Tes Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar belakang
Dalam berbagai
kehidupan sehari-hari, tes sangat dibutuhkan sebagai alat untuk mengetahui
seberapa jauh tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu materi . tes ini
nantinya juga digunakan sebagai inikantor penilaian dalam berbagai aspek. Penilaian
adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi
sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam
sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni
ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik.
Salah satu prinsip
dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam rangka evaluasi
hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam melaksanakan
evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap
peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran
yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek
afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotor).
Ketiga aspek atau
ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan dari
kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan
kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus
senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan
atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:
a) Ranah proses berfikir (cognitive
domain)
b) Ranah nilai atau sikap (affective
domain)
c) Ranah keterampilan (psychomotor
domain)
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka
ketiga domain atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap
kegiatan evaluasi hasil belajar.
II. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
yang diterapkan dalam penulisan makalah ini adalah :
1)
Apa yang dimaksud dengan tes
2)
Apa yang dimaksud dengan tes kognitif serta implementasinya
3)
Apa yang dimaksud dengan tes afektif serta implementasinya
4)
Apa yang dimaksud dengan tes psikomotorik serta implementasinya
III. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah agar pembaca mampu :
1)
Untuk mengetahui pengertian tes
2)
Untuk mengetahui pengertian tes kognitif dengan implementasinya
3)
Untuk mengetahui pengertian tes afektif dengan implementasinya
4)
Untuk mengetahui pengertian tes psikomotorik dengan
implementasinya
BAB II
PEMBAHASAN
I.
PENGERTIAN
TES
Istilah ini berasal dari bahasa latin “testum”
yang berarti sebuah piringan atau jambangan dari tanah liat. Istilah ini
dipergunakan dalam lapangan psikologi dan selanjutnya hanya dibatasi sampai
metode psikologi, yaitu suatu cara untuk menyelidiki seseorang. Penyelidikan
tersebut dilakukan mulai dari pemberian suatu tugas kepada seseorang atau untuk
menyelesaikan suatu masalah tertentu. Pada hakikatnya tes adalah suatu alat
yang berisi serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau soal-soal yang harus
dijawab oleh peserta didik untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu. Dengan
demikian, fungsi tes adalah sebagai alat ukur.
Tes adalah suatu pertanyaan atau tugas/seperangkat
tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait/atribut
pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut
mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Ebel dan Frisbie 1996;
Sax 1980; Lehmann 1973; Zainul 1995). Menurut Riduwan ( 2006: 37) tes sebagai
instrumen pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan / latihan yang digunakan
untuk mengukur ketrampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki individu / kelompok.Menurut Allen Philips (1979: 1-2) A test is
commonly difined as a tool or instrument of measurement that is used to obtain
data about a specific trait or characteristic of an individual or group. Test
biasanya diartikan sebagai alat atau instrumen dari pengukuran yang digunakan
untuk memperoleh data tentang suatu karakteristik atau ciri yang spesifik dari
individu atau kelompok.) Menurut Rusli Lutan (2000:21) tes adalah sebuah
instrument yang dipakai untuk memperoleh informasi tentang seseorang atau
obyek. Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta
didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.
Tes dapat dipilah-pilah ke dalam berbagai kelompok.
Berdasarkan bentuknya dikenal adanya tes uraian (essay test) dan tes objektif
(objective test). Tes Uraian berdasarkan tipenya dapat dikelompokkan menjadi
dua, yakni tes uraian terbatas (restricted essay test) dan tes uraian bebas
(extended essay test). Tes objektif, berdasarkan tipenya dapat dikelompokkan
menjadi 3, yakni tes benar salah (true-false test), tes menjodohkan (mathcing
test), dan tes pilihan ganda (multiple choice test).
Beberapa tipe tes tersebut masih dapat dikelompokkan
lagi menjadi beberapa jenis tes berdasarkan ragam dan karakternya. Tes berdasarkan
cara melakukannya juga dapat dipilih menjadi tes tertulis, tes lisan, dan tes
perbuatan. Informasi tentang trait/atribut pendidikan atau psikologik dapat
juga didapatkan dengan cara nontes. Misalnya dengan melakukan observasi,
wawancara, angket, sosiometri, catatan anecdote, dan sebagainya.
II. TES KOGNITIF
Kawasan
kognitif adalah kawasan pembahasan tentang tujuan pembelajaran yang berkenaan
dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan hingga tingkat
evaluasi pembelajaran. Dan sasarannya meliputi : input (kemampuan dan
kepribadian), sikap, intelegensi, transformasi dan output (lulusan)[1]
Tingkatan kawasan kognitif secara hierarkis terdapat enam tingkatan, yaitu :[2]
a. Knowlegde (Tingkat
Pengetahuan) adalah kemampuan dalam menghafal atau mengingat kembali setiap
pengetahuan yang diterima. Tipe pengetahuan ini termasuk tingkatan kognitif
yang paling rendah, yang cocok digunakan untuk siswa-i SD/MI antara kelas
I-IV. Kata kerja operasioanlnya adalah : menyebutkan, menunjukkan, mengenal,
mengingat kembali dan mendefinisikan. Tipe tes yang digunakan adalah :completion
type (tipe melengkapi), fiil-in (tipe isian), true-false (tipe
dua pilihan).
b. Comprehension (Tingkat
Pemahaman) adalah kemampuan dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau
menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah
diterima. Kata kerja operasinalnya adalah : membedakan, mengubah,
mempersiapkan, menyajikan, mengatur, mengintrepertasikan, menjelaskan,
mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan dan mengambil
kesimpulan. Pembagian tingkatan pengetahuan komprehensi adalah :
-
Pengetahuan komprehensif terjemahan, seperti
dapat menjelaskan fungsi hijau daun bagi suatu tanaman, dsb.
-
Pengetahuan komprehensif penafsiran, seperti
dapat membedakan yang pokok dari yang bukan pokok.
-
Pengetahuan komprehensif ekstrapolasi, dimana
siswa-i diharapkan mampu melihat dibalik yang tertulis atau membuat ramalan
tentang konsekuensi sesuatu atau dapat memperluas persepsinya dalam arti waktu,
dimensi, kasus atau masalah.
C. Aplication (Tingkat
Penerapan) adalah kemampuan siswa-i dalam menerapkan pengetahuannya dalam
memecahkan berbagai permasalahan yang baru dalam kehidupan sehari-hari, baik
berupa ide, teori atau petunjuk teknis. Pengukuran kemampuan ini umumnya
menggunakan pendekatan problem solving (pemecahan masalah).
