Makalah Kelompok dan Hubungan Interpersonal Karyawan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi antar
pribadi sangat penting dilakukan untuk mendukung kelancaran komunikasi dalam
organisasi. Sistem komunikasi serta hubungan antar pribadi yang baik akan
meminimalisir kesenjangan antara berbagai pihak dalam organisasi dan
meminimalisir rasa saling tidak percaya serta kecurigaan di lingkungan kerja.
Komunikasi yang baik merupakan mediator dalam proses kerjasama dan transformasi
informasi dalam mendukung kemajuan organisasi. Komunikasi yang baik senantiasa
menimbulkan iklim keterbukaan, demokratis, rasa tanggung jawab, kebersamaan dan
rasa memiliki organisasi.
|
Kelompok
merupakan bagian dari proses komunikasi dalam kehidupan manusia. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa
berinteraksi dengan manusia lainnya. Setiap hari manusia akan terlibat dalam
kelompok, baik di rumah, sekolah maupun
tempat kerja. Bisanya untuk
mencari keakraban dalam kelompok-kelompok tertentu, dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang di lakukan,
kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa, dan barang kali adanya
kesamaan kesenangan
akan objek tertentu, maka timbullah
kedekatan satu sama lain.
Di tempat kerja misalnya kelompok dapat berupa team work yang dibentuk oleh atasan maupun kelompok dalam divisi
bekerja.
Kemajuan-kemajuan di bidang
teknologi dan sosial budaya mendorong perkembangan berbagai aspek kehidupan
manusia diantaranya dalam berkumpul dan hidup berkelompok. Sebagai suatu bentuk
kumpulan manusia dengan ikatan-ikatan tertentu atau syarat-syarat tertentu,
maka organisasi telah pula berkembang dalam berbagai aspek termasuk ukuran dan
kompleksitas. Semakin besar ukuran suatu organisasi semakin cenderung menjadi
kompleks keadaannya. Kompleksitas ini menyangkut berbagai hal seperti
kompleksitas alur informasi, kompleksitas komunikasi, kompleksitas pembuat
keputusan, kompleksitas pendelegasian
wewenang dan sebagainya.
Kelompok yang ada di dunia
bekerja erat kaitannya dengan hubungan interpersonal
antar pribadi pada karyawan di kantor atau institusi lainnya. Hubungan
interpersonal yang baik antar karyawan akan menciptakan kondisi dan suasana
kerja yang kondusif. Kelompok dapat berdampak positif dan negatif, tergantung
bagaimana sumber daya manusia mengelola perkumpulan tersebut. Dibutuhkan adanya
leader untuk memimpin suatu kelompok
dan agar kegiatan didalamnya dapat terorganisir dengan baik. Kelompok dapat
memberikan manfaat positif untuk karyawan diantaranya pekerjaan menjadi cepat
selesai, antar karyawan di kantor dapat mendiskusikan pekerjaan yang sulit, sharing masalah yang terjadi di kantor.
Akan tetapi kelompok tidak hanya memberikan manfaat positif tapi dapat memicu
dampak negative seperti terjadinya gangguan dan konflik di kantor.
Beberapa faktor yang dapat
memicu gangguan atau konflik di dalam kelompok kerja yaitu :
-
Sikap statis dan tidak mau
terbuka terhadap orang lain
-
Perbedaan kepentingan
-
Menyebarkan issu atau gosip di
tempat kerja
-
Memaksakan pendapat dalam
diskusi
-
Sikap egois dan memaksakan
kehendak
-
Memilih-milih teman dalam
membuat tim
Konflik yang terjadi di tempat kerja
akibat kurang terjaganya hubungan interpersonal
antar karyawan dapat mengakibatkan pekerjaan
tidak dapat selesai dengan baik, lingkungan kerja tidak kondusif, terjadinya
kesenjangan hubungan antar karyawan bahkan pemutusan hubungan kerja.
