Makalah Komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam Hubungan Interpersonal

BAB I
PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya dapat hidup berkembang dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain. Salah satu cara terpenting untuk berhubungan dan bekerja sama dengan manusia adalah komunikasi. 

Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun yang tidak dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki peran yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena itu kita harus memberikan perhatian yang seksama terhadap komunikasi.
Setiap orang selalu berupaya memahami setiap peristiwa yang dialaminya. Orang memberikan makna terhadap apa yang terjadi di dalam dirinya sendiri atau lingkungan sekitarnya. Terkadang makna yang diberikan itu sangat jelas dan mudah dipahami orang lain, namun terkadang makna itu buram, tidak dapat dipahami dan bahkan bertentangan dengan makna sebelumnya. Dengan memahami komunikasi maka orang dapat menafsirkan peristiwa secara lebih fleksibel dan bermanfaat.
Jika anda ditanya, apakah komunikasi itu?Apa yang terjadi jika sejumlah orang bertemu dan berinteraksi? Ketika anda mencoba menjawab kedua pertanyaan itu, maka sebenarnya anda tengah menyusun sebuah komunikasi.Kedua pertanyaan itu tampak mudah, bahkan orang awam yang bukan ahli pun dapat memberikan jawaban menurut sudut pandangnya.
Walaupun orang telah mempelajari komunikasi sejak zaman purbakala, namun perhatian terhadap pentingnya komunikasi baru muncul belakangan, yaitu pada awal abad ke-20.Barnett Pearce (1989) menyebutkan, munculnya peran komunikasi sebagai penemuan revolusioner (revolutionary discovery) yang sebagian besar disebabkan oleh penemuan teknologi komunikasi, seperti radio, televisi, telepon, handphone, satelit, dan jaringan computer.
Lalu apa itu komunikasi? Komunikasi adalah proses sosial di mana individu-individu menggunakan symbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.
Sehingga dengan demikian diketahui dalam kehidupan dibutuhkan komunikasi untuk bersosialisasi denga lingkungan.


2.  Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaska di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan komunikasi verbal?
2.    Apa yang dimaksud dengan komunikasi non verbal?
3.    Apa saja yang menjadi hambatan komunikasi interpersonal?
4.    Bagaimana cara untuk meningkatkan komunikasi interpersonal?

3.  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1.    Menjelaskan tentang pengertian dari komunikasi verbal
2.    Menjelaskan tentang pengertian dari komunikasi non verbal
3.    Menjelaskan apa yang menjadi hambatan komunikasi interpersonal
4.    Menjelaskan cara untuk meningkatkan komunikasi interpersonal

BAB II
PEMBAHASAN


1.  Pengertian Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, dalam bentuk lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia.Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar.Dalam komunikasi verbal itu bahasa memegang peranan penting.
Beberapa pengertian komunikasi verbal menurut para ahli, adalah sebagai berikut:
·        Deddy Mulyana (2005)
Komunikasi verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal.
·        Harold Lasswell
Komunikasi verbal yaitu suatu proses komunikasi dengan menggunakan simbol atau lambang-lambang.

Ada beberapa unsur penting dalam komunikasi verbal, yaitu:
a.       Bahasa
Pada dasarnya bahasa adalah suatu system lambang yang memungkinkan orang berbagi makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah bahasa verbal entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Bahasa suatu bangsa atau suku berasal dari interaksi dan hubungan antara warganya satu sama lain.
Bahasa memiliki banyak fungsi, namun sekurang-kurangnya ada tiga fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Ketiga fungsi itu adalah:
o   Untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita, melalui bahasa manusia mempelajari apa saja yang menarik minat. Mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu hingga apa yang diramalkan ilmu pengetahuan di masa depan.
o   Untuk membina hubungan yang baik di antara sesama manusia. Ringkasnya, bahasa memungkinkan individu bergaul dengan orang lain untuk kesenangan dan mempengaruhi pihak lain.
o   Untuk menciptaakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.

Bagaimana mempelajari bahasa? Menurut para ahli, ada tiga teori yang membicarakan sehingga orang bisa memiliki kemampuan berbahasa.
Teori pertama disebut Operant Conditioning yang dikembangkan oleh seorang ahli psikologi behavioristik yang bernama B. F. Skinner (1957). Teori ini menekankan unsur rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response) atau lebih dikenal dengan istilah S-R.teori ini menyatakan bahwa jika satu organism dirangsang oleh stimuli dari luar, orang cenderung akan member reaksi. Anak-anak mengetahui bahasa karena ia diajar oleh orang tuanya atau meniru apa yang diucapkan oleh orang lain.
Teori kedua ialah teori kognitif yang dikembangkan oleh Noam Chomsky.Menurutnya kemampuan berbahasa yang ada pada manusia adalah pembawaan biologis yang dibawa dari lahir.
Teori ketiga disebut Mediating theory atau teori penengah. Dikembangkan oleh Charles Osgood. Teori ini menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan kemampuannya berbahasa, tidak saja bereaksi terhadap rangsangan (stimuli) yang diterima dari luar, tetapi juga dipengaruhi oleh proses internal yang terjadi dalam dirinya.


b.      Kata
Kata merupakan unti lambang terkecil dalam bahasa. Kata adalah lambang yang melambangkan atau mewakili sesuatu hal, entah orang, barang, kejadian, atau keadaan.Jadi, kata itu bukan orang, barang, kejadian, atau keadaan sendiri.Makna kata tidak ada pada pikiran orang.Tidak ada hubungan langsung antara kata dan hal.Yang berhubungan langsung hanyalah kata dan pikiran orang. 


