Makalah Komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam Hubungan Interpersonal
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Masalah
Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya dapat hidup
berkembang dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama
dengan manusia lain. Salah satu cara terpenting untuk berhubungan dan bekerja
sama dengan manusia adalah komunikasi.
Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan
kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi
yang dilakukannya dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun yang
tidak dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki peran yang sangat vital bagi
kehidupan manusia, karena itu kita harus memberikan perhatian yang seksama
terhadap komunikasi.
Setiap orang selalu berupaya memahami setiap peristiwa
yang dialaminya. Orang memberikan makna terhadap apa yang terjadi di dalam
dirinya sendiri atau lingkungan sekitarnya. Terkadang makna yang diberikan itu
sangat jelas dan mudah dipahami orang lain, namun terkadang makna itu buram,
tidak dapat dipahami dan bahkan bertentangan dengan makna sebelumnya. Dengan
memahami komunikasi maka orang dapat menafsirkan peristiwa secara lebih
fleksibel dan bermanfaat.
Jika anda ditanya, apakah komunikasi itu?Apa yang
terjadi jika sejumlah orang bertemu dan berinteraksi? Ketika anda mencoba
menjawab kedua pertanyaan itu, maka sebenarnya anda tengah menyusun sebuah
komunikasi.Kedua pertanyaan itu tampak mudah, bahkan orang awam yang bukan ahli
pun dapat memberikan jawaban menurut sudut pandangnya.
Walaupun orang telah mempelajari komunikasi sejak
zaman purbakala, namun perhatian terhadap pentingnya komunikasi baru muncul
belakangan, yaitu pada awal abad ke-20.Barnett Pearce (1989) menyebutkan,
munculnya peran komunikasi sebagai penemuan revolusioner (revolutionary
discovery) yang sebagian besar disebabkan oleh penemuan teknologi
komunikasi, seperti radio, televisi, telepon, handphone, satelit, dan jaringan
computer.
Lalu apa itu komunikasi? Komunikasi adalah proses sosial
di mana individu-individu menggunakan symbol-simbol untuk menciptakan dan
menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.
Sehingga dengan demikian diketahui
dalam kehidupan dibutuhkan komunikasi untuk bersosialisasi denga lingkungan.
2.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah
dijelaska di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang
dimaksud dengan komunikasi verbal?
2. Apa yang
dimaksud dengan komunikasi non verbal?
3. Apa saja yang
menjadi hambatan komunikasi interpersonal?
4. Bagaimana cara
untuk meningkatkan komunikasi interpersonal?
3. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
:
1. Menjelaskan
tentang pengertian dari komunikasi
verbal
2. Menjelaskan tentang pengertian dari komunikasi non verbal
3. Menjelaskan apa yang menjadi hambatan komunikasi
interpersonal
4. Menjelaskan cara untuk meningkatkan komunikasi
interpersonal
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan
kata-kata, dalam bentuk lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak
dipakai dalam hubungan antar manusia.Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan
perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta,
data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan
pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar.Dalam komunikasi verbal itu bahasa
memegang peranan penting.
Beberapa
pengertian komunikasi verbal menurut para ahli, adalah sebagai berikut:
·
Deddy Mulyana
(2005)
Komunikasi
verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa
dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal.
·
Harold Lasswell
Komunikasi
verbal yaitu suatu proses komunikasi dengan menggunakan simbol atau
lambang-lambang.
Ada beberapa unsur penting dalam komunikasi verbal,
yaitu:
a.
Bahasa
Pada dasarnya
bahasa adalah suatu system lambang yang memungkinkan orang berbagi makna. Dalam
komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah bahasa verbal entah
lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Bahasa suatu bangsa atau suku
berasal dari interaksi dan hubungan antara warganya satu sama lain.
Bahasa memiliki banyak fungsi, namun
sekurang-kurangnya ada tiga fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan
komunikasi yang efektif. Ketiga fungsi itu adalah:
o
Untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita,
melalui bahasa manusia mempelajari apa saja yang menarik minat. Mulai dari
sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu hingga apa yang diramalkan ilmu
pengetahuan di masa depan.
o
Untuk membina hubungan yang baik di antara sesama
manusia. Ringkasnya, bahasa memungkinkan individu bergaul dengan orang lain
untuk kesenangan dan mempengaruhi pihak lain.
o
Untuk menciptaakan ikatan-ikatan dalam kehidupan
manusia.
Bagaimana mempelajari bahasa? Menurut para ahli, ada
tiga teori yang membicarakan sehingga orang bisa memiliki kemampuan berbahasa.
Teori pertama disebut Operant
Conditioning yang dikembangkan oleh seorang ahli psikologi
behavioristik yang bernama B. F. Skinner (1957). Teori ini menekankan unsur
rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response) atau lebih dikenal dengan
istilah S-R.teori ini menyatakan bahwa jika satu organism dirangsang oleh
stimuli dari luar, orang cenderung akan member reaksi. Anak-anak mengetahui
bahasa karena ia diajar oleh orang tuanya atau meniru apa yang diucapkan oleh
orang lain.
Teori kedua ialah teori kognitif yang dikembangkan
oleh Noam Chomsky.Menurutnya kemampuan berbahasa yang ada pada manusia adalah
pembawaan biologis yang dibawa dari lahir.
