Teknik Pengkajian Bahan Pengajaran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah penting yang sering dihadapi
guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih dan menentukan materi
pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai
kompetensi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum atau
silabus, materi bahan ajar hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk
“materi pokok”. Menjadi tugas guru untuk menjabarkan materi pokok tersebut
sehingga menjadi bahan ajar yang lengkap. Selain itu, bagaimana cara
memanfaatkan bahan ajar juga merupakan suatu masalah. Pemanfaatan yang dimaksud
adalah bagaimana cara mengajarkannya ditinjau dari pihak guru, dan cara
mempelajarinya ditinjau dari pihak siswa.
Berkenaan dengan pemilihan bahan ajar,
yang meliputi cara penentuan jenis materi, kedalaman, ruang lingkup, urutan
penyajian, perlakuan (treatment)
terhadap materi pembelajaran dan sebagainya. Masalah lain yang berkaitan dengan
bahan ajar adalah memilih sumber dimana bahan ajar itu didapatkan. Ada
kecenderungan sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku. Padahal banyak
sumber bahan ajar selain buku yang dapat digunakan. Buku pun tidak harus satu
jenis dan tidak harus sering berganti seperti yang terjadi selama ini, karena
berbagai buku dapat dijadikan sebagai bahan ajar.
Memberikan bahan ajar atau materi
pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu
dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat dan materi bahan ajar yang tidak
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa termasuk masalah yang
sering dihadapi guru.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut,
perlu disusun rambu-rambu pemilihan dan pemanfaatan bahan ajar untuk membantu
guru agar mampu memilih materi pembelajaran atau bahan ajar dan memanfaatkannya
dengan tepat. Rambu-rambu dimaksud antara lain berisikan konsep dan prinsip
pemilihan materi pembelajaran, penentuan cakupan, urutan kriteria dan
langkah-langkah pemilihan, perlakuan/pemanfaatan serta sumber materi
pembelajaran.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa
saja yang menjadi teknik pengkajian bahan pengajaran?
2. Bagaimana
cara mengkaji mata ajaran?
3. Apa
saja yang dilakukan dalam pengkajian tugas?
4. Bagaimana
cara untuk melakukan pengkajian topik?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar
mahasiswa mampu memahami dan mengengerti tingkat teknik pengkajian materi ajar.
2. Agar
mahasiswa mampu menggambarkan alur proses perencanaan pengajaran.
3. Memahami
tujuan pengkajian tugas dalam perencanaan pengajaran.
4. Mampu
menempuh dua jalur dalam usaha mengkaji topik.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Teknik Pengkajian Bahan Pengajaran
Dalam
perencanaan pengajaran yang efektif membutuhkan pengkajian (analisis) yang
cermat dan dilaksanakan dalam langkah-langkah kerja dengan pola (format) dan
ukuran (standar) tertentu. Untuk itu akan disajikan suatu sintesis tentang
teknik dan prosedur yang digunakan untuk melakukan pengkajian. Ada tingkat
teknik pengkajian yang dapat dikembangkan sebagai berikut:
a.
Pengkajian
dan mata ajaran.
b.
Pengkajian
tugas dengan topik.
c.
Pengkajian
tujuan-tujuan secara terperinci berdasarkan pengkajian sebelumnya pada
gilirannya mendasari perumusan perangkat taktik pengajaran.
d.
Pengkajian
tujuan-tujuan menjadi komponen-komponen tingkah laku.
2.1.1Persiapan Perencanaan Pengajaran
Para perancang pengajaran sering berhadapan
dengan masalah dari mana dia seharusnya memulai, apakah dari aspek perilaku (performance), atau dari keterangan
(informasi). Jika berangkat dari pendekatan perilaku maka perancang harus
terlebih dahulu menentukan hal-hal yang dapat dikerjakan oleh siswa dan hal-hal
yang seharusnya mereka kerjakan. Jika berangkat dari pendekatan keterangan,
maka perancang perlu menentukan pengetahuan atau informasi yang ada atau
diinginkan. Kedua pendekatan itu berbeda karena pendekatan perilaku berkenaan
dengan masalah output, sedagkan pendekatan kedua berkenaan dengan input.
