Makalah Team Work
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial
senantiasa membutuhkan orang lain. Meskipun hidup berkecukupan,
kecerdasan yang cukup dan kekuatan fisik yang cukup, ia akan selalu membutuhkan
lingkungan dimana dia bisa berbagi, saling memberi support dan bergotong royong. Manusia tidak hanya membutuhkan agama, ilmu pengetahuan, atau hiburanatau
kesenian, tetapi juga kebersamaan. Semuanya diperlukan. Karena dengan agama
hidup lebih terarah, dengan pengetahuan hidup akan lebih mudah, dengan seni
hidup lebih indah dan dengan kebersamaan hidup akan lebih berfaidah.
Dalam definisi singkat, teamwork
merupakan serangkaian nilai, sikap dan perilaku dalam sebuah tim. Sehingga
tidak selalu terdiri dari sekumpulan orang dengan gaya, sikap, maupun cara kerja
yang sama. Perbedaan antar tim justru merupakan potensi yang akan membuat
sebuah tim menjadi kreatif dan inovatif. Untuk mencapai kerjasama tim yang
baik perlu ditumbuhkan sikap positif di antara anggota tim. Antara lain
kebiasaan untuk saling mendengarkan sehingga tercipta komunikasi yang baik,
memberikan dukungan kepada anggota tim yang membutuhkan, dan apresisasi
terhadap kontribusi dan pencapaian yang diperoleh dari setiap anggota tim.
Sebuah teamwork akan menjadi penentu mulus tidaknya perjalanan organisasi.
Sebab itu sangat diperlukan adanya kerjasama yang baik dalam melaksanakan
tanggung jawab dalam keorganisasian. Makalah
ini akan membahas definisi teamwork, manfaat
dan fungsi teamwork, jenis teamwork, perbedaan tim kerja dan
kelompok kerja, peranan tim kerja, tahap perkembangan teamwork, dan dimensi dalam tim kerja.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi teamwork ?
2.
Apa saja jenis
teamwork ?
3.
Apa saja
peranan tim kerja ?
4.
Bagaimana
tahap perkembangan teamwork ?
5.
Apa saja
dimensi dalam tim kerja ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui
definisi teamwork.
2.
Mengetahui
jenis teamwork.
3.
Mengetahui
peranan tim kerja.
4.
Mengetahui
tahap perkembangan teamwork.
5.
Mengetahui
dimensi dalam tim kerja.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Pengertian Teamwork ( Kerjasama
Tim)
Teamwork bisa diartikan kerja tim atau kerjasama, team work
atau kerja sama tim merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang
saling melengkapi serta berkomitmen untuk mencapai target yang sudah disepakati
sebelumnya untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Harus
disadari bahwa teamwork merupakan
peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencapai tujuan
bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan
pula tujuan dari pribadi yang paling populer di tim.
Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah
kemauan untuk saling bergandeng-tangan menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu
orang tidak menyelesaikan pekerjaan atau tidak ahli dalam pekerjaan A, namun
dapat dikerjakan oleh anggota tim lainnya. Inilah yang dimaksudkan dengan kerja
tim, beban dibagi untuk satu tujuan bersama.
Saling mengerti dan mendukung satu sama
lain merupakan kunci kesuksesan dari teamwork.
Jangan pernah mengabaikan pengertian dan dukungan ini. Meskipun terjadi
perselisihan antar pribadi, namun dalam tim harus segera menyingkirkannya
terlebih dahulu. Bila tidak kehidupan dalam tim jelas akan terganggu, bahkan
dalam satu tim bisa jadi berasal dari latar belakang divisi yang berbeda yang
terkadang menyimpan pula perselisihan. Oleh karena itu, penting untuk menyadari
bahwa kebersamaan sebagai anggota tim di atas segalanya.
Keakraban tim yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akrab satu
sama lain, setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota tim saling menyukai dan berusaha keras untuk mengembangankan
dan memelihara hubungan interpersonal. Hubungan
interpersonal menjadi sangat penting karena hal ini akan merupakan dasar
terciptanya keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan antara sesama
anggota team.
Teamwork merupakan sarana
yang sangat baik dalam menggabungkan berbagai talenta dan dapat memberikan
solusi inovatif suatu pendekatan yang mapan,
selain itu ketrampilan dan pengetahuan yang beranekaragam
yang dimiliki oleh anggota kelompok juga merupakan nilai tambah yang membuat
teamwork lebih menguntungkan jika dibandingkan seorang individu yang brilian
sekalipun.
Francis
and Young (1979:72) menjelaskan sebuah tim sebagai sekelompok orang giat yang
bekerja untuk meraih sasaran umum, di mana bekerja bersama dengan baik dan
menikmatinya, dan menghasilkan hasil kualitas tinggi.
