PENGARSIPAN
BAB
X
TUJUAN INSTRUKSIONAL
UMUM
v Agar
mahasiswa memahami berbagai pengertian system kearsipan (filling sistem).
v Agar
mahasiswa dapat menjelaskan pengertian system abjad dan dapat mencari,
menyimpan surat dengan system abjad.
v Agar
mahasiswa dapat menjelaskan pengertian system perihal dan mahasiswa dapat
mencari dan menyimpan surat dengan system perihal.
v Agar
mahasiswa dapat menjelaskan system nomor dan dapat mencari dan menyimpan surat
dengan system nomor.
v Agar
mahasiswa dapat menjelaskan system wilayah dan dapat mencari dan menyimpan
surat dengan system wilayah.
v Agar
mahasiswa dapat menejelaskan system tanggal dan mencari dan menyimpan surat
dengan siswa tanggal.
PENDAHULUAN
Keterangan-keterangan
yang terdapat dalam dalam warkat mempunyai niali guna dan keterangan-keterangan
yang tak mungkin dapat diingat di luar kepala. Keterangan ini warkat-warkat
tersebut harus disimpan dengan baik agar sewaktu-waktu diperlukan dengan mudah
dapat ditemukan.
Perlu
diingat bahwa warkat itu dsimpan, apabila sudah selesai digunakan. Tentang
system penyimpanan dapat dipergunakan salah satu dari system penyimpanan
kearsipan yang ada. Dalam penentuan system yang sudah digunakan perlu
diperhatikan kebiasaan para pejabat yang ada dalam organisasi tersebut dalam
meminta warkat.
Tujuan
dari pada system kearsipan adalah:
1. Dapat
menyimpan warkat dengan baik dan aman.
2. Dapar
menemukan secara cepat dan tepat sewaktu-waktu diperlukan.
Pada
dasanya ada lima system kearsipan:
1. System
abjad
2. System
perihal
3. System
nomor
4. System
wilayah
5. System
tanggal.
KETENTUAN-KETENTUAN
KEARSIPAN
Ketentuan
kersipan cenderung pada suatu waktu kelaziman dan peraturan yang disepakati
bersama, hanya berupa konvensi saja, bukan peraturan tertulis. Jadi, dalam
prakteknya hal ini cenderung agak berlainan pada setiap organisasi atau
instansi perkantoran.
Peraturan
kearsipan ini harus disepakati agar terjadi penyimpanan yang teratur dan
sistematis sehingga setiap orang yang mencari asip, meskipun ia bukan staf
dibagian tersebut dapat mengerjakannya. Bentuk peraturan di sini tergambar
dalam indexing atau peraturan
mengindeks. Indexing adalah awal dari pekerjaan kearsipan, ia
dimulai dari kepatuhan para pegawai staf pada aturan pembagian unit yang
diindeks sampai pada penemuan kembali arsip yang disimpan.
Pegindeksan
merupakan suatu kegiatan merinci bagian-bagian nama secara teratur. Jadi objek
dari pengindeksan adalah nama, karena itu menjadi wakil dari suatu dokumen.
Nama-nama merupakan suatu judul. Judul iulah yang akan menjadi kata tangkap (caption) dalam penyimpanan arsip atau
dokumen.
Cara mengindeks
dilakukan dengan merinci bagian-bagian (unit)
dari nama. Bagian itu menentukan mana yang termasuk diutamakan (unit I), mana
yang unit-unit selanjutnya misalnya II, III, IV dan seterusnya.
Huruf
awal kedua, ketiga dan seterusnya pada unit I inilah menentukan abjad mana file atau dokumen itu disimpan menurut
urutan kamus. Contoh: susunlah urutan nama sebagai berikut:
Hadisuwarno
Hadisuboni
Hadisutono
Hadisurono
Tentu
susunannya (urutan) nama di atas menjadi sebagai berikut:
Hadisubono
Hadisurono
Hadisutono
Hadisuwarno
Jika
mengindeks nama, yang nama tersebutterdiri dari lebih satu perkataan misalnya
2, 3, atau 4 perkataan, disini digunakan ketentuan (peraturan) mengindeks.
Peraturan
Mengindeks
Semula disebutkan
bahwa objek peraturan mengindeks adalah nama. Nama yang diindeks ini
bermcam-macam jeis, yang meliputi nama orang perorangan, nama badan atau
organisasi, nama perusahaan atau kantor dan nam subjek itu sendiri.
Keseluruhan
nama itu akan dbahas secara umum dibawah ini, agar mendapat suatu gambaran yang
intregated (bulat) tentang peraturan
mengindeks, meskipun hanya sebagai konvensi.
Ketentuan-ketentuan
Mengindeks
Ketentuan
ini merupakan pedoman umum, sebab sampai saat ini asih belum ada ketentuan resmi.
Jika pedoman ini ditaati maka tidak akan terjadi kesimpangsiuran dalam
mengindeks.
Sebelum
mengindeks, lebih dahulu disatukan bahasa tentang istilah-istilah yang biasa
terdapat dalam hal ini, antara lain:
·
Susunan abjad yang digunakan adalah
abjad latin A-B-C-D-E-F-G dan seterusnya sampai dengan Z.
·
Kalau nama itu lebih dari satu
perkataan, maka untuk keperluan ini dibuat unit-unit. Unit adalah satuan bagian
dari nama-nama. Jikalau ada nama yang mengirim surat: Abdul Majid Siregar,
berarti tiga unit.
·
Dalam mengindeks atau menyusun
klasifikasi urutan judul nama-nama ini, tekanannya pada kata yang menjadi judul
atau caption atau kata tangkap.
