contoh laporan observasi ke sebuah SMK negeri
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang Melakukan
Observasi
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan
sekolah yang merupakan salah satu bentuk dari satuan pendidikan formal yang ada
dalam system pendidikan nasional di Indonesia. Sekolah Menengah Kejuruan
merupakan lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama sebagai basis untuk mengasah
bakat dan keterampilan dalam berbagai bidang tertentu. Sekolah Menengah
Kejuruan tentu mempunyai beberapa jurusan yang nantinya akan dipilih oleh siswa
berdasarkan minat dan kemampuan masing-masing. Ada yang jurusan Teknik mesin,
Teknik Elektro, Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Farmasi, dan lain-lain.
Setiap Jurusan tentu merupakan
hasil dari pembagian yang ada dalam deskripsi kehidupan social masyarakat
dimana deskripsi social itu merupakan bidang-bidang yang digeluti oleh sebagian
besar orang dan merupakan sebuah profesi yang bermanfaat untuk manusia. Setiap
siswa lulusan dari Sekolah Menengah Kejuruan biasanya sudah bisa diterima
langsung untuk bekerja di lapangan tanpa harus melanjutkan ke jenjang Perguran
Tinggi Seperti SMU. Lulusan Sekolah Menegah Kejuruan tentu sudah dilengkapi
dengan skill yang lebih interaktif daripada lulusan Sekolah menengah Umum,
karena mereka mempunyai focus basic tertentu sesuai dengan jurusannya.
Begitu juga dengan saya sebagai seorang mahasiswa
pendidikan administrasi perkantoran, dalam melakukan observasi ini, saya ingin
mengetahui bagaimana gambaran sebuah Sekolah Menengah Kejuruan terutama jurusan
Administrasi Perkantoran. Saya melakukan observasi ini merupakan sebuah langkah
awal menuju proses PPL nantinya dikarenakan basic yang saya ikuti nantinya
adalah akan menjadi seorang pendidik dalam Administasi Perkantoran.
Adapun
latar belakang saya dalam melakukan kegiatan observasi ini adalah :
-
Untuk mengetahui gambaran dan
deskripsi sebuah Sekolah Menengah Kejuruan terutama jurusan Administrasi
Perkantoran
-
Untuk mengetahui bentuk Rancangan
Program Pembelajaran dan Silabus yang diterapkan dalam SMK N 19
-
Sebagai prasyarat dalam melengkapi
tugas individu materi kuliah Perencanaan Pengajaran.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan saya gunakan sebagai batasan masalah dalam observasi
ini adalah :
a. Bagaimana
kondisi dan keadaaan lingkungan SMK N 19 Jakarta Pusat
b. Bagaimana
keadaan administrasi SMK N 19 Jakarta Pusat
c. Bagaimana
silabus yang diterapkan di SMK N 19 Jakarta Pusat
d. Bagaimana
RPP yang diterapkan di SMK N 19 Jakarta Pusat
e. Analisis
kondisi sekolah tersebut dengan analisis SWOT
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan saya dalam melakukan kegiatan observasi ini adalah :
a. Untuk
mengetahui gambaran dan deskripsi sebuah Sekolah Menengah Kejuruan terutama
jurusan Administrasi Perkantoran
b. Untuk
mengetahui bentuk Rancangan Program Pembelajaran dan Silabus yang diterapkan
dalam SMK N 19 Jakarta Pusat
c. Untuk
mengetahui administrasi SMK N 1 Jakarta Pusat
d. Sebagai
prasyarat dalam melengkapi tugas individu materi kuliah Perencanaan Pengajaran.
1.4 Teknik Observasi
Teknik
yang saya lakukan dalam melakukan melakukan observasi di SMK N 19 Jakarta Pusat
adalah dengan melakukan teknik wawancara secara langsung, dimana saya juga merekam
suara dari kegiatan dari wawancara tersebut dan mengambil beberapa foto sebagai
bukti Observasi.
BAB II
KONDISI DAN GAMBARAN UMUM SEKOLAH KEJURUAN
( SMK)
2.1 Pengertian Sekolah Kejuruan Umum
Sekolah
menengah kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjangpendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs atau bentuk lain yang
sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK
sering disebut juga STM (Sekolah Teknik Menengah). Di SMK terdapat banyak
sekali Program Keahlian. Berikut beberapa pengertian Sekolah Menengah Kejuruan
menurut pendapat para ahli :
1.
Pengertian SMK menurut Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 telah mengatakan bahwa
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UU RI
No 20/ 2003). Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu jenjang
pendidikan menengah dengan kekhususan mempersiapkan lulusannya untuk siap
bekerja. Pendidikan kejuruan mempunyai arti yang bervariasi namun dapat dilihat
suatu benang merahnya.
2.
Menurut Evans
dalam Djojonegoro (1999) mendefinisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian
dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja
pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang
pekerjaan lainnya. Dengan pengertian bahwa setiap bidang studi adalah pendidikan
kejuruan sepanjang bidang studi tersebut dipelajari lebih mendalam dan
kedalaman tersebut dimaksudkan sebagai bekal memasuki dunia kerja.
