Bangga Memilih Jokowi
Saya adalah salah satu
orang yang hampir setiap hari mengikuti perjalanan hidup Joko Widodo sejak saya
mengenal beliau baik dari media sosial, media on-line, Koran, televisi, bahkan
gossip-gosip yang terdengar dari tetangga sebelah. Sejak proses kampanye
pemilihan umum presiden 2014 dimulai, banyak wacana yang memang terdengar
begitu manis dan masuk akal bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama
masyarakat menengah kebawah. Sebagian rakyat percaya dengan langkah ajaib yang
telah ditempuh oleh Joko Widodo selama menjadi walikota di Solo dan menjadi
Gubernur di DKI Jakarta. Saat itu, hampir semua pihak mendambakannya menjadi
pemimpin Negara ini. Pihak yang lain menginginkan lawan politiknya, Prabowo
menjadi pemimpin Negara ini karena orangnya yang “katanya” tegas dan “katanya”
berwibawa.
Harapan tentu
lebih condong ke pundak pemimpin kurus yang dijuluki wong Ndeso ini karena terkenal begitu merakyat dan sangat dekat
dihati rakyat. Kita bisa melihat popularitasnya bisa terbangun hingga ke
seantero dunia hanya dalam periode waktu 2012-2015. Jauh beda dengan Prabowo
yang telah mulai membangun popularitas sejak tahun 1996, itupun polpularitas
itu dibarengi dengan berbagai kontroversi. Sebuah prestasi yang mengejutkan
bagi seorang pemimpin yang “katanya” tidak rupawan tetapi kepemimpinannya
diperhitungkan diseluruh dunia. Kita bisa melihat bagaimana Joko Widodo menata
keadaan masyarakat Solo dan Jakarta sedemikian rupa, beliau hanya melakukan
pendekatan sederhana dalam mencapai sebuah mufakat dengan pedagang kaki lima.
Jurus “makan siang” sangat ampuh dan
ribuan PKL mampu direlokasi dan tempat bekas PKL bisa ditata sedemikian rupa.
Sebuah tindakan yang belum pernah dilakukan oleh pemimpin sebelumnya.
Bagi “tetangga sebelah” mereka tidak suka atau
bahkan sangat anti dengan pemimpin yang pernah menjadi walikota terbaik nomor 3
di dunia ini. Pluralitas yang dibangunnya dalam birokrat dan dalam kegiatan
apapun menjadi hal yang memang sulit diakui oleh mereka sebagai alasan untuk
menunjukkan sebuah kelemahan Joko Widodo. Pernah saya mendengar tetangga sebelah mengatakan bahwa “Jokowi itu tidak tegas,
tidak gagah, tidak berwibawa!”. Sebuah kata-kata yang sebenarnya menusuk mereka
sendiri dari belakang karena mereka belum mengerti hakikat tegas. Atau
barangkali tetangga sebelah berpikir “ pemimpin itu harus mantan militer,
biar disegani oleh Negara!”. Toh sama sekali tidak terbukti, Jokowi jelas saya
katakan lebih tegas dari pemimpin lainnya. Mungkin tetangga sebelah itu sudah tahu apa saja yang pernah dilakukan oleh
Joko Widodo, tetapi memang faktanya, Jokowi belum pernah ikut berperang ke
mengangkat senjata secara langsung ke luar sana. Maaf-maaf saja, bukan pemimpin
seperti itu yang dicari untuk memajukan Indonesia ini.
Jokowi bukan
berperang dengan senjata, tetapi beliau berperang dengan sebuah rasa rendah
hati dan kasih yang selalu melekat pada dirinya. Menegakkan hukum tanpa pandang
bulu, menegakkan keadilan sosial, kearifan local, humanisme yang berdasarkan
perikemanusiaan. Jika tetangga sebelah sudah
tahu tentang prestasi Jokowi karena memang begitu banyak prestasi beliau yang
tidak bisa dihitung satu persatu. Tetapi, tetangga
sebelah begitu sulit untuk mengakuinya karena kegagahan pemimpin yang telah
lama menduda dan tidak jelas bagaimana status keluarganya.
Saat ini,
setelah 100 hari Jokowi-JK menjadi pemimpin Negara ini, banyak pihak yang
mengatakan bahwa era Jokowi tidak akan berlangsung dengan lama mengingat
berbagai kisruh internal yang terjadi di dalam Negara Indonesia. Terutama tetangga sebelah yang sangat anti dengan
Jokowi, mereka tentu tertawa terbahak-bahak sambil meminum secangkir kopi
sembari mengangkat salah satu kaki. Aroma kopinya begitu harum membuat banyak
pendukung Jokowi yang beralih pikiran dan dukungan. Mereka telah tersengat oleh
aroma kopi tetangga sebelah dan ingin
menyiram saya dengan seduhan air panasnya. Mereka mengatakan “ saya menyesal
pilih jokowi”, “salah gigit jari”. Tetapi saya tidak, saya lebih baik menikmati
aroma kopi saya sendiri. Saya tidak mengharapkan hujan disiang bolong. Saya
masih tetap bangga dengan beliau yang telah mampu melakukan sejumlah perubahan
besar dalam tubuh NKRI.