Misalnya pada
suatu hari kantor kita menerima surat dari nama Abdul Majid Siregar. Apa yang
menjadi kata tangkap atau judul atau caption
dari nama itu?
Abdul?
Majid?
Siregar?
Tentu kebiasaan orang Batak
mendahulukan nama marganya. Jadi kata tangkapnya adalah Siregar. Siregar ini
sebagai dasar penyimpanan menurut abjad “S”. dalam hal ini “Siregar” disebut
unit I (judul atau kata tangkap atau caption).
Ketentuan
I
“Mengindeks Nama Perseorangan”
1.
Nama
dirinya sendiri yang tanpa nama keluarga
Masyarakat daerah Jawa
nama sendiri sejak lahir dan nama tambahan sesudah dewasa yang selalu digunakan
dalam surat menyurat atau urusan warkat. Misalnya:
Nama kecil atau aslinya
(given name) Sujoko, maka sesudah
dewasa ia ditambah menjadi Sujoko Riyanto. Untuk ini indeks sesuai dengan
namanya atau aslinya. Tentu diindeks “S” (Sujoko) pada unit I. Sedangkan “R”
(Riyanto) pada unit II. Jadi untuk:
Nama Diindeks
/ Diabjad menjadi
Unit
I Unit II Unit III
Adhi Suryanto Adhi Suryanto ---------
Didi Sujadi Didi Sujadi ---------
Eddy Natakusumah Eddy Natakusumah ---------
Catatan: Jika nama-nama
diatas adalah nama salinya dan tambahan demikian juga halnya nama-nama
masyarakat daeraj Jawa yang suka memasukkan nama keluarganya dibelakang nama
aslinya untuk itu berlaku ketentuan ini.
2.
Nama
orang yang diikuti nama keluarga atau marga dan inisial
Untuk itu diindeks
pertama menurut nama keluarga atau marga atau farm-nya, sedangkan nama yang berinisial diindeks menurut nama yang
tidak disingkat. Inisial diindeks sebagaimana ditulis. Misalnya:
Nama Diindeks
menjadi
Unit
I Unit II Unit III
Herbert Marishi Siahaan Siahaan Herbert Marishi
Ahmad Zaini Chaniago Chaniago Ahmad Zaini
Arnold Marionutu Marionutu Arnold ---------
Tonny Koestono Koeswojo Koeswojo Tonny Koestono
Ade Manuhutu Manuhutu Ade -----------
Louis A. Allen Allen Louis A.
Lubis Lubis ------- -------
Catatan: Istilah
diatasa tetap diindeks sebagaiana (singkatan nama itu ditulis, tetapi jika kita
mengetahui kepanjangan inisian itu, maka diindeks dengan diuraikan
kepanjangnnya). Misalnya:
Nama Diindeks menjadi
Unit
I Unit II Unit III
B.M. Diah Diah Bahardin Muhammad
M. Natsir Natsir Muhammad ----------
M. Roem Roem Muhammad ----------
3.
Nama
dengan awalan
Awalan itu hendaknya
tidak dianggap unit tersendiri, tetapi merupakan bagian dari nama keluarga,
misalnya:
Nama Diindeks menjadi
Unit
I Unit II Unit III
Van Vollenhoven Van Vollenhoven ---------
Harun Al Rasjid Al Rasjid Harun ---------
Vasco Da Gamma Da Gamma Vasco ---------
Von Vitae Von Vitae -------- ---------
Harun Bin Jamal Bin Jamal Harun ---------
Fatimah Binti Hasyim Binti Hasyim Fatimah ---------
4.
Nama
dengan penghubung
Harus dianggap sebagai
satu unit, jika terdiri dari tiga perkataan atau lebih, tetapi jika namanya
yang diberi penghubung itu hanya satu perkataan maka diindeks sebagaimana nama
itu:
Nama Diindeks
menjadi
Unit
I Unit II Unit III
Frank Hall Quest Hall-Quest Frank ---------
M.G. Dimock&Dimock Dimock&Dimock M. G.
Herman&Hermit Herman&Hermit -------- ---------
5.
Nama
wanita yang sudah kawin
Diindeks nama suaminya,
jika hal itu disebutkan. Perkataan “Nyonya” atau singkatan diletakkan pada unit
terakhir dalam tanda kurung. Misalnya:
Nama Diindeks
menjadi
Unit
I Unit II Unit III
Ny. Maria Ulfah Santoso Santoso Maria Ulfah
(Ny)
Ny. Rusiah Sarjono Sarjono Rusiah (Ny) ---------
Mrs. Jehan Anwar Sadat Sadat Jehan Jehan
(Mrs)
Mrs. Nancy Reagan Reagan Nancy
(Mrs) ---------
6.
Nama
yang diikuti gelar atau tittle gelar
Dapat bibagi anta lain:
o
Gelar Akademik (Perguruan Tinggi),
misalnya: Ph.D, Dr, M.A., M.Sc, S.H, Drs
o
Gelar Keagamaan, misalnya: Haji, Kyai,
Tengku, Ds
o
Gelar Jabatan, misalnya: Presiden,
Gubernur, Direktur, Kepala
o
Gelar Kebangsawanan, misalnya: Andi,
Teuku, Lord, Sir, BBm, Bra, Rd, R.M
o
Gelar Kepangkatan, misalnya: Kopral, Kapten,
Kolonel, dan lain-lain
Semua gelar-gelar tidak
diindeks bersama-sama pada unit yang terakhir terletak dalam kurung kecuali
digunakan untuk membedakan nama (lihat tanda *), bagi nama yang terdiri dari
satu perkataan.