3.
Mengacu pada pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 mengenai
tujuan pendidikan nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa
pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta
didik terutama untuk bekerja di bidang tertentu.
4.
Schippers (1994), mengemukakan
bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan non akademis yang berorientasi pada
praktek-praktek dalam bidang pertukangan, bisnis, industri, pertanian,
transportasi, pelayanan jasa, dan sebagainya.
Memahami pendapat di atas
dapat diketahui bahwa pendidikan kejuruan berhubungan dengan mempersiapkan
seseorang untuk bekerja dan dengan memperbaiki pelatihan potensi tenaga kerja.
Hal ini meliputi berbagai bentuk pendidikan, pelatihan, atau pelatihan lebih
lanjut yang dibentuk untuk mempersiapkan seseorang untuk memasuki atau
melanjutkan pekerjaan dalam suatu jabatan yang sah.
Dapat dikatakan pendidikan
kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan
mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan
kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan mampu mengembangkan potensi dirinya
dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan
teknologi. Dalam proses pendidikan kejuruan perlu ditanamkan pada siswa
pentingnya penguasaan pengetahuan dan teknologi, keterampilan bekerja, sikap
mandiri, efektif dan efisien dan pentingnya keinginan sukses dalam karirnya
sepanjang hayat.
Dengan kesungguhan dalam mengikuti
pendidikan kejuruan maka para lulusan kelak dapat menjadi manusia yang
bermartabat dan mandiri serta menjadi warga negara yang mampu membayar pajak. Pendidikan
SMK merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang diselenggarakan sebagai
lanjutan dari SMP/MTS :
a. Sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan dalam rangka
memenuhi kebutuhan/kesempatan kerja yang sedang dan akan berkembang pada daerah
tersebut.
b. Lulusan SMK merupakan tenaga terdidik, terlatih, dan
terampil.
c. Mampu mengikuti pendidikan lanjutan dan atau menyesuaikan
dengan perubahan teknologi.
d. Berdampak sebagai pendukung pertumbuhan industri (kecil
atau besar).
e. Mengurangi angka pengangguran dan kriminalitas.
f. Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan negara melalui pajak
penghasilan dan pertambahan nilai.
2.2 Tujuan
Pendidikan Kejuruan
Prosser (1949), mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan akan lebih
efektif jika mampu merubah individu sesuai dengan perhatian, sifat dan tingkat
intelegensinya pada tingkat setinggi mungkin, artinya setelah melakukan
pendidikan dan pelatihan (diklat)
para peserta latihan meningkat keterampilannya. Acuan keberhasilan suatu
program pendidikan kejuruan menurut pendapat Lesgold (1996), yaitu harus memperhatikan : (1) Sasaran produk
haruslah terdefinisi secara baik, akurat,
dan jelas yang merupakan interaksi yang intens antara sekolah dengan
masyarakat, (2) perlengkapan (sarana dan
prasarana) yang dibutuhkan untuk mencapai yang telah ditetapkan haruslah
mencukupi, sehingga merupakan unsur penjamin bahwa sasaran yang telah
ditetapkan dapat dicapai secara baik, (3) spesifikasi
tim sukses atau tim pelaksana program yang akan bertanggung jawab terhadap
keberhasilan sasaran haruslah lengkap dan jelas, (4) penelitian atau pengkajian terus menerus dan berkesinambungan agar
dapat diketahui, sehingga langkah perbaikan dan penanggulangan dapat ditetapkan
segera.
Pada dasarnya pendidikan kejuruan menurut Indrajati Sidi (2003) berdasarkan kebutuhan nyata pasar keja. Untuk dapat merealisasikan program ini maka peran serta dunia usaha dan industri sangat diperlukan. Bahkan perlu mendudukkan mereka dalam posisi yang penting, sehingga program kejuruan ditawarkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sistem pendidikan kejuruan yang memberikan standar kompetensi nasional yang baku.
Pada dasarnya pendidikan kejuruan menurut Indrajati Sidi (2003) berdasarkan kebutuhan nyata pasar keja. Untuk dapat merealisasikan program ini maka peran serta dunia usaha dan industri sangat diperlukan. Bahkan perlu mendudukkan mereka dalam posisi yang penting, sehingga program kejuruan ditawarkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sistem pendidikan kejuruan yang memberikan standar kompetensi nasional yang baku.
Standar kompetensi, standar kurikulum dan
standar pengujian dimaksudkan untuk menjamin bahwa sistem pendidikan kejuruan
benar-benar memberikan kompetensi yang telah dibutuhkan oleh industri. Oleh
karenanya ukuran mutu tamatan pendidikan kejuruan tidak hanya dilihat dari
hasil Ujian Akhir Nasional., tetapi juga dari kompetensi yang dicapai.
Ketercapaian kompetensi dilihat dari keterampilan.