Teori ketiga disebut Mediating theory atau
teori penengah. Dikembangkan oleh Charles Osgood. Teori ini menekankan bahwa
manusia dalam mengembangkan kemampuannya berbahasa, tidak saja bereaksi
terhadap rangsangan (stimuli) yang diterima dari luar, tetapi juga dipengaruhi
oleh proses internal yang terjadi dalam dirinya.
b. Kata
Kata merupakan unti lambang terkecil
dalam bahasa. Kata adalah lambang yang melambangkan atau mewakili sesuatu hal,
entah orang, barang, kejadian, atau keadaan.Jadi, kata itu bukan orang, barang,
kejadian, atau keadaan sendiri.Makna kata tidak ada pada pikiran orang.Tidak
ada hubungan langsung antara kata dan hal.Yang berhubungan langsung hanyalah
kata dan pikiran orang.
2. Pengertian Komunikasi Non Verbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya
dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi
nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada komuniasi verbal. Dalam
berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut terpakai. Karena
itu, komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal
lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan.
Nonverbal communication is all
aspects of communication other than words themselves. It includes how we utter
words (inflection, volume), features, of environments that affect interaction
(temperature, lighting), and objects that influence personal images and
interaction patterns (dress, jewelry, furniture). (Komunikasi nonverbal adalah semua aspek komunikasi
selain kata-kata sendiri. Ini
mencakup bagaimana kita mengucapkan kata-kata (infleksi, volume), fitur,
lingkungan yang mempengaruhi interaksi (suhu, pencahayaan), dan benda-benda
yang mempengaruhi citra pribadi dan pola interaksi (pakaian, perhiasan, mebel).
Komunikasi non verbal dapat berupa bahasa tubuh, tanda
(sign), tindakan/perbuatan (action) atau objek (object).
a. Bahasa
Tubuh. Bahasa tubuh yang berupa raut wajah, gerak kepala,
gerak tangan,, gerak-gerik tubuh mengungkapkan berbagai perasaan, isi hati, isi
pikiran, kehendak, dan sikap orang.
b. Tanda. Dalam
komunikasi nonverbal tanda mengganti kata-kata, misalnya, bendera, rambu-rambu
lalu lintas darat, laut, udara; aba-aba dalam olahraga.
c. Tindakan/perbuatan. Ini
sebenarnya tidak khusus dimaksudkan mengganti kata-kata, tetapi dapat
menghantarkan makna. Misalnya, menggebrak meja dalam pembicaraan, menutup pintu
keras-keras pada waktu meninggalkan rumah, menekan gas mobil kuat-kuat. Semua
itu mengandung makna tersendiri.
d. Objek. Objek
sebagai bentuk komunikasi nonverbal juga tidak mengganti kata, tetapi dapat
menyampaikan arti tertentu. Misalnya, pakaian, aksesori dandan, rumah, perabot
rumah, harta benda, kendaraan, hadiah.
Hal menarik dari komunikasi
nonverbal ialah studi Albert Mahrabian (1971) yang menyimpulkan bahwa tingkat
kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7% berasal dari bahasa verbal, 38%
dari vocal suara, dan 55% dari ekspresi muka.
Ia juga menambahkan bahwa jika
terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya,
orang lain cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat nonverbal.
Oleh sebab itu, Mark knapp (1978)
menyebut bahwa penggunaan kode nonverbal dalam berkomunikasi memiliki fungsi
untuk:
a. Meyakinkan
apa yang diucapkannya (repetition)
b. Menunjukkan
perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution)
c. Menunjukkan
jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)
d. Menambah
atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna.
Fungsi
Komunikasi Nonverbal
Dilihat dari
fungsinya, perilaku nonverbal memiliki beberapa fungsi, Paul Ekman meyebutkan 5
fungsi pesan nonverbal.Yaitu :
a. Eblem. Gerakan mata tertentu merupakan
simbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat
mengatakan, “saya tidak sungguh-sungguh”.
b. Ilistrator.Pandangan ke bawah dapat menunukan
depresi atau kesedihan.
c. Regulator.
Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakan
ketidaksediaan berkomunikasi.
d. Penyesuai.
Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu
merupakan respon tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi
kecemasan.
e. Affect
Display. Pembesaran manik mata menunjukan peningkatan emosi. Isyarat wajah
lainnya menunjukan perasaan takut, terkejut, atau senang.
Lebih jauh lagi, dalam hubungannya
dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal mempunyai fungsi fungsi sebagai
berikut :
a.
Perilaku nonverbal dapat mengurangi perilaku verbal.
Misalnya mengatakan ya dengan mengangguk atau mengatakan tidak dengan
menggeleng
b.
Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku
verbal. Misalnya melambaikan tangan sambil mengucapkan selamat tinggal atau
menggerakan tangan sambil berpidato
c.
Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal.
Misalnya untuk menolak sesuatu cukup dengan menggoyangkan telapak tangan
diarahkan ke depan.
d.
Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal.
Misalnya untuk mengakhiri percakapan dengan seseorang yang telah berlangsung
lama dan membosankan, seseorang dapat menginterupsi dengan melirik jam tangan.
Sehingga lawan bicara pun sadar bahwa percakapan mereka telah menghabiskan
banyak waktu dan orang di depannya ingin mengakhiri perbincangan tersebut.
e.
Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan
dengan perilaku verbal. Misalnya seseorang yang mengucapkan suatu kebohongan
maka ia tidak berani menatap lawan bicara atau lebih banyak berkecip dari
biasanya.
Bahasa Tubuh
Bidang yang menelaah bahasa tubuh
adalah kinestika, atau istilah yang diciptakan seorang perintis studi bahasa
nonverbal bernama Ray L. Setuap anggota tubuh seperti wajah, senyuman,
pandangan mata, tangan, kaki dan kepala secara keseluruhan dapat dipergunakan
sebagai isyarat simbolik
Isyarat Tangan
Isyarat tangan termasuk apa yang
disebut emblem, yang dipelajari, yang punya makna dalam satu budaya atau
subkultur. Penggunaan isyarat tangan dan maknanya jelas berlainan dari budaya
ke budaya. Misalnya di Indonesia menyerahkan benda dengan menggunakan tangan
kiri dianggap tidak sopan, sementara menurut budaya lain belum tentu.
Gerakan Kepala
Di beberapa Negara, anggukan kepala
malah berarti “tidak” seeperti di Bulgaria, Sementara untuk isyarat “ya” di
Negara itu adalah dengan menggelengkan kepala.Orang inggris, seperti orang
Indonesia, menggukan kepala untuk menyatakan bahwa mereka mendengan dan tidak
berarti menyetujui.
Postur tubuh dan postur kaki
Postur tubuh sering bersifat
simbolik.Beberapa postur tubuh diasosiasikan dengan satus sosial dan agama
tertentu.Selama berabad-abad rakyat tidak boleh berdiri atau duduk lebih tinggi
daripada (kaki) raja atau kaisarnya.Mereka harus berlutut bahkan bersujud untuk
menyembahnya.
Postur tubuh mempengaruhi citra
diri.Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan natara fisik dan
karakter.Klasifikasi bentuk tubuh yang dilakukan William Sheldom misalnya
menunjukan hubungane antara klasifikasi bentuk tubuh.Ia menghubungkan tubuh
yang gemuk dengan sifat yang malas dan tenang, tubuh yang atletik dengan sifat
kepercayaan diri, dan tubuh yang kurus dengan sifat introvert yang menyenangi
aktivitas mental daripada aktivitas fisik.
Ekspresi Wajah dan tatapan mata
Perilaku nonverbal paling banyak
“berbicara” adalah ekspresi wajah, khusunya pandangan mata, meskipun mulut
tidak berkata-kata.
Sentuhan
Studi tentang sentuh menyentuh
disebut haptika (Haptics).Perilaku
nonverbal ini memiliki multi makna seperti tamparan, pukulanm cubitan,
sengolan, tepukan, belaian, jabat tangan rabaan hingga sentuhan lembut sekilas.
Para Bahasa
Para Bahasa
Para bahasa atau vokalika (vocalic), merujuk pada aspek-aspek
suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecapatan berbicara dengan
nada tinggi atau rendah, intensitas (volume suara, intonasi kualitas vocal atau
kejelasan, warna suara, dialek, suara serak, suara sengau, suara
terputus-putus, suara yang gemetar, suitan, siulan, tawa, gumaman dan
sebagainya. Setiap karakteristik suara ini mengkomunikasikan emosi dan pikiran
pemiliknya.
Penampilan Fisik
Perhatian pada penampilan fisik
tampaknya universal.Sejtuar 10.000 tahun lalu orang orang purba menggunakan
tulang untuk dijadikan kalung dan hiasan tubuh lainnya.Bukti bukti arkeologis
menunjukan bahwa sejak saat itu orang orang sangat peduli dengan tubuh mereka.
Penampilan fisik dapat memberitahu darimana asal seseorang atau ia merupakan
anggota dari kelompok masyarakat tertentu.
Busana
Nilai nilai agama, kebiasaan, tuntutan
lingkungan, nilai kenyamanan, dan tujuan pencitraan, semua itu mempengaruhi
cara seseorang berpenampilan. Banyak subkultur atau komunitas mengenakan busana
yang khas sebagai simbol keanggotan mereka dalam kelompok tersebut. Sebagian
orang berpandangan bahwa pilihan seseorang atas pakaian mencerminkan
kepribadiannya, apakah ia orang yang konservatif, religious, modern atau
berjiwa muda.
Karakter Fisik
Karakteristik fisik seperti daya
tarik, warna kulit, rambut, kumis, janggut, dan lipsitk. Jelas dapat mengkomunikan
sesuatu.Suatu studi menunjukan bahwa daya tarik fisik merupakan ciri penting
dalam banyak teori kepribadian.
3. Hambatan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi
antar personal adalah komunikasi yang dilakukan antara 2 orang atau lebih. Dalam
komunikasi antar personal terdapat beberapa hambatan yang ada,
hambatan-hambatan tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Bahasa : Dalam
komunikasi, peranan bahasa sangat penting karena bahasa merupakan
salah satu alat bahasa verbal yang digunakan dalam berkomunikasi. Bila dalam
suatu komunikasi ada kesalah pahaman yang terjadi yang disebabkan oleh bahasa
itu akan menjadi hambatan dalam komunikasi .