Contoh pengukuran menggunakan rumus :
Mean = ∑fx
N
Kata
kerja operasionalnya adalah : menggunakan, menerapkan, mengggeneralisasikan,
menghubungkan, memilih, mengembangkan, mengorganisasi, menyusun,
mengklarifikasi dan mengubah struktur.
Tipe-tipe
aplikasi menurut Bloom adalah :
·
Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi
yang sesuai untuk situasi yang baru dihadapi.
·
Dapat menyusun kembali problem untuk
menetapkan prinsipnya.
·
Dapat memberikan spesifikasi batas relevansi
prinsip yang sesuai.
·
Dapat mengenali hal-hal khusus yang
menyimpang dari prinsip.
·
Dapat menjelaskan fenomena baru berdasarkan
prinsip, seperti melihat hubungan sebab-akibat atau menjelaskan proses
terjadinya.
·
Dapat meramalkan hal yang terjadi berdasarkan
prinsip tertentu dan dapat menunjukkan dasar ramalan.
·
Dapat menentukan tindakan atau keputusan
tertentu dalam menghadapi situasi baru dengan prinsip yang sesuai.
·
Dapat menjelaskan alasan penggunaan suatu
prinsip disituasi baru.
D. Analysis (Tingkat
Analisis) adalah Kemampuan siswa-i menggunakan pengetahuan untuk menganalisis
situasi tertentu sehingga dapat memecahkan masalah. Dan kemampuan analisis
dibagi menjadi:
·
Analisis unsur (kemampuan merumuskan dan
mengidentifikasi unsur-unsur penting dan dapat membedakan antara fakta dan
nilai).
·
Analisis hubungan (Dapat mengenal unsur dan
pola hubungan).
·
Analisis prinsip yang terorganisasi (kemampuan
menganalisis pokok-pokok yang melandasi tatanan suatu organisasi).
Kata
kerjanya adalah : membedakan, menemukan, menganalisis, mengklasifikasikan,
mengategorikan, dan membandingkan.
E. Syntesis (Tingkat
Sintesis) adalah kemampuan siswa-i dalam mengaitkan berbagai elemen dan unsur
pengetahuan, sehingga dapat menjadikan siswa-i menjadi kreatif. Siswa juga
mampu menyatukan setiap elemen sehingga menjadi suatu tubuh yang utuh. Dengan
kemampuan sitesis, siswa akan mampu menemukan hubungan klausal atau urutan
tertentu, atau menemukan abstraksinya berupa integritas. Tanpa kemampuan
sitesis yang tinggi, seseorang hanya melihat bagian dari unit-unit atau
bagian-bagian secara terpisah tanpa mampu menemukan defenisinya yang
sebenarnya.
Hasil dari keterkaitannya adalah :
·
Tulisan (menggabungkan tulisan untuk dibuat
kesimpulannya melalui analisis).
·
Rencana atau mekanisme (sintesis dibuat untuk
membuat rencana atau mekanisme yang baik).
Kata
kerja operasionalnya adalah : menggabungkan, menghasilkan, mengkhususkan,
mengembangkan, menggabungkan, mengorganisasi, menyintesis, mengklasifikasi dan
menyimpulkan. Tipe sintesis adalah:
·
Kemampuan menemukan hubungan yang unik.
Dengan pandangan yang unik, seseorang dapat menemukan hubungan-hubungan unit
yang tidak berate menjadi sebuah integritas yang berarti dengan menambahkan
suatu unsur tertentu. Yang termasuk dalam hal ini adalah mengkomunikasikan gagasan, perasaan, atau
pengalaman dalam bentuk tulisan, gambar atau simbol ilmiah.
·
Kemampuan menyusun rencana atau langkah
operasioanal. Misalnya dalam suatu rapat, bermunculan berbagai usul tentang
berbagai hal. Dengan kemampuan sitesisnya, seorang anggota rapat mengusulkan
langkah-langkah urutan atau tahap-tahap untuk membahas dan menyelesaikan
berbagai usul tersebut.
·
Kemampuan mengabstraksi sejumlah fenomena,
data, atau hasil observasi menjadi : teori, proporsi, hipotesis, skema atau
model.
F. Evaluation (Tingkat
Evaluasi) adalah kemampuan siswa-i mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan,
konsep dan situasinya. Dengan kemampuan evaluasi, siswa diminta untuk membuat
penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dan sebagainya berdasarkan
kriteria tertentu. Kegiatan penilaian dapat dilihat dari segi tujuannya,
gagasannya, cara bekerjanya, cara pemecahannya, metodenya, materinya, atau yang
lainnya.
Di
dalam essay, standar atau kriteria tersebut telah bergambar dalam cara
mengajukan soalnya seperti “ menurut pendapat anda…..” atau “menurut teori X
….”. untuk mempermudah mengetahui tingkat kemampuan evaluasi seseorang, soal
tes yang dibuat hendaklah menyebutkan kriterianya secara eksplisit.
Bentuk
evaluasi berdasarkan kriteria internal dapat berupa mengukur probabilitas suatu
kejadian; menerapkan kriteria tertentu pada hasil suatu karya; mengenai
ketepatan, kesempurnaan dan relevansi data, membedakan valid-tidaknya
generalisasi, argumentasi, dan lain-lain, mengetahui adanya pengulangan yang
tidak diperlukan.
Bentuk
evaluasi berdasarkan kriteria eksternal antara lain mengembangkan standar
sendiri tentang kualitas karya kontemporer, membandingkan suatu karya dengan
karya lain yang berstandar tinggi, membandingkan berbagai teori, generalisasi, dan
fakta suatu budaya. Kata kerja operasional evaluasi adalah :
menafsirkan, menilai, menentukan, mempertimbangkan, membandingkan, melakukan,
memutuskan, dan mengargumenkan. Kemampuan evaluasi diklasifikasikan menjadi
enam tipe yaitu :
1.
Dapat memberikan evaluasi tentang ketepatan
suatu karya atau dokumen. (ketapatan internal)
2.
Dapat memberikan evaluasi tentang keajegan
dalam memberikan argumentasi, evidensi dan kesimpulan, logika dan organisasi.
(keajegan internal)
3.
Dapat memahami nilai serta sudut pandang yang
dipakai dalam mengambil keputusan. (kriteria internal)
4.