Setiap keterampilan yang dicapai diberikan
sertifikat oleh lembaga yang berwenang seperti majelis pendidikan kejuruan
nasional (MPKN). UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 15,
menyatakan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk menyiapkan peserta
didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Tujuan tersebut dapat
dijabarkan lagi oleh Dikmenjur
(2003) menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, sebagai berikut tujuan umum,
sebagai bagian dari sistem pendidikan menengah kejuruan SMK bertujuan : (1)
menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani kehidupan secara layak, (2)
meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik, (3) menyiapkan peserta didik
agar menjadi warga negara yang mandiri dan bertanggung jawab, (4) menyiapkan
peserta didik agar memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa
Indonesia, dan (5) menyiapkan peserta didik agar menerapkan dan memelihara
hidup sehat, memiliki wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni.Tujuan khusus,
SMK bertujuan untuk :
(1)
Menyiapkan peserta
didik agar dapat bekerja, baik secara mandiri atau mengisi lapangan pekerjaan
yang ada di dunia usaha dan industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah,
sesuai dengan bidang dan program keahlian yang diminati,
(2)
Membekali peserta didik agar mampu memilih
karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi dan mampu mengembangkan sikap
profesional dalam bidang keahlian yang diminati, dan
(3)
Membekali peserta
didik dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) agar mampu mengembangkan
diri sendiri melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Kompetensi lulusan pendidikan kejuruan sebagai subsistem
dari sistem nasional menurut Depdikbud (2001) adalah :
(1)
Penghasil tamatan yang
memiliki keterampilan dan penguasaan IPTEK dengan bidang dari tingkat keahlian
yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan,
(2)
Penghasil tamatan yang
memiliki kemampuan produktif, penghasil sendiri, mengubah status tamatan dari
status beban menjadi aset bangsa yang mandiri,
(3)
Penghasil penggerak
perkembangna industri Indonesia yang kompetitif menghadapi pasar global,
(4)
Penghasil tamatan dan
sikap mental yang kuat untuk dapat mengembangkan dirinya secara berkelanjutan.
Dikmenjur (2000) mengatakan bahwa hasil kerja pendidikan harus mampu
menjadi pembeda dari segi unjuk kerja, produktifitas, dan kualitas hasil kerja
dibandingkan dengan tenaga kerja tanpa pendidikan kejuruan.Jadi pendidikan
kejuruan adalah suatu lembaga yang melaksanakan proses pembelajaran keahlian
tertentu beserta evaluasi berbasis kompetensi, yang mempersiapkan siswa menjadi
tenaga kerja setingkat teknisi.
2.3 Konsep Bimbingan dan
Konseling Karir di SMK (Existing Condition)
Konsep ini dikumpulkan dari berbagai
sumber untuk mendapatkan gambaran mengenai konsep bimbingan dan konseling di
sekolah-sekolah kejuruan di Indonesia.
Pendidikan vokasi atau kejuruan
adalah suatu pendidikan yang berbeda dengan pendidikan umum. Berikut penjelasan
(Byram & Wenrich, 1956: 50-51)
tentang pendidikan kejuruan (vocational education): Vocational
education is teaching people how to work effectively. Vocational education
takes place when an individual or group of individuals acquires information, an
understanding, an ability, a skill, an appreciation, an interest and/or an
attitude, any or all of which enable him to begin or to continue in activity of
a productive or service nature. Dari konsep teori ini terlihat bahwa
tujuan akhir dari pelaksanaan pendidikan kejuruan adalah agar para lulusannya
dapat melaksanakan kegiatan atau pekerjaan yang bersifat produktif secara
efektif.
Pendidikan kejuruan diarahkan untuk
membentuk lulusan yang memiliki wawasan profesional, yaitu sesuatu yang
tertanam di dalam diri seseorang yang mempengaruhi perilakunya, yaitu peduli
kepada mutu (tidak asal jadi), bekerja cepat, tepat dan efisien tanpa atau
dengan pengawasan orag lain, menghargai waktu, dan menjaga reputasi. Karakter
seperti ini adalah karakter tenaga kerja yang disukai dan diperlukan oleh dunia
kerja. Diperlukan suatu usaha pembentukan sikap profesional yang sistematis dan
waktu yang lama di SMK untuk mencapai tujuan tersebut. Dibutuhkan juga
perlakuan khusus (special treatment) bagi siswa tertentu, kelompok siswa
tertentu, atau sekolah tertentu untuk membentuk keunggulan sesuai kondisi
siswa, sekolah tempat belajarnya, dan potensi daerah tempat SMK berada (Dedi Supriadi, et al, 2002: 236).
SMK adalah salah satu sub-sistem
dari sistem pendidikan nasional di Indonesia. SMK memainkan peranan strategis
bagi penyediaan tenaga kerja trampil secara nasional. Ini sejalan dengan tujuan
SMK dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu
mempersiapkan peserta didiknya untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Lebih
spesifik dalam PP No. 17 tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan di Pasal 1 Ayat 15, dijelaskan bahwa pendidikan kejuruan adalah salah
satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada
jenjang menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang
sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP
atau MTs.