2. Budaya : Budaya juga sangat penting
dan berpengaruh. Bila dalam komunikasi ada perbedaan latar budaya dan tidak
terdapat titik temu antar satu dengan yang lain hal ini dapat menjadi bomerang
dalam proses komunikasi sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman antar
personal yang dapat membuat perpecahan.
3. Kebenaran yang semu : Maksud dari kebenaran yang
semu adalah benar tidak dan salahpun juga tidak. Dan dalam kata-kata yang
digunakan ada bumbu kebohongan di dalamnya. Dalam sebuah komunikasi harus ada
kejelasan ataupun kejujuran agar ada keterbukaan antar personal.
4. Penipuan : Hambatan komunikasi yang
lain adalah penipuan. Dalam sebuah komunikasi bila terjadi penipuan akan
merusak keakraban yang sudah terjadi dan sudah terpelihara selama ini.
5. Tujuan yang tidak jelas : Dalam komunikasi harus ada
kejelasan dalam berhubungan agar ada tujuan yang pasti, apabila tidak ada tujuan
yang jelas akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya miss komunikasi
yang dapat memecahkan hubungan antar sahabat ataupun hubungan antar personal
yang lainnya.
6. Salah paham : Terkadang di dalam suatu
komunikasi terjadi salah paham dalam interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini
membuat suatu kesalahpahaman dalam berkomunikasi sehingga dari kesalahpahaman
ini bisa terjadi perusakan suatu komunikasi. Selain itu, apabila kesalahpahaman
terus berlanjut dalam suatu hubungan komunikasi, hubungan komunikasi antar
personal tersebut bisa pecah atau ada pemutusan hubungan.
7. Sisi historis / pengalaman : Setiap orang pasti memiliki
pengalaman sendiri-sendiri. Apabila dari pengalaman orang yang satu dengan yang
lain tidak ada titik temu maka terjadi kesalahpahaman. Dan bila orang yang
bersangkutan tidak segera memperbaiki bisa saja terjadi perusakan yang berakhir
dengan pemutusan suatu hubungan atau komunikasi.
8. Sikap tidak menghormati : Dalam suatu komunikasi atau
hubungan kita harus bisa menghormati antar personal agar tercipta suatu
hubungan yang harmonis. Tapi apabila tidak ada rasa saling menghormati maka
akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan misalnya pemutusan hubungan.
9. Mendominasi pembicaraan : Komunikasi dua arah akan
berhasil bila kita saling mengisi dan melengkapi. Bila ada seorang yang lebih
mendominasi suatu pembicaraan, komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak
akan berjalan dengan lancar.
10. Pihak
ketiga :
Ketika terjadi komunikasi dua arah jangan sampai ada pihak ketiga yang datang
karena pihak ketiga atau orang yang tidak diundang dapat merusak suatu
komunkasi yang sudah terbina dari awal. Hal ini dapat terjadi karena pihak
ketiga tidak tahu dari awal apa yang terjadi dalam komunikasi dua arah yang
sebelumnya dan bisa merusak sedikit demi sedikit komunikasi atau hubungan yang
sudah tercipta sebelumnya.
Pada tiap personal terjadi proses komunikasi yang bertujuan
untuk mengenali satu dengan lainnya, maka dari itu komunikasi yang terjalin
harus terdapat pengertian serta kepercayaan antar personal, selain itu terdapat
beberapa komponen yang harus dijaga untuk menjaga hubungan komunikasi agar
tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan perusakan atau pemutusan.
Pada tugas ini saya akan membuat 5 contoh kasus beserta
analisis kasus mengenai hambatan - hambatan yang ada dalam komunikasi antar
pribadi, yaitu:
1. Bahasa
2. Budaya
3. Tujuan yang tidak jelas
4. Sisi historis / pengalaman
5. Menganggap enteng lawan bicara
1.
Bahasa
Contohnya: Perbedaan bahasa antara
suku Banjar dan Sunda.
Saat Pak Dadang yang merupakan suku
Sunda mampir di sebuah warung pinggir jalan ketika sedang berkunjung ke daerah
pedalaman Hulu Sungai Utara provinsi Kalimantan Selatan, beliau kebingungan
karena disuguhi susu dan teh, padahal beliau hanya memesan susu. Lalu beliau
bertanya kepada pelayan warung, “maaf teh, kenapa saya disuguhi susu
dan teh atu?” kata Pak Dadang. Pelayan warung pun bingung kenapa
pelanggannya membicarakan teh berulang-ulang, ia pun berpikir bahwa teh
buatannya tidak disukai oleh Pak Dadang. Dengan ekspresi yang masih bingung si
pelayan lalu bertanya kepada Pak Dadang, “Telalu panas kah pa? Nyaman
ulun tambahiakan banyu dingin. Manisnya pang pas haja lah pak?”.
Pada kasus diatas, terjadi
miss-komunikasi yang disebabkan oleh bahasa yang digunakan kedua orang
tersebut. Menurut saya, seharusnya Pak Dadang tidak memakai bahasa daerahnya
maupun embel-embel daerahnya saat berada di daerah yang berbeda suku dengannya.
Lebih baik beliau menggunakan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan orang
yang berbeda suku agar mencegah terjadi pemaknaan ganda akibat penggunaan
bahasa daerah, karena tidak semua orang Indonesia memahami bahasa Sunda.