Nama Diindeks menjadi
Unit
I Unit II Unit III
Lord Snowdon (*) Snowdon Lord ---------
Sultan Hamid (*) Hamid Sultan ---------
Ir. Pantiarso (*) Pantiarso Ir. ---------
Prof. A. Sadali Sadali Achmad
(Prof.) ---------
Dr. H. Moh. Hatta Hatta Mohammad (Dr. H) ---------
K. H. Idham Chalid Chalid Idham (K. H) ---------
Kapten Jono (*) Jono Kapten ---------
Kolonel Isa Idris Idris Isa
(Kol) ---------
Gubernur Ismail Ismail Gubernur ---------
Gubernur A. Kunaefi Kunaefi A. (Gubernur) ---------
Sir John Kotelawa Kotelawa John
(Sir) ---------
7.
Nama-nama
China, Jepang, Korea dan Hongkong
Diindeks unit satu dan
seterusnya sebagaimana nama itu ditulis.
Nama Diindeks menjadi
Unit
I Unit II Unit III
Tan Eng Lie Tan Eng Lie
The Liang Gie The Liang Gie
Masayosi Ito Masayosi Ito ---------
Takeo Fukuda Takeo Fukuda ---------
Kim Duck Soon Kim Duck Soon
Kim Il Sung Kim Il Sung
Ho Chie Mien Ho Chie Mien
8.
Nama
yang diikuti nama baptis
Diindeks namanya dulu,
baru kemudian baptisnya. Nama baptis hendaknya diuraikan jika mengetahui
kepanjangannya, misalnya:
Nama Diindeks menjadi
Unit
I Unit II Unit III
F.X Sudjadi M.P.A Sudjadi Franciscus Xaverius Enf. Kuntobasworo Kuntobasworo Enfelbertus ---------
Keterangan
II
Nama
Perusahaan dan Organisasi
1. Nama Perusahaan diindeks
sebagaimana tertulis
Jika
nama itu tidak terdiri dari nama lengkap. Nama orang lengkap yang terdapat pada
nama perusahaan, nama keluarganya diindeks dahulu, baru diikuti nama lainnya.
Nama Diindeks
menjadi
Unit
I Unit II Unit III
Dasaad
Musin Concern Musin Dasaad Concern
Toko
Abdullah Abdullah Toko --------
Toko
A.B Toko A B
Gunung
Agung Gunung Agung
2. Nama bentuk perusahaan yang
disingkat
Diindeks
tersendiri, disusun seolah-olah penuh (tidak disingkat), diletakkan sesudah
nama perusahaan.
Nama Diindeks menjadi
Unit I Unit II Unit III
C.V.
Subur Subur Commenditer Vennootshap
F.a.
Famili Famili Fama --------
P.T.
Arafat Arafat Perseroan Terbatas
Nama-nama
bentuk perusahaan sebagai berikut :
Bros
= Brothers, Goy = Co = Company, Corp = Corporation, my = Maatschappy, Mfrs =
Manufactures
3. Nama-nama perusahaan, ikatan,
organisasi yang disingkat
Diindeks
terurai lengkap jika mengetahui kepanjangannya, sebagaimana nama ditulis.
Nama Diindeks menjadi
Unit
I Unit II Unit
III
RRI Radio Republik Indonesia
AAN Akademi Administrasi Negara
TVRI Televisi Republik Indonesia
4. Nama-nama
agenda dan nama perusahaan ganda, yang dihubungi dengan tanda diindeks sebai
berikut :
® Untuk
kota di Indonesia diindeks terpisah menjadi 2 unit sedangkan kota-kota luar
negeri diindeks menjadi 1 unit, tetapi jika nama kota itu tidak dihubungkan
dengan tanda hubungan (-) maka diindeks menjadi 2 unit.
® Begitupun
halnya dengan perusahaan dan organisasi, misalnya :
Nama Diindeks
menjadi
Unit
I Unit II Unit
III
Kebayoran
Baru Kebayoran Baru --------
International
City Bank International City Bank
New
York Herald Tribune New York Herald
Tribune
Inter-continental
Travel Coy Inter-continental Travel Coy
SEAP South East Asis Penisula
5. Angka dan Bilangan
Jika
nama perusahaan dengan angka/ bilangan, maka diindeks sebagaimana nama itu
ditulis lengkap, misalnya :
Nama Diindeks
menjadi
Unit
I Unit II Unit III
The
77 Club Seventy Seven Club
Komisi
IV Komisi Empat --------
Team
902 Team 902 --------
Ketentuan
III
1. Nama badan pemerintah dan
organisasi
Nama
Badan Pemerintah Pusat diindeks pertam nama negara, diikuti nama departemen/
lembaga/ biro/ kantor/ jawatan, ditempatkan antara 2 kurung.