Pengetahuan dan informasi terdapat
perbedaan pada tingkat tertentu. Kedua istilah itu sering membingungkan.
Informasi adalah keterangan yang ada dan berada diluar diri seseorang,
sedangkan pengetahuan adalah keterangan yang telah dimiliki atau tersimpan
dalam diri seseorang.
Pengkajian pekerjaan dan mata ajaran kedua
jenis pengkajian tersebut berdasarkan struktur yang sama, tapi perancang dapat
memilih salah satu jenis saja. Kedua jenis pengkajian tersebut berbeda
pendekatan, tetapi sama strukturnya. Untuk mendapat gambaran secara menyeluruh ada
baiknya perhatikan bagan berikut ini.
Bagan
diatas menggambarkan bahwa seorang perancang pengajaran dapat berangkat dari
suatu mata ajaran, yakni informasi yang hendak dikomunikasikan, atau berangkat
dari tugas kerja (job) yakni tugas-tugas yang hendak dilakukan. Suatu mata
ajaran adalah sejumlah informasi yang dikelompokkan menjadi topik-topik yang
saling berkaitan satu sama lain. Tidak semua topik harus diajarkan. Demikian
juga tidak semua tugas harus dipelajari karena ada topik-topik dan tugas-tugas
yang mungkin kurang relevan atau telah diketahui oleh siswa, kurang bermakna
atau terlalu mudah, atau sangat praktis. Hal-hal tersebut cukup dipelajari
dalam rangka orientasi atau dilapangan (on
the job). Jadi, perlu dirancang sebagai suatu yang baru dan diajarkan
secara khusus.
Pengkajian tugas dan topik pengkajian tingkat kedua
merupakan kelanjutan dari dua pengkajian diatas. Dilakukan dengan cara mengubah
perhatian sesuai dengan system of
interest perancang pengajaran. Perhatian lebih ditekankan pada tugas atau
topik yang perlu diajarkan dan yang tidak/belum diketahui atau dikuasai oleh
siswa. Tujuan utama pengkajian tingkat kedua adalah untuk mengetahui struktur
topik atau tugas dengan maksud untuk menetapkan beberapa hal berikut:
a.
Apa
yang hendak diajarkan (tujuan-tujuan pengajaran)
b.
Apa
yang menjadi ukuran (kriteria evaluasi)
c.
Bagaimana
urutan (sequence)
2.2 Pengkajian Mata
Ajar (Subject Analysis)
Ada bermacam-macam
metode untuk mempersiapkan silabi yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Usaha ini merupakan bagian integral proses perencanaan
pengajaran berdasarkan pendekatan sistem.
Proses perencanaan pengajaran merupakan suatu lingkungan
kegiatan. Ada yang bertitik tolak dari kegiatan-kegiatan keterampilan yang
diperlukan (suatu pekerjaan), dan ada yang bertitik tolak dari informasi yang
hendak dikomunikasikan (suatu mata ajaran). Berikut ini merupakan bagan
pendekatan yang dilakukan dalam praktek pendidikan yang tradisional.
Jalur output/input Jalur
output/input
Jalur pertama disebut output/input. Jalur ini bertitik tolak
dari rumusan tentang output yang
diinginkan yakni perilaku pekerjaan. Kemudian ditransformasikan menjadi
tujuan-tujuan instruksional dan proses-proses instruksional, serta isi (content). Tujuan-tujuan umum
ditransformasikan menjadi tujuan-tujuan terminal. Disinilah dapat terlihat profil
pelaksana yang diharapkan, dan ini akan tercapai setelah mempelajari sejumlah
pelajaran tertentu. Selanjutnya dimulai usaha pengkajian suatu mata ajaran.
Jalur kedua disebut jalur input/output.
Jalur ini bertitik tolak dari identifikasi topik-topik dalam suatu mata ajaran,
memilih topik-topik yang akan diajarkan, mempertimbangkan proses-proses
instruksional yang akan digunakan dan selanjutnya merumuskan tujuan-tujuan
tingkah laku yang tepat/cocok dengan tingkat topik/pelajaran.
