konsep pembelajaran
B.
KONSEP PEMBELAJARAN
1.
Makna Pembelajaran
Istilah Pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukan
kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya, kita menggunakan istilah proses belajar
mengajar dan Pengajaran”. Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata
instruction”. Kondisi saat ini telah banyak orang memilih istilah Pembelajaran
karena mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses
belajar, sedangkan Pengjaran hanya pada konteks tatap muka guru-siswa di dalam
kelas. Menurut Gagne, Briggs, dan vager (1992), pembelajaran adalah serangkaian
kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada
siswa. Dalam kamus Bahasa Indonesia Pembelajaran menekankan pada proses, cara,
perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan menurut
Winartapura “Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi
dan memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri
peserta didik. Lebih lanjut ia ungkapkan bahwa pembelajaran merupakan upaya
sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan
proses belajar.
Pembelajaran dalam konteks pendidikan formal terumuskan dalam Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional bahwa Pembelajaran adalah proses
interaksi antara Guru dan Peserta Didik dengan Sumber Belajar pada suatu
Lingkungan Belajar.
Dalam
konsep tersebut terkandung lima unsur utama yakni, kata Interaksi yang
mengandung arti “Pengaruh Timbal Balik; Saling Mempengaruhi Satu Sama Lain.
“Peserta Didik” sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. “Pendidik” adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur,
fasilitator dan sebutan lain sesuai kekhususannya, serta berpartisipasi aktif
dalam menyelenggarakan pendidikan. “ Sumber Belajar” segalah sesuatu yang
dapat digunakan oleh peserta didik dan pendidik dalam proses belajar dan
pembelajaran, berupa sumber belajara tertulis/cetakan, terekam, tersiar,
jaringan, dan lingkungan (alam sosial, budaya dan spritual). “Lingkungan
Belajar adalah lingkungan yang menjadi latar terjadinya proses belajar seperti
di kelas, perpustakaan, sekolah, tempat kursus, warnet, keluarga, masyarakat
dan alam semesta.
Dari pengertian pembelajaran tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
Pembelajaran adalah proses atau kegiatan yang dirancang dengan sengaja oleh
guru untuk terjadinya interaksi yang menyenangkan dalam proses belajar melalui
interigritas dan optimalisasi sumber daya yang sistemik (materi, metode, media,
kegiatan dan evaluasi ) sehingga peserta didik lebih paham dan aktif dalan
meningkatkan cara, gairah dan hasil belajarnya. Karena itu pembelajaran
harus menghasilkan belajar meskipun tidak semua proses belajar terjadi karena
pembelajaran. Proses belajar terjadi juga dalam konteks interaksi
sosial-kultural dalam lingkungan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat mengetahui ada beberapa ciri-ciri dalam
pembelajaran :
- Inisiasi, Fasilitasi, dan
peningkatan proses belajar
- Adanya interaksi yang sengaja
diprogram
- Adanya Kompenen yang Saling
berkaitan (Tujuan, materi, kegiatan dan evaluasi)
- Adanya Intensistas dan
Peningkatan Hasil Belajar
2.
Perspektif Pembelajaran
Menurut hemat saya bahwa awalnya kita manusia tidak menyadari memiliki potensi
yang sangat besar dan berharga bagi diri, masyarakat dan lingkungannya. Tentu
potensi tersebut tidak akan keluar tanpa adanya penggu
Andrias
Harefa mengungkapkan bahwa proses pembelajaran bergerak di antara empat matra
yang dilalui tiga perspektif.
Pada
tahap pertama, kita bergerak dari matra ketidaksadaran atas ketidakmampuan diri
(unconscious-incompetent) menuju matra kesadaran atas ketidakmampuandiri
(conscious-incompetent). Kita harus mengalami proses penyadaran dari dalam diri
kita sendiri, tidak bisa dan memang tidak mungkin dipaksakan dari luar, dari
siapa atau apa saja yang bukan diri kita. Proses ini saya namakan pencerahan
atau penyadaran (enlightening /awakening). Pertanda tumbuhnya kesadaran atas
ketidakmampuan diri ini adalah munculnya cara pandang yang sama sekali baru
(paradigm repetance atau a shift of mind) dalam memahami realitas kehidupan
sehari-hari. Ini berarti mulai berfungsinya mata bathin dan hati nurani kita
(eye of spirit and conscience). Proses ini memerlukan pendekatan dialog yang
jujur dan refklesi diri.