Johnson
and Johnson’s (1991:116) mengartikan sebuah tim adalah seperangkat struktur
hubungan interpersonal untuk mencapai tujuan, sementara itu Huszczo (1990:40)
mengemukakan pendapat bahwa teamwork merupakan lambungan gagasan dari satu
orang ke orang lainnya dan mendatangkan solusi untuk permasalahan kritis, dan
organisasi tersebut dimulai dengan mengambil strategi tim untuk bekerja dengan
kompetisi.
Tarkenton
(1986:30) menawarkan sebuah definisi praktis dari tim dengan memfokuskan dalam
aktivitas khas dari “teamwork” : Teamwork memiliki arti bahwa kita mengenali
nilai dari para anggota dari tim di luar hanya mengerjakan pekerjaan mereka,
bahwa kita ingin mereka menjadi terlibat dalam strategi kita. Ini berarti
mendorong level kreativitas dan membuat
keputusan lebih lanjut. Teamwork adalah terdiri dari berbagai macam kelompok
kecil orang, setiap orang memiliki derajat yang sama dan penting dalam
organisasi. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Cosgriffe dan Dailey (1969:43)
yang menyatakan bahwa teamwork merupakan
perbuatan dua orang atau lebih yang bekerja sama ke arah tujuan umum, saling
membagi waktu, bakat, dan pengetahuan dan menggunakan metode yang cocok untuk
semua anggota tim.
Analisis
ini mendefinisikan teamwork adalah kelompok yang berinteraksi terutama
untuk berbagi informasi dan membuat berbagai keputusan untuk membantu setiap
anggota bekerja di dalam area tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan bersama.
B.
Tipe-tipe Teamwork
Menurut
Daft (2000) jenis teamwork terdiri
dari enam jenis, yaitu:
1.
Tim Formal
Tim formal adalah
sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai bagian dari struktur
organisasi formal.
2.
Tim Vertikal
Tim vertikal
adalah sebuah tim
formal yang terdiri
dari seorang manajer
dan beberapa orang bawahannya dalam rantai komando organisasi formal.
3.
Tim Horizontal
Tim horizontal adalah
sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa karyawan dari tingkat hirarki yang
hampir sama tetapi berasal dari area keahlian yang berbeda.
4.
Tim dengan Tugas Khusus
Tim dengan tugas khusus
adalah sebuah tim yang dibentuk di luar organisasi formal untuk menangani
sebuah proyek dengan kepentingan atau kreativitas khusus.
5.
Tim Mandiri
Tim Mandiri adalah
sebuah tim yang terdiri dari lima hingga dua puluh orang pekerja dengan beragam
keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan untuk menghasilkan sebuah produk
atau jasa secara lengkap, dan pelaksanaannya diawasi oleh seorang annggota
terpilih.
6.
Tim Pemecahan Masalah
Tim pemecahan masalah
biasanya terdiri dari lima hingga dua belas karyawan yang dibayar perjam dari
departemen yang sama, dimana mereka bertemu untuk mendiskusikan cara
memperbaiki kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja.
Sedangkan
menurut Hariandja (2006) ada tiga
tipe tim, yaitu:
1.
Problem
Solving Team
Sebuah tim yang
dibentuk untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam upaya memperbaiki
produktivitas. Pada dasarnya, kegiatan tim ini adalah mengidentifikasikan
berbagai masalah, mendiskusikan bagaimana memecahkan masalah tersebut dan
melakukan tindakan untuk memperbaiki. Anggota tim biasanya berasal dari satu
departemen yang beranggotidakan kurang lebih sepuluh orang yang melakukan
pertemuan rutin setiap minggu.
2.
Self
Managed Team
Sebuah tim yang
dimaksudkan untuk memperbaiki produktivitas dengan memberikan kewenangan pada
kelompok untuk mengatur kerja mereka misalnya menjadwal kerja, menentukan
metode kerja, mengawasi anggota, memberi reward
dan hukuman bagi anggota dan merekrut anggota. Keanggotaan ini biasanya berasal
dari satu departemen yang melakukan tugas yang sama.
3.
Cross
Functional Team
Sebuah tim yang
ditujukan untuk menyelesaikan tugas khusus, misalnya pengembangan produk baru
atau perencanaan dan perubahan sistem kompensasi. Anggota tim ini berasal dari
berbagai departemen yang memiliki keahlian dan orientasi yang berbeda dan
bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Robbins (2008), tim dapat diklasifikasikan berdasar
tujuannya. Terdapat empat
bentuk umum dari tim yang biasa kita temukan sehari-hari yaitu :
1. Tim Problem Solving
Gambar
1. Tim Problem
Solving versi Robbins
Kata tim mulai populer
sejak 1980-an. Bentuk tim awalnya serupa satu sama lain. Mereka umumnya terdiri
atas empat
hingga dua belas
pekerja yang dibayar per jam dari departemen yang sama dan saling bertemu beberapa jam setiap minggu untuk membahas
peningkatan kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja. Tim seperti ini disebut
Tim Problem Solving. Dalam tim jenis ini, para anggota saling
berbagi gagasan dan menawarkan saran seputar
proses dan metode kerja seperti apa yang perlu dilakukan agar
produktivitas dapat ditingkatkan.