Berdasarkan Keputusan Direktur
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2008) terdapat 121 Program
Keahlian di SMK.Dalam hubungan antara tujuan penyelenggaraan SMK dengan
penyiapan karir siswanya, maka harus dipertimbangkan adanya konsep pendidikan
karir yang terintegrasi didalamnya. Pendidikan karir (career education)
di sekolah menengah atas (high school) mencakup pemberian kesempatan
pada para siswa untuk mengeksplorasi lebih jauh dunia kerja, serta menarik
hubungannya dengan minat, potensi dan kemampuan diri mereka. Pendekatan bagi
para siswa di jenjang ini bisa dibagi kedalam dua kelompok, yaitu: (1) para
siswa yang berencana mencari pekerjaan segera setelah lulus sekolah menengah
atas, serta (2) para siswa yang merencanakan untuk melanjutkan ke jenjang lebih
tinggi. Pendekatan pendidikan karir bagi kedua kelompok ini harus berbeda namun
tetap fleksibel, terutama bagi sekolah menengah yang khusus kejuruan (Wenrich
& Wenrich, 1974). Terilhat jelas bahwa pendidikan karir di sekolah tidak
bisa disamakan untuk seluruh siswa.
Ditinjau dari sisi sejarah, istilah
bimbingan dan konseling karir berakar pada istilah vocational guidance yang
pertama kali dipopulerkan oleh Frank Parson dalam buku Choosing a
Vocation (1909) dan dikutip oleh Wikipedia (2012). Pada awalnya
penggunaan istilah ini lebih merujuk pada usaha membantu individu dalam memilih
dan mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan
kemampuan yang diperlukan untuk memasuki suatu pekerjaan. Namun selanjutnya
terjadi perubahan pendekatan dari model okupasional (occupational) ke
model karir (career). Kedua model ini memiliki perbedaan, dimana pada
model okupasional lebih menekankan pada kesesuaian antara bakat dengan tuntutan
dan persyaratan pekerjaan, sedang pada model karir, tidak hanya sekedar
memberikan penekanan tentang pilihan pekerjaan, namun mencoba pula
menghubungkannya dengan konsep perkembangan dan tujuan-tujuan yang lebih jauh
sehingga nilai-nilai pribadi, konsep diri, rencana-rencana pribadi dan semacamnya
mulai turut dipertimbangkan.
Istilah bimbingan dan konseling
karir memiliki beberapa padanan istilah dalam referensi luar Indonesia. Wikipedia (2012) menuliskan “career
counseling and career coaching are similar in nature to traditional counseling.
However, the focus is generally on issues such as career exploration, career
change, personal career development and other career related issues. In the UK,
career counseling would usually be referred to as careers advice or guidance”.
Selanjutnya disebutkan bahwa tugas seorang konselor karir adalah “helping
candidates to get into a career that is suited to their aptitude, personality,
interest and skills; so it is the process of making an effective correlation
between the internal psychology of a candidate with the external factors of
employability and courses”.
Menurut Dewa Ketut Sukardi (1989), tujuan pelaksanaan Bimbingan Karir di
Sekolah adalah agar siswa dapat: (1) meningkatkan pengetahuannya tentang
dirinya sendiri (self concept); (2) meningkatkan pengetahuannya tentang
dunia kerja; (3) mengembangkan sikap dan nilai diri sendiri dalam menghadapi
pilihan lapangan kerja dalam persiapan memasukinya; (4) meningkatkan
ketrampilan berpikir agar mampu mengambil keputusan tenntang jabatan yang
sesuai dengan dirinya dan tersedia dalam dunia kerja; dan (5) menguasai
ketrampilan dasar yang penting dalam pekerjaan terutama kemampuan
berkomunikasi, bekerja sama, berprakarsa dan lain sebagainya.
Selanjutnya dikenal juga istilah
bimbingan vokasional (vocational guidance). London (1973) menyatakan bahwa “vocational guidance deals with
matters of occupational choice or career planning, preparation, placement, and
adjustment on the job; normally this is the phase of guidance needed most by
youth in their later teens and by adults”. Cakupan bimbingan
vokasional lebih luas karena berkenaan dengan pilihan pekerjaan dan perencanaan
karir di masa depan, biasanya dibutuhkan oleh siswa pada usia akhir remaja dan
juga untuk para pekerja usia dewasa.
International Labour Office (2010) merumuskan bahwa kegiatan
layanan bimbingan dan konseling karir terkait erat dengan empat kompetensi
utama bagi para siswa agar dapat menghadapi masa depan karir mereka yaitu: (1)
kesadaran diri atau pengenalan diri sendiri, (2) kesadaran akan kesempatan
bekerja, (3) pembuatan keputusan pendidikan dan karir, dan (4) pembelajaran
transisional dan pengetahuan akan persyaratan kerja.
