Santun Itu Tidak Perlu
Mungkin
judul diatas agak aneh bagi yang hanya sekilas membaca judul saja, ibarat
makanan, kita tidak mungkin bisa tahu rasa makanan itu sebelum kita
mencicipinya. Begitu juga dengan hal ini, santun itu memang tidak diperlukan. Ya,
sangat tidak diperlukan untuk kegiatan birokrasi yang bobrok dan beraroma
korupsi yang ternyata sangat terjadi dengan massif, terstruktur dan sistematis.
Masyarakat mungkin hanya tahu suatu korupsi itu terjadi ketika media sudah
beramai-ramai untuk memberitakan siapa yang tertangkap korupsi, siapa yang
datang ke KPK, dan siapa yang diadili. Selebihnya masyarakat hanya menunggu
start dari media untuk kembali memberitakan adanya kasus korupsi yang baru.
Beruntung
ada Gubernur yang “katanya” tidak santun dalam berbicara atau katanya tidak memiliki “etika” berbicara kepada orang
lain. Basuki Tjahaja Purnama namanya atau sering dipanggil “Ahok!”. Dia sekarang
sedang duduk di kursi DKI 1 dan sedang berperang melawan korupsi. Mungkin panggilan
“Ahok” agak aneh jika kita menghubungkannya dengan nama aslinya, entah apa yang
membuat orang pertama memanggilnya sedemikian rupa. Tetapi itu adalah sebuah
karya yang patut dibanggakan, ada sebuah nama baru yang katanya tidak “santun”,
tetapi justru dipandangan saya beliau ini “teramat
santun” dalam memberantas korupsi, pengelapan dana, anggaran, dan
sebagainya.
Sekarang
Ahok sedang melawan suara 106 anggota DPRD DKI Jakarta yang berniat untuk
katanya “memakzulkan” atau memperjuangkan hak angketnya kepada anggota
eksekutif tentunya Ahok dan jajarannya yang berdiri di pimpinan DKI Jakarta. Perlu
diketahui hak angket adalah hak untuk melakukan penyelidikan untuk memutuskan bahwa pelaksanaan suatu
undang-undang dalam kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting,
strategis, dan , Negara, berdampak luas pada kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara
yang bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Bermula dari penemuan Ahok tentang anggaran
Siluman senilai Rp 12 Trilyun yang dalam 1 hari terakhir telah disampaikan ke
KPK, beruntung KPK dengan sigap menerima dan akan menginvestigasi kasus ini.
Sungguh
sebuah tindakan yang mulia dari Ahok dalam upayanya dalam memberantas Korupsi
dan penggelembungan dana APBD yang tadinya digunakan oleh anggota DPRD DKI
Jakarta untuk kepentingan pribadi masing-masing. Tentu DPRD DKI tidak tinggal
diam dalam menghadapi hal ini. Ini adalah sebuah ancaman serius bagi mereka,
bisa-bisa tidak lebih dari 1 bulan ini, mereka akan masuk ke jeruji besi dan
menanggung malu yang tidak tertutupi oleh apapun. Mereka langsung bereaksi
cepat dengan mengajukan hak angketnya masing-masing ditambah dengan niat untuk
menurunkan Ahok dari Gubernur DKI Jakarta. Sungguh sebuah raeaksi spontanitas
yang luar biasa cepat demi menutupi dosa-dosa yang telah membudaya selama ini.
Selama
ini belum ada yang berani melakukan gebrakan luar biasa seperti itu, belum ada
Gubernur di Ibukota yang berani menghardik anggota DPRD ketika sedang rapat
pleno dan rapat soal anggaran APBD. Untuk masalah korupsi, Ahok tentu sangat
santun dan bahkan lebih santun dari mereka-mereka yang tahu bahwa itu adalah
sebuah kebijakan yang mengorbankan uang rakyat untuk kepentingan pribadi, tetapi
dibiarkan begitu saja seperti para anggota DPRD DKI dan gubernur sebelumnya. Dibutuhkan
sebuah nyali yang berjiwa malakiat agar bisa membeberkan keadaan bobrok dalam
suatu konstitusi dalam pemerintahan sendiri.
Kesan
yang ditunjukkan Ahok selama ini memang terkesan arogan, tetapi memang bagi
zaman sekarang ini yang kehidupan birokrasinya sudah membudayakan korupsi,
diperlukan watak dan sikap yang dilakukan oleh Ahok. Itulah pemimpin yang
sejati, tidak pandang bulu dalam memberantas korupsi meski melibatkan pihak
terdekat sekalipun. Untuk memberantas korupsi, tidak diperlukan santun, sopan,
dan beretika. Semakin kita santun, makan korupsi itu akan semakin merajalela. Saya
yakin, jika pak Ahok menunjukkan sikap yang santun setiap hari dan tidak pernah
kelihatan arogan, beliau juga akan terjerumus ke alam korupsi yang membahana.
Sekiranya
untuk kasus ini, soal etika, moral, dan kesopanan tidak perlu dipermasalahkan
karena Ahok sedang menyelamatkan uang rakyat DKI Jakarta. Diperlukan dukungan
dari seluruh elemen masyarakat angar budaya penggelembungan anggaran di DKI
Jakarta tidak menjadi sebuah budaya lagi, tetapi akan musnah seiring dengan
pemerintahan Ahok di DKI. Sosok yang satu ini perlu didukung dan apresiasi
untuk komitmen pemberantasan korupsi. Sebuah pembelajaran bagi generasi muda
bangsa Indonesia bahwa di DKI saja, niat kotor untuk korupsi dan
menggelembungkan anggaran itu sudah menjadi suatu hal yang massif. Ini menjadi
pelajaran bagi gubernur yang lain agar berupaya menyelidiki anggaran dana yang
keluar dan yang diusulkan. Pelajaran yang sangat berharga telah dibuka oleh
Ahok dalam memberantas korupsi, “tidak perlu kompromi dengan siapapun” karena
ini menyangkut uang rakyat yang dimakan oleh segelintir pihak. Mari kita dukung
dan teruskan pelajaran berharga ini.
Penulis
adalah seorang Blogger dan penulis yang juga merupakan seorang mahasiswa
beredar dalam dunia maya @jhonmiduk
0 Response to "Santun Itu Tidak Perlu"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)