Nama Diindeks
menjadi
Unit
I Unit II Unit III
Departemen
Agama RI Indonesia (Rep) Agama
(Dept) --------
Departemen
Luar Negeri RI Indonesia (Rep) Luar
Negeri (Dept)
2. Jika nama pemerintah daerah
Maka
nama daerah tersebut didahulukan kemudian diikui nama kantornya, sebagai
berikut :
Nama Diindeks
menjadi
Unit
I Unit II Unit III
Dinas
Pertanian Kotamadya Purwokerto Kotamadya Pertanian
(Dinas)
Purwokerto
Kantor
Koperasi Kota Jakarta Timur Kota Koperasi (Kantor)
Jakarta
Timur
Dinas
P&P DKI Jakarta Jakarta Daerah Khusus P&P (Dinas)
Ibu
Kota
3. Bank atau sekolah atau organisasi
Diindeks
menurut kotanya, jika tidak ada nama lengkap Bank atau Sekolah, Organisasi
sebagai berikut :
Nama Diindeks
menjadi
Unit
I Unit II Unit III
Hotel
Horison Horison Hotel -------
RS
Persahabatan Persahabatan Rumah Sakit
UI Universitas Indonesia -------
Catatan
:
a) Huruf
pertama unit I itulah yang menunjukkan alphabet
b) Hal
ini disebut pula kata tangkap
PRINSIP-PRINSIP
KEARSIPAN
Menilai,
menyimpan, mencari dan menemukan kembali arsip oleh seorang sekretaris atau
pegawai arsip merupakan suatu
daya kreatifitas seni daam administrasi yang dipadukan dengan ketrampilan yang
tinggi. Seni kreatifitas dalam kearsipan tersebut tidak semua orang sama,
melainkan adda saja perbedaan-perbedaan yang nyata. Guna mencegah perbedaan
tersebut, dan agar terdapat kevacuman atau stagnasi, jika sutau ketika
seseorang ditugaskan mencari arsip, padahal ia bukan juru arsip yang tetap maka
perlu prinsip dalam kearsipan itu.
Azaz
inipun suatu konvensi, di mana sepenuhnya harus ditaati oleh setiap petugas,
meskipun ada kecenderungan lain. Azaz-azaz atau prinsip itu adalah :
1. Gunakan
petunjuk-petunjuk secukupnya guna membantu menyimpan dan menemukan bahan-bahan
dengan cepat
2. Filelah
bahan-bahan di belakang petunjuk-petunjuk
3. Gunakan
stook-strook dan label-label berwarna guna memudahkan identifikasi dan mencegah
terjadinya “miss-filling”
4. Sediakanlah
sehubungan dengan file-file korespondensi folder-folder individual bilamana
telah terakumulasi lima helai surat atau lebih
5. Aturlah
bahan-bahan dalam folder-folder secara kronologis dan yang terakhir senantiasa
diletakkan di muka
LANGKAH-LANGKAH
PROSES KEARSIPAN
Proses
kearsipan adalah suatu kesatuan prosedur yang merupakan suatu fungsi tertentu
dalam hubungannya dengan tat kerja. Langkah-langkah dalam proses kearsipan
adalah prosedur permulaan filling, kedua penataan berkas berdasarkan sistem
filling, ketiga pencarian/ peneman kembali arsip, keempat pemusnahan/
penyusutan arsip.
Prosedur
kearsipan dimulai dari pengurusan surat masuk sehingga dapat dinilai sebagai
arsip. Pengurusan surat masuk dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Penerimaan
surat masuk
2. Penyortiran
3. Pencatatan
dalam kartu dan/ atau buku catatan harian
4. Diarahkan
kepada yang berhak
5. Penerusan
surat masuk oleh sekretaris/ pegawai tata usaha
6. Pengolahan
surat sehingga menjadi arsip, kemudian
7. Penataan
dalam sistem kearsipan
Setelah prosedur
surat masuk ini dikelola dengan lancer, sampailah pada proses kearsipan, yang
dapat dilihat menurut langkah-langkah filling sebagai berikut :
a. Pemeriksaan
tanda-tanda
b. Penindakan
c. Pengkodean
d. Penyortiran
arsip
e. Penyimpanan
arsip/ dokumen
Kelima langkah
proses kearsipan itu merupakan suatu kesatuan yang menjadi tugas sekretaris
atau pegawai tata usaha kearsipan atau penata arsip baik yang ada dii dalam
tanggung jawab pimpinan/ pengelola maupun pengarah.
Pemeriksaan
tanda-tanda bahwa sehelau surat sudah boleh disimpan menjadi arsip atau belum,
haruslah diperiksa terlebih dahulu oleh sekretaris atau penata arsip.
Pemeriksaan tanda ini disebut release mark berupa :
1. Tanda
kata-katta “file”, “deep” atau “arsip” pada muka surat yang akan disimpan dari
pimpinan
2. Tanda
praf atau tanda-tanda serta tanggal pimpinan
3. Tanda
lain yang merupakan spesifik file tempat kosong dari sehelai surat
Jika tanda-tanda
tidak ada maka sekretaris atau penata arsip harus menanyakan kepada pimpinan
tentang hendak diapakan surat.
Pengindeksan
Setelah
surat dinilai menjadi arsip melalui tanda-tanda di atas maka langkah
berikutnyaa mengindeks arsip tersebut ke dalam unit-unit dari nama (judul)
arsip tersebut.
Unit I dari
judul arsip tersebut menjadi caption atau meenentukan file apa arsip tersebut
disimpan menurut urutan huruf.
Pengindeksan
adalah suatu proses menentukan pada nama apa, subjek apa atau kata tangkap apa
surat akan difile. Didalam mengindeks sebuah surat terdpat lima kemungkiann :
1. Nama
pada kepala surat
2. Nama
orang atau perusahaan yang dikirimi
3. Nama
penandatangan surat
4. Nama
atau subjek perihal yang dijelaskan di dalam surat
5. Nama
tempat asal surat
Di dalam memilih
kata tangkap , pengindeksan harus menentukan kata tangkap mana yang mungkin
paling banyak akan dipakai seseorang bilamana menyebutkan atau meminta dokumen
bersangkutan.