Bimbingan dan konseling karir berhubungan erat dengan
pendidikan karir (career education), seperti dikemukakan Calhoun dan Finch (1976) bahwa program
pendidikan karir di memiliki tahapan berupa kesadaran karir, eksplorasi karir,
dan persiapan karir. Berikut kutipan lengkapnya, yaitu: Career
education is a sytematic attempt to increase the career options available to
individuals and to facilitate more rational and valid career planning and
preparations; the phases are career awareness, career exploration, and career
preparation.
Bimbingan dan konseling baik secara umum maupun khusus karir
haruslah disesuaikan dengan prinsip yang berlaku di sekolah kejuruan
(vocational school), tidak bisa disamakan dengan sekolah menengah umum. Ada
perbedaan mendasar antara pendidikan umum dan pendidikan kejuruan, seperti
disampaikan Prosser dan Miller
(1985) yang dikutip Basuki Wibawa
(2005) yaitu “general education prepares us to live well, vocational
education prepares us to work well”. Hal ini juga didukung oleh Wenrich dan
Wenrich (1974) yang menyatakan bahwa “vocational and technical education is
for people, youth and adults interested in preparing for and progressing in a
career in some type of satisfying and productive work”.
Kemudian lebih spesifik berkenaan dengan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dalam Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah kejuruan, disebutkan
bahwa pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki
lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Karenanya BK karir
haruslah dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan di dunia kerja.
Sasaran kompetensi yang ingin dicapai bagi lulusan SMK sudah
cukup jelas, dan memiliki perbedaan dengan siswa SMA. Karenanya implikasi
terhadap layanan BK karir yang diterima juga akan berbeda. Kompetensi kunci SMK
dalam menghadapi era global dijabarkan oleh Djojonegoro (1998:28-30) sebagai berikut:
(1) memiliki ketrampilan dasar yang kuat dan luas, yang
memungkinkan pengembangan dan penyesuaian diri sesuai sesuai dengan
perkembangan IPTEKS;
(2) mampu mengumpulkan, menganalisa,
dan menggunakan data dan informasi;
(3) mampu mengkomunikasikan ide dan
informasi;
(4) mampu merencanakan dan
mengorganisasikan kegiatan;
(5) mampu bekerja sama dalam
kelompok;
(6) mampu memecahkan masalah;
(7) berpikir logis dan mampu
menggunakan teknik-teknik matematika; serta
(8) menguasai bahasa komunikasi
global yaitu Bahasa Inggris.
BAB III
ANALISIS OBSERVASI SEKOLAH
3.1 Kondisi dan Keadaan Lingkungan
SMK N 19
a. Kondisi Gedung Sekolah
Gambar
3.1.1
Keadaan
Gedung sebagai sarana belajar bagi SMK N 19 Jakarta pusat terlihat memadai
dikarenakan suasana yang asri, indah, nyaman, dan tidak merusak lingkungan
alam. Hal ini juga didukung dengan keadaan infrastruktur yang begitu memada
dalam ruangan kelas maupun luar kelas, kita dapat melihat lapangan olahraga
futsal, basket, tenis, dan bulu tangking di sediakan untuk kepentingan siswa
dalam bidang olahraga. Di dalam kelas juga sudah menggunakan teknologi Infokus
sebagai media pembelajaran, tetapi tanpa mengabaikan penggunaan papan tulis
sebagai sarana deskripsi mata pelajaran yang lebih interaktif. Berdasarkan
pengamatan saya ketika observasi, siswa SMK N 19 belajar dalam keadaan nyaman,
selain peraturan yang mengatur mereka, hal ini juga dikarenakan rasa nyaman
karena keindahan gedung. Namun, suatu sarana pasti mempunyai kelebihan dan
kekurangan tersendiri, berikut kelebihan dan kekurangan dari kondisi Gedung SMK
N 19 :
a) Kelebihan :
-
Gedung
SMK N 19 terbuat dari bahan permanen sehingga bisa menjadi jaminan kenyamanan
pendidikan setidaknya 50 tahun kedepan.
-
Gedung
mempunyai kelas yang banyak dan mencukupi (lebih dari 30 kelas) sehingga tidak
harus melakukan pergantian ruang kelas untuk mata pelajaran tertentu, kecuali
laboratorium, WC, gudang, dan ruang untuk guru.
-
Latar
warna gedung yang menarik, sehingga siswa tidak akan merasa jenuh.
-
Meskipun
bangunan bertingkat, namun SMK N 19 berusaha untuk membuat taman di depan kelas
masing-masing.
-
Sarana
dan prasarana yang lengkap dan nyaman.
b) Kelemahan :
-
Lapangan
untuk kreativitas siswa masih kurang.
-
Ada
beberapa ruangan yang tidak terpakai dikarenakan rusaknya fasilitasnya.
b. Luas Tanah dan Bangunan
Adapun luas tanah dan bangunan SMK N
19 Jakarta Pusat adalah :
a.
Luas
tanah 3.633 M2
b.
Luas
Gedung 3645 M2
c.