Tahap
kedua, kita bergerak dari matra kesadaran atas ketidakmampuan diri menunju
matra kesadaran atas kemampuan diri . pergerakan atau proses ini saya namakan
pembelajaran. Jadi kita dimungkinkan belajar dalam arti sesungguhnya, kalau
sudah sadar atas ketodakmampuan kita. Jika kita masih belum sadar atas
ketidakmampuan kita, maka kita tidak mau belajar. Perta dimulainya proses
pembelajaran pada tahap ini adalah kesediaan menderita, disiplin, dan komitmen
untuk tekun mengerjakan sesuatu hal. Ini berarti mulai diasahnya mata budi kita.
Proses ini memerlukan pendekatan berbagi tukar yakni berbagi pengetahuan,
bertukar ide, dan berbagi keterampilan.
Tahap
ketiga, kita dimungkinkan untuk bergerak lagi dari matra kesadaran atas
ketidakmampuan diri menuju matra ketidaksadaran atas kemampuan diri. Pergerakan
atau proses ini saya namakan pembiasaan. Inilah tahap profesional sejati (true
profesional) seseorang hanya dapat disebut profesional jika mampu
mengerjakan sesuatu dengan kualitas tinggi tanpa sadar bahwa untuk dapat
bekerja dengan cara yang demikian diperlukan kemampuan yang luar biasa. Proses
ini memerlukan pendekatan acting atau doing.
Disamping,
matriks pembelajaran tersebut di atas, ada juga ahli lain yang mengungkapkan
konsepnya tentang Pembelajaran. Diantaranya Dave Meier dalam bukun The
Accelerated Learning, ia mengungkapkan bahwa seluruh kegiatan belajar manusia
berjalan melalui siklus Pembelajaran empat tahap, yakni:
1.
Persiapan
Timbulnya Minat
Timbulnya Minat
2.
Penyampaian
(Perjumpaan Pertama dengan Pengetahuan dan atau keterampilan Baru)
(Perjumpaan Pertama dengan Pengetahuan dan atau keterampilan Baru)
3.
Pelatihan
(Integrasi Pengetahuan atau Keterampilan Baru.
(Integrasi Pengetahuan atau Keterampilan Baru.
4.
Penampilan Hasil
(Penerapan Pengetahuan dan Keterampilan baru pada situasi dunia-nyata)
(Penerapan Pengetahuan dan Keterampilan baru pada situasi dunia-nyata)
Jika
keempat siklus tersebut ada dalam satu kesatuan bentuk, maka proses
pembelajaran yang sebenarnya akan berlangsung.
1)
Tahap Persiapan
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan pembelajar untuk belajar. Ini
langkah penting delam belajar. Tanpa itu, pembelajaran akan lambat dan bahkan
bisa berhenti sama sekali. Karen kadang terlalu bernafsu untuk merampungkan
materi, kita sering lupa atau mengabaikan tahap ini sehingga mengganggu
pembelajaran yang baik.
Persiapan pembelajaran itu seperti mempersiapkan tanah untuk ditanami benih.
Jika kita melakukannya dengan benar, niscaya kita menciptakan kondisi yang baik
untuk bertumbuhan yang sehat.
Tahap Persiapan Bertujuan; menimbulkan minat pembelajar, memberi mereka
perasaan positif mengenai pengelaman belajar yang akan datang dan menempatkan
mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Kita dapat melakukannya dengan
jalan
-
Memberi sugesti positif
-
Memberi pernytaan yang memberi manfaat bagi pembelajar
-
Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
-
Membangkitkan dam merangsang rasa ingin tahu
-
Menciptakan lingkungan fisik dan emosional, sosial yang positif
-
Menenangkan rasa takut banyak bertanya dan mengemukakan banyak masalah
-
Mengajak Pembelajara terlibat sejak awal
2)
Tahap Penyampaian
Ini adalah siklus pembelajaran yang mempertemukan pembelajar dengan materi
belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Tahap
penyampaian ini disebut juga tahap presentasi. Presentasi ini dimaknai untuk
mengawali proses belajar bukan untuk dijadikan fokus utama karena itu
penyampaiannya bukan sesuatu yang dilakukan guru, melainkan sesuatu yang secara
aktif melibatkan pembelajar dalam menciptakan pengetahuan disetiap langkahnya.
