APA PENYEBAB GAYA BLUSUKAN JOKOWI DENGAN GAYA BLUSUKAN TOKOH LAIN?
Blusukan,
Itulah kata yang langsung dibenak ketika mendengar nama Joko Widodo atau
sering dipanggil Jokowi. Ya, mengapa kata blusukan
terlalu popular untuk pemimpin yang satu ini? Apa karena Jokowi orang desa
(ndeso biasanya dipanggil?). secara etimologis, makna kata blusukan adalah
istilah untuk keluar masuk ditempat yang jarang dilewati atau di datangi orang.
Bahasa politisnya “turba” atau turun ke bawah, menjaring aspirasi dan melihat
kondisi langsung kelapangan. Dalam kamus besar Bahasan Idonesia, kata blusukan
memang tidak bisa kita temukan artinya.
Kata blusukan sendiri berasal dari bahasa Jawa (dalam kamus bahasa Jawa hal 71
oleh Widodo.dkk), secara harfiah kata mblusuk, blusuk, yang berarti dalam
bahasa Indonesia “masuk ke mana-mana”. Jadi, Kata Blusuk-an, berarti kegiatan
seseorang untuk masuk ke tempat yang asing untuk mendapatkan sesuatu.
Gaya blusukan ini menjadi popular
ketika Jokowi mencalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta tahun 2012.
Meski sebelumnya Jokowi melakukan blusukan ketika menjabat walikota (tahun
2005-2012), tetapi gaya ini paling menanjak popularitasnya ketika Jokowi
mencalonkan diri di Pilgub DKI 2012. Joko Widodo bersama wakilnya Basuki
Thahaja Purnama (Ahok) hampir setiap hari blusukan ke pasar-pasar tradisional,
pemukiman penduduk, daerah rawan banjir, dan lain-lain. System seperti ini
tentu menarik perhatian masyarakat yang di datangi ketika blusukan, karena
rakyat bisa secara langsung melihat siapa pemimpin mereka, rakyat bisa secara
langsung meminta berfoto bersama, tanda tangan, atau hanya melihat sekilas
saja, hati rakyat sepertinya sudah terelus dengan turun langungnya seorang
pemimpin ke lapangan. Well, hasilnya, mereka benar-benar terpilih jadi Gubernur
DKI untuk periode 2012-2017. Jika kita analisis
dari segi efektivitas, gaya blusukan memang cara yang paling efektif
untuk menarik minat dan simpati masyarakat luas untuk kondisi saat ini. Anda
tidak perlu menghambur-hamburkan duit atau
melakukan pesta pora dan sebagainya, blusukan lebih menyentuh hati
rakyat, blusukan lebih mendekatkan seorang pemimpin kepada semua bawahannya.
Lantas, bagaimana dengan pemimpin
lain? Apakah mereka tidak pernah melakukan gaya blusukan? Cocok kah mereka
untuk melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Jokowi? Beberapa pemimpin
daerah yang lain memang menggunakan system blusukan, sebagai contoh walikota
Surabaya, Tri Rismaharini (sering dipanggil Risma) juga menggunakan gaya
blusukan, Fauji Bowo juga pernah blusukan ketika menjabat sebagai gubernur DKI
dan kampanye calon Gubernur DKI 2012, SBY juga melakukan blusukan akhir-akhir
ini, dan masih ada beberapa pemimpin lagi yang melakukan gaya blusukan untuk
menarik simpati rakyat.
Melihat gaya blusukan masing-masing pemimpin
diatas, sistemnya sama, caranya sama, tujuannya sama, sasarannya sama, tetapi
kok rakyat lebih bersimpati melihat jokowi ketika blusukan ketimbang pemimpin
yang lain ya? Hal ini dibuktikan dari survey blusukan 2014 ( masyarakat lebih
suka gaya Jokowi yang blusukan sebanyak 70% dari jumlah sampel). Kita bisa
melihat satu persatu hal yang tidak dimiliki oleh pemimpin lain dari Joko
Widodo :
1. Prinsip
kesederhanaan
Mungkin, ini adalah hal yang paling
kita ingat dari seorang Jokowi. Sederhana tetapi berkelas. Anda bisa melihat,
sejak dari Surakarta, Jokowidodo lebih suka menggunakan segala sesuatu yang
sederhana, seperti baju, sepatu, bahkan tempat tidur lamanya diangkut dari solo
ke Jakarta. Jika pemimpin lain cenderung menggunakan kemeja plus Jas hitam
rapi, sepatu mahal, tetapi Jokowi memilih cukup memakai kemeja dengan blus luar
dan sepatu biasa, yang penting nyaman, bukan mewah.