2.2.1 Metode
Mengkaji Struktur Suatu Mata Ajaran
Strukturnya berjenjang. Suatu mata ajaran tersusun dari
struktur informasi. Berdasarkan struktur tersebut dapat ditentukan hal-hal yang
sebaiknya diajarkan. Sebagai pertimbangan adalah konsep-konsep kunci atau
topik-topik yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, yang menjelaskan
gejala-gejala dan merupakan sumber contoh-contoh.
Untuk mengidentifikasi konsep-konsep kunci atau
topik-topik kita dapat menggunakan pemetaan struktur suatu mata ajaran, yakni
melalui penyajian dengan gambar secara visual. Dengan demikian, suatu mata
ajaran yang tadinya kompleks dapat dikaji dan dikomunikasikan dengan orang lain
(guru dan siswa) mengenai hal-hal yang dinilai penting untuk diajarkan atau
dipelajari.
Hasil pemetaan berupa pohon pengkajian disebut tree approach, yang menunjukkan struktur
topik-topik dala suatu mata ajaran, pada dasarnya hampir sama dengan pengkajian
pekerjaan,yakni dari konsep-konsep kunci, topik-topik-subtopik-dan seterusnya.
Dengan demikian akan tampak pula klasifikasi mata ajaran bersangkutan.
2.2.2 Peta
Topik atau Jaringan (network)
Teknik
tersebut bertujuan untuk menggambarkan hubungan-hubungan antara banyak unsur
yang terdapat di dalam suatu mata ajaran. Pengkajian dengan cara itu perlu
dilakukan berhubungan adanya sejumlah mata ajaran yang kompleks sifatnya,
sehingga sulit menetapkan mana topik yang perlu diajarkan (key topic) dan mana yang sebenarnya dapat diabaikan. Teknik ini
pernah dikembangkan oleh Clark (1970) dan Lefvins (1968).
2.2.3
Model
Konseptual
Pendekatan
dengan model konseptual pada dasarnya sama dengan teknik jaringan kerja
(pemetaan topik). Perbedaannya terletak pada hubungan-hubungan yang dirangkai
sebagai suatu model yang mengandung makna tertentu yang tersusun dalam
kategori-kategori jenis hubungan dengan notasi penyajian, serta adanya
aturan-aturan yang mengatur organisasi dan penyajian visual yang merupakan
suatu “desain grafis topologi”. Model ini dikembangkan oleh Neil (1970).
2.2.4
Teknik
Diagram Venn
Diagram
venn digunakan untuk menggambarkan komposisi dan interelasi himpunan-himpunan
dan merupakan alat yang penting untuk mengkaji mata ajaran, serta untuk
mengkomunikasikan struktur mata ajaran. Teknik ini mula-mula digunakan oleh
Godycki (1968) pada Pedagogical Institute
of Warsawa Poland untuk menganalisa konsep-konsep Fisika dan Kimia dan
penyajiannya sebagai suatu keseluruhan organic, yang disebut structural notation based on the venne
diagram.
2.2.5
Jaringan Kerja Silabi (Silaby Network atau Pert
Chart)
Teknik ini merupakan bentuk yang menyajikan struktur
suatu mata ajaran, dengan menggunakan teknik analisis jaringan kerja dan
berbeda dengan teknik-teknik sebelumnya yang menyajikan urutan topik-topik dalam pelajaran.
Metode konstruksinya adalah mula-mula,
pengkaji menentukan topik-topik yang akan diajarkan, kemudian mempertimbangkan
hubungantimbal balik antara topik-topik tersebut dan mempertanyakan kapan
topik-topik mana saja yang pertama harus diajarkan, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menempatkan
dimana kedudukan suatu topik dan bagaimana hubungan satu dengan lainnya dalam
jaringan kerja (berurutan maupun pararel). Proses mempersiapkan jaringan kerja
adalah sebagai berikut:
1.
Menunjukkan urutan dan hubungan-hubungan logis antara topik-topik dalam mata
ajaran.
2.
Menunjukkan macam-macam jalur dan urutan dalam rangka mempelajari mata ajaran
tersebut.