Dapat mengevaluasi suatu karya dengan
membandingkannya dengan karya lain yang relevan. (kriteria eksternal)
5.
Dapat mengevaluasi suatu karya dengan
menggunakan kriteria yang telah ditetapkan. (kriteria eksternal)
6.
Dapat memberikan evaluasi suantu karya dengan
menggunakan sejumlah kriteria yang eksplisit.
Pengembangan
Alat Ukur Atribut Tes Kognitif
Langkah-langkah
pengembangan alat ukur atribut kognitif meliputi penyusunan alat ukur yang
hendaknya isinya menyeluruh, rinci dan spesifik. Pertimbangan spesifikasi alat
ukur meliputi :
1.
Menentukan wilayah yang akan dikenai
pengukuran.
Hal-hal yang akan dikenai
pengukuran secara teknis adalah :
a.
Atribut kognitif (Hasil belajar, intelegensi
dan potensi intelektual).
b.
Atribut non kognitif.
2.
Menentukan dasar konseptual atau dasar
teoritis yang akan digunakan sebagai landasan. Dan penerapannya berupa treatment atau
perlakuan terhadap manusia. Adapun macam-macam dasar konseptual adalah :
a.
Dasar konseptual mengenai hal belajar
b.
Dasar konsetual mengenai intelegensi.
c.
Dasar konseptual menegenai potensi
intelektual.
3.
Menentukan subyek yang akan dikenai
pengukuran.
Subyek
yang akan dikenai tes sangat mempengaruhi karakteristik tes yang akan
dikembangkan. Sehingga obyek tes ditentukan diawal.
4.
Menentukan tujuan pengukuran.
5.
Menentukan materi alat ukur.
Materi
yang dapat digunakan dalam bidang tes adalah :
a.
Materi projektif adalah yang digunakan untuk
menyusun instrumen dalam mengukur atribut non kognitif.
b.
Materi non projektif yang digunakan untuk
menyusun instrumen dalam mengukur atribut kognitif. seperti : materi verbal,
non verbal dan materi yang berupa tugas penampilan (Performance).
6.
Menentukan tipe soal materi non
prijektif dengan memperhatikan :
i.
Alat ukur menuntut subyek merespon dengan
uraian. Tes berupa uraian atau esai.
ii.
Alat ukur menuntut subyek memilih alternatif
jawaban yang disajikan atau ditawarkan. Ters berupa soal obyektif.
Pertimbangan dalam pemilihan tipe soal
adalah :
A. Tujuan
testing.
C. Kegiatan penyelenggaraan tes.
B. Cara
penyekoran. D. Pencetakan tes.
7.
Menentukan jumlah soal untuk keseluruhan alat ukur dan masing-masing
bagiannya. Faktor
dalam penentuan banyak soal tes adalah :
a.
Hubungan antara banyaknya soal dengan bobot
soal.
b.
Hubungan antara banyak soal dan reabilitas
tes
Variasi rumus Spearman-Brown tentang
taraf reabilitas adalah :
a.
Hubungan antara banyaknya soal dengan waktu
tes.
b.
Hubungan antara banyaknya soal dengan uji
coba tes.
8.
Menentukan taraf kesukaran soal dan distribusinya.
Kesukaran
soal adalah : proporsi atau presentase subyek yang menjawab soal dengan benar.
Rumus indeknya adalah : p = B/T dengan keterangan :
P : Indeks kesukaran soal.
B : Banyaknya subyek yang
menjawab soal dengan benar.
T : Banyaknya subyek yang
mengerjakan soal.
9. Menyusun
kisi-kisi atau “test blue print.
Tujuan
penyusunanya adalah : sebagai petunjuk efektif bagi penyususn tes. Dan panduan
yang digunakan untuk pengukuran potensi dan intelektual adalah : kontruksi
teoritis yang disusun berdasarkan teori untuk melandasi pengukurannya.
10.
Merencanakan tugas-tugas untuk para penulis soal.
11. Merencanakan perakitan
soal.
12. Merencanakan jadwal
penerbitan alat ukur.
Penyusunan
Tes kognitif dan Teknik Penskorannya
Bentuk-bentuk
tes kognitif adalah :
1. Tes Lisan di kelas
Pertanyaan yang ditujukan
untuk mengetahui taraf serap siswa-i secara merata. Prinsip pertanyaan adalah:
mengajukan pertanyaan, memberi waktu untuk berpikir dan menunjuk siswa
untuk menjawab.
2. Bentuk pilihan ganda
Pedoman utama pembuatan
butir soalnya menurut Ebel adalah :
a.
Pokok soal harus jelas.
b.
Pilihan jawaban homogen dalma arti isi.
c.
Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama.
d.
Tidak ada petunjul jawaban benar.
e.
Hindari pilihan jawaban : semua benar atau
semua salah.
f.
Pilihan jawaban angka diurutkan.
g.
Semua pilihan jawaban logis.
h.
Jangan menggunakan negatif ganda.
i.
Kalimat sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa-i.
j.
Bahasa Indonesia yang digunakan baku.
k.
Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara
acak.
c. Bentuk uraian objektif
Bentuk
uraian objektif tepat untuk mata pelajaran eksak seperti IPA dan matematika,
karena kunci jawaban hanya satu dan ada skor pada setiap pengerjaan rumus.
Bentuk pertanyaannya adalah : hitunglah, tafsirkan atau buatlah kesimpulan.
d. Bentuk uraian non objektif
Penilaian
tes ini cenderung dipengaruhi oleh subyektifitas dari penilai. Tes ini menuntut
siswa-i untuk mampu menyampaikan, memilih, menyusun dan memadukan gagasan atau
ide yang telah dimiliki dengan kata-katanya sendiri.
Kelemahan
tes ini adalah :
1.
Penskoran sering dipengaruhi oleh
subyektivitas.
2.
Memerlukan waktu yang lama untuk memeriksa lembar
jawaban.
3.
Cakupan materi yang diujikan sangat terbatas.
4.
Adanya effect bluffing (rekayasa).
Dan
cara untuk menghindari kelemahan tersebut adalah :
1.
Jawaban tiap skor tidak panjang, supaya
cakupan materi banyak.
2.
Tidak melihat nama siswa-i.
3.
Memeriksa setiap jawaban dengan seksama.
4.
Menyiapkan pedoman penskoran.