Bilamana sebuah
dokumen mungkin akan disebut oleh peminta ddalam nama, maka dokumen tersebut di
file menutu kata tangkap yang terpenting. Untuk nama-nama atau subek lain
dibuatkan petunjuk silang. Petunjuk silang dpat dikerjakan deengan memilih
salah satu dari dua kemungkinan berikut :
a. Menempatkan
lembaran kertas yang berisi informasi mengenai dokumen asli di berbagai tempat
di dalam file di mana diduga di tempat-tempat tersebut orang akan mencari.
b. Menempatkan
fotocopy dari dokumen asli berbagai tempat di dalam file di mana diduga di
tempat-tempat tersebut orang akan mencari.
Pengkodean
Pengkodean
adalah proses memberi tanda tangkap yang sudah dipilih dalam kegiatan
penngindeksan. Terdapat tiga cara yang umum di dalam pengkodean surat untuk
sistem abjad :
1. Nama
yang terpilih sebagai kata tangkap ddi garis bawahi, biasanya dengan pensil
warna
2. Bilamana
nama atau kata tangkap tidak ddapat digarsbawahi karena tidak terdapat pada
dokumen yang bersangkutan, maka kata tangkap ditambahkan dengan menuliskannya
dengan pensil berwarna pada pojok kanan
atas dokumen
3. Apabila
dokumen dibuatkan juga petunjuk silangnya, nama yang menjadi petunjuk silang
juga harus digarisbawahi atau ditambahan dengan tulisan bilamana tidak ada.
Sebagai tambahan sebuah tanda “X” ditempatkan diujung baris dimana kata tangkap
berada atau pada ujung nama yang ditulis untuk menunjukkan bahw aitu adalah
petunjuk silang dan bukan kata tangkap asli.
Kode tidak hanya
untuk menunjukan kata tangkap kepada petugas pada wakttu pertama memfile,
tetapi kode membantunya juga di dalaam menempatkan kembali dokumen yang
dituliskan.
Penyortiran
Penyortiran
adalah pekerjjaan mengeelompokan ddokumen berdasarkan abjad kata tangkap yang
dgarisbawahi atau tertuls di atas lembar dokumen. Dengan menyusun dokumendokumen
berdasarkan abjad petugas mempercepat proses penempatan di file.
Ini
berlaku juga untuk kantorr yang kecil yang filenya hanya terdiri dari beberapa laci. Tanpa
pengabjadan taraf pertama ini, petugas niscaya harus bolak balik membuka dan
memnutup laci berkali-kali, membuang waktu dan energy. Penyortiran membuat
petuugas membuka tiap laci satu kali dan
bekerja secara sistematis dari muka ke belakang jika alat tersrbut tidak ada,
mak dokumen-dokumen dapat disortir di atas mejja. Pada sortir model terakhir
ini, maka cara-cara berikut perlu dilakukan :
1. Kekompokan
dikumen-dokumen menurut pengelompokan yang mudah seperti : A-C-D-FG-H-LM0 san
S-Z
2. Elompokan
kembali dokumen-ddookumen dari tiap kelompok menurut huruf-huruf di dalam
abjad. Kelompok pertama A-C, misalnya akan dikelompokan kembali ke dam tiga
kelompok terpisah, satu untuk A, satu untuk , dan sautu untuk C
3. Abjadlah
dokumen-dokumen di dalam tiap kelompok, misalnya di dlam kelompok B, dokumen
yang file pada “Becher” adaalah ditempatkan di belakang dokumen “Baldwiin”
4. Sesudah
tiap isi kelompok A,B dan C disusun menurut abjad, mereka sudah siap untuk di
file. Sisa kelompok lainnya D.C.H,L dan seterusnya juga disortir seperti A,B,C
tergantung pada jumlah dokumen yang akan di file.
Penyimpanan
Langkah
pertama di dalam filling surat vertical adalah penyimpanan atau penempatan
dokumen di dalam tempat file, biasanya suatu folder, tergantung pada alat yang
dipergunakan. Pengunaan keret busa pembasuh jari akan mempercepat penanganan
suraat-surat.
Sesudah
folder ditemukan petugas sebaiknyaa berhati-hati memeriksa kata tangkap folder
tersebut 1) nama yang dipilih dari dokumen yang akan disimpan dan 2) dengan
nama yang sudah ada dalam folder. Perhatian perlu diberikan pada setiap yang
dipilih untuk menjaga agar kesalahan filling dokumen dapat terhindar.
SISTEM PERIHAL
Pada
system ini yang dijadikan kode penyimpanan dan penemuan warkat adalah perihal
atau subjek dari warkat tersebut. Justru itulah system ini disebut system
perihal. Setelah
beberapa waktu lalu kita membahas sistem
pengarsipan dengan metode Abjad, berikut ini akan dibahas tentang sistem
perihal. Sistem perihal merupakan cara penyimpanan dan penemuan kembali
surat dengan berpedoman pada perihal surat atau pokok isi surat. Beberapa
hal yang perlu dipersiapkan untuk melakukan sistem ini, yaitu:
- Daftar Indeks: Daftar yang memuat seluruh
kegiatan/masalah/hal-hal yang dilakukan di seluruh kantor tempat sistem
ini diterapkan. Masalah-masalah tersebut kemudian diuraikan
lagi. Masalah-masalah pokok dituliskan pada pembagian utama,
sedangkan uraian masalahnya disebut pada pembagian pembantu.
Apabila uraian masalah masih dibagi lagi menjadi masalah yang lebih
kecil, bagian ini disebut subpembagian pembantu.