3.
Menunjukkan topik-topik yang berhubungan.
4.
Menunjukkan topik-topik yang perlu dihilangkan dan untuk memperbaiki urutannya.
Kriteria Pemilihan Materi Pelajaran
Kriteria
pemilihan materi pelajaran yang akan dikembangkan dalam sistem instruksional
dan yang mendasari penentuan strategi belajar mengajar:
1)
Kriteria
tujuan instruksional
Suatu materi pelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk
mencapai tujuan instruksional khusus atau tujuan-tujuan tingkah laku. Karena
itu, materi tersebut supaya sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.
2)
Materi
pelajaran supaya terjabar
Perincian materi pelajaran berdasarkan pada tuntutan
dimana setiap TIK telah dirumuskan secara spesifik, dapat diamati dan terukur.
Ini berarti terdapat keterkaitan yang erat antara spesifikasi tujuan dan
spesifikasi materi pelajaran.
3)
Relevan
dengan kebutuhan siswa
Kebutuhan siswa yang pokok adalah bahwa mereka ingin
berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya. Karena setiap materi pelajaran
yang akan disajikan hendaknya sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi
siswa secara bulat dan utuh. Beberapa aspek diantaranya adalah pengetahuan
sikap, nilai dan keterampilan.
4)
Kesesuaian
dengan kondisi masyarakat
Siswa dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat yang
berguna dan mampu hidup mandiri. Dalam hal ini, pelajaran yang dipilih
hendaknya turut membantu mereka memberikan pengalaman edukatif yang bermakna
bagi perkembangan mereka menjadi manusia yang mudah menyesuaikan diri.
5)
Materi
pelajaran mengandung segi-segi etik
Materi pelajaran yang akan dipilih hendaknya
mempertimbangkan segi perkembangan moral siswa kelak. Pengalaman dan
keterampilan yang bakal mereka peroleh dari materi pelajaran yang telah mereka
terima di arahkan untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang etik sesuai
dengan sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakatnya.
6)
Materi
pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis
Setiap materi pelajaran disusun secara bulat dan
menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topik masalah
tertentu. Materi disusun secara berurutan dengan mempertimbangkan faktor
perkembangan psikologis siswa. Dengan cara ini diharapkan isi materi tersebut
akan lebih mudah diserap oleh si siswa dan dapat segera dilihat
keberhasilannya.
7)
Materi
pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli, dan
masyarakat
Ketiga faktor ini perlu diperhatikan dalam memilih materi
pelajaran. Buku sumber yang baku umumnya disusun oleh para ahli dalam bidangnya
dan disusun berdasarkan GBPP yang berlaku, kendatipun belum tentu lengkap
sebagaimana yang diharapkan.guru yang ahli penting, oleh sebab sumber utama
memang adalah guru itu sendiri. Guru dapat menyimak semua hal
yang dianggapnya perlu untuk disajikan kepada para siswa berdasarkan ukuran
pribadinya. Masyarakat juga merupakan sumber yang luas, bahkan dapat dikatakan
sebagai materi belajar yang paling besar.
Bagan Kriteria Umum Pemilihan
Isi Kurikulum
Kriteria
|
Sasaran
|
a. Akurat dan up
to date
|
Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
|
penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi.
|
|
b. Kemudahan
|
Untuk memahami prisip, generalisasi, dan memperoleh
data.
|
c. Kerasionalan
|
Mengembangkan kemampuan berpikir rasional, bebas,
logis.
|
d. Essensial
|
Untuk mengembangkan moralitas penggunaan
pengetahuan.
|
e. Kemaknaan
|
Bermakna bagi siswa dan perubahan sosial bahan
sosial.
|
f. Keberhasilan
|
Merupakan ukuran keberhasilan untuk mempengaruhi
|
tingkah laku siswa.
|
|
g. Keseimbangan
|
Mengembangkan pribadi siswa secara seimbang dan
|
menyeluruh.
|
|
h. Kepraktisan
|
Mengarahkan tindakan sehari-hari dan untuk
|
pelajaran berikutnya.
|
2.3
Pengkajian Tugas
Tugas
adalah suatu alat yang berguna untuk menjabarkan tujuan-tujuan yang ingin
dicapai. Tugas juga berfungsi untuk membantu menspesifikasi sistem pengajaran
secara tepat dan operasional. Ini merupakan langkah awal yang perelu dilakukan
oleh seorang perancang, yakni merancang body
of knowledge dari materi yang akan disampaikan yang terarah ke pencapaian
tujuan-tujuan yang ingin dicapai yang telah terperinci.