Kaidah
penulisan soal bentuk uraian non objektif adalah :
1.
Gunakan kata : mengapa, uraikan, jelaskan,
bandingkan, tafsirkan, hitunglah dan buktikan.
2.
Hindari penggunaan pertanyaan : siapa, apa
dan bila.
3.
Menggunakan bahasa indonesia yang baku.
4.
Hindari menggunakan kata-kata yang dapat
ditafsirkan ganda.
5.
Buat petunjuk mengerjakan soal.
6.
Buat kunci jawaban.
7.
Buat pedoman penskoran.
8.
e. Bentuk jawaban singkat
Bentuk
tes ini ditandai dengan adanya tempat kosong untuk menuliskan jawaban sesuai
petunjuk. Bentuk tes ini meliputi : jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau
isian dan jenis identifikasi atau asosiasi. Kaidah utama penyusunannya adalah :
1.
Soal harus sesuai dengan indikator.
2.
Jawaban yang benar hanya satu.
3.
Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
4.
Bentuk soal menggunakan bahasa indonesia
baku.
f. Bentuk menjodohkan
Soal
bentuk menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis, dafter
kemungkinan jawaban dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing premis
dengan kemungkinan jawaban. Kaidah pokok penulisannya adalah :
1.
Soal harus sesuai dengan indikator.
2.
Jumlah alternatif jawaban lebih banyak dari
premis.
3.
Alternatif jawaban harus “nyambung” atau
berhubungan secara logis dengan premisnya.
4.
Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
5.
Butir soal menggunakan bahasa indonesia yang
baik dan benar.
g. Unjuk
kerja atau performance
Penilaian
ini disebut juga penilaian autentik atau alternatif, yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat kemampuan siswa-i dalam menyelesaikan masalah dalam
kehidupan nyata. Penilaiannya menggunakan tes unjuk kerja. Hasil tesnya
digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran, sehingga kemampuan siswa-idapat
mencapai tingkat yang diinginkan. Tes ini lebih banyak digunakan untuk mata
pelajaran yang ada prakteknya.
h. Portofolio
Portofolio
adalah kumpulan pekerjaan siswa-i, ini adalah salah satu bentuk penilaian
autentik atau yang menilai keadaan sesungguhnya. Hal yang terpenting adalah
mempunyai kemampuan membaca dan menulis yang lebih luas. Bentuk ujiannya
cenderung bentuk uraian dan tugas-tugas rumah. Karya yang dinilai meliputi hasil
ujian, tugas mengarang atau mnegerjakan soal. Acuan penilaian portofolio
adalah:
1.
Karya yang dikumpulkan adalah benar-benar
karya sendiri.
2.
Menentukan contoh pekerjaan mana yang harus
dikumpulkan.
3.
Mengumpulkan dan menyimpan sampel karya.
4.
Menentukan kriteria untuk menilai portofolio.
5.
Meminta siswa-i untuk menilai secara terus
menerus hasil portofolionya.
6.
Merencanakan pertemuan dengan siswa-i yang
dinilai.
7.
Dapat melibatkan orang tua dalam menilai
portofolio.
Pedoman Pemberian Skor pada
Tes Kognitif :
a. Contoh pedoman penskoran soal bentuk pilihan
ganda
1. Penskoran tanpa koreksi
terhadap jawaban tebakan adalah satu untuk tiap butir yang dijawab benar.
Sehingga jumlah skor sesuai dengan banyak butir yang dijawab dengan benar. Skor
= B x 100
N
B
= Banyak butir yang dijawab benar.
N
= banyaknya butir soal
2.
Penskoran dengan koreksi terhadap jawaban tebakan adalah :
Skor = [( B - S )
/ N] x 100
P
B =
Banyaknya butir soal yang dijawab benar
S =
Banyaknya butir soal yang dijawab salah
P =
Banyaknya pilihan jawaban tiap butir
N =
Banyaknya butir soal
b. Contoh pedoman penskoran soal uraian objektif
Indikator
: Peserta didik dapat menghitung isi bangun ruang (balok) dan mengubah satuan
ukurannya.
Soal : Sebuah bak mandi
berbentuk balok berukuran panjang 150 cm, dan tinggi 75 cm. Berapa literkah isi
bak mandi tersebut? (untuk menjawab, tulislah langkah-langkahnya).
Langkah
|
Kunci
Jawaban
|
Skor
|
1
2
3
4
5
|
Isi
balok = Panjang x lebar x tinggi
= 150 cm x 80 cm x 75 cm
= 900.000 cm³
Isi
bak mandi dalam liter :
= 900.000 liter
1000
=
900 liter
|
1
1
1
1
1
|
Skor
Maksimum
|
5
|
c. Contoh pedoman penskoran soal uraian non
objektif
Indikator : Siswa-i dapat mendeskripsikan alasan
warga negara Indonesia bangga menjadi bangsa Indonesia.
Soal
: Tulislah alasan-alasan yang membuat anda bangga sebagai rakyat
Indonesia!
Pedoman penskoran adalah :
Jawaban boleh bermacam-macam, namun pokok jawaban tidak keluar dari tema
sebagai berikut :
Kriteria
Jawaban
|
Rentang
Skor
|
Kebanggaan
yang berkaitan dengan kekayaan alam Indonesia.