- Perlengkapan yang dibutuhkan, yaitu:
- Surat,
- Filing Cabinet,
- Guide,
- Folder, dan
- Kartu kendali.
- Memberi kode surat.
- Menyimpan surat: Langkah-langkah yang perlu
dilakukan di antaranya:
- Membaca surat untuk mengetahui isi surat,
- Memberi kode surat, dan
- Mencatat surat dalam kartu kendali.
- Menyimpan kartu kendali.
Daftar Indeks
Pengertian
Indeks adalah hal-hal penting yang terdapat dalam suatu buku. Hal penting itu
dapat berupa istilah, nama, peristiwa, dan lain-lain.
Fungsi
Untuk mempermudah
mencari keterangan penting dalam buku tersebut.
Indeks dibedakan menjadi
dua:
1.
Indeks subjek, berikan daftar isitilah-isitilah dalam buku.
2.
Indeks pengarang, berisikan daftar nama pengarang atau tokoh
yang terdapat dalam buku tersebut.
Penulisan indeks
pengarang :
a. jika nama
pengarang hanya terdiri atas satu kata, maka nama pengarang
ditulis apa adanya.
b. jika nama
pengarang hanya terdiri atas dua kata kata, maka nama kedua
diletakkan di depan nama pertama ; di antara nama itu disisipi tanda koma.
c. jika nama
pengarang terdiri lebih atas dua kata, maka nama pengarang terakhir
diletakkan pada bagian pertama, setelah nama pertama dan kedua
d. Nama kedua dan ketiga
dapat disingkat.
e. Nama gelar tidak
dicantumkan
Contoh indeks pengarang
:
- Santosa, 98
- Suksma, Heri, 21
- Bachri, Sutarji Cazoum, 42
- Gantang, I Gst Pt. Bawa
Sistem Penyimpanan Surat
A.
System nomor (Numeric System)
Di dalam sistem nomor ada 4 macam :
1. Sistem nomor menurut
Dewey (Sistem Desimal / Klasifikasi)
Sistem ini menetapkan
kode surat berdasarkan nomor yang ditetapkan untuk surat yang bersangkutan. Yang
diperlukan dalam sistem ini adalah
a. Perlengkapan yang
diperlukan :
-
Filling cabinet
- Guide
- Folder
b. Daftar klasifikasi nomor
c. Kartu kendali
Dalam klasifikasi, nomor adalah daftar yang memuat semua kegiatan
/ masalah yang terdapat dalam kantor. Setiap masalah diberi nomor tertentu.
Dalam daftar ini terdapat tiga pembagian yaitu:
- Pembagian utama, memuat kegiatan / masalah pokok dari kantor
- Pembagian pembantu, memuat uraian masalah
yang terdapat pada pembagian utama
- Pembagian kecil memuat uraian masalah yang
terdapat pada pembagian pembantu.
Guna daftar klasifikasi adalah
- Sebagai pedoman pemberian kode
surat
- Sebagai pedoman untuk
mempersiapkan dan menyusun tempat penyimpanan surat
Uraian guide, folder, dan surat dalam filling cabinet :
Uraian guide, folder, dan surat dalam filling cabinet :
- Dalam setiap laci filling cabinet
diperlukan 10 guide
- Dibelakang setiap guide
ditempatkan 10 folder
- Surat yang terbaru dalam setiap
folder ditempatkan paling depan
Cara penyimpanan surat :
- Surat dibaca lebih dahulu untuk
mengetahui permasalahannya
- Memberi kode surat
- Mencatat surat kedalam kartu
kendali
- Mencatat surat pada kartu indeks
- Menyimpan surat
- Penyusunan surat dalam folder
setiap surat yang baru selalu ditempatkan di urutan paling depan
- Menyimpan kartu kendali
2. Sistem nomor menurut Terminal Digit
Didalam sistem ini
kode penyimpanan dan kode penemuan kembali surat memakai sistem penyimpanan
menurut teminal digit, yaitu sistem penyimpanan berdasarkan pada nomor urut
dalam buku arsip.Dalam sistem ini yang perlu dipersiapkan adalaH :Perlengkapan
untuk tempat penyimpanan surat yang terdiri atas; filling cabinet 10 laci, guide (setiap laci 10 guide), dan
folder (setiap guide 10 folder), Kartu kendali; yang digunakan dalam sistem ini
sama dengan kartu kendali yang digunakan dalam sistem lain. Yang berbeda disini
adalah mengindeks nomor kode untuk keperluan penyimpanan dan penemuan kembali surat.
- Cara
mengindeks nomor kode sebagai berikut
a. Dua angka dari belakang sebagai
unit 1, yaitu menunjukkan nomor laci dan nomor guide
b. Satu angka setelah unit 1 sebagai
unit 2 yaitu menunjukkan nomor folder
c. Sisa seluruh angka sesudah unit 2
sebagai unit 3 yaitu menunjukkan surat yang kesekian dalam folder
- Cara penyimpanan surat; surat
dengan nomor kode 55317, berarti surat tersebut disimpan dalam laci 10-19,
dibelakang guide 17, didalam folder nomor 3, surat yang ke 55.
3.
Sistem Nomor Middle Digit
Sistem
ini merupakan kombinasi dari Sistem Nomor Decimal Dewey dan Sistem Nomor
Terminal Digit. Yang dijadikan kode laci dan guide adalah dua angka yang berada
di tengah, sedangkan dua angka yang berada di depannya menunjukkan kode map,
kemudian dua angka yang berada dibelakangnya menunjukkan urutan surat yang
kesekian didalam map. Dalam sistem ini kode angka harus berjumlah enam,
sehingga terdapat dua angka ditengah, dua angka di depan dan dua angka
dibelakang. Seandainya angka kode kurang dari enam maka harus ditambahkan angka
nol di depannya sampai berjumlah enam angkla. Cara penyimpanannya sama dengan
Sistem Nomor Terminal Digit.