Ada
dua macam tugas, yakni tugas-tugas tindakan (action tasks) dan
tugas-tugas kognitif (cognitive tasks).
2.3.1
Tugas-tugas tindakan (action tasks)
Tugas-tugas tindakan adalah yang dapat
diamati dan melibatkan interaksi antara seseorang dengan orang lain atau dengan
suatu objek. Konsep suatu tugas tindakan mencakup tiga atribut utama, yakni:
·
Suatu interaksi antara seseorang dengan
orang lain atau suatu objek.
·
Yang dapat mengalami perubahan.
·
Dimaksudkan untuk mencapai beberapa
tujuan.
Tugas-tugas
tindakan yang kompleks diperinci sebagai tugas-tugas yang lebih sederhana.
Misalnya, memperbaiki mesin mobil (tugas tindakan yang kompleks) diperinci
menjadi tugas tindakan yang sederhana misalnya memasang metal.
Deskripsi
tugas adalah suatu alat yang sistematik untuk mengidentifikasi dan
memperurutkan garis-garis besar suatu tugas. Suatu deskripsi tugas ditandakan
mengandung empat unsure, yaitu:
1.
Ada tanda-tanda atau kunci yang menandai
tindakan-tindakan. Kunci-kunci tersebut berasal dari dunia luar. Tanda-tanda
tersebut dapat berupa cahaya atau suara, yang dapat dijadikan ukuran pengajaran
tertulis atau dibaca. Tindakan-tindakan dalam tugas seringkali dimulai oleh
kunci-kunci sebagai pemula.
2.
Harus ada kata-kata tindakan yang
menentukan tingkah laku si pelaku pada setiap langkah didalam tugas. Setiap
tugas dipecah-pecah menjadi sejumlah komponen langkah yang berkaitan dengan kata
kerja tindakan.
3.
Ada petunjuk-petunjuk tentang orang atau
objek yang melakukan tindakan. Tugas-tugas memperlihatkan suatu interaksi
antara si pelaku dan lingkungannya.
4.
Tindakan-tindakan berkaitan dengan
balikan yang merupakan hasil dari proses interaksi.
Empat
Jenis Informasi yang Terdapat dalam Deskripsi Tugas Tindakan
Setiap
tugas mengandung empat aspek, sedangkan setiap aspek mengandung informasi
tertentu, yaitu:
1.
Deskripsi tugas berisi informasi tentang
tindakan-tindakan yang berbeda-beda yang dilakukan untuk untuk mencapai tujuan.
2.
Tindakan-tindakan diawali oleh
tanda-tanda yang memberi petunjuk apakah dapat dilakukan tindakan-tindakan
berikutnya.
3.
Setiap tindakan diikuti oleh beberapa
bentuk balikan. Jadi, balikan-balikan yang diperoleh dari suatu tindakan pada
dasarnya menjadi kuncibagi tindakan berikutnya.
4.
Deskripsi tugas tindakan meliputi
informasi tentang orang atau objek yang melakukan tindakan itu.
Jenis-Jenis
Tugas Tindakan
1.
Urutan tindakan tugas yang tetap
Banyak tugas yang menuntut urutan
tindakan tertentu dan dapat diramalkan. Misalnya, berpikir algoritmik. Menurut
Webster, algoritmik adalah suatu aturan atau prosedur untuk memecahkan masalah
yang sedang kita hadapi berdasarkan urutan algoritmik tersebut. Pemecahan masalah
menurut aturan ini, ada yang tidak bercabang dan ada pula yang bercabang.
2.