Tim
ini
jarang diberikan otoritas secara
unilateral (sendiri) untuk menerapkan
saran mereka ke dalam tindakan. Satu hal yang dikenal sebagai bentuk tim problem solving
adalah lingkaran kualitas. Tim
problem solving merupakan
tim kerja yang
terdiri atas gabungan delapan
hingga sepuluh
pekerja dan supervisor.
Mereka saling berbagi gagasan wilayah
kewenangan dan bertemu secara teratur untuk mendiskusikan masalah kualitas pekerjaan mereka,
menyelidiki sebab masalah, dan merekomendasikan penyelesaian.
2.
Tim Self-Managed Work
Gambar 2. Tim
Self-Managed Work versi Robbins
Tim Problem-Solving sudah ada di jalur yang
benar, tetetapi mereka tidak beranjak jauh dalam hal pelibatan pekerja dalam
proses pembuatan keputusan (apalagi implementasi) yang berhubungan dengan suatu
pekerjaan. Kekurangan ini mendorong eksperimen dari tim yang benar-benar otonom
yang tidak hanya bercorak problem-solving
melainkan juga menerapkan penyelesaian dan punya kewenangan penuh atas hasilnya.
Tim Self-Managed Work
umumnya
terdiri atas sepuluh hingga lima
belas orang
yang mengambil alih tanggung jawab dari para supervisor. Tanggung jawab ini
termasuk kendali menyeluruh atas kecelakaan kerja, penentuan penilaian
pekerjaan, pemecahan masalah organisasi, dan pilihan prosedur-prosedur
pemeriksaan yang dilakukan secara kolektif. Tim ini bahkan memilih sendiri
anggotanya. Robbins mencontohkan Xerox, General Motors, Coors Brewing, PepsiCO,
Hewlett-Packard, Honeywell, M&M/Mars, dan Aetna Life sebagai contoh
sejumlah nama perusahaan populer yang telah mengimplementasikan konsep tim self-managed work. Perkiraan menyebutkan sekitar 30% pekerja Amerika Serikat
menggunakan bentuk tim, dan diantara firma-firma besar, jumlah tersebut
mendekati angka 50%.
3.
Tim Cross-Functional,
Gambar
3. Tim Cross-Functional
versi Robbins
Menurut Robbins, Custom
Research, Inc, firma riset pemasaran di Minneapolis, Amerika Serikat secara
historis telah mengorganisir departemen yang bersifat fungsional, tetetapi
manajemen senior menyimpulkan bahwa departemen tersebut tidak mampu memenuhi
kebutuhan yang berubah dari klien firma. Akibat dari hal tersebut, firma ini
menggagas dibentuknya satu tim lintas departemen yang bertujuan meningkatkan
komunikasi dan penelusuran catatan kerja, yang akan membawa pada peningkatan
produktivitas dan kepuasan klien. Organisasi ini mencerminkan Tim
Cross-Functional. Tim ini terdiri atas pekerja dari tingkat hirarki yang serupa
tetetapi beda wilayah pekerjaannya. Mereka bergabung bersama guna menyelesaikan
suatu pekerjaan.
Robbins menyebutkan,
banyak organisasi sudah menggunakan tim
cross-functional seperti ini semisal
IBM membentuk gugus tugas tahun 1960-an yang terdiri atas pekerja lintas
departemen dalam perusahaan guna mengembangkan Sistem 360 yang terbukti sukses.
Gugus tugas tiada lain melainkan tim
cross-functional yang sifatnya
temporer. Namun, Robbins mencatat bahwa ledakan penggunaan tim cross-functional
kemudian juga terjadi di tahun 1980-an yang dilakukan oleh Toyota, Honda,
Nissan, BMW, General Motors, Ford, dan DaimlerChrysler.
Sebagai contoh, masih
menurut Robbins, antara tahun 1999 hingga Juni 2000 manajemen senior IBM
menarik 21 pekerja dari sekitar 100 ribu staf teknologi informasinya guna
meminta saran bagaimana perusahaan bisa cepat menyelesaikan proyek dan
memasarkan produk secara cepat ke pasar.
Ke-21 anggota dipilih karena mereka punya karakteristik yang serupa
dimana mereka pernah berhasil memimpin proyek-proyek berjangka cepat. “Speed Team”, demikian julukan tim
tersebut, bekerja selama 8 bulan saling berbagi informasi, menguji perbedaan
antara proyek-proyek berjangka cepat dan lambat, dan mereka mampu melahirkan
rekomendasi-rekomendasi seputar bagaimana IBM bisa mempercepat produksinya.
