Fatamorgana Cantikmu
Disudut
itu, aku melirik sejenak. Tapi kamu tidak seakan tidak peduli dengan lirikanku.
Lagi, aku melirikmu lagi, tapi kamu cuek begitu saja. Sedang apa sih? Kok aku
dicuekin begini?
Aku
tunggu hingga kamu melihat padaku. Bosan, aku sebenarnya ingin menyapa saja
daripada terus menunggu disini tidak jelas. Sedangkan kamu disitu terlalu sibuk
dan kaku dengan laptop merah kamu.
Dibalik
kacamatamu, kamu mencoba mengintip aku yang sepertinya kamu sadari jika aku
memperhatikan kamu dari tadi. Untaian rambutmu sungguh membuat aku tertarik
karena menunjukkan pesan feminim yang tak terlalu perempuan. Warna kulitmu yang
menarik, putih seakan mampu mendinginkan tangan yang sedang hangat ini.
Tapi,
kok kamu terlalu cepat ada disini? Terakhir aku ada disini, aku sempat
mengingat kamu ada disini juga. Eh ah ih, apa karena kamu suka tempat ini kali
ya? Setau aku tempat ini memang enak
untuk anak-anak yang suka membaca, mengerjakan literasi yang tak kunjung
selesai, dan menjauhkan diri dari kejaran tanggungjawab.
Aisssh,
kamu belum juga serius melihat aku. Lihatlah aku sejenak disini, yang memakai
kemeja hitam ini sambal berusaha mencatatkan deskripsimu lewat keyboard laptop
ini. Kamu tersenyum, astanga cantiknya, tapi mengapa secepat itu? Mau lagi dong
Kamu
menyandarkan punggung ke sandaran kursi, seandainya sandaran kursi itu bisa
kugantikan dengan punggungku, sesegera detik ini juga kuberikan sekarang,
mungkin lebih empuk buat kamu.
Tak
maukah kamu mengintip mukaku yang sedang memperhatikan kamu dari tadi, neng? Hummm,
oke deh aku tunggu.
Kok
tiba-tiba kamu cemberut gitu? Apa aku salah melihat kamu? Atau ada yang salah
dengan kerjaan kamu? Neng, aku bertanya
kepadamu, iya sama kamu,…….!
Bukalah
kacamatamu sebentar, barangkali aku yang sedang menunggu ini menjadi sumber
jawaban dahaga bagimu. Barangkali aku bisa membawakan kamu menyelesaikan
literasi yang menumpuk disamping kamu. Atau mungkin aku bisa memberikan obat
buat kamu saat ini.
Hmmmm,
cantikmu menjadi pesona bagi jantan yang sedang berkeliaran disini. Mereka juga
punya kerjaan yang sama, tapi sepertinya mereka melakukan dan melirik hal yang
sama kepadamu.
Aku
ingin meraihmu sekarang juga agar aku punya kebanggan dari mereka-mereka yang
duduk disini. Tapi, bisa ga ya? Atau aku justru ingin menambah beban
referensimu disebelah kiri lagi? Sudaah, cukup,… kamu mungkin masih terlalu
nyaman dengan mesin bergambarmu itu.
Ku
tau, ini hanya fatamorgana.
Jhon Miduk Sitorus, Penulis,
Blogger, dan seorang mahasiswa yang senang menulis dan mencuri-curi ilmu
jurnalistik diberbagai media.
@Jhon Miduk
0 Response to "Fatamorgana Cantikmu"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)