Urutan tugas tindakan yang beranekaa
ragam
Banyak tindakan-tindakan tugas
yang dapat diurutkan secara tetap dengan menggunakan diagram arus. Sebabnya
ialah karena tugas itu mungkin banyak cabang-cabangnya, atau karena terlalu
kompleks. Dengan demikian sulit diperinci, atau karena tugas tindakan itu tidak
dapat diramalkan sebelumnya, misalnya mengemudikan mobil. Tindakan-tindakan
yang diurutkan tidak dapat secara diagramatik. Kecuali tindakan awal. Tetapi
selanjutnya tindakan-tindakan yang dilakukan berdasarkan banyak kemungkinan.
Kemungkinan-kemungkinan itu umumnya tidak tersusun secara beraturan., demikian
pula mengajardi dalam kelas. Urutan pokok memang dapat disusun secara diagramatik,
tetapi urutan-urutan yang terperinci, rasanya sulit untuk dirancang secara
menetap, karena harus melihat berbagai berbagai kemungkinan dan kondisi yang
berkembang didalam kelas. Jadi, memang urutan tindakan manusia umumnya tidak
bersifat menetap/tidak berubah, melainkan harus adaptif. Dengan demikian
terdapat macam-macam tindakan yang urutannya itu sifatnya beragam.
2.3.2
Tugas-tugas kognitif (cognitive tasks)
·
Penentu tugas-tugas kognitif
Banyak tugas yang dilakukan dalam
tingkat kognitif, bukan dengan tindakan yang bersifat fisik (overta action). Misalnya, membuat
keputusan, membedakan, memecahkan masalah, dan lain-lain. Contoh konkret
misalnya, seorang manajer perusahaan memutuskan penempatan seorang karyawan
untuk menempati pekerjaan baru, membuat investasi dalam adventens, seorang guru
memutuskan agar siswanya mencari/menempuh studi dalam bidang lainnya, setelah
dia melihat hasil evaluasi siswanya.
Memang sulit untuk mengetahui bagaiman
seseorang mengerjakan tugas-tugas kognitif. Kita hanya dapat mencoba mengetahui
komponen-komponen atau subtugas berdassarkan kriteria tertentu. Untuk itu perlu
bantuan para ahli yang dapat memberikan keterangan tentang bagaimana melakukan
tugas-tugas kognitif, dan adanya kesepakatan umum mengenai prosedur melaksanakan
tugas kognitif.
·
Pengumpulan informasi
Untuk menyusun deskripsi tugas,
perancang system perlu belajar sejumlah informasi tentang bagaimana tugas-tugas
dilakukan. Jika perancang belum mengetahui bagaimana suatu tugas dilakukan,
maka ia perlu mempelajarinya. Jika ia sudah mengetahuinya, maka ia perlu
mengumpulkan informasi agar ia dapat mengkomunikasikannya secara efektif. Ada
tiga metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang berkenaan
dengan tugas, yaitu sebagai berikut:
a.
Wawancara perorangan dan kelompok
Cara terbaik untuk memperoleh
informasi tentang cara melakukan tugas adalah dengan melakukan percakapan
langsung dengan orang-ornga yang sangat mengetahui tentang tugas-tugas
tersebut. Percakapan dilakukan dalam bentuk wawancara secara perorangan maupun
kelompok. Pada dasarnya, semakin kompleks suatu tugas maka semakin banyak
sampel yang diperlukan. Penentuan dasar sampel bergantung pada tugas yang
hendak diketahui.
Cara perorangan memangg baik,
karena percakapan bias lebih mendalam, hanya saja memerlukan waktu yang cukup
lama. Begitu juga dengan cara berkelompok, biayanya lebih mahal dan pekerjaan
menjadi lebih lama karena sulit untuk mengorganisirnya. Kebaikan cara kelompok
adalah annggota-anggota yang diwawancarai dapat mengoreksi apabila ada
kekeliruan, cara ini pun juga sangat tepat untuk tugas-tugas yang dilakukan
secara beregu/tim.
b.
Observasi langsung
Dengan metode observasi langsung,
dapat diamati secara langsung seeorang atau suatu kelompok yang sedang
melakukantugas-tugas. Pengamatan merupakan cara yang lebih terandalkan, Karena
data yang diperoleh lebih riil.
c.