|
0-2
|
Kebanggaan
yang berkaitan dengan keindahan tanah air Indonesia (pemandangan alamnya,
geografisnya, dll)
|
0-2
|
Kebanggaan
yang berkaitan dengan keanekaragamanan budaya, suku, adat istiadat tetapi
tetap bersatu
|
0-2
|
Kebanggan
yang berkaitan dengan keramahtamahan masyarakat Indonesia
|
0-2
|
Skor
maksimum
|
8
|
d. Pembobotan soal uraian
Pembobotan soal adalah
pemberian bobot pada soal dengan cara membandingkannya dengan soal lain dalam
suatu perangkat tes yang sama. Bobot setiap soal ada dalam suatu perangkat tes,
yang ditentukan dengan karakteristik tertentu. Rumus untuk menghitung SBS (Skor
Butir Soal) adalah :
SBS =
C
a = Skor mentah yang
diperoleh siswa-i untuk butir soal
b = Skor mentah maksimum
soal
c = Bobot soal
Setelah
memperoleh SBS, selanjutnya dapat menghitung total STP (Skor Total Peserta
Didik), dengan rumus sebagai berikut :
STP
= ∑ SBS
Contoh 1 = Bobot soal sama dengan skala 0
sampai dengan 100
No
Soal
|
Skor
Mentah
Perolehan
|
Skor
Mentah
Maksimum
|
Bobot
Soal
|
Skor
Bobot
Soal
|
(a)
|
(b)
|
(c)
|
(SBS)
|
|
01
|
30
|
60
|
20
|
10,00
|
02
|
20
|
40
|
30
|
15,00
|
03
|
10
|
20
|
30
|
15,00
|
04
|
20
|
20
|
20
|
20,00
|
Jumlah
|
80
|
140
|
100
|
60,00
(STP)
|
Contoh 2 = Bila STP ≠ Total
Bobot Soal dan Skala 100
No
Soal
|
Skor
Mentah
Perolehan
|
Skor
Mentah
Maksimum
|
Bobot
Soal
|
Skor
Bobot
Soal
|
(a)
|
(b)
|
(c)
|
(SBS)
|
|
01
|
30
|
60
|
20
|
10,00
|
02
|
40
|
40
|
30
|
30,00
|
03
|
20
|
20
|
30
|
30,00
|
04
|
10
|
20
|
20
|
10,00
|
Jumlah
|
100
|
140
|
100
|
10,00
(STP)
|
e. Pembobotan soal bentuk campuran
Soal
bentuk campuran terdiri dari bentuk pilihan dan uraian. Pembobotan soal
ditentukan oleh cakupan materi dan kompleksitas jawaban, pada umumnya soal
pilihan ganda berjumlah lebih banyak dan soal uraian lebih sedikit namun
nilainya lebih besar. Cara penilaiannya adalah :
a.
Skor pilihan ganda tanpa koreksi jawaban
dugaan = (X/20) x 100 = 80.
b.
Skor bentuk uraian adalah = (X/40) x 100 =
50.
c.
Skor akhir = 0,4 x (80) + 0,6 (50) = 62.
Contoh
Soal Tingkat Kemampuan Kognitif
a. Soal (Knowladge) Pengetahuan Hafalan
Pilihlah
salah satu jawaban yang paling tepat dengan melingkari huruf pada lembar
jawaban.
1. Kata Indonesia yang
digunakan untuk nama tanah air kita ditemukan oleh seseorang bernama :
a. Rafless
c.
Marcopolo
e. John Locke.
b. James
Ricardson Logan d. James watt
2. Massa
jenis suatu zat adalah perbandingan antara :
a. Massa dan berat
c. Volume dan berat e. Massa dan Panjang
b. Berat dan
volume d. Luas dan volume
b. Soal
Pemahaman atau Komprehensif
Pilihlah
salah satu jawaban yang paling tepat dengan melingkarinya.
1.
Istilah polisemi dalam hubungannya dengan
tata makna bahasa Indonesia berarti :
a.
Dua kata yang mempunyai makna yang
bertentangan.
b.
Satu kata yang sama bentuknya, tetapi berbeda
artinya bergantung pada konteksnya dalam kalimat.
c.
Dua kata yang mempunyai arti yang sama atau
hampir sama.
d.
Sebuah kata yang mempunyai arti lebih dari
satu makna.
e.
Dua kata yang sama sekali tidak mempunyai
hubungan makna.
2. Hujan
orografis disebabkan oleh :
a. Pemanasan
matahari yang kuat.
b. Angin
naik pegunungan.
c. Angin
laut siang hari.
d. Angin
darat malam hari.
e. Angin
musim.
c. Soal
Penerapan atau Aplikasi
Pilih
salah satu jawaban yang paling tepat dengan cara memberi tanda silang (X)pada
salah satu jawaban yang anda anggap paling benar.
1. Seseorang sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial dituntut oleh rasa kemanusiaanya untuk ?
a. Menghormati
dan menghargai orang lain.
b. Mencari
nafkah.
c. Menaati
undang-undang.
d. Menduduki
jabatan penting.
e. Menjaga
kesehatan.
2. “May
i use your typewriter, Anton ?” Mary asked. Mary asked Anton ... his
typewriter.
a. If
she might use. c. Whether we
would permit her to use.
b. If
she could use. d. Wheter
he would allow her to use.
d. Soal
Penerapan Analisis
Pilih
salah satu dan berilah tanda (X) dilembar jawaban pada :
A
Jika (1), (2) dan (3) betul.
B
Jika (1) dan (3) betul.
C.Jika
(2) dan (4) betul.
D
Jika semuanya betul
1. Termasuk
empat pokok pikiran pembukaan UUD 1945 adalah :
(1)
Bentuk pemerintahan negera Republik.
(2)
Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
(3)
Kedaulatan Negara di tangan MPR.
(4)
Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan
atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan.
2. Demokrasi
Pancasila norma-norma pokoknya berdasarkan?
(1) Kepentingan
rakyat.
(3) Keputusan Presiden.
(2) Pembukaan
UUD 1945. (4) UUD 1945.
e. Soal
penerapan sintesis
Pilih
salah satu jawaban yang tepat dengan cara memberikan tanda silang (X) pada
huruf yang terletak didepan jawaban yang anda anggap benar.
1. Pada
suatu kecelakaan lalu lintas, seorang pemuda mengalami pendarahan yang segera
memerlukan pengobatan dan penambahan darah. Dari pemeriksaan dokter ternyata
golongan darah pemuda tersebut AB. Untuk keperluan tersebut harus dicarikan
donor darah dengan golongan darah :
a. Harus
golongan AB saja.
b. Semua
golongan darah bisa karena golongan AB adalah universal.
c. Semua
yang tersebut diatas salah.
f. Soal
penerapan evaluasi
Pilihlah
salah satu jawaban dengan memberikan tanda (X) pada jawaban.
1. Puisi
pertama hasil karya Chairil Anwar yang sangat egoistis adalah :
a. Surga
c. Nisan
b. Karawang-Bekasi
d. Aku
III.
TES AFEKTIF
Pengukuran
ranah afektif tidak semudah pengukuran ranah kognitif. Pengukuran afektif tidak
dapat dilakukan setiap saat (dalam arti pengukuran formal) karena perubahan tingkah
laku siswa dapat berubah-ubah setiap waktu. Pengubahan sikap seseorang
memerlukan waktu yang cukup lama, demikian juga dengan mempertimbangkan minat,
penghargaan, dan nilai-nilai.