Pelayan warung pun seharusnya merespon pertanyaan Pak Dadang dengan menggunakan
Bahasa Indonesia, agar miss-komunikasi tidak berlanjut lebih jauh.
2. Budaya
Contohnya:
Budaya warga Aceh dengan budaya suku Asmat.
Perbedaan budaya yang disebabkan
keanekaragaman suku di Indonesia menimbulkan adanya perbedaan nilai, sikap, dan
kepercayaan. Orang Aceh yang beragama Islam tentu akan terkejut jika berkunjung
ke Papua yang mayoritas penduduknya tidak beragama Islam dan budaya mereka yang
bisa dikatakan masih primitif karena mereka mengenakan koteka. Perbedaan dalam
hal berpakaian ini dapat memicu perselisihan karena warga Aceh terbiasa
mengenakan pakaian yang menutupi auratnya sesuai dengan syariat agama Islam,
yang terbuat dari kain seperti pada masyarakat umumnya. Sedangkan suku Asmat,
mereka mengenakan koteka yang hanya menutupi alat kelaminnya saja dan
membiarkan bagian tubuh yang lain terbuka dan dilihat oleh oranglain.
Menurut
saya, seharusnya orang Aceh yang berkunjung ke daerah Papua tersebut menyadari
akan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia dan bisa memakluminya. Karena
tidak semua daerah dan suku dapat terjangkau oleh kecanggihan dan kemajuan
teknologi, terlebih bagi daerah yang terisolir. Selain itu, minimnya pendidikan
dan sosialisasi kesehatan turut menyuburkan keprimitifan ini. Hal itulah yang
menyebabkan mereka masih bertahan dengan budaya yang ada sejak zaman dahulu.
3. Tujuan
yang tidak jelas
Contohnya: Hubungan komunikasi dalam
sebuah organisasi.
Berdirinya suatu organisasi tentu
memiliki visi, misi dan tujuan. Didalam suatu organisasi
biasanya terdapat beberapa divisi yang memiliki fungsi masing-masing
(pembagian tugas) dalam usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari
organisasi tersebut. Akan tetapi, mereka tetap saling berhubungan satu sama
lainnya. Jika ada beberapa divisi yang belum mengerti apa tugas dan
kewenangannya atau bahkan tidak memiliki tujuan yang
jelas dikarenakan anggotanya yang sama-sama egois dan selalu sibuk,
tentunya akan mengganggu kestabilan organisasi tersebut karena disini gerak,
perkembangan, dan kemajuan organisasi tersebut akan berhenti disuatu titik
sehingga menimbulkan perpecahan. Untuk itulah diperlukannya komunikasi antar
anggota divisi dan menyadarkan para anggota divisi tersebut“tujuan
apa yang kita inginkan?” agar tidak terjadi kesalahpahaman, saling
menyalahkan, dan tujuan yang ingin dicapai oleh divisi tersebut menjadi jelas.
4. Sisi historis / pengalaman
Contohnya:
Perselisihan antara Orangtua dan Anak
Dalam kehidupan sehari-hari orangtua
cenderung mengatur anaknya karena berpedoman pada kalimat “orangtua
sudah banyak mencicipi pahit manisnya hidup ini” sehingga merasa bahwa
merekalah yang paling berpengalaman dan merasa paling benar dalam menentukan
arah hidup anak-anaknya, misalnya saat mengarahkan pemilihan profesi. Orangtua
zaman dulu berpendapat bahwa anak perempuan lebih baik berdiam di rumah saja
untuk mengurusi sumur, dapur, dan kasur. Padahal anak perempuannya
sangat ingin menuntut ilmu setinggi-tingginya, agar dapat memperoleh pekerjaan
yang layak.
Menurut saya, orangtua memang
seharusnya menyarankan kemana baiknya anaknya melangkah. Akan tetapi, tidak
seharusnya orangtua memaksakan kehendaknya untuk membentuk anak yang harus
menuruti semua keinginannya karena berpatokan pada kehidupan pada zamannya.
Orangtua tersebut juga perlu memahami keinginan dan kebutuhan anaknya saat ini,
demi memenuhi tuntutan perkembangan zaman.
5. Menganggap enteng lawan bicara
Contohnya:
Komunikasi yang terjadi dalam suatu diskusi/forum.
Pada saat Bapak A sedang
menyampaikan laporannya, Bapak D terlihat memainkan mimik wajahnya dengan
menyunggingkan senyum sinis. Setelah Bapak A selesai menyampaikan laporannya,
Bapak D menanggapi laporan tersebut dengan kalimat-kalimat yang meremehkan
serta pandangan yang sinis seolah-olah laporan tersebut tidak dibuat dengan
benar.
Contoh lain misalnya: Komunikasi
yang terjadi saat konseli datang ke konselor untuk meminta bantuan. Konselor
menyambut kedatangan konseli dengan tidak bersemangat, tidak memandang mata
konseli sama sekali, nada suara, volume dan cara konselor tersebut menyampaikan
sesuatu seolah-olah tidak fokus pada konseli.