Bertujuan; Membantu pembelajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara
yang menarik, menyenangkan, relevan melibatkan pancaindra, dan cocok untuk
semua gaya belajar. Kegiatan ini dilakukan dengan cara;
-
Uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan
-
Pengamatan berbagi fenomena
-
Presentasi interaktif
-
Grafik dan Sarana presentasi lebih berfariatif
-
Mampu menyesuaikan kedalam berbagai macam gaya belajar
-
Proyek belajar berdasarkan kemitraan dan tim
-
Menumukan dan Memecahkan sendiri, berpasangan dan kelompok
-
Contoh yang kontekstual
3)
Tahap Pelatihan
Tahap ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap 70 % atau lebih
pengalaman belajar secara keseluruhan. Dalam tahap inilah pembelajaran yang
sebenarnya berlangsung. Bagaimanapun, apa yang dipikirkan dan dikatakan serta
dilakukan, pembelajarlah yang menciptakan pembelajaran dan bukan apa yang
dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan oleh guru atau instruktur. Sebab peranan
guru ataupun instruktur hanyalah memprakarsai proses belajar lalu menyingkir.
Dengan kata lain hanya bertugas menyusun konteks atau materi yang akan dibahas.
Guru senantiasa mengajak pembelajar berpikir, berkata dan berbuat.
Bertujuan;
Membantu pembelajar mengitegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan
baru dengan berbagai cara. Antara lain;
-
Usaha aktif, umpan balik, renungan
-
Simulasi dunia-nyata
-
Gaming
-
Pelatihan aksi
-
Aktivitas pemecahan masalah
-
Refleksi dan artikulasi individu
-
Diologis
-
Pengajaran dan Tinjauan kolaboratif
-
Aktifitas praktis membangun kerjasama.
4)
Tahap Penampilan Hasil
Setelah kita mengalami tiga tahap tersebut, kita harus melihat apakah
pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan, karena itu kita senantiasa
memastikan bahwa orang melaksankan (dan terus menerus mengembangkan)
pengetahuan dan keterampilan baru mereka pada pekerjaan dengan menciptakan
nilai nyata bagi diri mereka sendiri, organisasi dan klien organisasi.
Bertujuan; Membantu pembelajar menerpakan dan memperluas pengetahuan atau
keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar melekat dan
penampilan hasil akan terus meningkat. Kegiatan ini dilakukan dengan cara;
-
Penerapan di dunia nyata dalam tempo segera
-
Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
-
Aktivitas penguatan penerapan
-
Penguatan dan pelatihan terus menerus
-
Umpan balik dan evaluasi kinerja
-
Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.
Keempat
tahap di atas, harus dipastikan bahwa tidak ada gangguan atau saya bisa katakan
bahwa empat siklus tersebut ibarat kenderaan beroda empat, sehingga salah satu
bannya tidak boleh kempes sebab kondisi ini akan memperlambat jalannya mobil,
mungkin mobil tersebut akan berhenti. Dalam konteks pembelajaran Jika Tahap
Persiapan Lemah, maka pembelajaran akan terganggu. Gangguan ini diantaranya
pembelajar tidak terbuka dan tidak siap untuk belajar, tidak menyadari manfaat belajar
untuk dirinya, tidak memiliki minat, atau terhambat rintangan belajar (perasaan
takut, stres, materi dianggapnya membosankan dan tidak relevan, taku gagal, dan
lain-lain). Jika kondisi di atas tidak diatasi maka belajar cepat dan efektif
akan terhenti tepat sebelum dimulai.
Jika
tahap Penyampaian Lemah, Pembelajaran akan terganggu jika orang tidak
memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam cara yang berarti bagi
mereka dan melibatkan diri mereka sepenuhnya. Jika mereka diperlakukan sebagai
konsumen pasif dan bukan kreator aktif dalam proses belajar, kegiatan belajar
mereka akan berjalan pincang atau malah terhenti.