Setiap
individu memiliki cara berfikir yang berbeda, terutama dalam menyelesaikan
suatu permasalahan. Ada yang bersikap santai, ada yang bersikap cuek seperti
tidak memiliki masalah, bahkan ada yang mensikapi sesuatu dengan emosi. Hal ini
di pengaruhi karena masing-masing individu memiliki karakteristik yang berbeda,
cara berkomunikasi yang berbeda, dan terkadang semua itu menjadi masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Terutama dalam pembentukan kelompok dan hubungan
antar pribadi pada karyawan. Dari beberapa penjelasan diatas Perbedaan
kepentingan antar kelompok didalam dunia kerja menjadi faktor paling kuat yang
dapat memicu adanya konflik di dalam hubungan interpersonal karyawan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan kelompok ?
2.
Bagaimana model-model pengkalisifikasian kelompok?
3.
Apa sajakah yang termasuk dalam karakteristik kelompok?
4.
Apa saja faktor yang mempengaruhi dasar-dasar daya tarik antar orang (interpersonal
attraction)
5.
Mengapa manusia perlu melakukan pembentukan kelompok?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari kelompok
2. Memahami karakteristik dan pembagian klasifikasi kelompok
3. Menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi daya tarik antar
orang (interpersonal attraction)
4. Mengetahui alasan-alasan pembentukan kelompok
D.
Manfaat
Penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan
memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis
makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep mata kuliah Interpersonal Employee Relation khususnya materi “Kelompok dan Hubungan
Interpersonal Karyawan” dan secara
praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1.
Penulis, sebagai wahana meningkatkan pengetahuan dan konsep keilmuan, khususnya tentang materi Kelompok dan Hubungan Interpersonal Karyawan.
2.
Pembaca, sebagai
media informasi mata kuliah Interpersonal Relation khususnya mengenai Kelompok dan Hubungan Interpersonal Karyawan.
E.
Metode
Penulisan
Metode yang digunakan dalam
penulisan adalah metode deskriptif.
Melalui metode ini penulis menguraikan permasalahan yang dibahas secara explanation atau penjelasan yang komperhensif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan studi
pustaka, artinya penulis mengambil data melalui media pustaka dalam penyusunan makalah ini dan
ditambah referensi dari media internet. Penulis mencantumkan berbagai sumber untuk penulisan makalah ini, selain
itu juga penulis menggunakan metode kepustakaan untuk mendapatkan data yang
mendukung
penyusunan makalah.
BAB II
LANDASAN
TEORI
A. Pengertian
Kelompok
Beberapa ahli menjelaskan pengertian
dari kelompok diantaranya, Menurut Homans (1950) : kelompok
adalah sejumlah individu berkomunikasi satu dengan yang
lain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga
tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung. Selanjutnya Merton berpendapat, kelompok
merupakan sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang
telah mapan, sedangkan kolektiva merupakan orang yang mempunyai rasa
solidaritas karena berbagai niai bersama dan yang telah memiliki rasa kewajiban
moral untuk menjalankan harapan peran. Menurut
DeVito (1998)
kelompok merupakan sekumpulan individu yang cukup kecil bagi semua anggota
untuk berkomunikasi secara relatif mudah. Para anggota saling berhubungan satu
sama lain dengan beberapa tujuan yang sama dan memiliki semacam organisasi atau
struktur diantara mereka. Kelompok mengembangkan norma-norma, atau peraturan
yang mengidentifikasi tentang apayang dianggap sebagai perilaku yang diinginkan
bagi semua anggotanya.
|
Menurut Hernert Smith
bahwa “kelompok adalah suatu unit
yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan
kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi
Menurut
Joseph S. Roucek Suatu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang diantara
mereka terdapat beberapa pola interaksi
yang dapat dipahami oleh para anggot8anya
atau orang lain secara keseluruhan.
Cartwright dan Zender (1968) berpendapat kelompok merupakan sekumpulan individu yang mempunyai
hubungan antar anggota yang satu dengan yang lain yang membuat mereka saling
tergantung dalam tingkatan tertentu.
Menurut
Mills (1967) kelompok adalah satu unit yang terdiri
dari dua orang atau lebih yang bekerja sama atau melakukan kontak untuk
mencapai satu tujuan dan yang mempertimbangkan kerjasama diantara kelompok
sebagai satu yang berarti.
Baron
& Byrne (1979)
menyatakan kelompok
memiliki 2 tanda psikologis, yaitu pertama, adanya sense of belonging ; kedua,
nasib anggota kelompok tergantung satu sama lain sehingga hasil setiap anggota
terkait dengan anggota yang lain.