Menurut saya, setiap manusia tentu
ingin dihargai, begitu pula dengan konseli yang sedang mengalami permasalahan
sehingga perlu bantuan dari konselor. Jadi, seharusnya konselor menyambutnya
dengan ramah, tatap mata konseli sesekali agar konseli tahu bahwa konselor
tersebut fokus, berminat dan bersemangat untuk membantunya dalam menyelesaikan
permasalahannya tersebut, sehingga konseli merasa dihargai dan tidak merasa
semakin terkucilkan akibat ditekan oleh 2 situasi, yaitu permasalahannya dan
respon merendahkan yang didapatnya dari konselor.
4. Strategi Meningkatkan Komunikasi
Interpersonal
Terdapat
beberapa cara untuk meningkatkan komunikasi interpersonal diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Mengatasi
persepsi negative. Sebelum bertindak kita harus melihat sesuatu dari sudut
pandang kita, melihat dari sudut pandang orang lain, melihat dari sudut pandang
netral/tidak memihak, dan tidak mencampuradukan emosi pribadi. Hal ini untuk
membantu kita berpikir terlebih dahulu sebelum menilai dan menyertakan emosi.
Kita melihat masalah dari tiga sudut pandang berbeda. Hal ini membuat kita
menjadi lebih empati sehingga mengatasi persepsi negative. Untuk mempunyai
kemampuan ini kita harus memiliki kemampuan mendengar. Untuk memahami kita
perlu mendengarkan, mendengarkan dnegan penuh perhatian.
b. Menerima
pesan dengan baik dengan cara mendengarkan. Mendengarkan bukan hanya secara
harfiah menggunakan telinga, namun lebih luas, yaitu memberikan perhatian
terhadap sesuatu, bukan hanya terhadap suara semata. Pentingnya mendengar
dinyatakan dalam berbagai penelitian, salah satunya menyatakan bahwa kemampuan
mendengarkan jauh lebih penting daripada kemampuan berbicara, kemampuan
mendengarkan harus dimiliki oleh semua orang, dalam diri pekerja, manajer,
eksekutif, atau hubungan personal.
c. Alasan untuk
mendengarkan adalah:Untuk memahami dan memperoleh informasi. Orang yang
menguasai informasi akan memiliki kesempatan lebih besar untuk sukses.
d. Analisis
terhadap kualitas informasi. Kemampuan ini dibutuhkan agar dapat bertindak
lebih tepat. Mendengarkan dan mendapatkan informasi lebih banyak akan
meningkatkan kualitas pesan yang diterima, kelengkapan data, dan kemampuan
mengolah informasi, sehingga simpulan atau analisis terhadap suatu kondisi atau
keadaan dapat diambil.
e. Membangun
dan memelihara hubungan. Orang yang memiliki kemampuan mendengarkan dengan baik
akan memiliki hubungan lebih baik dengan sesamanya, dan juga sebaliknya.
f. Menolong
orang lain, kemampuan mendengarkan dimiliki agar dapat memahami orang lain dan
pada akhirnya dapat menolong orang lain. Beberapa profesi mewajibkan kompetensi
mendengarkan untuk dimiliki dengan baik, contohnya dokter, pengacara, psikolog,
guru, atau lainnya.
g. Untuk
meningkatkan kemampuan mendengarkan adalah dengan cara: membuat kontak mata
dengan pembicara, hindari gerakan atau komunikasi nonverbal yang justru
mengganggu atau tidak sesuai dengan maksud kita untuk mendengarkan, mengajukan
pertanyaan, mengungkapkan kembali/konfirmasi, hindari interupsi, jangan
berbicara terlalu banyak, membuat transisi yang baik antara menjadi pendengar
yang baik dengan pembicara yang baik, empatik.
h. Menekan ego
pribadi kita. Perbedaan antara individu akan selalu ada, entah itu perbedaan
pkitangan, perbedaan kepentingan, dan lainnya. Dengan menekan ego pribadi, maka
kita dapat belajar untuk mencoba memahami orang lain. Setiap orang punya
keunikan masing-masing, dan kita harus menerima fakta tersebut.
i. Pengetahuan
juga punya peranan penting dalam berinteraksi. Ketika kita berusaha untuk
mendekati orang lain, kita dapat memanfaatkan knowledge yang kita miliki
terkait dengan keunikan yang dimiliki orang tersebut. Contohnya kita berkenalan
dengan seorang musisi, supaya interaksi berjalan dengan baik maka kita dapat
memulai pembicaraan seputar musik. Intinya adalah membangun komunikasi yang
dapat menciptakan jalinan hubungan baik dengan orang lain.
j. Memperhatikan
juga bahasa non-verbal kita. Bahasa non-verbal dapat menyampaikan lebih banyak
dibandingkan dengan bahasa verbal. Ketika berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
ujaran (verbal communication) orang acap menggunakan bantuan gerak-gerik
anggota tubuh seperti mata, tangan, kepala, dll. Kemampuan memanfaatkan anggota
tubuh merupakan aset komunikasi dan bukan sekedar tampilan fisik. Jika
digunakan secara tepat dan benar akan menimbulkan rasa tenteram (bagi diri
sendiri atau pendengar), memperjelas bahasa ujaran dan sekaligus akan
menghasilkan dampak positif yang mungkin tidak diduga. Sebagai contoh, cara
berdiri, bergerak, menatap, dan tersenyum yang dimanipulasikan sedemikian rupa
akan memberi nuansa komunikatif terhadap penampilan kata-kata.Beberapa teknik
sederhana yang dapat digunakan adalah:
o Lakukan
tatapan mata setiap saat, pada individu atau kelompok tertentu untuk memperoleh
keyakinan bahwa mereka memperhatikan isi yang sedang dibicarakan untuk
menumbuhkan rasa percaya diri sebagai pembicara. Jika keberanian untuk
melakukan hal ini belum ada, tujukanlah tatapan mata kebagian pendengar di
barisan belakang. Kekhawatiran itu akan terkikis sedikit demi sedikit
selama berbicara sehingga akhirnya timbul keberanian menatap pada
satu arah pendengar tertentu. Jangan lupa memberi keseimbangan tatapan,
berganti arah. Jangan sekali-kali menatap ke bahan tertulis konten
pembicaraan/menunduk selama berbicara.