4.
Tim Virtual
Gambar
4. Tim Virtual versi Robbins
Tim yang telah dibahas
melakukan pertemuan face-to-face. Tim
Virtual menggunakan teknologi komputer guna menghubungkan orang-orang yang
terpisah secara fisik guna mencapai sasaran bersama. Teknik tersebut memungkinkan orang
saling bekerjasama lewat metode online, kendati mereka dipisahkan yuridiksi
negara bahkan benua.
Tim Virtual dapat
melakukan lebih banyak hal daripada
tim lainnya terutama dalam
hal berbagi informasi, pembuatan keputusan, dan perampungan pekerjaan. Mereka
terdiri atas para anggota dari organisasi yang sama ataupun hubungan anggota
organ dengan para pekerja dari organisasi lain semisal supplier ataupun partner
perusahaan.
Terdapat tiga faktor utama yang membedakan tim
virtual dengan tim lain yang face-to-face,
yaitu :
a)
Ketiadaan komunikasi
lisan-fisik;
b)
Terbatasnya konteks
sosial, dan
c)
Kemampuan mengatasi
masalah waktu dan hambatan tempat.
Dalam
komunikasi face-to-face, orang
menggunakan paraverbal seperti nada suara, intonasi, dan volume suara serta
nonverbal seperti gerak mata, roman muka, gerak tangan, dan bahasa tubuh lainnya.
Keduanya semakin menjelaskan komunikasi, tetetapi kini hal-hal tersebut nihil
di dalam tim virtual. Tim virtual menderita kekurangan laporan sosial yang
manusiawi akibat interaksi langsung yang kecil diantara para anggotanya.
Robbins
mencontohkan, perusahaan seperti Hewlett-Packard, Boeing, Ford, VeriFone, dan
Royal Dutch/Shell menjadi pengguna utama tim virtual ini. VeriFone, contoh
Robbins lebih lanjut, adalah perusahaan perakit mesin pembaca informasi kartu
kredit, di mana penggunaan Tim Virtual dalam perusahaan ini memungkinkan 3000
karyawannya yang berlokasi di seluruh penjuru dunia, untuk kerja bersama
mendesain proyek, merencanakan pemasaran, dan membuat presentasi penjualan.
Lebih jauh, wakil presiden VeriFone menyatidakan “Kami tidak memindahkan orang.
Jika seseorang nikmat tinggal di Colorado dan bisa melakukan pekerjaan dari
sana, kenapa kami harus mengintimidasinya?”.
Tim
kerja dapat dikelompokan dalam beberapa tipe, antara lain:
a. Tim
Kerja Formal
Tim
kerja formal biasanya merupakan bagian yang melekat dari struktur organisasi,
dan relative permanen.
b. Tim
kerja Informal
Tim
kerja informal biasanya berada di luar struktur organisasi formal, yang di
bentuk untuk memecahkan masalah atau bekerja untuk suatu kegiatan organisasi
yang spesifik. Tipe tim ini mempunyai dua bentuk yakni tim pemecah masalah dan
tim pembagian tugas ( task force ).
C.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan Teamwork
Hackman
(1987:152), mendaftarkan lima faktor sebagai kebutuhan untuk perkembangan
menjadi sukses dari team :
1.
Tujuan dan arah yang jelas.
Tim
butuh tujuan untuk memusatkan untuk memusatkan tujuan mereka dan mengevaluasi
kinerja mereka.
2.
Pimpinan yang baik.
Pemimpin
dibutuhkan untuk mengatur hubungan internal dan eksternal dari tim dan untuk
menghadapkan tim ke tujuan mereka.
3.
Tugas yang sesuai dengan teamwork.
Tugas
harus kompleks, penting, dan menantang sehingga anggota tim memerlukan usaha
dan tidak sanggup bekerja individu.
4.
Catatan kebutuhan untuk melakukan pekerjaan
Sumber
penghasilan bahwa tim butuh memasukkan kedua sumber alat dan pelatihan dan
sumber penghasilan personil.
5.
Lingkungan organisasi yang mendukung
Organisasi
harus cukup bertenaga dan berwibawa untuk mengizinkan anggota tim untuk membuat
dan melaksanakan keputusan mereka.
Berdasarkan teori-teori di atas, maka kami mengambil kesimpulan bahwa banyak faktor yang
dapat mempengaruhi teamwork. Evaluasi dan penghargaan, hubungan sosial
untuk memecahkan konflik internal, dukungan organisasi, tugas dan tujuan yang
jelas, lingkungan organisasi, serta pemimpin yang berguna untuk memfasilitasi
interaksi tim diperlukan untuk untuk menciptakan tim yang sukses.
D.