Jarak
lokasi sekolah dengan jalan utama
Jarak SMK N 19 terbilang cukup jauh dari jalan utama. Jalan
utama SMK N 19 berada di daerah jalan Soedirman tepatnya di dekat halte busway
Benhil. Dari halte tersebut kita masih naik angkot 1 kali lagi ke sekolah
tersebut. Jarak dari jalan utama hingga ke sekolah berkisar ±2.000 m.
3.2 Keadaan Adminstrasi SMK N 19
Jakarta Pusat
A. Buku Piket
Dalam suatu sekolah biasanya diadakan absensi
untuk mengontrol kehadiran siswa maupun tenaga pengajar, begitu juga dengan SMK
19. Absensi atau buku piket di SMK 19 berfungsi untuk mengontrol tingkat
kehadiran siswa dan guru ketika jadwal dan rutinitas yang seharusnya
berlangsung. Di SMK N 19 Jakarta Pusat, Absensi terbagi dua menurut subjeknya :
1. Absensi Guru
Absensi guru pengajar dan pegawai SMK N 19 Jakarta Pusat
ditempatkan di ruang tata usaha, dimana absensi dilakukan setiap pukul 07.00.
Absensi atau piket yang digunakan saat ini sudah menggunakan tekhnologi “
Finger Print” dimana absensi system ini hanya dengan mencucukkan ibu jari ke
dalam finger print tersebut. Hal ini tentu lebih akurat dari pada seked.ar
menandatangai secara manual karena mesin Finger print hanya akan membaca satu
sidik jari, jadi tidak bolah diwakilkan atau menitip tanda tangan.
Foto 3.2.1
Finger Print untuk absensi guru dan pegawai SMK N 19
2. Absensi Siswa
Absensi siswa biasanya dilakukan setelah masuk kedalam kelas
jam 07.30 hingga jam 08.00 WIB oleh anggota administrasi kelas. Bentuk absensi
yang digunakan masih menggunakan kertas absensi biasa yang disertai dengan
daftar nama. Absensi siswa juga dikontrol oleh guru terutama wali kelas yang
memberikan pembinaan minimal sekali seminggu.
B. Format Evaluasi Penilaian
Dalam suatu sekolah baik umum
ataupun kejuruan, setiap sekolah harus mempunyai format penilaian bagi tenaga
pengajar maupun siswa sebagai peserta didik. Di SMK N 19 Jakarta Timur, format
penilaian itu dibagi dua yaitu :
1. Evaluasi Penilaian untuk Guru dan
Pegawai
Di SMK N 19 Jakarta Timur evaluasi
penilaian untuk guru dan pegawai itu sama, materi evaluasi penilaian juga sama.
Pihak yang melakukan evaluasi penilaian untuk guru dan pegawai adalah ditangani
langsung oleh kepala sekolah yang dibantu oleh beberapa bawahannya untuk secara
langsung mengawasi prose belajar mengajar dalam kelas maupun di luar kelas.
Beberapa materi yang dievaluasi terutama adalah kehadiran ( absensi ),
terlaksanannya proses belajar, terlaksananya proses penilaian belajar,
kebenaran menyampaikan data dan informasi dalam tugas, kemampuan bekerjasama
dengan tim dan kepemimpinan juga yang masuk dalam kategori evaluasi yang
dilakukan oleh pihak kepala sekolah. Jika pihak yang dievaluasi mendapat hasil
evaluasi dalam kategori sangat baik, maka pihak sekolah biasanya memberikan
reward atau penghargaan kepada guru tersebut secara pribadi tanpa diketahui
oleh guru lain. Reward yang diberikan dapat berupa materi uang, hiburan,
pariwisata dan lain-lain yang bisa membangkitkan semangat tenaga guru dan
pengajar.
2. Evaluasi Penilaian untuk siswa (
anak didik)
Evaluasi penilaian terhadap siswa hampir sama dengan
evaluasi penilaian terhadap guru dan pegawai, tetapi dalam evaluasi penilaian
untuk siswa, siswa akan dievaluasi secara langsung oleh Wali Kelas secara
keseluruhan mata ajaran melalui pembinaan tatap muka minimal sekali seminggu.
Untuk mata ajaran, evaluasi akan dilakukan langsung oleh
pengajar mata pelajaran tersebut baik berupa ulangan harian, kuis, maupun
evaluasi yang bersifat abstrak seperti kesopanan, kerajinan, keaktifan,
kerapian dan lain-lain yang akan diserahkan nantinya ke wali kelas untuk
menjadi referansi bagi wali kelas tersebut untuk melakukan evaluasi bagi
peserta didik. Secara bersamaan, evaluasi untuk siswa akan dilakukan secara
serentak pada tengah semester ( Ujian Tengah Semester) dan pada akhir semester
( Ujian Akhir semester ). Evaluasi penilaian ini dilakukan secara bersamaan dan
keseluruhan berdasarkan jurusan masing-masing. Nah, hasil dari ujian ini akan
dimasukkan kedalam raport sebagai gambaran hasil belajar siswa dalam satu
semester.
