharapkan dapat memotivasi siswa lainnya
untuk berusaha melakukan hal yang sama di lain kesempatan.
E. TEORI
BELAJAR SOSIAL
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori
pembelajaran social ( Social Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran
behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan
evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar social atau
kognitif social serta efikasi diri.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan
kognitif
serta factor pelaku memainkan
peran penting dalam
pembelajaran.
Faktor
kognitif
berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan,
factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya. Albert Bandura merupakan salah satu
perancang teori kognitif social.
Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari
teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik)1. Teori
pembelajaran social ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini
menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku,
tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat
perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran
social kita akan menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement eksternal
dan penjelasan – penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar
dari orang lain. Dalam pandangan belajar social “ manusia “ itu tidak didorong
oleh kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus –
stimulus lingkungan.
Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan –
lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan –
lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya
sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa
“sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran social adalah
pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling
penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan
,Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang
dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji dan
ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan
perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini
merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain. Kedua,
pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang
memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh
pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila
menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan
oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang
pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M,1998.a:4).
Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap
kepribadian, teori pembelajaran social berdasarkan pada penjelasan yang
diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia
adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk
menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori – teori
sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks social dimana tingkah laku ini
muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi
dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku orang
lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal
tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.
KELEMAHAN TEORI BELAJAR SOSOIAL
ALBERT BANDURA
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika
diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert
Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan
tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk
tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti
terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan
meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima
dalam masyarakat.
KELEBIHAN TEORI BELAJAR SOSIAL
ALBERT BANDURA
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori
belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku
seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang
tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond),
melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan
dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada
perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain
itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam
mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang
menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif
F. Teori Psikologi Klasik Tentang Belajar
Bahwa, manusia terdiri dari
jiwa dan badan atau zat, badan adalah objek yang sampai ke alat indra,
sedangkan jiwa adalah suatu realitas yang non material yang terdapat di dalam
badan, berpikir, merasa serta bertanggung jawab. Sementara itu, zat sifatnya
terbatas dan bukan suatu keseluruhan realita, melainkan berkenaan dengan proses
materil.
G. Teori Psikologi Daya dan Belajar
Jiwa manusia terdiri dari
berbagai daya, mengingat, berpikir, merasakan, dan lain-lain. Setiap orang
memiliki semua daya tersebut, dan agar daya tersebut berkembang maka perlu
dilatih sehingga dapat berfungsi. Apabila suatu daya dapat dilatih, maka secara
tidak langsung akan mempengaruhi daya-daya yang lain.
H. Teori Psikologi Mental State
Teori ini berpangkal pada
psikologi asosiasi yang dikembangkan oleh J. Herbert yang pada prinsipnya jiwa
manusia terdiri dari kesan atau tanggapan yang masuk dari penginderaaan. Tambah
kuat asosiasi maka tambah lama kesan itu tinggal di dalam jiwa. Dan apabila
kesan itu lemah maka akan lebih mudah lupa.
I. Teori Psikologi Field Theory tentang Belajar :
a) Belajar dimulai dari
suatu keseluruhan. Belajar dimulai dari suatu unit menuju hal-hal yang
sederhana.
b) Keseluruhan makna
pada bagian-bagian yang terdapat dalam suatu keseluruhan.
c) individual
bagian-bagian dari suatu keseluruhan. Bagian dilihat dalam hubungan fungsional
dengan keseluruhan.
d) Siswa belajar dengan
menggunakan pemahaman.
J. MANFAAT
TEORI BELAJAR
Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :
1.
Membantu
guru untuk memahami bagaimana siswa belajar
2. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan
proses pembelajaran
3. Memandu guru untuk mengelola kelas
4. Membantu guru untuk mengevaluasi proses,
perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa yang telah dicapai
5. Membantu proses belajar lebih efektif, efisien
dan produktif
6. Membantu guru dalam memberikan dukungan dan
bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal.
K.