2.  Pengertian Komunikasi Non Verbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada komuniasi verbal. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut terpakai. Karena itu, komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan.
Nonverbal communication is all aspects of communication other than words themselves. It includes how we utter words (inflection, volume), features, of environments that affect interaction (temperature, lighting), and objects that influence personal images and interaction patterns (dress, jewelry, furniture). (Komunikasi nonverbal adalah semua aspek komunikasi selain kata-kata sendiri. Ini mencakup bagaimana kita mengucapkan kata-kata (infleksi, volume), fitur, lingkungan yang mempengaruhi interaksi (suhu, pencahayaan), dan benda-benda yang mempengaruhi citra pribadi dan pola interaksi (pakaian, perhiasan, mebel).
Komunikasi non verbal dapat berupa bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan/perbuatan (action) atau objek (object).
a.    Bahasa Tubuh. Bahasa tubuh yang berupa raut wajah, gerak kepala, gerak tangan,, gerak-gerik tubuh mengungkapkan berbagai perasaan, isi hati, isi pikiran, kehendak, dan sikap orang.
b.    Tanda. Dalam komunikasi nonverbal tanda mengganti kata-kata, misalnya, bendera, rambu-rambu lalu lintas darat, laut, udara; aba-aba dalam olahraga.
c.    Tindakan/perbuatan. Ini sebenarnya tidak khusus dimaksudkan mengganti kata-kata, tetapi dapat menghantarkan makna. Misalnya, menggebrak meja dalam pembicaraan, menutup pintu keras-keras pada waktu meninggalkan rumah, menekan gas mobil kuat-kuat. Semua itu mengandung makna tersendiri.
d.    Objek. Objek sebagai bentuk komunikasi nonverbal juga tidak mengganti kata, tetapi dapat menyampaikan arti tertentu. Misalnya, pakaian, aksesori dandan, rumah, perabot rumah, harta benda, kendaraan, hadiah.

Hal menarik dari komunikasi nonverbal ialah studi Albert Mahrabian (1971) yang menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7% berasal dari bahasa verbal, 38% dari vocal suara, dan 55% dari ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya, orang lain cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat nonverbal.
Oleh sebab itu, Mark knapp (1978) menyebut bahwa penggunaan kode nonverbal dalam berkomunikasi memiliki fungsi untuk:
a.    Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition)
b.    Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution)
c.    Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)
d.    Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna.