Karakteristik Teamwork
Menurut
Tjiptono dan Diana (2000; 165-166) tim merupakan sekelompok orang yang memiliki
tujuan bersama. Tidak semua kumpulan orang dapat dikatakan tim. Untuk dapat
dianggap sebagai tim maka sekelompok orang tertentu harus memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1.
Ada kesepakatan terhadap misi tim
Agar
suatu kelompok dapat menjadi tim dan supaya tim tersebut dapat bekerja dengan
efektif, semua anggotanya harus memahami dan menyepakati misisnya.
2.
Semua anggota mentaati peraturan tim yang
berlaku.
Suatu
tim harus mempunyai peraturan yang berlaku, sehingga dapat membentuk kerangka
usaha pencapaian nilai. Suatu kelompok atau grup dapat menjadi tim manakala ada
kesepakatan terhadap misi dan ketaatan tehadap peraturan yang berlaku.
3.
Ada pembagian tanggung jawab dan wewenang yang
adil
Keberadaan
tim tidak meniadakan struktur dan wewenang. Tim dapat berjalan dengan baik
apabila tanggung jawab dan wewenang dibagi dan setiap anggota diperlakukan
secara adil.
4.
Orang beradaptasi terhadap perubahan
Setiap
anggota tim harus saling dapat saling membantu dalam beradaptasi terhadap
perubahan secara positif. Berdasarkan teori diatas maka, maka peneliti
mengambil kesimpulan bahwa tidak semua kumpulan dapat dikatakan tim.
Kesepakatan terhadap visi dan misi, menaati peraturan yang belaku, pembagian
tugas dan wewenang yang adil serta beradaptasi terhadap perubahan merupakan
karakteristik dari sebuah tim, sehingga team dapat dikatakan ideal.
Huszczo (1990 dalam Stott dan Walker, 1995:49), memberikan daftar
karakteristik yang lebih luas dan memiliki penjelasan yang lebih kritis yang
dapat membentuk dasar dari penilaian team yang sistematis, yaitu :
a. Tujuan.
Arah
harus jelas dan berhubungan dengan organisasi paling luas. Hal ini juga harus
menjadi komitmen dari para anggota.
b. Bakat.
Team
harus memiliki bakat dan keterampilan yang melengkapi untuk tugas. Hal ini
harus menjadi dorongan anggota untuk perkembangan selanjutnya.
c. Tugas.
Para
anggota harus mengerti tugas mereka dalam keikutsertaan untuk kesuksesan team.
Mereka harus memiliki komitmen terhadap tugas-tugas tersebut dan kejelasan
tentang kontribusi individu.
d. Pelaksanaan.
Menjalankan
pelaksanaan yang efektif dan berguna harus ada di dalam team. Pertemuan
dan perencanaan harus efektif, dan para anggota harus mengetahu bagaimana
membuat keputusan, mengatasi masalah, dan membagi serta menerima informasi
sebagai sebuah team.
e. Hubungan
Interpersonal.
Para
anggota team perlu untuk berhubungan baik dengan satu dengan yang lain,
komunikasi dan memecahkan konflik. Mereka harus saling mendukung satu sama
lain. Mereka harus menunjukkan perhatian sehingga level keterampilan semakin
tinggi.
f. Penguatan.
Sistem
penguatan yang efektif dibutuhkan untuk peningkatan teamwork. Pada level
personal, apresiasi harus tegas, dan ini sangat penting untuk pembentukan
perilaku team. Organisasi juga bertanggung jawab untuk penguatan ini.
g. Hubungan
external.
Pembentukan
hubungan external dengan lingkungan external harus ada, dan ini harus juga
harus menjadi hubungan yang sehat dengan unit lain dalam organisasi itu
sendiri. Team juga perlu untuk meninjau lingkungan tersebut untuk mengenali
yang menyangkut ancaman dan kesempatan.
Berdasarkan teori-teori
di atas, maka kami mengambil kesimpulan bahwa tujuan, bakat, tugas,
pelaksanaan, hubungan interpersonal, penguatan, dan hubungan external digunakan
sebagai dasar membentuk teamwork dalam suatu organisasi.
E.
Tahap Perkembangan Teamwork
Ada
empat tahap perkembangan tim, yaitu :
1.
Undevelopment
Tahap
undevelopment ini adalah tahap yang
paling sering dijumpai pada suatu organisasi. Salah satu ciri dari tahap ini
adalah :
a)
Terlihat sekelompok
orang mengerjakan suatu tugas tetetapi mereka tidak bersepakat tentang
bagaimana seharusnya mereka bekerja. Contohnya antara lain dalam rapat atau
pertemuan lebih sering terjadi antrian lontaran
gagasan dan bukan diskusi. Gagasan yang sebenarnya bersifat membangun,
tidak mereka utarakan. Mereka tidakut jika ‘gagasan itu’ akan mengganggu
keseimbangan organisasi.