Prinsip-Prinsip
Pembelajaran
Proses belajar
mengajar memang merupakan bagian terpenting dalam mengimplementasikan
kurikulum, termasuk memahami prinsip-prinsip pembelajaran itu sendiri. Adapun
untuk bisa mengetahui efektivitas dan juga efisiensi suatu pembelajaran bisa
kita lihat melalui kegiatan pembelajaran ini. Oleh karena itu, dalam melakukan
pembelajaran sudah sepatutnya seorang pengejar mengetahui bagaimana cara untuk
membuat kegiatan belajar bisa berjalan dengan baik serta bisa mencapai tujuan sesuai
dengan yang diinginkan.
Memang,
prinsip-prinsip pembelajaran adalah bagian terpenting yang wajib diketahui para
pengajar sehingga mereka bisa memahami lebih dalam prinsip tersebut dan seorang
pengajar bisa membuat acuan yang tepat dalam pembelajarannya. Dengan begitu
pembelajaran yang dilakukan akan jauh lebih efektif serta bisa mencapai target
tujuan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai apa saja prinsip-prinsip
pembelajaran tersebut, sebaiknya simak ulasan berikut :
1.
Prinsip motivasi dan perhatian
Dalam sebuah proses
pembelajaran, di sini perhatian sangatlah berperan penting sebagai awalan dalam
memicu kegiatan belajar. Sementara motivasi memiliki keterkaitan dengan minat
siswa, sehingga mereka yang mempunyai minat tinggi terhadap mata pelajaran
tertentu juga bisa menimbulkan motivasi yang lebih tinggi lagi dalam belajar.
2.
Prinsip keaktifan
Pada hakikatnya
belajar itu merupakan proses aktif yang mana seseorang melakukan kegiatan untuk
mengubah perilaku d pemikiran menjadi lebih baik.
3.
Prinsip berpengalaman atau keterlibatan
secara langsung
Jadi prinsip ini erat
kaitannya dengan prinsip aktivitas di mana masing-masing individu haruslah
terlibat langsung untuk merasakan atau mengalaminya. Adapun sebenarnya di
setiap kegiatan pembelajaran itu haruslah melibatkan diri kita secara langsung.
4.
Prinsip pengulangan
prinsip pengulangan
di sini memang sangatlah penting yang mana.
5.
Prinsip tantangan
Penerapan bahan
belajar yang kita kemas dengan lebih menantang seperti halnya mengandung
permasalahan yang harus dipecahkan, maka para siswa pun juga akan tertantang
untuk terus mempelajarinya.
6.
Prinsip penguat dan balikan
Kita tahu bahwa
seorang siswa akan lebih semangat jika mereka mengetahui serta mendapatkan
nilai yang baik. Terlebih lagi jika hasil yang didapat sangat memuaskan
sehingga itu bisa menjadi titik balik yang akan sangat berpengaruh untuk
kelanjutannya.
7.
Prinsip perbedaan individual
Proses belajar
masing-masing individu memang tidaklah sama baik secara fisik maupun psikis.
Untuk itulah di dalam proses pembelajaran mengandung penerapan bahwa
masing-masing siswa haruslah dibantu agar lebih memahami kelemahan serta
kekuatan yang ada pada dirinya dan kemudian bisa mendapatkan perlakuan yang
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing.
Jadi itulah beberapa
prinsip-prinsip pembelajaran yang patut anda ketahui, sehingga kita juga bisa
lebih memahami arti dari proses pembelajaran itu sendiri
L.
Teori
Mengajar
Mengajar
adalah tindak atau perbuatan seseorang menyampaikan pelajaran dengan maksud
membuat anak didik paham akan tujuan ia belajar. Hampir setiap orang tertarik
akan tugas ini, akan tetapi tidak semua guru berhasil dalam tugas ini. Jika
profesinya berbeda dengan apa yang dilakukan, biasanya terjadi kegagalan.
Ada
banyak macam mengajar dengan baik. Konsep baik ini jika diterapkan dalan
pembelajaran akan timbul pertanyaan “apa yang baik” dan “baik untuk siapa”.
