Nyaris Tidak Bisa Kuliah
Menjelang
kuliah semester delapan, aku dihadapkan pada sebuah kesulitan yang benar-benar
nyata dan nyaris mencabut hak aku untuk melanjutkan kuliahku. Hari itu sudah
malam dan aku masih saja kebingungan tidak karuan.
Aku
seperti dikejar-kejar oleh bayangan yang tak menentu dibelakangku, semakin aku
mencoba untuk tenang, bayangan itu semakin menggerogotiku dari belakang.
Bayangan itu adalah “pembayaran uang kuliah” yang sudah deadline dan mau tidak
mau harus dibayar malam itu, maksimal pukul 23.59 WIB. Jadi, hari itu adalah
hari terakhir untuk bayar kuliah. Jika mengharapkan perpanjangan pembayaran
uang kuliah, sepertinya mustahil karena hari itu juga adalah perpanjangan
pembayaran uang kuliah yang terakhir.
Hari
itu adalah hari jumat bulan Januari 2015. Aku masih ingat betul bahwa aku hanya
memiliki uang sebanyak Rp 1.200.000 yang dikirimkan oleh orang tuaku dari
kampong. Sementara uang kuliahku Rp 1.500.000. Sangat terasa dengan
dikeja-kejar batas pembayaran, aku bingung mau nyari uang Rp 300.000 dari siapa
dan dari mana? Jika ada yang mau membantu, bagaimana saya membayarnya?
Akhirnya
aku memutuskan untuk meminjam uang dari kakak senior aku, aku memanggilnya bang
Richard. Kakak sekaligus mentor yang selalu perhatian kepadaku sejak aku kuliah
di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Beruntung, dia mau memberikan uang
sebanyak Rp 300.000,00. Mungkin dia merasa kasihan juga karena malam itu adalah
batas pembayaran uang kuliah. Dia mentransfer ke nomor rekening aku. Jadi,
terkumpul sudah Rp 1.500.000 untuk membayar uang kuliah.
“Akhirnya
aku bisa juga kuliah, trimkasih ya Tuhan”, sembari bersyukur atas bantuan bang
Richard.
Anda
pikir masalah sudah selesai sampai disitu? Oh tentu tidak. Ini hanyalah awal
dari perjuangan untuk membayarkan uang kuliah meski jumlahnya sudah mencukupi.
Hari itu sudah malam jam 21.00 WIB. Teller bank BNI sudah tidak buka lagi. Aku
juga tidak punya ATM BNI. Aku bingung bagaimana membayar uang kuliahku?
Aku
mencoba menghubungi teman di kostan siapa tahu dia memiliki ATM BNI. Beruntung
sejenak ada teman aku namanya bang Pinem memiliki ATM BNI, tetapi sayang
saldonya hanya tinggal Rp 100.000,00 sementara aku harus bayar Rp 1.500.000,00.
“waduh,
gimana ini?, udah mau larut malam lagi”, aku makin tidak karuan.
Aku
mencoba meminta kepada pacarku dan memintanya untuk menanyakan temannya yang
punya ATM BNI. Karena dia juga tidak punya, akhirnya dia kerepotan juga untuk
meminjamkan ATM orang lain untukku. Hasilnya nol, temannya memang ada yang
punya tetapi sedang pergi ke Bekasi.
Aku
nyaris kehilangan akal, keringat dingin membasahi kepalaku dan aku terbayang
akan ngerinya kehidupan besok yang tidak bisa kuliah lagi, padahal sudah mau
semester akhir.
“Tuhan,
tolong aku, bagaimana ini?”
Jam
sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Yang ada dibenakku, ATM pasti buka 24 jam
dan mungkin aku bisa menggunakan fasilitas ATM bersama untuk membayar uang
kuliah. Tetapi, aku juga bingung, saldo ATM aku hanya Rp 1.200.000,00 dan
selebihnya cash ada ditangan.
“lho,
bagaimana memasukkan uangnya ke ATM nya?” aku makin bingung.
Aku
sejenak berpikir dan berusaha minta bantuan kepada siapapun. Aku bergegas ke
kampus, kebetulan jarak kostan dengan kampus hanya 200 meter, jadi mumpung
masih ada waktu aku usahakan. Melewati halte UNJ, aku sampai di ATM Center yang
ada dibelakang UNJ, tepatnya di sebelah Labschool Rawamangun, Jakarta Timur.
Aku
menunggu siapa yang keluar dari ATM BNI dengan maksud menumpang transfer
pembayaran uang kuliah dan aku akan menggantikan uangnya secara cash. Aku
menunggu hingga setengah jam, memang ada yang keluar masuk dari ATM BNI itu,
tetapi mereka semua tidak mau membantuku dengan alasan saldo di ATM mereka
tidak sampai sebanyak uang kuliahku. Apalagi mungkin mereka sedikit was-was
juga, siapa tahu aku dipikiran mereka adalah penipu.