Saya bisa
mengatakan pemerintahan Jokowi berjalan sukses meski banyak kerikil-kerikil
tajam yang menusuk langkah kakinya. Namun, langkahnya tetap tegap, tidak
menyerah, dan selalu berhati-hati dalam menentukan pilihan. Setelah BBM sempat
dinaikkan, kini kembali diturunkan seiring dengan turunnya harga minyak dunia
yang menyentuh US$ 50/Barel. Beliau langsung memulai pembangunan irigasi di
berbagai daerah di Indonesia, terutama wilayah Indonesia Timur, pembangunan
relokasi bagi korban bencana Sinabung, korban longsor di Jawa Tengah, dan
lain-lain. Jokowi juga langsung tanggap terhadap jatuhnya pesawat Air Asia pada
Desember 2014 silam dan membuat Negara hadir disetiap penderitaan rakyatnya.
Presiden mana yang bisa seperti ini?
siapa yang bisa menirunya untuk blusukan, berjabat tangan dengan
petani-petani, nelayan, pekerja perbatasan, buruh, dan lain-lain. Well, mungkin
tetangga sebelah telah malu memiliki presiden seperti Joko
Widodo karena begitu sederhana dan diterima oleh masyarakat manapun. Mereka
malu karena mereka tidak bisa berbuat demikian. Ya memang susah untuk mengikuti
cara blusukan yang telah dilakukan oleh Joko Widodo. Gesit, Lincah, cerdas,
merakyat, dan tidak kenal lelah. Paspampres saja kewalahan untuk menjaga Joko
Widodo dari kerumunan dalam mengantisipasi tindakan yang tidak diinginkan.
Pernah pada bulan Januari 2015, Perdana Menteri Malaysia mengikuti program “blusukan”
yang telah dilakukan oleh Joko Widodo, tapi apa yang di dapatkan? Yang ada
Perdana Menteri Malaysia tersebut pingsan karena tidak kuat menahan letih dan
harus di rawat dirumah sakit. Apalagi dengan pemimpin idaman tetangga sebelah, yang gendut dan
berjalan lambat, saya yakin akan kewalawan jika diajak blusukan. Lihat saja
selama ini, berapa kalikah Prabowo blusukan?
Hampir tidak pernah, kecuali saat pencalonan presiden, “ sungguh sebuah
pencitraan!”.
Oke, Blusukan memang bukan parameter seorang
pemimpin sejati dalam menentukan sukses tidaknya seorang pemimpin. Banyak hal
lain yang bisa saya pertimbangkan untuk membanggakan Joko Widodo, eksekusi 6
terpidana mati kasus Narkoba yang di dominasi oleh orang luar negeri menjadi
salah satu bukti ketegasan yang sangat mahal bagi sejarah hukum Indonesia. Anda
bisa bayangkan jika seorang raja Belanda dan Presiden Brasil memohon kepada
presiden Indonesia agar warga negaranya jangan di eksekusi, tetapi Jokowi tidak
mengindahkan itu. Jokowi tetapi melaksanakan hukum yang berlaku di Negara
Indonesia tanpa pandang bulu. Siapapun yang melanggar, jelas segera di hukum
sesuai dengan hukum yang berlaku.
Sejak Jokowi
terpilih, pembangunan pelabuhan Tol Laut telah mulai dilaksanakan agar
melancarkan peredaran barang-barang diseluruh Negara Indonesia. Begitu juga
dengan berbagai pasar-pasar tradisional yang telah mulai dibangun dan bahkan
beberapa dari pasar tersebut telah diresmikan oleh Joko Widodo sendiri. Bantuan
kepada petani, kesehatan, pendidikan menjadi contoh kecil dari bukti konkret
atau gerak cepat kepemimpinan Joko Widodo.
Ketika berpidato
di forum APEC akhir tahun 2014 kemarin, Pidato Jokowi begitu antusias di dengar
oleh para pemimpin Negara anggota APEC serta para CEO dari seluruh perusahaan
ternama di dunia. bahkan setelah selesai berpidato dan turun dari mimbar,
semuar CEO dan pemimpin Negara anggota APEC langsung berebut untuk meminta foto
bersama (selfie).
Hampir semua
orang tidak tahu pada zaman pemerintahan SBY dan pemimpin sebelumnya, ikan-ikan
di perairan laut Indonesia ternyata telah dicuri dan Indonesia mengalami
kerugian 300 Trilyun pertahunnya. Setelah era pemerintahan Jokowi, baru kasus
ini terungkap dan Jokowi dengan tangkas menghacurkan kapal asing menangkap ikan di perairan teritorial Indonesia.. sebuah
langkah yang sangat tegas karena belum pernah terjadi seperti ini atau bahkan
pemimpin tetangga sebelah yang
katanya Macan Asia belum pernah
melakukan karya yang demikian atau setidaknya bernilai sama.