Jika
Tahap Pelatihan Lemah, Pembelajaran akan terganggu jika orang tidak diberi
cukup waktu untuk menyerap pengetahuan dan keterampilan baru kedalam struktur
diri mereka saat itu. Karena itu mengajar bukanlah memerintah dan konsumsi
melainkan produksi di pihak pembelajar. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang
diserap oleh pembelajar, akan tetapi pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan
pembelajar. Karena itu pembelajar harus diberi waktu untuk beritegrasi.
Tahap
Penempilan Hasil Lemah, Pembelajaran akan terganggu jika orang tidak punya
kesempatan untuk segera menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Jika tidak
segere menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang baru mereka pelajari ke
dunia-nyata, sebagian besar akan menguap. Blass! Hilaang!. Belajar gaya
menyimpan dalam kulkas tidak akan berhasil akan tetapi dengan penerpan segera
dan bimbingan serta dukungan yang tepat, 90% pelajaran akan tetap melekat.
2.
Model Sembilan Peristiwa pembelajaran
Sembilan
peristiwa pembelajaran ini tidak lain adalah aktivitas-aktivitas belajar yang
menurut Gagne perlu diterapkan sebagaimana dalam fase-fase belajar. Dengan
penerapan model ini diharapkan hasil belajar dapat ditingkatkan dan
dipertahankan.
Peristiwa
pembelajaran diasumsikan sebagai cara-cara yang perlu diciptakan oleh guru
dengan tujuan untuk mendukung proses-proses belajar (internal) di dalam diri
siswa. Hakikat suatu peristiwa pembelajaran untuk setiap pembelajaran
berbeda-beda, bergantung kepada kapabilitas yang diharapkan atau harus dicapai
sebagai hasil belajar. Kesembilan peristiwa Pembelajaran yang ada pada setiap
fase belajar dapat diuraikan sebagai berikut.
- 1.
Membangkitkan perhatian. Kegiatan
paling awal dalam pembelajaran adalah menarik perhatian siswa agar
mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir pelajaran. Perhatian siswa dapat
ditingkatkan dengan memberikan berbagai rangsangan sesuai dengan kondisi
yang ada, misalnya dengan perubahan gerak badan (berjalan, mendekati
siswa, dan lain-lain), perubahan suara, menggunakan berbagai media belajar
yang dapat menarik perhatian dan menunjukkan atau menyebutkan
contoh-contoh yang ada di dalam kelas atau di luar kelas, dan lain-lain.
- 2.
Memberitahukan tujuan pembelajaran pada siswa. Agar siswa mempunyai
pengharapan dan tujuan selama belajar maka kepada siswa perlu dijelaskan
tujuan apa saja yang akan dicapai selama pembelajaran, manfaat materi yang
akan dipelajari bagi siswa, dan tugas-tugas yang harus diselesaikan selama
pembelajaran. Keuntungan menjelaskan tujuan adalah agar siswa dapat
menjawab sendiri pertanyaan apakah ia telah belajar? Apakah materi yang
dipelajari telah dikuasai? Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat
membangkitkan harapan dalam diri siswa tentang kemampuan dan upaya yang
harus dilakukan agar tujuan tercapai.
- 3.
Merangsang ingatan pada materi prasyarat. Bila siswa telah memiliki perhatian dan pengharapan
yang baik pada pelajaran, guru perlu mengingatkan siswa pada materi apa
saja yang telah dikuasai sehubungan dengan materi yang akan diajarkan.
Dengan pengetahuan awal yang ada pada memori kerjanya diharapkan siswa
siap untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang lama dengan
pengetahuan baru yang akan dipelajari. Ada banyak cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengingatkan siswa pada materi yang telah dipelajari,
misalnya dengan mengingatkan siswa pada topik-topik yang telah dipelajari
dan meminta siswa untuk menjelaskannya secara singkat.
- 4.
Menyajikan bahan perangsang. Peristiwa
pembelajaran keempat adalah menyajikan bahan kepada siswa berupa
pokok-pokok materi yang penting yang bersifat kunci. Sebelum itu guru
sudah harus menentukan bahan apa yang akan disajikan, apakah berupa
informasi verbal. keterampilan intelektual, atau belajar sikap.