Fungsi Komunikasi Nonverbal
Dilihat dari fungsinya, perilaku nonverbal memiliki beberapa fungsi, Paul Ekman meyebutkan 5 fungsi pesan nonverbal.Yaitu :
a.    Eblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan, “saya tidak sungguh-sungguh”.
b.    Ilistrator.Pandangan ke bawah dapat menunukan depresi atau kesedihan.
c.    Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.
d.    Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respon tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.
e.    Affect Display. Pembesaran manik mata menunjukan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukan perasaan takut, terkejut, atau senang.
Lebih jauh lagi, dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal mempunyai fungsi fungsi sebagai berikut :
a.    Perilaku nonverbal dapat mengurangi perilaku verbal. Misalnya mengatakan ya dengan mengangguk atau mengatakan tidak dengan menggeleng
b.    Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya melambaikan tangan sambil mengucapkan selamat tinggal atau menggerakan tangan sambil berpidato
c.    Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal. Misalnya untuk menolak sesuatu cukup dengan menggoyangkan telapak tangan diarahkan ke depan.
d.    Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya untuk mengakhiri percakapan dengan seseorang yang telah berlangsung lama dan membosankan, seseorang dapat menginterupsi dengan melirik jam tangan. Sehingga lawan bicara pun sadar bahwa percakapan mereka telah menghabiskan banyak waktu dan orang di depannya ingin mengakhiri perbincangan tersebut.
e.    Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal. Misalnya seseorang yang mengucapkan suatu kebohongan maka ia tidak berani menatap lawan bicara atau lebih banyak berkecip dari biasanya.
Bahasa Tubuh
Bidang yang menelaah bahasa tubuh adalah kinestika, atau istilah yang diciptakan seorang perintis studi bahasa nonverbal bernama Ray L. Setuap anggota tubuh seperti wajah, senyuman, pandangan mata, tangan, kaki dan kepala secara keseluruhan dapat dipergunakan sebagai isyarat simbolik
Isyarat Tangan
Isyarat tangan termasuk apa yang disebut emblem, yang dipelajari, yang punya makna dalam satu budaya atau subkultur. Penggunaan isyarat tangan dan maknanya jelas berlainan dari budaya ke budaya. Misalnya di Indonesia menyerahkan benda dengan menggunakan tangan kiri dianggap tidak sopan, sementara menurut budaya lain belum tentu.
Gerakan Kepala
Di beberapa Negara, anggukan kepala malah berarti “tidak” seeperti di Bulgaria, Sementara untuk isyarat “ya” di Negara itu adalah dengan menggelengkan kepala.Orang inggris, seperti orang Indonesia, menggukan kepala untuk menyatakan bahwa mereka mendengan dan tidak berarti menyetujui.
Postur tubuh dan postur kaki
Postur tubuh sering bersifat simbolik.Beberapa postur tubuh diasosiasikan dengan satus sosial dan agama tertentu.Selama berabad-abad rakyat tidak boleh berdiri atau duduk lebih tinggi daripada (kaki) raja atau kaisarnya.Mereka harus berlutut bahkan bersujud untuk menyembahnya.
Postur tubuh mempengaruhi citra diri.Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan natara fisik dan karakter.Klasifikasi bentuk tubuh yang dilakukan William Sheldom misalnya menunjukan hubungane antara klasifikasi bentuk tubuh.Ia menghubungkan tubuh yang gemuk dengan sifat yang malas dan tenang, tubuh yang atletik dengan sifat kepercayaan diri, dan tubuh yang kurus dengan sifat introvert yang menyenangi aktivitas mental daripada aktivitas fisik.
Ekspresi Wajah dan tatapan mata
Perilaku nonverbal paling banyak “berbicara” adalah ekspresi wajah, khusunya pandangan mata, meskipun mulut tidak berkata-kata.
Sentuhan
Studi tentang sentuh menyentuh disebut haptika (Haptics).Perilaku nonverbal ini memiliki multi makna seperti tamparan, pukulanm cubitan, sengolan, tepukan, belaian, jabat tangan rabaan hingga sentuhan lembut sekilas.
Para Bahasa
Para bahasa atau vokalika (vocalic), merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecapatan berbicara dengan nada tinggi atau rendah, intensitas (volume suara, intonasi kualitas vocal atau kejelasan, warna suara, dialek, suara serak, suara sengau, suara terputus-putus, suara yang gemetar, suitan, siulan, tawa, gumaman dan sebagainya. Setiap karakteristik suara ini mengkomunikasikan emosi dan pikiran pemiliknya.
Penampilan Fisik
Perhatian pada penampilan fisik tampaknya universal.Sejtuar 10.000 tahun lalu orang orang purba menggunakan tulang untuk dijadikan kalung dan hiasan tubuh lainnya.Bukti bukti arkeologis menunjukan bahwa sejak saat itu orang orang sangat peduli dengan tubuh mereka. Penampilan fisik dapat memberitahu darimana asal seseorang atau ia merupakan anggota dari kelompok masyarakat tertentu.
Busana
Nilai nilai agama, kebiasaan, tuntutan lingkungan, nilai kenyamanan, dan tujuan pencitraan, semua itu mempengaruhi cara seseorang berpenampilan. Banyak subkultur atau komunitas mengenakan busana yang khas sebagai simbol keanggotan mereka dalam kelompok tersebut. Sebagian orang berpandangan bahwa pilihan seseorang atas pakaian mencerminkan kepribadiannya, apakah ia orang yang konservatif, religious, modern atau berjiwa muda.
Karakter Fisik
Karakteristik fisik seperti daya tarik, warna kulit, rambut, kumis, janggut, dan lipsitk. Jelas dapat mengkomunikan sesuatu.Suatu studi menunjukan bahwa daya tarik fisik merupakan ciri penting dalam banyak teori kepribadian.