o Gunakan
bahasa tangan untuk mengilustrasikan poin-poin ujaran yang disampaikan. Jika
tidak terbiasa menggunakan gerakan tangan sebagai aksentuasi, silangkan saja
dibagian punggung (jika bicara sambil berdiri) atau di balik podium (jika
berdiri di mimbar). Jangan sekali-kali menggunakan gerakan tangan yang
menunjukkan kegelisahan atau sebaliknya membuat gerakan yang membuat pendengar
menjadi tidak tenteram misal, memutar-mutar pulpen dengan tangan atau
mengetuk-ngetukkannya di meja selama berbicara.
o Bergerak
santai jika bicara sambil berdiri. Tapi jangan mondar mandir dari satu sisi ke
sisi yang lain terlalu cepat (seperti orang sedang adu lari) atau terlalu
diatur (sehingga terkesan seperti pragawati).
o Rileks dan
santai, jangan tegang. Dalam berkomunikasi dihindari ada rasa beban. Kalau
tidak akan terjadi ketegangan dan ketidakteraturan berbicara. Dengan demikian
interaksi komunikasi yang positif tidak terjadi.
o Senyum.
Ini
akan menimbulkan keyakinan pada diri sendiri dan rasa akrab bagi pendengar.
Selalu tersenyum sambil menceritakan suatu anekdot atau humor yang terkait
dengan bahan pembicaraan akan membuat pendengar benar-benar menikmati humor
dan anekdot tersebut (paling tidak untuk sopan santun, mereka akan turut
tertawa juga). Dan ini penting buat pembicara. Sebab, jika humor tidak
bersambut akan mengakibatkan hilang kontrol dan percaya diri pembicara juga
akan hilang.
o Akhirnya,
apa pun konten pembicaraan yang akan disampaikan maka keberhasilannya akan
bergantung pada kemampuan menggabungkan unsur isi pembicaraan, pengungkapannya
dalam bahasa ujaran, dan aksentuasinya dalam bentuk non-ujaran atau bahasa
tubuh. Semua ini harus bersifat sinergis.
k.
Memperbanyak bertemu dengan orang-orang baru. Hal ini
karena interpersonal skill yang terasah membutuhkan suatu proses dan waktu yang
panjang. sehingga harus selalu dilatih. Semakin banyak kita menjalin hubungan
dengan orang lain, maka interpersonal skill Kita akan semakin terasah.
l.
Menghindari judgement. Salah satu hambatan dalam
menjalin komunikasi di awal adalah judgement. Ketika judgement sudah ada, maka
kita punya persepsi dan kesan mengenai orang lain, yang mungkin negatif. Oleh
karena itu, jangan biarkan judgement menahan kita untuk memulai komunikasi.
Berikan kesempatan pada orang lain untuk berinteraksi dengan kita.
m. Open minded.
Belajarlah untuk menerima dan menghargai pendapat orang lain. Jangan langsung
menolak dengan keras `knowledge` baru yang berbeda dengan pengetahuan yang kita
miliki. Berkomunikasilah dengan serius, namun santai. Jika harus berdebat,
lakukan dengan saling menghargai dan sopan.
n.
Empati. Empati adalah sikap dimana kita dapat
menempatkan diri seolah-olah kita berada di posisi lawan bicara. Bayangkan
seolah-olah kita berada di situasinya., dan berikan respon yang tepat. Empati
kita terhadapnya akan menciptakan suatu hubungan yang positif. Empati ini harus
terus menerus dilatih. Biasanya, orang yang punya Emotional Quotient (EQ)
tinggi, lebih pkitai dalam berempati.
o.
Menghadapi konflik. Interpersonal skill kita sangat
diuji ketika terjadi konflik. Kita dapat menjadi mediator dari pihak-pihak yang
berkonflik. Kumpulkan mereka, dan bantu untuk mengatasi konflik yang mengemuka.
Lakukan dengan kepala dingin, supaya komunikasi berjalan lancar, dan masalah
bisa diselesaikan dengan baik. Kita harus bersikap netral sekaligus bijak untuk
dapat mengambil peran ini.
BAB III
STUDI KASUS
Terdapat dua murid santri yang
sedang menimba ilmu agama di sebuah pondok pesantren. Keduanya, berasal dari
negara yang berbeda. Yang satu berasal dari Turki dan satunya lagi asal Indonesia.