Manual teknik
Manual teknik dapat menyediakan
informasi yang berharga mengenai bagaimana suatu tugas dilakukan. Meskipun
sebagai suatu sumber informasi tidak selalu memuaskan, namun mengandung
kebaikan tertentu yakni karena penyusunan berdasarkan pendapat-pendapat dalam
bidang keteknikan (engineering).
Didalamnya terkandung banyak informasi yang mungkin bagi orang luar masih asing
atau tidak mungkin dilakukan. Kelemahannya adalah penyusunan didalmnya sering
tidak dalam bentuk yang paling berguna, informasi yang terkandung didalamnya
bersumber dari lingkungan industry (pabrik), yang sudah tentu jauh berbeda
dibandingkan dengan yang dilakukan oleh para pelaku dilapangan.
2.4 Pengkajian Topik
Ada dua jalur yang dapat ditempuh
dalam usaha mengkaji topik, yakni jalur output/input
dan jalur pendekatan tradisional (dengan cara merumuskan topic, isi,
contoh-contoh/informasi dan diakhiri dengan perumussan instrument tes). Kedua
jalur tersebut dapat dikombinasikan menjadi prosedur berikut:
1. Memilih
suatu topic yang bermakna bagi pengajaran.
2. Menganalisis
untuk mengidentifikasi unsur-unsur informasi yang penting (konsep, hokum,
prosedur dan sebagainya).
3. Manata
informasi dalam seperangkat kalimat yang singkat dengan arus tertentu.
4. Menyesuaikan
dengan tujuan-tujuan umum pengajaran topic tersebut.
5. Menggunakan
kategori taksonomi Bloom untuk menempatkan unsur-unsur informasi dalam rangka
pengujian.
6. Kelembagaan
item tes yang selaras dengan unsure-unsur informasi tersebut.
7. Berdasarkan
langkah ke-6, selanjutnya disusun suatu tes akhir.
8. Berdasarkan
item tes yang telah dibuat pada langkah ke-6, diadakan studi mengenai
pengetahuan dan keterampilan apa saja yang diperlukan sebagai prerequisite dan menyusun suatu tes
awal.
9. Mengkombinasikan
penyajian logis dengan item tes untuk mengembangkan urutan instruksional.
Ada
dua jalur output/input, dengan
menggunakan jenjang prerequisite,
berdasarkian teknik Cagne mengenai tujuan, prosedurnya adalah sebagai berikut:
1. Memilih
suatu topik.
2. Mentransformasikan
menjadi suatu tugas (tugas teminal).
3. Menghasilkan
item tes akhir untuk mengukur tujuan.
4. Menganalisis
tujuan menjadi prerequisite
berjenjang.
5. Menghasilkan
item tes untuk mengukur setiap subtujuan (intermediate
test).
6. Mengidentifikasi
tingkah laku awal (entry level) dan
menghasilkan tes awal.
7. Menyusun
tujuan-tujuan menjadi urutan belajar yang logis.
8. Memilih
contoh-contoh dan informasi yang relevan dengan topic.
9. Selanjutnya
mengembangkan urutan instruksional.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dalam perencanaan pengajaran yang efektif membutuhkan
pengkajian yang cermat dan dilaksanakan dengan pola dan aturan tertentu. Untuk
itu akan disajikan suatu sintesis tentang teknik dan prosedur yang digunakan
untuk melakukan pengkajian. Beberapa hal yang harus dilakukan oleh para
pendidik dalam membuat perencanaan pengajaan adalah:
a.
Pengkajian mata ajaran (subject analysis)
b.
Pengkajian Tugas
c.
Pengkajian Topik
3.2
Saran
Sebaiknya
semua tenaga pendidik mampu melakukan pengkajian bahan pengajaran agar
pelajaran yang diberikan memenuhi kriteria untuk mencapai sasaran diberikannya
mata ajar tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Sjam, Sjukma.dkk. 2010. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta :
Praktika Aksara Semesta.
Harjanto. 2010. Perencanaan
Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
0 Response to "Teknik Pengkajian Bahan Pengajaran "
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)