3.  Hambatan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antar personal adalah komunikasi yang dilakukan antara 2 orang atau lebih. Dalam komunikasi antar personal terdapat beberapa hambatan yang ada, hambatan-hambatan tersebut antara lain sebagai berikut:
1.    Bahasa : Dalam komunikasi,  peranan bahasa sangat penting karena bahasa merupakan salah satu alat bahasa verbal yang digunakan dalam berkomunikasi. Bila dalam suatu komunikasi ada kesalah pahaman yang terjadi yang disebabkan oleh bahasa itu akan menjadi hambatan dalam komunikasi .
2.    Budaya : Budaya juga sangat penting dan berpengaruh. Bila dalam komunikasi ada perbedaan latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar satu dengan yang lain hal ini dapat menjadi bomerang dalam proses komunikasi sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman antar personal yang dapat membuat perpecahan.
3.    Kebenaran yang semu : Maksud dari kebenaran yang semu adalah benar tidak dan salahpun juga tidak. Dan dalam kata-kata yang digunakan ada bumbu kebohongan di dalamnya. Dalam sebuah komunikasi harus ada kejelasan ataupun kejujuran agar ada keterbukaan antar personal.
4.    Penipuan : Hambatan komunikasi yang lain adalah penipuan. Dalam sebuah komunikasi bila terjadi penipuan akan merusak keakraban yang sudah terjadi dan sudah terpelihara selama ini.
5.    Tujuan yang tidak jelas : Dalam komunikasi harus ada kejelasan dalam berhubungan agar ada tujuan yang pasti, apabila tidak ada tujuan yang jelas akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya miss komunikasi yang dapat memecahkan hubungan antar sahabat ataupun hubungan antar personal yang lainnya.
6.    Salah paham : Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi salah paham dalam interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu kesalahpahaman dalam berkomunikasi sehingga dari kesalahpahaman ini bisa terjadi perusakan suatu komunikasi. Selain itu, apabila kesalahpahaman terus berlanjut dalam suatu hubungan komunikasi, hubungan komunikasi antar personal tersebut bisa pecah atau ada pemutusan hubungan.
7.    Sisi historis / pengalaman : Setiap orang pasti memiliki pengalaman sendiri-sendiri. Apabila dari pengalaman orang yang satu dengan yang lain tidak ada titik temu maka terjadi kesalahpahaman. Dan bila orang yang bersangkutan tidak segera memperbaiki bisa saja terjadi perusakan yang berakhir dengan pemutusan suatu hubungan atau komunikasi.
8.    Sikap tidak menghormati : Dalam suatu komunikasi atau hubungan kita harus bisa menghormati antar personal agar tercipta suatu hubungan yang harmonis. Tapi apabila tidak ada rasa saling menghormati maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan misalnya pemutusan hubungan.
9.    Mendominasi pembicaraan : Komunikasi dua arah akan berhasil bila kita saling mengisi dan melengkapi. Bila ada seorang yang lebih mendominasi suatu pembicaraan, komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak akan berjalan dengan lancar.
10. Pihak ketiga : Ketika terjadi komunikasi dua arah jangan sampai ada pihak ketiga yang datang karena pihak ketiga atau orang yang tidak diundang dapat merusak suatu komunkasi yang sudah terbina dari awal. Hal ini dapat terjadi karena pihak ketiga tidak tahu dari awal apa yang terjadi dalam komunikasi dua arah yang sebelumnya dan bisa merusak sedikit demi sedikit komunikasi atau hubungan yang sudah tercipta sebelumnya.
Pada tiap personal terjadi proses komunikasi yang bertujuan untuk mengenali satu dengan lainnya, maka dari itu komunikasi yang terjalin harus terdapat pengertian serta kepercayaan antar personal, selain itu terdapat beberapa komponen yang harus dijaga untuk menjaga hubungan komunikasi agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan perusakan atau pemutusan.
Pada tugas ini saya akan membuat 5 contoh kasus beserta analisis kasus mengenai hambatan - hambatan yang ada dalam komunikasi antar pribadi, yaitu:
1.  Bahasa
2.  Budaya
3.  Tujuan yang tidak jelas
4.  Sisi historis / pengalaman
5.  Menganggap enteng lawan bicara

 1. Bahasa
Contohnya: Perbedaan bahasa antara suku Banjar dan Sunda.
Saat Pak Dadang yang merupakan suku Sunda mampir di sebuah warung pinggir jalan ketika sedang berkunjung ke daerah pedalaman Hulu Sungai Utara provinsi Kalimantan Selatan, beliau kebingungan karena disuguhi susu dan teh, padahal beliau hanya memesan susu. Lalu beliau bertanya kepada pelayan warung, “maaf teh, kenapa saya disuguhi susu dan teh atu?” kata Pak Dadang. Pelayan warung pun bingung kenapa pelanggannya membicarakan teh berulang-ulang, ia pun berpikir bahwa teh buatannya tidak disukai oleh Pak Dadang. Dengan ekspresi yang masih bingung si pelayan lalu bertanya kepada Pak Dadang, “Telalu panas kah pa? Nyaman ulun tambahiakan banyu dingin. Manisnya pang pas haja lah pak?”.
Pada kasus diatas, terjadi miss-komunikasi yang disebabkan oleh bahasa yang digunakan kedua orang tersebut. Menurut saya, seharusnya Pak Dadang tidak memakai bahasa daerahnya maupun embel-embel daerahnya saat berada di daerah yang berbeda suku dengannya. Lebih baik beliau menggunakan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan orang yang berbeda suku agar mencegah terjadi pemaknaan ganda akibat penggunaan bahasa daerah, karena tidak semua orang Indonesia memahami bahasa Sunda. Pelayan warung pun seharusnya merespon pertanyaan Pak Dadang dengan menggunakan Bahasa Indonesia, agar miss-komunikasi tidak berlanjut lebih jauh.
2. Budaya
Contohnya: Budaya warga Aceh dengan budaya suku Asmat.
Perbedaan budaya yang disebabkan keanekaragaman suku di Indonesia menimbulkan adanya perbedaan nilai, sikap, dan kepercayaan. Orang Aceh yang beragama Islam tentu akan terkejut jika berkunjung ke Papua yang mayoritas penduduknya tidak beragama Islam dan budaya mereka yang bisa dikatakan masih primitif karena mereka mengenakan koteka. Perbedaan dalam hal berpakaian ini dapat memicu perselisihan karena warga Aceh terbiasa mengenakan pakaian yang menutupi auratnya sesuai dengan syariat agama Islam, yang terbuat dari kain seperti pada masyarakat umumnya. Sedangkan suku Asmat, mereka mengenakan koteka yang hanya menutupi alat kelaminnya saja dan membiarkan bagian tubuh yang lain terbuka dan dilihat oleh oranglain.
 Menurut saya, seharusnya orang Aceh yang berkunjung ke daerah Papua tersebut menyadari akan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia dan bisa memakluminya. Karena tidak semua daerah dan suku dapat terjangkau oleh kecanggihan dan kemajuan teknologi, terlebih bagi daerah yang terisolir. Selain itu, minimnya pendidikan dan sosialisasi kesehatan turut menyuburkan keprimitifan ini. Hal itulah yang menyebabkan mereka masih bertahan dengan budaya yang ada sejak zaman dahulu.
3.      Tujuan yang tidak jelas 