b)
Tidak melibatkan
perasaan individu karena dianggap tidak pada tempatnya untuk membicarakan
perasaan orang lain secara terbuka. Contohnya yaitu setiap orang sibuk dengan
tugasnya masing-masing dan atasan yang membuat hampir semua keputusan. Sehingga
roda organisasi menggelinding sesuai aturan dan prosedur dari atasannya. Perlu
diketahui disini bahwa banyak tim yang tidak efektif menunjukkan ciri-ciri di
atas, dan biasanya terjadi jika atasan memiliki kearifan, energi dan waktu
untuk membuat semua keputusan. Ini bukan kerjasama kelompok yang benar, karena
dengan cara ini kekuatan yang ada didalam tim tidak dimanfaatkan sehingga lebih
terpusat pada pemimpinnya.
2.
Experimenting
Tahap
ini dimulai ketika tim secara bersungguh-sungguh mulai meninjau ulang metode
operasional yang berlaku selama ini. Pada tahap Experimenting, tim berkemauan untuk melakukan eksperimen dan uji
coba. Mereka berani menghadapi berbagai kemungkinan dengan memasuki daerah yang
belum dikenal.
Pada
tahap perkembangan ini, bahwa berbagai masalah dihadapi dan dibahas secara
lebih terbuka serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang lebih luas
sebelum membuat suatu keputusan. Contohnya yaitu, suatu permasalahan pribadi
dibicarakan secara terbuka, perasaan individu dipertimbangkan dan diselesaikan
sampai tuntas.
Pada
tahap ini walaupun tim telah menjadi lebih terbuka dan mempunyai potensi untuk
menjadi lebih efektif, masih kurang untuk disebut sebagai tim yang efektif yang
menghasilkan keuntungan.
3.
Consolidating
Setelah
berhasil menyelesaikan masalah antar pribadi di tahap 2, tim mulai memiliki
kepercayaan diri, keterbukaan dan dipercaya untuk mencoba cara kerjanya.
Biasanya tim akan memilih cara kerja yang lebih sistematik atau bermetode.
Aturan dan cara kerja yang kaku diubah dengan aturan baru yang disepakati
bersama, dimana setiap anggota memiliki peran agar tujuan dapat dicapai. Walau
hubungan antar pribadi telah mejadi lebih erat, mereka sadar akan pentingnya
aturan-aturan dasar dan cara kerja yang akan dipakai oleh tim.
Bukti
nyata dari tahap ini adalah cara untuk mencapai suatu keputusan, yaitu adanya
kejelasan tujuan dari aktivitas atau tugas, adanya penetapan sasaran,
pengumpulan informasi yang dibutuhkan, adanya kemauan memikirkan kemungkinan
yang ada pada tim, adanya perencanaan rinci mengenai apa yang harus dilakukan,
kemauan meninjau kembali hasil kerja dan menggunakannya sebagai dasar untuk
memperbaiki cara kerja di masa yang akan datang. Hubungan antar pribadi yang lebih
baik pada tahap 2 ini tetap dipertahankan, tetetapi mereka membangun aturan
dasar dan cara kerja yang akan dipakai oleh tim.
4.
Mature
Setelah mengetahui penjelasan dari tahap 3, maka
tersusunlah dasar bagi terbentuknya suatu tim yang matang. Keterbukaan, kepedulian
dan peningkatan hubungan pribadi pada tahap 2 serta pendekatan yang sistematik
dari tahap 3 merupakan modal dasar bagi terbentuknya tim yang benar-benar
matang.
Fleksibilitas menjadi hal yang utama, karena setiap
kebutuhan memiliki prosedur kerja yang berbeda. Seseorang tidak lagi khawatir
untuk mempertahankan posisi mereka. Tim mengenali tipe kepemimpinan yang
dibutuhkan saling percaya, jujur, terbuka dan pemimpin mengenali kebutuhan
untuk melibatkan anggotanya.
Saling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan
konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim.
Tim akan selalu bersedia untuk membantu tim lain yang mengalami kesulitan
maupun yang belum sampai ke tahap mereka. Tetetapi lebih dari itu, tim ini adalah
tempat yang menyenangkan dan membawa hasil.
F.
Faktor-Faktor
Penghambat Kesuksesan Teamwork (Kerjasama Tim)
Seperti
telah dijelaskan, sekumpulan orang belum tentu merupakan suatu tim. Orang-orang
dalam satu kelompok tidak secara otomatis dapat bekerja sama. Seringkali tim
tidak dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan (Tjiptono dan Diana, 2000:
167-168). Beberapa aspek diantaranya adalah:
a.
Identitas Pribadi
Anggota Tim
Suatu tim tidak dapat
berjalan efektif bila anggotanya belum merasa cocok dengan tim tersebut.
b.
Hubungan Antar Anggota
Tim
Agar setiap anggota
dapat bekerja sama, mereka harus saling mengenal dan berhubungan.
c.