Dalam
petunjuk Pelaksanaan Penilaian Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
disebutkan bahwa penilaian ranah kognitif bertujuan mengukur pengembangan
penalaran, sedangkan tujuan afektif adalah :
a.
Untuk
mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar
untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan program perbaikan
(remedial Program) bagi anak didiknya.
b.
Untuk
mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai antara lain
diperlukan sebagai bahan bagi perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian
laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus tidaknya anak didik.
c.
Untuk
menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan
tingkat pencapaian dan kemampuan seta karakteristik anak didik.
d.
Untuk
mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik
(Depdikbud,1983 ; 2)
Sehubungan
dengan tujuan penilaiannnya ini maka yang menjadi sasaran penilaian ranah
afektif adalah perilaku anak didik, bukan pengetahuannya. Sebagai contoh, siswa
tidak dituntut untuk mengetahui permasalahan perekonomian yang terjadi di
Negara Indonesia saat ini, tetapi bagaimana sikapnya terhadap masalah
perekonomian tersebut.
Pertanyaan
afektif tidak menuntut jawaban yang benar atau salah, tetapi jawaban yang
khusus tentang dirinya mengenai minat, sikap, dan internalisasi nilai (oleh
Crobach dibedakan antara maximum performance dengan typical performance
attitude) (Cronbach).
Contoh
pertanyaan
Kondisi
perkembangan perekonomian Indonesia semakin menurun karena banyaknya sector
sumber daya alam yang dikuasai oleh investor dan pihak asing.
Pilihan jawabannya:
SS
S TS STS
BL
Keterangan :
SS =
Sangat Setuju
S =
Setuju
TS =
Tidak Setuju
STS =
Sangat tidak setuju
BL =
Blangko
Pertanyaan ini bukan mengukur sikap, tetapi
tingkat pengetahuan, karena apabila anak mengisi TS dapat diketahui bahwa ada
dua kemungkinan jawaban dari siswa tersebut. Yang pertama siswa tidak tahu
bahwa perekonomian Indonesia makin menurun karena banyaknya sumber daya alam
yang dikuasai oleh pihak asing, yang kedua, siswa tahu bahwa perekonomian
Indonesia makin menurun karena banyaknya sumber daya alam yang dikuasai oleh
pihak asing, tetapi ia menyatakan tidak setuju.
Nah,
untuk memastikan jawaban siswa tersebut, biasanya diberikan pertanyaan dibawah
masing-masing pilihan jawaban berupa “Alasan”
Misalnya
Kondisi
perkembangan perekonomian Indonesia semakin menurun karena banyaknya sector
sumber daya alam yang dikuasai oleh investor dan pihak asing
a. sangat setuju
Alasan :…………………………………………………………………….
b. setuju
Alasan : ……………………………………………………………………
c. tidak setuju
Alasan : ………………………………………………………………….
d.sangat tidak setuju
Alasan : ………………………………………………………………….
e.BL
Alasan : …………………………………………………………………..
Sebelum
melakukan penilaian terhadap aspek afektif, sama halnya dengan aspek kognitif,
guru diharapkan mendaftar materi yang dicakup dihubungkan dengn TIU dan TIKnya.
Sebgai pengganti TIU adalah yang disebut sebagai nilai dasar. Di dalam PSPB
nila-nilai dasar yang dimaksud adalah hasil jabaran dari konsep dasar yang
tercantum dalam GBHN 1983, yang kemudian dituangkan menjadi dasar kebijaksanaan
pokok tentang PSPB (Depdikbud, 1983, halaman 6). Selanjutnya nilai dasar
tersebut diuraikan kedalam nilai dan indicator. Untuk PSPB ada 4 nilai dasar
yaitu :
1.
Kesadaran
nasional sebagai suatu bangsa
2.
Sikap
patriot
3.
Kreatif
dan inovatif
4.
Kepribadian
yang berdasarkan nilai, jiwa, dan semangat 1945 dan Pancasila.
Sebagai contoh penguraian menjadi nilai dan
indicator adalah sebagai berikut :
Nilai dasar : sikap patriot
Nilai : tahan uji/ulet/tahan menderita
Indikatornya antara lain :
-
Tidak
mau berhenti sebelum pekerjaannya selesai
-
Tidak
mudah putus asa menghadapi kesulitan dalam pekerjaannya.
Jenis-Jenis Skala Sikap
Ada beberapa bentuk skala yang dapat
digunakan untuk mengukur sikap, antara lain :
1.
Skala Likert
Skala ini disusun
dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh lima respons yang menunjukkan
tingkatan. Misalnya seperti yang telah dikutip yaitu :
SS = sangat setuju
S = setuju
TB = Tidak berpendapat
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
2.
Skala Pilihan Ganda
Skala ini bentuknya
seperti soal bentuk pilihan ganda yaitu suatu pernyataan yang diikuti oleh
sejumlah alternative pendapat.
Contoh :
Dalam upacara Bendera :
a)
Setiap
peserta harus dengan hikmat mengikuti jalannya upacara tanpa kecuali
b)
Peserta
diperbolehkan berbicara asal dalam batas-batas tertentu dan tidak menggangu
jalannya upacara
c)
Dalam
keadaan terpakasa peserta boleh berbicara tetapi hanya dalam berbisik
d)
Peserta
boleh (merdeka) berbicara asal dalam keadaan tertib.
Skala seperti ini
dikembangkan oleh Inkels, seorang ahli penilaian di Stanford University.
3.
Skala Thrustone
Skala thrustone
merupakan skala yang mirip dengan skala Linkert karena merupakan suatu
instrument yang jawabannya menunjukkan tingkatan.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
A B C D E F G H I J K
VeryFavourable Neutral Very
Unvafourable
Pernyataan yang
diajukan kepada responden disarankan oleh Thrustone kira-kira 10 butir, tetapi
tidak kurang dari 5 butir.
4.
Skala Guttman
Skala ini berupa
tiga atau empat buah pernyataan yang masing-masing harus dijawab “ya” atau
“tidak”. Pertnyataan-pernyataan tersebut menunjukkan tingkatan yang berurutan
sehingga bila reponden setuju pernyataan nomor 2, diasumsikan pasti akan setuju
nomor 1. Selanjtunya jika reponden setuju dengan pernyataan nomor 3, berarti
setuju dengan pernyataan nomor 1 dan 2, demikian selanjutnya.