Contohnya: Hubungan komunikasi dalam sebuah organisasi.
Berdirinya suatu organisasi tentu memiliki visi, misi dan tujuan. Didalam suatu organisasi biasanya  terdapat beberapa divisi yang memiliki fungsi masing-masing (pembagian tugas) dalam usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari organisasi tersebut. Akan tetapi, mereka tetap saling berhubungan satu sama lainnya. Jika ada beberapa divisi yang belum mengerti apa tugas dan kewenangannya atau bahkan tidak memiliki tujuan yang jelas  dikarenakan anggotanya yang sama-sama egois dan selalu sibuk, tentunya akan mengganggu kestabilan organisasi tersebut karena disini gerak, perkembangan, dan kemajuan organisasi tersebut akan berhenti disuatu titik sehingga menimbulkan perpecahan. Untuk itulah diperlukannya komunikasi antar anggota divisi dan menyadarkan para anggota divisi  tersebut“tujuan apa yang kita inginkan?” agar tidak terjadi kesalahpahaman, saling menyalahkan, dan tujuan yang ingin dicapai oleh divisi tersebut menjadi jelas.
4.      Sisi historis / pengalaman
Contohnya: Perselisihan antara Orangtua dan Anak
Dalam kehidupan sehari-hari orangtua cenderung mengatur anaknya karena berpedoman pada kalimat “orangtua sudah banyak mencicipi pahit manisnya hidup ini” sehingga merasa bahwa merekalah yang paling berpengalaman dan merasa paling benar dalam menentukan arah hidup anak-anaknya, misalnya saat mengarahkan pemilihan profesi. Orangtua zaman dulu berpendapat bahwa anak perempuan lebih baik berdiam di rumah saja untuk mengurusi sumur, dapur, dan kasur. Padahal anak perempuannya sangat ingin menuntut ilmu setinggi-tingginya, agar dapat memperoleh pekerjaan yang layak.
Menurut saya, orangtua memang seharusnya menyarankan kemana baiknya anaknya melangkah. Akan tetapi, tidak seharusnya orangtua memaksakan kehendaknya untuk membentuk anak yang harus menuruti semua keinginannya karena berpatokan pada kehidupan pada zamannya. Orangtua tersebut juga perlu memahami keinginan dan kebutuhan anaknya saat ini, demi memenuhi tuntutan perkembangan zaman.
5.      Menganggap enteng lawan bicara
Contohnya: Komunikasi yang terjadi dalam suatu diskusi/forum.
Pada saat Bapak A sedang menyampaikan laporannya, Bapak D terlihat memainkan mimik wajahnya dengan menyunggingkan senyum sinis. Setelah Bapak A selesai menyampaikan laporannya, Bapak D menanggapi laporan tersebut dengan kalimat-kalimat yang meremehkan serta pandangan yang sinis seolah-olah laporan tersebut tidak dibuat dengan benar.
Contoh lain misalnya: Komunikasi yang terjadi saat konseli datang ke konselor untuk meminta bantuan. Konselor menyambut kedatangan konseli dengan tidak bersemangat, tidak memandang mata konseli sama sekali, nada suara, volume dan cara konselor tersebut menyampaikan sesuatu seolah-olah tidak fokus pada konseli.
Menurut saya, setiap manusia tentu ingin dihargai, begitu pula dengan konseli yang sedang mengalami permasalahan sehingga perlu bantuan dari konselor. Jadi, seharusnya konselor menyambutnya dengan ramah, tatap mata konseli sesekali agar konseli tahu bahwa konselor tersebut fokus, berminat dan bersemangat untuk membantunya dalam menyelesaikan permasalahannya tersebut, sehingga konseli merasa dihargai dan tidak merasa semakin terkucilkan akibat ditekan oleh 2 situasi, yaitu permasalahannya dan respon merendahkan yang didapatnya dari konselor.