Identitas Tim di dalam
Organisasi
Faktor ini terdiri dari
dua aspek. Pertama, kecocokan tim di dalam organisasi. Aspek kedua adalah pengaruh
keanggotaan dalam tim tertentu terhadap hubungan dengan anggota di luar tim.
Berdasarkan teori diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor
yang membuat sebuah teamwork menjadi tidak ideal. Identitas pribadi anggota,
hubungan antar anggota team, identitas team dalam organisasi merupakan beberapa
faktor yang membuat team kerja menjadi tidak ideal dan menghambat kinerja team.
G.
Kunci
Keberhasilan Teamwork
Pembentukan
suatu tim tidak dengan sendirinya akan berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Untuk itu diperlukan upaya agar tim dapat mencapai misi dan tujuan
pembentukannya. King (dalam Tjiptono dan Diana, 2000, 168-170), menganjurkan 10
strategi yang ia sebut Sepuluh perintah tim (ten team commandets) untuk
meningkatkan kinerja suatu tim dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
Kesepuluh strategi tersebut adalah:
a.
Saling ketergantungan
Saling ketergantungan
diperlukan antara para anggota tim dalam hal informasi, sumber daya,
pelaksanaan tugas, dan dukungan. Adanya saling ketergantungan dalam memperkuat
kebersamaan tim
b.
Perluasan tugas
Setiap tim harus diberi
tantangan, karena reaksi atau tanggapan terhadap tantangan tersebut akan
membentuk semangat persatuan, kebanggaan, dan kesatuan tim.
c.
Penjajaran
Anggota tim harus siap
menyisihkan sikap individualisnya dalam rangka mencapai misi bersama.
d.
Bahasa yang umum
Pemimpin tim harus
mengusahakan penggunaan bahasa yang umum, karena biasanya anggota tim berasal
dari departemen yang berbeda.
e.
Kepercayaan/ Respect
Dibutuhkan waktu dan
usaha untuk memebentuk kepercayaan dan respect agar setiap anggota tim
dapat bekerja sama.
f.
Kepemimpinan/
keanakbuahan yang dibagi rata
Setiap orang memiliki
bakat dan kemampuan yang berbeda. Oleh karena itu pemimpin yang baik harus
mengetahui bakat tertentu setiap anggota tim.
g.
Keterampilan pemecahan
masalah
Tim harus menggunakan
waktunya untuk membina kemampuan anggotanya dalam memecahkan masalah, karena
masalah merupakan hal yang selalu dihadapi setiap organisasi.
h.
Keterampilan menangani
konfrontasi/ konflik
Dalam lingkungan kerja
yang high preasure dan kompetitif, konflik merupakan hal yang tak terelakkan.
Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar. Oleh karena itu diperlukan
keterampilan dalam menerima perbedaan pendapat dan menyampaikan ketidaksetujuan
terhadap pendapat orang lain.
i.
Penilaian/ tindakan
Penilaian dilakukan
dengan memantau dan membandingkan apa yang telah dilakukan dengan pernyataan
misi dan rencana tindakan yang ada. Rencana tindakan berisikan tujuan, sasaran,
jangka waktu, dan penugasan, serta tanggung jawab setiap anggota.
j.
Perayaan
Kesuksesan yang dicapai
suatu tim yang efektif dapat diperkuat dengan jalan merayakannya. Penghargaan
dan pengakuan atas tugas yang terlaksana dengan baik akan memotivasi anggota
agar bekerja lebih giat dan tangkas untuk mencapai tujuan berikutnya.
Berdasarkan
teori diatas, maka kami menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi
kunci keberhasilan dalam sebuah tim. Saling ketergantungan, perluasan tugas,
penjajaran, bahasa yang umum, kepercayaan/respect, Kepemimpinan/ keanakbuahan
yang dibagi rata, Keterampilan pemecahan masalah, Keterampilan menangani
konfrontasi/ konflik, Penilaian/ tindakan serta perayaan merupakan beberapa
kunci keberhasilan dari kerjasama tim.
H.
Dimensi
Dalam Tim Kerja
Michael West
memaparkan, ada dua dimensi dari fungsi tim, yaitu tugas yang harus diemban
oleh tim dan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi bagaimana para anggotanya
merasakan tim sebagai sebuah unit sosial. Tugas yang harus diemban tim yaitu
menjalankan seluruh program pelayanan yang sesuai dengan aturan organisasi yang
baik, di mana dalam setiap tugas kerja selalu ada tujuan, strategi,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Semua akan efektif jika dikerjakan dalam
sebuah tim kerja. Tetetapi tim kerja merupakan satu unit sosial yang mempengaruhi
kerja tim. Dengan perkataan lain, di dalam tim terdapat interaksi sosial yang
unik dan kompak.