4.
Sistem nomor Soundex (phonetic system)
Sistem Soundex adalah sistem penyimpanan warkat berdasarkan
pengelompokan nama dan tulisannya atau bunyi pengucapannya hampir bersamaan.
Dalam sistem ini nama-nama diganti dengan kode (notasi) yang terdiri dari 1
huruf dan 3 angka.
Susunan penyimpanannya adalah menurut abjad yang diikuti urutan
nomor.
Sistem Geografis/ wilayah (Geoghrahic system
Sistem geografis atau
wilayah adalah suatu sistem penyimpanan arsip berdasarkan pembagian wilayah atau daerah yang menjadi
alamat suatu surat.
Surat disimpan dan
diketemukan kembali menurut kelompok atau tempat penyimpanan berdasarkan
geografi / wilayah / kota dari surat berasal dan tujuan surat dikirim. Dalam
hubungan ini surat masuk dan surat keluar disimpan dan ditempatkan dalam folder
yang sama, tidak dipisah-pisahkan. Dalam penyimpanannya menurut sistem ini
harus dibantu dengan sistem abjad atau sistem tanggal.
Yang perlu dipersiapkan
dalam menerapkan sistem ini adalah :Perlengkapan yang diperlukan dalam
menerapkan sistem ini adalah; filling cabinet, guide, folder, dan kartu kendali.
Penyimpanan surat melalui prosedur :
a. Melihat tanda pembebas dalam surat, yaitu
tanda yang menyatakan bahwa surat tersebut telah selesai diproses dan boleh disimpan.
b. Membaca surat
c. Memberi kode surat
d. Mencatat surat pada
kartu kendali
e. Menggolongkan surat
menurut wilayahnya masing-masing
f. Menyimpan surat
g. Menyimpan kartu
kendali
- Penemuan kembali; cara menemukan kembali adalah sama
seperti sistem-sistem lainnya.
Penyusunan dengan system wilayah (geografi) digunakan untuk:
1.
Perusahaan yang memiliki
cabang diberbagai lokasi seperti bank, asuransi, dan otomotif.
2.
Perusahaan yang memiliki
lisensi untuk beroperasi diprovinsi tertentu namun tidak boleh giat dikawasan
lain. Dalam hal demikian berkas arsip dinamis disusun menurut provinsi tempat
perusahaan beroperasi.
3.
Perusahaan Utilitas
semacam perusahaan gas, listrik, telepon, air dimana nomor dan nama jalan
merupakan hal penting bila timbul masalah, misalnya listrik mati atau gas
bocor.
4.
Perusahaan pengembang
(developer), real estate yang memiliki daftar tanah dan bangunan yang disusun menurut daerah.
5.
Penjualan melaluil pos,
penerbit, toko buku, pedagang kelas besar, yang menggunakan jasa pos serta
memasarkannya menurut ancangan geografis.
6.
Perusahaan yang
mengkhususkan diri berpromosi pada kawasan tertentu.
7.
Instansi atau lembaga
yang menyusun berkas mereka menurut propinsi, kabupaten, atau kotamadya,
kecamatan, atau pembagian geografis lainnya (misalnlya Kawasan Indonesias
Timur)
8.
Grosir yang membeli barang
dalam kuantitas besar kemudian menyebarkannya menurut pembagian geografi.
9.
Perusahaan multinasional
yang memiliki cabang di dalam dan luar negeri, termasuk di dalamnya perusahaan asing yang beroperasi di
Indonesia.
10.
Perusahaan survey yang melakukan survey menurut daerah.
11.
Lembaga yang memeiliki kegiatan khusus khas serta cabang yang
tersebar di berbagai tempat di Indonesia seperti gereja. Mesjid, atau Yayasan
sosial.
Prosedur
dalam menerapkan Filing Sistem Wilayah:
1. Merancang Klasifikasi
Wilayah
Dibuat
dengan tujuan agar dalam mencari kembali surat dapat dilakukan dengan cepat.
DAFTAR
KLASIFIKASI
B- 1 =
Bandung J-1 =
Jakarta
2 =
Banjarmasin
2 = Jambi
3 = Bogor
C- 1 =
Cianjur
M-1 = Malang
2 =
Cilacap
2 = Medan
Kartu
Klaper
Baik surat masuk maupun
surat keluar dibuat kartu klaper yang disesuaikan dengan isi surat masuk atau
keluar tanpa menyimpang dari daftar klasifikasi untuk kode wilayah tersebut.
Contoh kartu klaper
surat masuk
No Urut
|
Nomor Surat
|
Tanggal
Surat
|
Perusahaan /
Instansi
|
Isi surat
|
01
|
1134 AW/SMK-IBG/I/2008
|
24/1/2008
|
SMK INFORMATIKA BINA
GENERASI PT ANGKA WIJAYA SENTOSA
|
Pemberian izin Praktek
industri kpd mhsiswa BEC
|
2. Menyiapkan jenis
perlengkapan :
-
Filing Cabinet: untuk menyiapkan guide serta folder dalam
laci-laci filing cabinet, disesuaikan dengan surat yang akan disimpan sesuai
dengan wilayah masing-masing. Misalnya, laci untuk daerah Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, dll
-
Guide, Jumlah guide disesuaikan dengan jumlah daerah yang
berkaitan dengan surat yang berkaitan dengan surat-surat yang
disimpan.