Berdasarkan jenis kemampuan/bahan ini maka dapat dipilih bentuk kegiatan
apa yang akan disajikan sehingga proses pembelajaran berjalan lancar.
Misalnya bila akan mengajarkan sikap, pilihlah bahan yang berupa
model-model perilaku manusia. Bila akan mengajarkan keterimpilan motorik.
demonstrasikan contoh bahan keterampilan tersebut dan tunjukkan caranya
seeara tepat.
- 5.
Memberi bimbingan belajar. Bimbingan
belajar diberikan dengan tujuan untuk membantu siswa agar mudah mencapai
tujuan pelajaran atau kemampuan-kemampuan yang harus dicapainya pada akhir
pelajaran. Misalnya, bila siswa harus menguasai konsep-konsep kunci,
berilah cara mengingat konsep-konsep tersebut misalnya dengan menjelaskan
karakteristik dari setiap konsep. Bila siswa harus menguasai suatu
keterampilan tertentu maka bimbinglah dengan cara menjelaskan
langkah-Iangkah yang harus ditempuh untuk menguasai keterampilan tersebut.
Dalam hal ini bimbingan belajar harus diberikan sesuai dengan apa yang
dibutuhkan siswa beserta kesulitan-kesulitannya.
- 6.
Menampilkan unjuk kerja. Untuk
mengetahui apakah siswa telah mencapai kemampuan yang diharapkan, mintalah
mereka untuk menampilkan kemampuannya dalam bentuk tindakan yang dapat
diamati oleh guru. Misalnya, bila ingin mengetahui kemampuan informasi
verbal siswa, beri siswa pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengukur tingkat
penguasaannya atau bila ingin mengetahui keterampilan siswa maka mintalah
mereka melakukan suatu tindakan tertentu. Jawaban yang diberikan siswa
hendaklah sesuai dengan kemampuan yang diminta dalam tujuan pembelajaran.
- 7.
Memberikan umpan balik. Memberikan
umpan balik merupakan fase belajar yang terpenting. Untuk mendapatkan
hasil yang terbaik umpan balik diberikan secara informatif dengan cara
memberikan keterangan tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai
siswa. Misalnya, jelaskan jawaban yang sudah lengkap dan yang perlu
dilengkapi atau dipelajari kembali oleh siswa dengan cara “sudah baik”,
“pelajari kembali”, atau “lengkapi “, dan lain-lain.
- 8.
Menilaia Unjuk Kerja.
Merupakan peristiwa pembelajaran yang bertujuan untuk menilai apakah siswa
sudah mencapai tujuan atau belum. Untuk iu perlu dibuat alat penilaian
yang relevan dengan tujuan sehingga dapat untuk mengukur tingkat
percapaian siswa.
- 9.
Meningkatkan retensi.
Peristiwa pembelajaran terakhir yang harus dilakukan oleh guru adalah
upaya untuk meningkatkan retensi dan alih belajar. Guru perlu memberikan
latihan-latihan dalam berbagai situasi agar siswanya dapat mengulangi dan
menggunakan pengetahuan barunya kapan saja jika diperlukan.
Menurut
Gagne : Pembelajaran adalah menciptakan suatu kondisi pembelajaran (eksternal)
yang dirancangk untuk mendukung terjadinya proses belajar yang bersifat
internal. Namun apapun bentuknya kita semua adalah pembelajar yang terus
menerus mengasah diri dalam meningkatkan kualitas, oleh karena itu kita semua
senantiasa memperhatikan : beberapa konsep belajar yang sering terjadi pada
lingkungan belajar kita yang perlu dihindari yaitu laihirnya:
Masalah
|
Solusi
|
Ketegangan dan Stress
|
Bangkitkan ketenangan
|
Kebosanan
|
Minat
|
Individulisme yang terasing
|
Kerjasama
|
Militerisme
|
Kesan Manusiawi
|
Resimentasi
|
Kebebasan Pribadi
|
Suasana Steril
|
Kegairahan
|
Kontrol Otoriter
|
Rasa Hormat Kepada Orang Lain
|
Motivasi dari Luar
|
Motivasi dari Dalam
|
Perasaan Terkurung
|
Kelegaan
|
Belajar Terasa Berat
|
Belajar Terasa Menyenangkan.
|
0 Response to "konsep pembelajaran"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)