3.3 Penanganan Siswa Yang Bermasalah
Setiap sekolah, pasti tidak akan
terlepas dari masalah terutama anak didik, dimana anak-didik tersebut masih
berada di usia remaja, jadi wajar- wajar saja jika terdapat banyak perilaku
yang menyimpang dari peraturan sekolah begitu juga dengan SMK N 19 Jakarta
Timur. Menurut data statistic dari BP, hampir setiap hari ada anak yang
bermasalah dengan peraturan sekolah baik secara pribadi dan secara umum yang
menyebabkan penyimpangan dan penyalahgunaan aturan sekolah. Jika seorang siswa
bermasalah, biasanya diawali dengan penanganan wali kelas, dalam hal ini wali
kelas selaku wali yang berwewenang untuk melakukan penilaian dan evaluasi bagi
anak kelasnya akan membimbing anak tersebut agar tidak menyimpang dari
norma-norma atau peraturan yang diterapkan di sekolah. Masalah-masalah yang
ditangani oleh wali kelas biasanya masih masalah ringan dan hanya berdampak
kecil bagi berbagai pihak dan masih dalam hak dan wewenang wali kelas dalam
menangani masalah. Jika wali kelas tidak bisa lagi untuk mengatasi masalah anak
didiknya, maka selanjutnya akan dilibatkan terhadap Pembina OSIS. Di dalam ini,
Pembina OSIS berperan memperjelas peraturan-peraturan yang dikenakan serta
sanksi yang diterapkan dalam sekolah secara tegas. Selanjutnya, jika masalah
masih belum bisa diatasi, maka pihak berikutnya yang dilibatkan adalah Kepala
bidang kesiswaan untuk ditangani tentunya dalam ruang tertentu dan suasana
tertentu. Bidang kesiswaan ( BK ) dalam hal ini berwenang dalam melibatkan
pihak ketiga yaitu orang tua. BK bisa saja memanggil orang tua dari siswa yang
bermasalah kesekolah melalui surat
panggilan, atau BK juga bisa mendatangi rumah siswa tersebut ( visitor home).
Bidang kesiswaan SMK N 19 hanya mempunyai BP dalam menangani masalah yang
secara langsung bertanggung jawab kepada kepala sekolah. Jika masalah masih
belum bisa teratasi, maka selanjutnya diserahkan kepada kepala sekolah sebagai
langkah akhir dari penyelesaian masalah siswa tersebut. Biasanya jika sudah
sampai terhadap kepala sekolah, biasanya akan diserahkan pengembalian kepada
orang tua siswa atau pemecatan.
3.4 Silabus
Silabus adalah rencana
pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/ bahan/
alat belajar. Di SMK N 19 Jakarta Pusat, silabus masih dibuat berdasarkan
kurikulum KTSP dimana silabu tersebut lebih menekankan pada tingkat produktif,
normative, dan adaptif. SMK N 19 Jakarta Pusat lebih mengedepankan kurikulim
yang berdasarkan produktif terutama pada mata kuliah mulok yaitu bahasa Jepang
dan bahasa Mandarin untuk menggali potensi lokal dalam menghadapi persaingan
global yang lebih banyak dikuasai oleh Cina dan Jepang. SMK N 19 juga mengedapankan
kompetensi kunci terutama di AP yaitu tentang kearsipan. Jurusan AP adalah
jurusan yang sedikit berurusan dengan urusan keuangan, tetapi dalam program
ini, pelajaran dasar akuntansi juga diterapkan dalam jurusan Administrasi
Perkantoran, karena biar bagaimanapun juga nantinya lulusan Administrasi
perkantoran akan dihadapkan dalam persoalan keuangan meski dalam lingkup yang
sedikit. Hal ini tentu akan melatih siswa Administrasi Perkantoran bukan hanya
focus ke bidangnya tersendiri, tetapi juga mengambil bagian bidang lain yang
berkaitan dengan Administasi Perkantoran untuk menggali kompetensi inti dalam
jurusan tersebut.
3.4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP)
Rencana Pelaksanaan Pendidikan (RPP)
pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau
memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran, dengan demikian RPP
merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran. Penyusunan RPP di SMK N 19 Jakarta Pusat masih mengacu pada
Kurikulum KTSP. Dalam penggunaan media sebagai alat untuk menyampaikan materi
pembelajaran, guru berwenang untuk menyampaikan mata pelajaran dengan melalui
media apa, baik melalui LCD, papan tulis, bahkan ceramah, atau diskusi yang
digunakan sebagai metode penyampaian tergantung bagaimana situasi dan tuntutan
materi yang akan disampaikan kepada peserta didik.
3.5 Analisis SWOT
Analisis
SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses),
peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan
penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak
dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara
menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya.
Analisis SWOT ini dapat digambarkan dalam diagram berikut :
Kekuatan
|
Ancaman
|
Kelemahan
|
Peluang
|
Bagan
3.5.1 SWOT
a.