Terdapat adopsi budaya yang berbeda bertemu pada santri Turki dan santri
Indonesia itu. Suatu ketika terlihat keduanya sedang bertengkar di sebuah
ruangan kelas pesantren. Setelah ditelusuri, sebab pertiakan itu terjadi adalah
karena santri Turki itu memukul kepala santri Indonesia dengan keras dengan
niat bercanda. Sebab begitulah tradisi candaan orang Turki. Namun, tindakan itu
disalahpahami oleh santri Indonesia yang dalam tradisi budayanya merupakan
penghinaan, dan ia merasa kesal karena telah dipukul kepalanya begitu keras.
Sehingga, mereka dalam suasana belajar di kelas tidak pernah akur.
Dalam ilustrasi kasus di atas
ditemukan suatu permasalahan bahwa sering kali ketidak-pahaman dalam memaknai
budaya seseorang menjadi konflik yang berkepanjangan. Lalu, bagaimana
solusinya? Ada beberapa langkah konkret dalam menyelesaikan permasalahan di
atas ?
Pertama, Pemahaman konfrehensif
tentang pelaku komunikasi budaya. Dalam konflik di atas, kita dihadapkan pada
suatu masalah, dimana suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan harus disandi
balik dalam budaya lain. Konsekuensinya, perbendaharaan-perbendaharaan yang
dimiliki dua orang yang berbeda budaya akan berbeda pula, yang dapat
menimbulkan kesulitan. Namun, melalui pemahaman yang komprehensif atas
komunikasi antarbudaya dapat mengatasi kesulitan-kesulitan ini.
Kedua, Sosial Penetration. Altman
dan Taylor, mengemukakan suatu model perkembangan hubungan yang disebut social
penetration atau penetrasi sosial. Yaitu proses dimana orang saling mengenal satu
dengan lainnya. Model ini selain melibatkan self disclosure juga menjelaskan
bilamana harus melakukan self disclosure dalam perkembangan hubungan. Penetrasi
sosial merupakan proses yang bertahap, dimulai dari komunikasi basa-basi yang
tidak akrab dan terus berlangsung hingga menyangkut topik pembicaraan yang
lebih pribadi dan akrab, seiring dengan berkembangnya hubungan. Di sini, orang
akan membiarkan orang lain untuk lebih mengenal dirinya secara bertahap.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Komunikasi verbal adalah
komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Komunikasi
ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-kata,
mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran atau gagasan, menyampaikan
fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan
pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar.
Komunikasi nonverbal
adalah semua aspek komunikasi selain kata-kata sendiri. Ini mencakup bagaimana
kita mengucapkan kata-kata, lingkungan yang mempengaruhi interaksi, dan
benda-benda yang mempengaruhi citra pribadi dan pola interaksi.
Hambatan komunikasi
interpersonal meliputi hal-hal sebagai berikut, yaitu : bahasa, budaya,
kebenaran yang semu, penipuan, tujuan yang tidak jelas, salah paham, sisi
historis atau pengalaman, sikap tidak menghormati, serta mendominasi
pembicaraan. Sedangkan strategi meningkatkan komunikasi interpersonal
diantaranya : mengatasi perspektif negatif, menjadi pendengar yang baik, analisis
terhadap kualitas informasi, membangun dan memelihara hubungan, menekan ego
pribadi, memperbanyak pengetahuan, memperhatikan bahasa nin verbal yang kita
gunakan, memperbanyak bertemu dengan orang- orang baru, serta menghindari
judgement.
Saran
Pembahasan mengenai komunikasi
verbal dan non verbal serta hambatan
maupun strategi untuk meningkatkan komunikasi interpersonal diharapkan
dapat menjadikan khasanah ilmu pengetahuan kita sebagai mahasiswa maupun
pembaca secara umum.
Sebagai pribadi maupun sebagai
seorang akademisi hendaknya kita dapat dengan bijak menggunakan sarana
komunikasi verbal maupun non verbal dalam
hubungan atau relasi kita dengan orang lain. Telah dijelaskan bagaimana
hubungan interpersonal seseorang dapat terhambat atau bahkan dapat terjadi
pemutusan hubungan yang disebabkan oleh beberapa factor. Terlebih dapat
diterapkan di dalam hubungan nyata antara seorang karyawan dengan karyawan lain
di instansi maupun perusahaan. Hubungan antara karyawan dengan atasan ataupun
hubungan karyawan dengan bawahan. Seyogyanya kita dapat menempatkan diri maupun
mengenali berbagai karakter serta situasi kondisi lingkungan agar dapat menjadi
bahan pertimbangan untuk kita di dalam berinteraksi serta membangun relasi
dengan sesama.
DAFTAR PUSTAKA
Morrisan dan Andy Corry Wardhany. 2009. Teori Komunikasi, (Bogor:
GhaliaIndonesia)
Richard West dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, (Jakarta:
Salemba Humanika)
Trimahanani,
Emy. 2010. Mengasah
Interpersonal Skill Anda, (Online),
(diakses
Agus M. Hardjana. 2003. Komunikasi
Intrapersonal & Komunikasi
Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius)
size: 13.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-language: IN;">
Prof. Dr. H. Hafied Cangara, 2007. Pengantar
Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja
Grafindo Perkasa)
Agus M. Hardjana, 2003. Komunikasi
Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal
(Yogyakarta: Kanisius)
0 Response to "Makalah Komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam Hubungan Interpersonal"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)