Kisruh yang
terjadi di internal Koalisi Merah Putih (KMP) dengan Koalisi Indonesia Hebat
(KIH) perlahan-lahan mulai memudar seiring dengan berbagai pendekatan yang
telah dilakukan oleh Joko Widodo. Begitu juga dengan urusannya dengan para
anggota DPR yang mulai mereda seiring dengan kemelut yang terjadi di tubuh
POLRI dan KPK. Pencalonan Budi Gunawan memang sarat kontroversi karena rekening
gendut yang dimiliki. Namun, perlahan tapi pasti, pelantikan tersebut diundur
hingga dibatalkan dan akan diganti dengan kandidat yang lain. demikian juga
dengan kisruh yang berada di dalam tubuh KPK VS Polri, pendekatan-pendekatan
strategis telah dilakukan dan sudah akan menemui titik terang ditambah dengan
bantuan dari tim-9 yang dibentuk oleh Jokowi sendiri.
Ada pepatah yang
mengungkapkan “kasihilah musuhmu, seperti engkau mengasihi dirimu sendiri”.
Jokowi benar-benar menerapkan ini. Sebagaimana beliau berbesar hati dengan
mengadakan pertemuan dengan rival politiknya untuk membahas masalah-masalah
yang terjadi di Negara Indonesia ini. berbeda dengan pemimpin yang sebelumnya,
SBY tidak pernah akrab dengan Megawati. Begitu juga dengan hubungan Jokowi
dengan SBY, Jokowi tetap berendah hati untuk menerima saran-saran yang penting
dan masukan-masukan bagi perkembangan Negara ini. tak luput juga mantan
presiden Habibie, mantan wakil presiden Boediono dan tokoh-tokoh nasional
lainnya agar menampung ide-ide yang lebih banyak untuk tujuan bersama. Jokowi
merangkul siapapun tanpa mengenal latar belakang partai politik. Berbesar hati,
rendah hati, menghormati pendapat orang lain menjadi sebuah aklak yang tidak
bisa dihapuskan dari jati diri Joko Widodo. Sangat sulit bagi seseorang untuk
merangkul lawan politik demi membangun sebuah visi kenegaraan. Ini adalah
sebuah fenomena yang sangat langka dalam dunia perpolitikan Indonesia maupun
Internasional.
Soal kisruh
internal partai PDI-P yang sedang hangat sekarang menjadi salah satu tantangan
berat Jokowi. Satu sisi beliau harus memperjuangkan hak rakyat, satu sisi
beliau harus memperjuangkan hak politik sebagai anggota partai. Tetapi, jokowi
tetap seorang Jokowi. Yang melakukan pendekatan interpersonal maupun
intrapersonal yang sangat sempurna sehingga mampu meredam berbagai konflik yang
terjadi di internal PDI-P. Jokowi tahu harus berbuat apa demi kepentingan rakyat,
sesuai dengan janjinya. Bagi tetangga
sebelah boleh ditunggu kebijakan Jokowi yang lebih tegas lagi.
Ketegasan adalah
sebuah kepastian dalam diri Joko Widodo. Takkan pernah saya meragukan
kepemimpinan beliau, meski terkesan lambat bagi tetangga sebelah, tetapi itu adalah sebuah proses yang harus
dilalui. Semua kebijakan yang bermuara kepada kepentingan rakyat akan terasa
dihantam oleh goncangan terlebih dahulu baru buahnya terasa manis. Sampai suatu
saat nanti, yang mengatakan “saya menyesal memilih Jokowi” akan kembali
menyesal dengan mengatakan “saya menyesal berpaling dari Jokowi”. Biarkan
presidenku bekerja dengan kemampuannya, rakyat yang mengontrol dan perlu
merendahkan dan melecehkan sana-sini. Biarkan pemimpin saya membuktikan bahwa
masih banyak yang perlu dibenahi di dalam Negara ini dan lihatkan pemimpin anda
yang belum memiliki karya nyata bagi bangsa dan Negara sebagai seorang
pemimpin. Hal-hal yang anda anggap sebagai ketidaktegasan Jokowi hari ini
adalah sebuah proses untuk mencapai sebuah puncak kejayaan. Maju terus
Presidenku, Ir. H. Joko Widodo. Aku masih bersamamu.
Penulis adalah seorang
mahasiswa yang juga merupakan seorang penulis dan blogger.
Ikuti akun FB saya di :
Jhon Miduk
Akun Twitter saya di :
@jhonmiduk
0 Response to "Bangga Memilih Jokowi"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)