Contoh :
1)
Saya
mengizinkan anak saya bermain ke rumah tetangga
2)
Saya
mengizinkan anak saya pergi ke mana saja ia mau
3)
Saya
mengizinkan anak saya pergi kapan saja ia mau dan kemana saja
4)
Anak
saya bebas pergi kemana saja tanpa izin terlebih dahulu.
5.
Semantic Differential
Semantic
differential merupakan instrument yang mengukur konsep-konsep untuk tiga
dimensi. Instrument ini dikemukakan oleh Osgood dan kawan-kawan. Dimensi yang
diukur dalam kategori : baik- tidak baik, kuat-lemah, dan cepat-lambat atau
aktif-pasif, atau dapat juga berguna-tidak berguna. Dalam buku Osgood
dikemukaka adanya faktor untuk
menganalissi skalanya :
a)
Evaluation
(baik-buruk)
b)
Potency
(kuat-lemah)
c)
Activity
(cepat-lambat)
d)
Familiarity
( Tambahan Nunnally)
Contoh :
Bermain Musik
Baik 1 2 3 4 5 6 7 Tidak baik
Berguna 1 2 3 4 5 6 7 Tidak berguna
Aktif 1 2 3 4 5 6 7 Pasif
Cara ini dapat
digunakan untuk mengetahui minat atau pendapat siswa mengenai sesuatu kegiatan
atau topic dari suatu mata pelajaran.
6.
Pengukuran Minat
Disamping
menggunakan skala seperti contoh diatas, minar juga dapat diukur dengan cara
seperti dibawah ini :
A.
Mengunjungi
Perpustakaan :
SS S B AS TS STS
B.
Sandiwara SS S B AS TS STS
Pilihan : senang,
sampai dengan sangat tidak senang
ditentukan sendiri seberapa suka. Boleh juga diteruskan sampai 11 skala.
IV. TES PSIKOMOTORIK
Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil belajar
yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan
atau dimulai dengan pengukuran ranah psikomotorik sekaligus. Misalnya,
Penampilan Dalam Menggunakan Termometer, hal ini diukur mulai dari pengetahuan
mereka mengenai alat tersebut, pemahaman tentang alat dan pengetahuannya
(aplikasi), kemudian baru cara menggunakannya dalam bentuk keterampilan. Untuk
pengukuran yang terakhir ini harus diperinci antara lain : cara memegang, cara
meletakkan/menyelipkan ke dalam ketiak atau mulut, cara membaca angka, cara
mengembalikan ke dalam tempatnya, dan sebagainya. Ini semua tergantung kehendak
kita, asal tujuan pengukuran dapat tercapai.
Menurut
Lunetta dkk, tes untuk mengukur ranah psikomotor dapat berupa :
A. Tes Paper and Pencil
Walaupun
bentuk aktivitasnya seperti tes tulis, namun yang menjadi sasarannya adalah
kemampuan peserta didik dalam menampilkan karya, misalnya berupa desain alat,
desain grafis dan sebagainya.
B. Tes Identifikasi
Tes
ini lebih ditujukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
mengidentifikasi sesuatu hal, misal menemukan bagian yang rusak atau yang tidak
berfungsi dari suatu alat
C. Tes Simulasi
Tes
ini dilakukan jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk
memperagakan penampilan peserta didik, sehingga dengan simulasi tetap dapat
dinilai apakah seseorang sudah menguasai keterampilan dengan bantuan peralatan
tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat.
D. Tes Unjuk Kerja
Tes ini dilakukan
dengan alat yang sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta
didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut.[3]
Penyusunan Tes Psikomotor
Tes penampilan/perbuatan, baik berupa tes identifikasi sampai unjuk
kerja, semuanya dapat diperoleh dengan menggunakan daftar cek (Check-List) ataupun skala penilaian (rating scale). Daftar cek maupun skala
penilaian juga dapat dipakai sebagai “Lembar Penilaian” atau alat untuk
observasi dalam rangka pengukuran yang bebas waktunya, dalam arti tidak
dilakukan dalam suasana ujian secara formal. Berikut ini akan dijelaskan
bagaimana cara penyusunan butir soal bentuk daftar cek dan skala penilaian:
A. Penyusunan
Butir Soal Bentuk Daftar Cek
Daftar cek berisi seperangkat butir soal yang
mencerminkan rangkaian tindakan/perbuatan yang harus ditampilkan oleh peserta
ujian, yang merupakan indikator-indikator dari keterampilan yang akan diukur.
Oleh karena itu menyusun daftar cek hendaknya :
·
Carilah
indikator-indikator penguasaan keterampilan yang diujikan
·
Susunlah
indikator-indikator tersebut sesuai dengan urutan penampilanya. Kemudian
lakukan pengamatan terhadap subjek yang dinilai untuk melihar pemunculan
indikator-indikator yang dimaksud. Jika indikator tersebut muncul, maka diberi
tanda V atau tulis kata “ya” pada tempat yang telah disediakan.
Misalnya, seorang guru akan melakukan
pengukuran terhadap keterampilan peserta didik menggunakan termometer badan.
Untuk itu dicari indikator-indikator apa saja yang menunjukkan peserta didik
terampil menggunakan termometer tersebut, misal indikatornya sebagai berikut :
1. Cara mengeluarkan termometer dari tempatnya
2. Cara menurunkan posisi air raksa
serendah-rendahnya
3. Cara memasang termometer pada tubuh orang
yang diukur suhunya
4. Lama waktu pemasangan termometer pada tubuh
orang yang di ukur suhunya
5. Cara mengambil termometer dari tubuh orang
yang diukur suhunya
6. Cara membaca tinggi air raksa dalam pipa
kapiler termometer
Peserta didik
dinyatakan terampil dalam hal tersebut jika ia mampu melakukan urutan kegiatan
berikut dengan benar. Setelah diperoleh indikator-indikatornya, kemudian
disusun butir soalnya dalam bentuk daftar cek seperti berikut.
Beri
tanda (Ö) untuk setiap penampilan yang benar dari
setiap tindakan yang dilakukan peserta didik seperti yang diuraikan dibawa ini!
... 1.
Mengeluarkan
termometer dari tempatnya dengan memegang ujung yang tak berisi air raksa
... 2.
Menurunkan
posisi air raksa dalam pipa kapiler termometer serendah-rendahnya
... 3.
Memasang
termometer pada tubuh pasien (di mulut, di ketiak atau di dubur) sehingga
bagian yang berisi air raksa kontak dengan tubuh seseorang yang diukur suhunya
... 4.