-
Map (folder): Disediakan sebanyak cabang-cabang atau langganan
yang ada.
-
Rak Penyortir : untuk penyortir surat-surat yang akan disimpan
-
Rak kartu Klaper : untuk menyimpan kartu klaper, kartu ini
disimpan disesuaikan dengan urutan A sampai dengan Z, ataupun disesuaikan
dengan jumlah kartu yang akan disimpan. Bentuknknya hamper sama dengan
Rak kartu Indeks.
3. Menyimpan dan menemukan
kembali arsip
4. Pemberian Kode Surat
Setiap surat yang masuk hendaknya dibaca dengan
teliti, sehingga dapat diketahui dari daerah mana surat tersebut dikirim.
Sehingga mempermudah menentukan kode kartu klaper.
5. Penyimpanan Surat
Sistem wilayah menghendaki agar setiap surat yang berasal dari
daerah yang sama disimpan ditempat yang sama.
6.
Penyimpanan filing system wilayah murni
Contoh: pada daerah Jawa Barat sebagai pembagian
utama dan Bandung sebagai pembagian pembantu.
7.
Penyimpanan filing system wilayah yang memadukan dengan Filing
system abjad. Contoh: Bandung tertera sebagai jududl pada guide, sedangkan
surat disusun dari surat yang pertama dengan abjad Ba, Ce, Ha, In (Bank, Bali,
Hotel Braga,Universits Indonesia)
8.
Penemuan kembali arsip.
Prosedur pencarian atau penemuan kembali
arsip hendaknya melalui prosedur sebagai berikut :
1.
Membuka rak kartu indeks atau kartu kaper.
2.
Setelah mengetahui kode kartu klaper, misalnya kartu klaper dengan
kode B-2 maka langkah berikutnya mencari surat yang berasal dari daerah
Bandung. Maka secara cepat dapat ditemukan surat dari PT Sinar Terang Bandung
Pemberkasan
geografi memiliki keuntungan dan kerugian yaitu
A.
Keutungan :
1.
Pemberkasan langsung dapat dilakukan tanpa rujukan ke indeks
2.
Penentuan lokasi berkas secara cepat dilakukan apabila orang yang
memerlukannya megetahui subjek yang dibahas
3.
Manajer pemasaran dapat menilai keberhasilan atau kegagalan tenaga
pemasaran yang berada di berbagai daerah bila berkas disusun menurut berkas
geoegrafi. Manajer pemasaran dapat mengambil garis haluan (polity) yang cocok
untuk masing-masing daerah berdasarkan analisis informasi daerah yang terdapat
di berkas masing-masing.
4.
Perkiraan visual aktivitas berkas dalam sebuah kawasan dapat
segera diketahui berkas dapat ditambah, dikurangi, atau disusun dengan mudah.
B. Kerugian :
1. Perlu kerja tambahan
karena pemakai harus menyusun dua berkas yaitu berkas berdasarkan geografi dan
berkas abjad untuk indeks. Indeks ini merupakan sarana rujukan yang baik
dan cepat.
2. Bila perorangan atau
badan memiliki dua alamat. Manajer arsip dinamis harus menyusun rujukan ke
kedua alamat.
3. Salah pemberkasan dapat
terjadi karena ada dua nama yang sama (misalnaya Blitar untuk Jawa Timur dan
Lampung) dan nama jalan yang sama yang terletak di suatu kota atau beberapa
kota ( misalnya jalan Pahlawan Revolusi ) untuk mengatasi kendala ini. Pemakai
perlu menggunakan buku rujukan semacam kamus geografi dan atlas untuk
mengetahui lokasi yang pasti. Sebagai contoh pemakai harus mengetahui secara
tepat lokasi yang dimaksud misalnya Nagoya (di jepang ataukah di pulau Batam),
Glenmore (di Banyuwangi ataukah di Irlandia). Juga terdapat beberapa kota
yang semula merupakan tempat yang kurang terkenal namun kini mulai terkenal.
Nama tempat semacam itu misalnya Pendopo (Riau), Tembaga Pura (Irian Jaya).
Timika (Irian Jaya), atau Kuala Kencana (Irian Jaya).
4. Untuk memperoleh hasil
yang lebih baik, metode hendaknya digabungkan dengan metode alfabetis atau
numeric.
Sistem Tanggal (Chronologicys System)
Sistem tanggal adalah sistem penyimpanan surat yang didasarkan
kepada tanggal surat diterima (untuk surat masuk) dan tanggal surat dikirim
(untuk surat keluar). Yang diperlukan untuk sistem ini adalah:
1. Perlengkapan yang
diperlukan; filling cabinet, didepan laci dicantumkan judul “tahun”, guide
sebanyak 12 buah, masing-masing untuk satu bulan, folder, dan kartu kendali.
2. Pembagian sistem tanggal
:
a. Pembagian utama
menggambarkan tahun (judul laci)
b. Pembagian pembantu
menggambarkan bulan (judul guide)
c. Pembagian kecil
menggambarkan tanggal (judul folder)
3. Susunan guide dan folder
dalam filling cabinet :
a.
Laci menggambarkan tahun
b.
Guide menggambarkan bulan
c.
Folder menggambarkan tanggal.
4. Penyimpanan surat,
langkah-langkah dalam penyimpanan surat :
a.
Menetapkan kode surat sebelum disimpan
b.
Mencatat surat pada kartu kendali
c.
Menyimpan surat.
0 Response to "PENGARSIPAN"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)