4.  Strategi Meningkatkan Komunikasi Interpersonal
Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan komunikasi interpersonal diantaranya adalah sebagai berikut:
a.    Mengatasi persepsi negative. Sebelum bertindak kita harus melihat sesuatu dari sudut pandang kita, melihat dari sudut pandang orang lain, melihat dari sudut pandang netral/tidak memihak, dan tidak mencampuradukan emosi pribadi. Hal ini untuk membantu kita berpikir terlebih dahulu sebelum menilai dan menyertakan emosi. Kita melihat masalah dari tiga sudut pandang berbeda. Hal ini membuat kita menjadi lebih empati sehingga mengatasi persepsi negative. Untuk mempunyai kemampuan ini kita harus memiliki kemampuan mendengar. Untuk memahami kita perlu mendengarkan, mendengarkan dnegan penuh perhatian.
b.    Menerima pesan dengan baik dengan cara mendengarkan. Mendengarkan bukan hanya secara harfiah menggunakan telinga, namun lebih luas, yaitu memberikan perhatian terhadap sesuatu, bukan hanya terhadap suara semata. Pentingnya mendengar dinyatakan dalam berbagai penelitian, salah satunya menyatakan bahwa kemampuan mendengarkan jauh lebih penting daripada kemampuan berbicara, kemampuan mendengarkan harus dimiliki oleh semua orang, dalam diri pekerja, manajer, eksekutif, atau hubungan personal.
c.    Alasan untuk mendengarkan adalah:Untuk memahami dan memperoleh informasi. Orang yang menguasai informasi akan memiliki kesempatan lebih besar untuk sukses.
d.    Analisis terhadap kualitas informasi. Kemampuan ini dibutuhkan agar dapat bertindak lebih tepat. Mendengarkan dan mendapatkan informasi lebih banyak akan meningkatkan kualitas pesan yang diterima, kelengkapan data, dan kemampuan mengolah informasi, sehingga simpulan atau analisis terhadap suatu kondisi atau keadaan dapat diambil.
e.    Membangun dan memelihara hubungan. Orang yang memiliki kemampuan mendengarkan dengan baik akan memiliki hubungan lebih baik dengan sesamanya, dan juga sebaliknya.
f.     Menolong orang lain, kemampuan mendengarkan dimiliki agar dapat memahami orang lain dan pada akhirnya dapat menolong orang lain. Beberapa profesi mewajibkan kompetensi mendengarkan untuk dimiliki dengan baik, contohnya dokter, pengacara, psikolog, guru, atau lainnya.
g.   Untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan adalah dengan cara: membuat kontak mata dengan pembicara, hindari gerakan atau komunikasi nonverbal yang justru mengganggu atau tidak sesuai dengan maksud kita untuk mendengarkan, mengajukan pertanyaan, mengungkapkan kembali/konfirmasi, hindari interupsi, jangan berbicara terlalu banyak, membuat transisi yang baik antara menjadi pendengar yang baik dengan pembicara yang baik, empatik.
h.    Menekan ego pribadi kita. Perbedaan antara individu akan selalu ada, entah itu perbedaan pkitangan, perbedaan kepentingan, dan lainnya. Dengan menekan ego pribadi, maka kita dapat belajar untuk mencoba memahami orang lain. Setiap orang punya keunikan masing-masing, dan kita harus menerima fakta tersebut.
i.     Pengetahuan juga punya peranan penting dalam berinteraksi. Ketika kita berusaha untuk mendekati orang lain, kita dapat memanfaatkan knowledge yang kita miliki terkait dengan keunikan yang dimiliki orang tersebut. Contohnya kita berkenalan dengan seorang musisi, supaya interaksi berjalan dengan baik maka kita dapat memulai pembicaraan seputar musik. Intinya adalah membangun komunikasi yang dapat menciptakan jalinan hubungan baik dengan orang lain.
j.     Memperhatikan juga bahasa non-verbal kita. Bahasa non-verbal dapat menyampaikan lebih banyak dibandingkan dengan bahasa verbal. Ketika berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ujaran (verbal communication) orang acap menggunakan bantuan gerak-gerik anggota tubuh seperti mata, tangan, kepala, dll. Kemampuan memanfaatkan anggota tubuh merupakan aset komunikasi dan bukan sekedar tampilan fisik. Jika digunakan secara tepat dan benar akan menimbulkan rasa tenteram (bagi diri sendiri atau pendengar), memperjelas bahasa ujaran dan sekaligus akan menghasilkan dampak positif yang mungkin tidak diduga. Sebagai contoh, cara berdiri, bergerak, menatap, dan tersenyum yang dimanipulasikan sedemikian rupa akan memberi nuansa komunikatif terhadap penampilan kata-kata.Beberapa teknik sederhana yang dapat digunakan adalah:
o   Lakukan tatapan mata setiap saat, pada individu atau kelompok tertentu untuk memperoleh keyakinan bahwa mereka memperhatikan isi yang sedang dibicarakan untuk menumbuhkan rasa percaya diri sebagai pembicara. Jika keberanian untuk melakukan hal ini belum ada, tujukanlah tatapan mata kebagian pendengar di barisan belakang. Kekhawatiran itu akan terkikis sedikit demi sedikit selama berbicara sehingga akhirnya timbul keberanian menatap pada satu arah pendengar tertentu. Jangan lupa memberi keseimbangan tatapan, berganti arah. Jangan sekali-kali menatap ke bahan tertulis konten pembicaraan/menunduk selama berbicara.
o   Gunakan bahasa tangan untuk mengilustrasikan poin-poin ujaran yang disampai­kan. Jika tidak terbiasa menggunakan gerakan tangan sebagai aksentuasi, silang­kan saja dibagian punggung (jika bicara sambil berdiri) atau di balik podium (jika berdiri di mimbar). Jangan sekali-kali menggunakan gerakan tangan yang menunjukkan kegelisahan atau sebaliknya membuat gerakan yang membuat pendengar menjadi tidak tenteram misal, memutar-mutar pulpen dengan tangan atau mengetuk-ngetukkannya di meja selama berbicara.
o   Bergerak santai jika bicara sambil berdiri. Tapi jangan mondar mandir dari satu sisi ke sisi yang lain terlalu cepat (seperti orang sedang adu lari) atau terlalu diatur (sehingga terkesan seperti pragawati).
o   Rileks dan santai, jangan tegang. Dalam berkomunikasi dihindari ada rasa beban. Kalau tidak akan terjadi ketegangan dan ketidakteraturan berbicara. Dengan demikian interaksi komunikasi yang positif tidak terjadi.
o   Senyum. Ini akan menimbulkan keyakinan pada diri sendiri dan rasa akrab bagi pendengar. Selalu tersenyum sambil menceritakan suatu anekdot atau humor yang terkait dengan bahan pembicaraan akan membuat pende­ngar benar-benar menikmati humor dan anekdot tersebut (paling tidak untuk sopan santun, mereka akan turut tertawa juga). Dan ini penting buat pembicara. Sebab, jika humor tidak bersambut akan mengakibatkan hilang kontrol dan percaya diri pembicara juga akan hilang.
o   Akhirnya, apa pun konten pembicaraan yang akan disampaikan maka keberhasilannya akan bergantung pada kemampuan menggabungkan unsur isi pembicaraan, pengungkapannya dalam bahasa ujaran, dan aksentuasinya dalam bentuk non-ujaran atau bahasa tubuh. Semua ini harus bersifat sinergis.