Menunggu
beberapa menit termometer tinggal pada tubuh orang yang diukur
... 5.
Mengambil
termometer dari tubuh orang yang diukur dengan memegang bagian ujung yang tidak
berisi air raksa
... 6.
Membaca
tinggi air raksa dalam pipa kapiler termometer dengan posisi mata tegak lurus
Jadi, karakteristik
butir-butirnya mengandung uraian/pernyataan tentang ranah pembuatan yang sudah
pasti, tinggal perbuatan itu muncul atau tidak.
B. Penyusunan
Butir Soal Bentuk Skala Penilaian
Pada prinsipnya penyusunan skala penilaian
tidak berbeda dengan penyusunan daftar cek, yaitu mencari indikator-indikator
yang mencerminkan keterampilan yang akan diukur, yang berbeda adalah cara
penyajiannya. Dalam skala penilaian, setelah diperoleh indikator-indikator
keterampilan, selanjutnya ditentukan skala penilaian untuk setiap indikator.
Misalnya :
·
Skala 5
: Jika suatu indikator dikerjakan dengan sangat tepat
·
Skala 4
: Jika tepat
·
Skala 3
: Jika agak tepat
·
Skala 2
: Jika tidak tepat
·
Skala 1
: Jika sangat tidak tepat
Kembali kepada contoh awal, untuk mengukur
keterampilan peserta didik menggunakan termometer badan disusun skala penilaian
sebagai berikut.
Lingkari
angka 5 jika sangat tepat, angkat 4 jika tepat, angka 3 jika agak tepat, angka
2 jika tidak tepat dan angka 1 jika sangat tidak tepat untuk setiap tindakan di
bawah ini!
Skala
|
Tindakan
|
||||
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Cara
mengeluarkan termometer dari tempatnya
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Cara
menurunkan posisi air raksa serendah-rendahnya
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Cara
memasang termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Lama
waktu pemasangan termometer pada tubuh orang yang di ukur suhunya
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Cara
mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur suhunya
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Cara
membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler termometer
|
Jadi, pada
prinsipnya dalam penilaian menggunakan bentuk skala penilaiana, ada tingkatan
penampilan untuk setiap indikator keterampilan yang akan diukur. Seperti pada
contoh, yakni dari skal 1sampai 5. Dengan demikian, penilai yang mana pun akan
dengan tepat dapat menilai karena sudah ada kriteria untuk menilai kesesuaian
tindakan peserta didik dengan indikator yang telah dibuat. Kriteria setiap
skala untuk setiap butir/lagkah juga harus sudah dihafal oleh penilai. Jadi,
jika dilakukan penilaian oleh banyak ada keseragaman antar penilai.
Teknik Penskoran Tes Psikomotorik
Dari contoh cara
pengukuran suhu badan menggunakan skala penilaian, ada 6 butir soal yang
dipakai untuk mengukur kemampuan seorang peserta didik. jika seorang peserta
didik mendapatkan data sebagai berikut :
·
Butir 1
: skor 5 (Sempurna/benar)
·
Butir 2
: skor 4 (Benar, Kurang Sempurna)
·
Butir 3
: skor 4 (Benar, Kurang Sempurna)
·
Butir 4
: skor 3 (Kurang Benar)
·
Butir 5
: skor 3 (Kurang Benar)
·
Butir 6
: skor 3 (Kurang Benar)
Maka,
total skor yang diperoleh peserta didik tersebut adalah (5+4+4+3+3+3) atau =22.
Seorang peserta didik yang gagal akan memperoleh nilai 6, dan yang berhasil
melakukan dengan sempurna memperoleh skor 30, maka median skornya adalah
Jika
dibagi menjadi 4 kategori, maka yang memperoleh nilai :
6 – 12 : Gagal
13 – 18 : Kurang Berhasil
19 – 24 : Berhasil
25 – 30 : Sangat Berhasil
Dengan demikian
peserta didik dengan skor 21 dapat dinyatakan sudah berhasil tetapi belum
sempurna/belum sepenuhnya baik jika sifat keterampilannya adalah absolut, maka
setiap butir harus dicapai dengan sempurna (skala 5). Dengan demikian hanya
peserta didik yang memperoleh skor total 30 dinyatakan berhasil dan dengan
kategori sempurna
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Dari beberapa uraian
diatas dapat di simpulkan bahwa dalam proses belajar
mengajar menbutuhkan evaluasi pembelajaran dengan ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik, sehingga dapat melihat pencapaian apa yang sudah di
capai oleh anak didik. Ketiga ranah tersebut sangat menbantu para pendidik
untuk mencerdaskan anak bangsa dan dapat mengaplikasikannya secara maksimal apa
yang telah di dapat dalam proses belajar mengajar.
Namun kesimpulan
yang paling penting dalam uraian di atas bahwa ketiga ranah tersebut saling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Bahwa afektif merupakan pengetahuan yang
perlu dikembangkan dengan kognitif serta diaplikasikan dengan keterampillan
yakni psikomotorik.
II.
SARAN
Demikian Panduan
Evaluasi Pembelajaran ini disusun dengan bentuk yang sederhana, tentunya dengan
harapan mudah dimengerti dan dipahami sebagai salah satu acuan dalam
pelaksanaan evaluasi pembelajaran bagi mahasiswa khususnya dilingkungannya atau
mahasiswa perguruan tinggi pada umumnya.Penulis meenyadari bahwa isi makalah
ini belum mencapai tahap kesempurnaan, oleh karena itu penulis memohon kertik
dan saran yang bisa membangun dan menyempurnakan isi makalah ini. Kepada semua
pihak yang telah membantu dan mendukung tersusunnya makalah ini, diucapkan
banyak terima kasih, semoga bermanfaat
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsmini. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :
PT. Bumi Aksara.
Daryanto.
2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Jihad,
Asep dan Haris, Abdul. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta :
Multi Pressindo.
Purwanto,
Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,
Bandung : PT. Remaja Roosdakarya.
Suryabrata,
Sumadi. 2005. Pengembangan Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta :
CV Andi Offset.
Uno, B. Hamzah. 2011. Perencanaan
Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.
She Hf dehdgsgeuwiwq hsgwieg Abdel said that I was just thinking about it and it was good to hear that I have an interesting to see if I was just thinking about it and it was good to hear that I have
BalasHapus