2. Prinsip
motivasi
Joko Widodo melakukan blusukan
mempunyai motif tersendiri, yaitu ingin benar-benar melihat situasi dan kondisi
lapangan, apakah sesuai dengan laporan atau kondisi tersebut merupakan benar
adanya, sehingga bisa cepat menemukan bagaimana penanggulangan masalah yang
ada. Misalnya, blusukan yang pernah dilakukan Jokowi ke pasar tanah abang,
dimana kondisinya pedagang memanfaatkan sisi bahu jalan sehingga menimbulkan
macet parah yang berkepanjangan setiap jamnya. Setelah blusukan, Jokowi besok
harinya langsung merelokasi para pedagang ke blok-blok yang belum terisi.
Parkir liar dan pungutan liar langsung diberhentikan oleh Jokowi, mau tidak
mau, para preman pun harus menuruti aturan, terbukti sekarang pasar tanah abang
tidak sesak seperti dulu lagi. Berbeda dengan pemimpin lain, mereka menggunakan
gaya blusukan dengan motif untuk menarik simpati rakyat, sekedar silaturahmi,
mengikuti tren, dan lain-lain. Hal ini menjadi perbedaan besar, antara Jokowi
dan pemimpin lainnya sehingga masyarakat lebih suka Gaya blusukan Jokowi.
3. Prinsip
merakyat
Jokowi terlahir dari keluarga yang
sederhana. Sebelum menjabat di pemerintahan, Jokowi adalah seorang tukang kayu,
yang membuat perabotan rumah tangga dengan karya sendiri, sehingga menimbulkan
kesan yang sangat kuat antara Jokowi dengan rakyat yang dipimpinnya. Setelah
jadi pemimpin, Jokowi selalu berbaur dengan berbagai kalangan masyarakat,
dimanapun berada, sehingga para preman-preman jalanan, tukang parker liar bisa
dinegosiasi dan menimbulkan sebuah kesepakatan.
berbeda dengan pemimpin yang lain, cenderung seperti kacang lupa akan
kulitnya. Setelah terpilih, hanya sibuk mengurusi kepentingan pemerintahan ala
kadarnya.
4. Prinsip
afektif
Sikap Jokowi dalam mengayomi anak
buahnya atau bawahnnya patut diteladani. Tegas, perhatian, lugas, dan juga yang
pasti ramah. Sikap seperti ini akan membuat bawahan nyaman sehingga bekerja
sesuai dengan koridornya. Hingga saat ini belum ada pelanggaran yang signifikan
yang dilakukan oleh bawahan semasa pemerintahan Jokowi di DKI.
5. Terbuka
Ini adalah salah satu kelebihan yang
paling terlihat dari sosok Jokowi. Anda tentu masih ingat ketika pencalonan
Gubernur 2012, Jokowi di serang oleh Rhoma Irama dengan isu berbau SARA, bahkan
Foke juga menyebarkan isu tidak sedap dengan mengatakan “anak desa tidak pantas
memimpin Jakarta, pulang kampong saja”, hingga sekarang, serangan datang dari
prabowo Subianto yang mengatakan “Ingkar Janji”, Ruhut Sitompul mengatakan “
Negara ini akan hancur jika Jokowi jadi presiden”. Semua kata-kata diatas
diterima dengan sikap terbuka, iklas, dan menjadikannya motivasi. Semua
kritikan dijawab dengan “ itu kan bisa jadi referensi buat kita, kita lihat
saja nanti” ditambah dengan ketawanya yang khas.
Seorang pemimpin yang mempunyai sifat kepemimpinan, harus
memiliki sifat diatas, sehingga kita bisa menemukan perbedaan yang signifikan
antara pemimpin yang benar-benar berjiwa pemimpin dan tidak mempunyai jika
kepemimpinan. Semoga Joko Widodo bisa meneruskan amanah rakyat Indonesia,
karena rakyat Rindu akan pemimpin yang merakyat, pemimpin yang sederhana, bukan
pemimpin yang mengumbar janji tetapi lupa dikemudia hari ketika terpilih.
Terimakasih, semoga bermanfaat.
Salam dari saya untuk
pembaca semuanya, Jhon Miduk Sitorus.
Sumber bacaan :
-
Wikipedia.com
-
Buku JokoWidodo
-
Kamus bahasa Jawa, arti blusuk
-
Kompas.com, blusukan jokowi
0 Response to "APA PENYEBAB GAYA BLUSUKAN JOKOWI DENGAN GAYA BLUSUKAN TOKOH LAIN?"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)