Aku
melihat ada satpam penjaga di daerah itu, kebetulan satpam ATM BNI. Orangnya
besar, kekar dan agak seram. Dengan jantung deg-degan, aku mencoba mendekat dan
meminta tolong.
“Pak,
maaf, punya ATM BNI ga? Saya mau bayar kuliah, tapi saya tidak punya ATM BNI,
hari ini terkakhir bayaran soalnya pak.”
“Oh,
kalo ATM BNI mah saya pasti ada, cuma saldonya mas Cuma Rp 150.000,00”
“ohh,
yaudah pak, makasih ga apa-apa kalo begitu, tetapi ada teman bapak yang lain
yang punya ATM BNI lagi?”
“waduh
mas, saya ga tau, tapi coba deh ke ATM BNI yang didepan, itu kan pasti ada yang
berjaga di dalam situ, pas dilantai satu kantor BNI cabang UNJ yang dikat
parkiran”.
“oh
iya pak, makasih ya, saya kesana deh!”
Aku
sepertinya menemukan harapan baru. Aku langsung pergi ke kantor BNI cabang UNJ
yang ada di depan kampus UNJ. Karena disana memang kantor ATM centernya BNI,
jadi aku langsung semangat dan berlari. Jam sudah menunjukkan pukul 23.00.
Sampai
disana, kelihatan sepi dan gelap. Aku agak merinding karena suasananya yang
serba gelap. Aku mencoba membuka pintu masuk depan Bank BNI.
“ada
apa mas?” sahut seorang bapak satpam yang sudah agak tua.
“aaa,
saya pak. Mau minta tolong pak, bapak punya ATM BNI?”
“oh
iya punya, emang ada apa dek?”
“waduh
makasih banget pak, saya butuh banget untuk bayaran kuliah pak, langsung saya
gantikan juga sekarang”
“waahh,
tapi saldo saya Cuma Rp 160.000 dek, gimana ya?”
Aku
terhentak mendengarnya, aku tak tahu lagi kemana mencari orang yang punya ATM
bersaldo banyak. Sejenak kami terdiam dan berpikirir. Akhirnya pak satpam
memberikan ide.
“Gini
aja, adek bawa uangnya semua kan?”
“Iya
pak” aku jawab dengan nada datar.
“Nah,
sini duitnya”
“Mau
diapakan pak?” aku agak takut, jangan-jangan nanti aku ditipu.
“Disini
kan ada ATM yang bisa setor tunai, jadi uang kamu disetor Rp 1.500.000,00 ke
ATM saya, trus nanti dari ATM saya adek bisa bayak kuliahnya, kalo kamu ga
percaya, silahkan pake aja ATM saya ga apa-apa”
“oh
iya, bapak aja deh!” saya yakin kepada bapak itu.
Uang
saya akhirnya saya setor tunaikan ke ATM bapak satpam BNI tersebut. Plong,
seketika itu juga uang aku ditelah oleh ATM tersebut. Aku menunggu sambil
berharap. Setelah dicek saldonya, ternyata benar saldonya bertambah jadi Rp
1.660.000.
“nomor
registrasi kamu berapa dek?”
“8105112197
pak”
“oke,
siiipp, kelar deh bayarnya”
Struknya
keluar dari ATM BNInya dan aaaahhhhhh, lega sudah pikiran dan badanku. Akhirnya
aku bisa kuliah lagi. Aku terharu dengan bantuan sang bapak satpam BNI yang
baik hati telah mau menawarkan ATMnya untuk aku. Jika tidak ada lagi yang mau
memberikan ATMnya, aku tak tahu lagi bagaiman untuk kuliah besok.
Sambil
mengucapkan terimakasih, aku menyelipkan Rp 10.000 kepada tangan bapak satpam
dan mengucapkan terimakasih banyak-banyak. Bapak satpam BNI itu telah mengambil
satu tempat dihatiku atas kebaikannya. Apa yang aku berikan sebenarnya tidak
sebanding dengan apa yang telah dikorbankanya untukku.
“maaf
pak, ini sedikit untuk beli rokok!”
“waaah
ga usah repot-repot dek, ini memang tugas kami, melayani yang membutuhkan”
Walau
tetap akhirnya aku paksakan, aku berguman dalam hati,
“wah
tulus sekali bapak ini, tidak mengharapkan apa-apa!”
Terimakasih
bapak satpam, terimakasih BNI, akhirnya aku bisa melanjutkan kuliahku kembali. Saya
salut dengan layanan yang diberikan oleh Bank BNI kepada konsumen atau
nasabahnya terutama kepada para mahasiswa UNJ yang akan melakukan pembayaran
uang kuliah semesteran, semester pendek, dan sebagainya. Layanan yang diberikan
tidak hanya siang hari saja, tetapi malam hari juga tetap prima sehingga
membuat pelanggan dan nasabah tetap nyaman untuk bertransaksi di Bank BNI.
0 Response to "Nyaris Tidak Bisa Kuliah"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)