Dalam mengajar dikenal beberapa macam-macam interaksi dalam proses belajar
mengajar. Proses interaksi tersebut dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilan berbahasa. Berikut ada beberapa penjelasan tentang mengajar.
1.
Definisi Lama Mengajar
Mengajar
adalah penyerahan kebudayaan berupa kecakapan kepada anak didik atau usaha
mewariskan kebudayaan masyarakat pada generasi berikut sebagai generasi
penerus.
2.
Menurut Prof. Dr. De Queluy dan Prof. Gazali, MA.
Mengajar
adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan
tepat.
3.
Beberapa definisi mengajar menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik
dalam bukunya “proses belajar mengajar” :
·
Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda
melalui lembaga pendidikan sekolah.
·
Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi
warga Negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat.
4.
Menurut G. E. Olsen
Mengajar adalah suatu proses
membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
- Faktor-Faktor yang
memperngaruhi Proses Belajar Mengajar
Suatu proses pada hakikatnya dinamakan suatu
pengolahan, suatu perencanaan. Faktor-faktor yang diproses ada bermacam-macam,
ada faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik sifatnya. Pada diagram dibawah dapat
dilihat masukan dan keluaran setelah terjadi proses belajar mengajar.
Diagram 2.1
|


|
Masukan Kasar Keluaran
![]() |
|||||
![]() |
|||||
|
Faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar
tersebut ada faktor dari luar (ekstrinsik) dan faktor dari dalam (intrinsik).
Untuk memperoleh hasil belajar mengajar yang baik, perlu proses belajar
mengajar yang sistematis dengan memperhatikan unsur-unsur dalam proses belajar
mengajar sekaligus merupakan langkah-langkah proses belajar mengajar.
Pada diagram berikut diperlihatkan faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi proses
belajar mengajar
|
Diagram 2.2
![]() |
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dalam tingkah laku manusia terdapat sejumlah
aspek, yaitu pengetahuan, pengertian, kebiasaan, apresiasi, emosional, hubungan
sosial, jasmani, etis, dan sikap. Semua ini dapat di kembangkan melalui proses
belajar mengajar, dalam kegiatan belajar mengajar yang efektif dapat
dipengaruhi oleh faktor kondisional yang ada.
Belajar memerlukan latihan sehingga nanti akan
terjadi perubahan dalam diri siswa, yaitu meliputi kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Perubahan-perubahan kemampuan terjadi melalui proses belajar seperti pembelajaran
pemecahan masalah, pembelajaran sikap, adanya informasi dan fakta, dan
pembelajaran transfer.
Jenis-jenis pembelajaran tersebut direalisasikan
dalam bentuk belajar yang disusun secara sistematika. Manusia sebagai makluk
yang dapat berpikir dan dapat dikembangkan untuk mendapatkan perhatian melalui
teori belajar dan teori mengajar. Teori tersebut akan banyak dipengaruhi oleh
psikologi, sedangkan teori mengajar adalah kegiatan, tindakan yang dilakukan
oleh seseorang dengan maksud membuat anak didik paham akan tujuannya belajar.
Dalam proses belajar mengajar diperlukan prinsip
yang dapat dipakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran baik bagi siswa yang
perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan
kualitas mengajarnya.
Tidak boleh dilupakan bahwa dalam proses belajar
mengajar ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar dari prose
itu, yaitu faktor yang datang dari dalam maupun faktor yang datangya dari luar.
3.1 Saran dan Kritik
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008)
Winataputra, Udin S., dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2007)
Sjam Sjukma, dkk, Perencanaan
Pengajaran berdasarkan pendekatan sistem, Jakarta : CV. Praktika Aksara
Semesta, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008)
Winataputra, Udin S., dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2007)
Sjam Sjukma, dkk, Perencanaan
Pengajaran berdasarkan pendekatan sistem, Jakarta : CV. Praktika Aksara
Semesta, 2010.
0 Response to "MAKALAH TEORI BELAJAR MENGAJAR DAN PRINSIPNYA"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)