Kekuatan ( Strenght)
-
Tersedianya sarana dan prasarana
sekolah yang memadai seperti lapangan olahraga, laboratorium untuk
masing-masing jurusan, ruangan yang nyaman ber-AC, disertai dengan LAC
proyektor, taman yang rindang disetiap depan ruangan kelas, lapangan Joging
yang alami, perpustakaan yang menunjang minat belajar siswa, dan tempat siswa
untuk berkreasi.
-
Secara Prestasi baik dalam bidang
akademik maupun non- akademik sangat
menonjol, dimana salah satu prestasi yang membanggakan adalah
menghasilkan anak didik dengan nilai UN tertinggi di Indonesia tahun 2011.
-
Adanya motivasi yang kuat dari
siswa, terutama daru jalur prestasi.
-
Tidak dekat dengan jalan utama,
sehingga tidak menimbulkan gangguan berupa kebisingan.
b.
Kelemahan ( Weakness)
-
Kurangnya tenaga pendidik yang
professional dan kompeten di bidangnya.
-
Kurangnya guru BK untuk menangai
masalah kesiswaan dalam SMKN 19 Jakarta Utara.
-
Kurangnya tempat kreasi yang memadai
untuk beberapa jurusan.
c.
Peluang (Opportunities)
-
SMK N 19 Jakarta Pusat merupakan
salah satu sekolah kejuruan yang berkompeten di Jakarta, sehingga banyak lulusan
dari sekolah ini yang langsung diterima oleh beberapa perusahaan menengah
keatas.
-
Banyak siswa SMKN 19 Jakarta
Pusat yang diterima untuk Universitas
pavorit di Indonesia yang mempunyai kecenderungan persentase yang meningkat.
-
Adanya dukungan dari orang tua
siswa.
d.
Ancaman ( Threats )
-
Pergantian kurikulum membuat banyak
guru di SMK N 19 Jakarta Utara bingung dalam menentukan program seperti apa
yang akan diterapkan dalam kegiatan proses belajar mengajar.
-
Adanya competitor dari SMK yang lain
yang sama di Jakarta Pusat dalam hal lulusan yang berkualitas.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sebagai Sekolah Menengah kejuruan, SMKN 19 Jakarta
Utara merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan yang memiliki kompetensi yang memadai baik bagi
siswa, maupun guru yang berkompeten untuk menghasilkan siswa yang berkompeten.
Menghasilkan siswa yang berkompeten itu tentu dipengaruhi oleh beberapa factor
seperti factor lingkungan alam, kondisi gedung, sarana dan prasarana, kondisi administrasi,
hingga kondisi tenaga guru dan pegawai.
Sesuai dengan visi “ menghasilkan Sumber Daya Manusia yang bertakwa,
cerdas, terampil, dan unggul” dan misi “ Meningkatkan kualitas keimanan,
ketakwaan, dan aklak mulia, Menumbuhkembangkan semanga\t berprestasi dan
berkompetisi, Menyiapkan siswa yang bermutu sesuai dengan keahliannya,
Meningkatkan profesionalitas guru, dan meningkatkan 7K”, semua perangkat
sekolah harus bekerja sama dalam mewujudkan misi tersebut. Pembangunan sarana
dan prasarana yang baik, administrasi yang baik, akan membuat Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 19 Menjadi lebih berkompetitif . Kompetisi harus didasarkan
pada analisis kelemahan, peluang,
kekuatan dan ancaman agar kita bisa lebih menentukan arah dan tujuan Sekolah
sebagai sekolah Kejuruan dalam jurusan masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Byram, H.M. & Wenrich, R.C., (1956). Vocational
education and practical arts in the community school. New York: The Macmillan
Company.
Calhoun C.C. & Finch, A.V. (1976). Vocational and
career education: concepts and operations. Belmont: WadsworthPublishing
Company, Inc.
Basuki Wibawa. (2005). Pendidikan Teknologi dan Kejuruan:
Manajemen dan Implementasinya di Era Otonomi. Surabaya: Kertajaya Duta Media.
Dedi Supriadi, et al. (2002). Sejarah Pendidikan Teknik
dan Kejuruan di Indonesia, Membangun Manusia Produktif. Departemen Pendidikan
Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan.
Dewa Ketut Sukardi. (1989). Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Djojonegoro, W. (1999). Pengembangan Sumberdaya
Manusia Melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta: PT. Balai Pustaka.
Rangkuti, F. (1997) Analisis SWOT. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
·
International Labour Office. (2011). Panduan
Pelayanan Bimbingan Karir bagi Guru Bimbingan Konseling/Konselor pada Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: ILO.
·
London, H.H.(1973). Principles and techniques
of vocational guidance. Columbus: Charles E. Merril Publishing Co.
·
Wenrich, R.C. & Wenrich, J.W. (1974).
Leadership in administration of vocational and technical education. Columbus:
Charles E. Merrill Publishing Company. Abell & Howell Company.
·
Wikipedia. (2012). Career counseling. Diambil
pada tanggal 1 September 2012, dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Career_counseling
0 Response to "contoh laporan observasi ke sebuah SMK negeri "
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)