k.    Memperbanyak bertemu dengan orang-orang baru. Hal ini karena interpersonal skill yang terasah membutuhkan suatu proses dan waktu yang panjang. sehingga harus selalu dilatih. Semakin banyak kita menjalin hubungan dengan orang lain, maka interpersonal skill Kita akan semakin terasah.
l.     Menghindari judgement. Salah satu hambatan dalam menjalin komunikasi di awal adalah judgement. Ketika judgement sudah ada, maka kita punya persepsi dan kesan mengenai orang lain, yang mungkin negatif. Oleh karena itu, jangan biarkan judgement menahan kita untuk memulai komunikasi. Berikan kesempatan pada orang lain untuk berinteraksi dengan kita.
m.  Open minded. Belajarlah untuk menerima dan menghargai pendapat orang lain. Jangan langsung menolak dengan keras `knowledge` baru yang berbeda dengan pengetahuan yang kita miliki. Berkomunikasilah dengan serius, namun santai. Jika harus berdebat, lakukan dengan saling menghargai dan sopan.
n.    Empati. Empati adalah sikap dimana kita dapat menempatkan diri seolah-olah kita berada di posisi lawan bicara. Bayangkan seolah-olah kita berada di situasinya., dan berikan respon yang tepat. Empati kita terhadapnya akan menciptakan suatu hubungan yang positif. Empati ini harus terus menerus dilatih. Biasanya, orang yang punya Emotional Quotient (EQ) tinggi, lebih pkitai dalam berempati.
o.    Menghadapi konflik. Interpersonal skill kita sangat diuji ketika terjadi konflik. Kita dapat menjadi mediator dari pihak-pihak yang berkonflik. Kumpulkan mereka, dan bantu untuk mengatasi konflik yang mengemuka. Lakukan dengan kepala dingin, supaya komunikasi berjalan lancar, dan masalah bisa diselesaikan dengan baik. Kita harus bersikap netral sekaligus bijak untuk dapat mengambil peran ini.