Tim terdiri atas
kumpulan individu yang memiliki perbedaan emosi, sosial, dan berbagai kebutuhan
manusia, yang membuat tim secara keseluruhan dapat membantu atau bahkan membuat
frustrasi. Hal ini disebabkan tim bukan saja berkumpul dan menjalankan tugas
organisasi, tetetapi ada yang penting dan perlu mendapatkan perhatian, yakni
relasi sosial dalam kebersamaan mereka sebagai sebuah tim kerja. Relasi antarpribadi
yang akrab dan terbuka untuk bekerja dengan satu hati, satu pikiran dan satu
kehendak, akan menolong tim kerja berjalan dengan efektif. Empat dimensi tim
yang efektif :
Personal
(Who I Am)
Strategic Process
(What We Need
To Do) (How We Are Going To Do It)
Relational
(How I Relate To Others)
Gambar 6. Empat dimensi yang efektif
1.
Dimensi Personal
a.
Tim yg efektif memiliki
komitmen yg dalam satu dengan yang lain.
b.
Segenap tim saling
menularkan anthusiasme.
c.
Setiap orang rindu
memberi kontribusi demi mencapai tujuan bersama.
2.
Dimensi Relational
a.
Tim yang efektif
berkomunikasi secara terbuka dan jujur.
b.
Mereka berkolaborasi
dengan kesediaan untuk saling melengkapi demi mencapai tujuan bersama.
c.
Mereka memanage
konfliks secara bijak.
3.
Dimensi Strategis
a.
Tim yang efektif fokus
kepada visi yg menjadi pendorong untuk terus maju bersama.
b.
Mereka menyepakati dan
mengikuti sasaran yang jelas.
4.
Dimensi Proses
a.
Tim yang efektif sangat
terbuka terhadap perubahan.
b.
Mereka memiliki
kesadaran yang kuat akan keterkaitan segenap anggota tim.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Fungsi dari tim yaitu
dapat merubah sikap, perilaku, dan nilai pribadi serta dapat turut serta dalam
mendisiplinkan anggota tim. Sedangkan manfaat bekerja dalam tim yaitu untuk
pengambilan keputusan, merundingkan, dan bernegosiasi. Tujuan bekerja dalam tim
agar anggota memiliki visi dan misi yang sama dalam menyelesaikan tugas atau
pekerjaan secara efesiensi dan efektif.
Perbedaan antara kelompok dan tim kerja yaitu kelompok tidak menghasilkan
sinergy positif yang bisa menciptidakan seluruh tingkat kinerja yang lebih
tinggi dari jumlah masukan sedangkan tim kerja menghasilkan sinergy positif
melalui usaha yang terkoordinasi dalam menghasil satu tingkat kinerja yang
lebih tinggi daripada jumlah masukan individual.
Tim yang efektif
memiliki berbagai karaketiristik umum. Apabila peningkatan kinerja organisasi
dengan menggunakan tim, manajemen harus memastikan bahwa tim-timnya memiliki
karakteristik-karakteristik. Dalam Tim kerja harus mempunyai Sembilan peranan
yaitu
1. Pencipta-pembaharu
2. Penjelajah-Promotor
3. Penilai-Pengembang
4. Pendorong-Pengorganisasi
5. Penyimpul-penghasil
6. Pengawas-Pemeriksa
7. Pemerkuat-Penasehat
8. Pelapor-Penasehat
9. Penaut
Michael West memaparkan, ada dua dimensi dari
fungsi tim, yaitu tugas yang harus diemban oleh tim dan faktor-faktor sosial
yang mempengaruhi bagaimana para anggotanya merasakan tim sebagai sebuah unit
sosial.
B.
Saran
1.
Meskipun teamwork menjadi
penentu mulus tidaknya perjalanan organisasi, namun masih diperlukan
adanya kerjasama yang baik dalam melaksanakan tanggung jawab dalam
keorganisasian.
2.
Teamwork tidak
selalu terdiri dari sekumpulan orang dengan gaya, sikap, maupun cara kerja yang
sama. Perbedaan antar tim justru merupakan potensi yang akan membuat sebuah tim
menjadi kreatif dan inovatif. Oleh
karena itu, perbedaan cara kerja dalam tiap anggota tim harus ditanggapi dengan
positif.
DAFTAR PUSTAKA
Francis, D. and Young, D. 1979. Improving Work
Group: a Practical Manual for Teambuilding. California : university Associates.
Huszco, G. 1990. Training for Teambuilding. Training
and Development Journal, 44 (2), hal 37-43.
Johnson, D. and Johnson, F. 1991. Joining
Together : Group Theory and Group Skills. New Jersey : Prentice Hall.
Robbins, Stephen
P (2008), Organizational Behavior,
Concept, and Application, 12th Edition, Prentice Hall, USA.
Tarkenton, F. 1986. Tarkenton on Teambuilding.
Management Solution.
0 Response to "Makalah Team Work"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)