BAB III
STUDI KASUS

Terdapat dua murid santri yang sedang menimba ilmu agama di sebuah pondok pesantren. Keduanya, berasal dari negara yang berbeda. Yang satu berasal dari Turki dan satunya lagi asal Indonesia. Terdapat adopsi budaya yang berbeda bertemu pada santri Turki dan santri Indonesia itu. Suatu ketika terlihat keduanya sedang bertengkar di sebuah ruangan kelas pesantren. Setelah ditelusuri, sebab pertiakan itu terjadi adalah karena santri Turki itu memukul kepala santri Indonesia dengan keras dengan niat bercanda. Sebab begitulah tradisi candaan orang Turki. Namun, tindakan itu disalahpahami oleh santri Indonesia yang dalam tradisi budayanya merupakan penghinaan, dan ia merasa kesal karena telah dipukul kepalanya begitu keras. Sehingga, mereka dalam suasana belajar di kelas tidak pernah akur.

Dalam ilustrasi kasus di atas ditemukan suatu permasalahan bahwa sering kali ketidak-pahaman dalam memaknai budaya seseorang menjadi konflik yang berkepanjangan. Lalu, bagaimana solusinya? Ada beberapa langkah konkret dalam menyelesaikan permasalahan di atas ?

Pertama, Pemahaman konfrehensif tentang pelaku komunikasi budaya. Dalam konflik di atas, kita dihadapkan pada suatu masalah, dimana suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan harus disandi balik dalam budaya lain. Konsekuensinya, perbendaharaan-perbendaharaan yang dimiliki dua orang yang berbeda budaya akan berbeda pula, yang dapat menimbulkan kesulitan. Namun, melalui pemahaman yang komprehensif atas komunikasi antarbudaya dapat mengatasi kesulitan-kesulitan ini.

Kedua, Sosial Penetration. Altman dan Taylor, mengemukakan suatu model perkembangan hubungan yang disebut social penetration atau penetrasi sosial. Yaitu proses dimana orang saling mengenal satu dengan lainnya. Model ini selain melibatkan self disclosure juga menjelaskan bilamana harus melakukan self disclosure dalam perkembangan hubungan. Penetrasi sosial merupakan proses yang bertahap, dimulai dari komunikasi basa-basi yang tidak akrab dan terus berlangsung hingga menyangkut topik pembicaraan yang lebih pribadi dan akrab, seiring dengan berkembangnya hubungan. Di sini, orang akan membiarkan orang lain untuk lebih mengenal dirinya secara bertahap.
BAB IV
PENUTUP



Kesimpulan

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran atau gagasan, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar.
Komunikasi nonverbal adalah semua aspek komunikasi selain kata-kata sendiri. Ini mencakup bagaimana kita mengucapkan kata-kata, lingkungan yang mempengaruhi interaksi, dan benda-benda yang mempengaruhi citra pribadi dan pola interaksi.
Hambatan komunikasi interpersonal meliputi hal-hal sebagai berikut, yaitu : bahasa, budaya, kebenaran yang semu, penipuan, tujuan yang tidak jelas, salah paham, sisi historis atau pengalaman, sikap tidak menghormati, serta mendominasi pembicaraan. Sedangkan strategi meningkatkan komunikasi interpersonal diantaranya : mengatasi perspektif negatif, menjadi pendengar yang baik, analisis terhadap kualitas informasi, membangun dan memelihara hubungan, menekan ego pribadi, memperbanyak pengetahuan, memperhatikan bahasa nin verbal yang kita gunakan, memperbanyak bertemu dengan orang- orang baru, serta menghindari judgement.

         
Saran
Pembahasan mengenai komunikasi verbal dan non verbal serta hambatan  maupun strategi untuk meningkatkan komunikasi interpersonal diharapkan dapat menjadikan khasanah ilmu pengetahuan kita sebagai mahasiswa maupun pembaca secara umum.
Sebagai pribadi maupun sebagai seorang akademisi hendaknya kita dapat dengan bijak menggunakan sarana komunikasi verbal maupun non verbal dalam  hubungan atau relasi kita dengan orang lain. Telah dijelaskan bagaimana hubungan interpersonal seseorang dapat terhambat atau bahkan dapat terjadi pemutusan hubungan yang disebabkan oleh beberapa factor. Terlebih dapat diterapkan di dalam hubungan nyata antara seorang karyawan dengan karyawan lain di instansi maupun perusahaan. Hubungan antara karyawan dengan atasan ataupun hubungan karyawan dengan bawahan. Seyogyanya kita dapat menempatkan diri maupun mengenali berbagai karakter serta situasi kondisi lingkungan agar dapat menjadi bahan pertimbangan untuk kita di dalam berinteraksi serta membangun relasi dengan sesama. 
DAFTAR PUSTAKA

Morrisan dan Andy Corry Wardhany. 2009. Teori Komunikasi, (Bogor: GhaliaIndonesia)
Richard West dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika)
Trimahanani, Emy. 2010. Mengasah Interpersonal Skill Anda, (Online), (diakses
Agus M. Hardjana. 2003. Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi
Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius) size: 13.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-language: IN;">
Prof. Dr. H. Hafied Cangara, 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja
Grafindo Perkasa)
Agus M. Hardjana, 2003.  Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal
 (Yogyakarta: Kanisius)



0 Response to "Makalah Komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam Hubungan Interpersonal"

Posting Komentar

Termimakasih buat partisipasinya ya :)