Sedangkan Menurut
Achmad S. Ruky, Kelompok adalah sejumlah orang yang berhubungan (berinteraksi)
antara satu dan yang lainnya, yang secara psikologis sadar akan kehadiran yang
lain dan yang menganggap diri mereka sebagai suatu kelompok.
Berdasarkan penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok
adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mereka saling
bergantung (interdependent) dalam
rangka memenuhi kebutuhan dan tujuan bersama, serta meyebabkan satu sama lain saling
mempengaruhi.
B. Klasifikasi Kelompok
Kelompok dibagi menjadi tiga klasifikasi utama menurut para ahli sosiologi,
diantaranya : kelompok primer-sekunder, kelompok keanggotaan dan rujukan, dan
kelompok deskriptif-perskriptif.
1. Kelompok
primer dan sekunder.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin
Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang
anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam
asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang
anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh
hati kita. Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik
komunikasinya, sebagai berikut:
a) Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam,
artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap
unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat
saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan
cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan
terbatas.
b) Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok
sekunder nonpersonal.
c) Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek
isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
d) Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder
instrumental.
e) Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder
formal
2. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan
Theodore Newcomb (1930)
melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok
rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang
anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu.
Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur
(standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
3. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W.
Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori
deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses
pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi,
kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c.
kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya
transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan
adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui
diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok
terapi di rumah sakit jiwa adalah salah satu contoh kelompok pertemuan.
Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang
baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan
proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu
pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan
kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif,
yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan
prosedur parlementer.
C. Interpersonal
Attarction ( Daya Tarik Antar
Orang )
Menurut
(Brehm & Kassin, 1993) Interpersonal
Attarction adalah keinginan seseorang untuk mendekati
orang lain. Sedangkan (brigham, 1991) berpendapat daya tarik antar
orang ialah kecenderungan
untuk menilai seseorang atau suatu kelompok secara positif, untuk mendekatinya,
dan untuk berperilaku secara positif padanya.
Ketertarikan kepada orang lain (Interpersonal Attraction) tentunya dalam
menjalin hubungan dengan orang lain sangat
diperlukan untuk menciptakan suasana yang kondusif dalam berkomunikasi.
Perhatian (attention) adalah kunci
dari ketertarikan antar orang. Sebagai peserta komunikasi
(komunikan) seringkali kita merasakan adanya persamaan dan perbedaan ketika
berkomunikasi dengan orang lain. Persamaan dan perbedaan itulah yang disebut
sebagai derajat perbandingan komunikan. Beberapa
jenis derajat itu diantaranya;
- Homophily,
yaitu derajat
interaksi interpersonal yang memiliki kesamaan dalam atribut (sikap,
pengalaman, bahasa, intelektual, dsb). Sering berkomunikasi akan
mempertinggi homophily. Contoh, orang yang memiliki hobi yang sama akan
mempunyai derajat
homophily yang tinggi (Rogers).
- Heterophily, yaitu derajat interaksi interpersonal yang
atributnya berbeda. Derajat ini
kurang efektif untuk mencapai tujuan komunikasi kecuali keduanya memiliki
empati (Rogers & Bhowmik).
Ketertarikan terhadap orang lain ini
bisa terjadi pada pra, saat, atau setelah dilakukannya
komunikasi
interpersonal. Seseorang bisa tertarik kepada
orang lain dalam berkomunikasi karena adanya penghargaan (reward) yang berupa umpan balik (feedback) positif.
Inilah yang disebut sebagai
proses penguatan. Berikut ini adalah beberapa
faktor yang menyebabkan ketertarikan terhadap orang lain yaitu:
1.
Faktor karakteristik orang lain;
orang tertarik kepada orang lain lebih disebabkan oleh fisik (physical attraction). Selain itu, orang
tertarik dan lebih merasa tertantang jika mengalami kesulitan dalam meraih
perhatian dari orang lain (hard to get
effect).
2.
Faktor situasional; orang tertarik
kepada orang lain karena biasa bertemu dalam tempat yang dekat (proximity) dan orang tertarik kepada
orang lain karena ikatan emosional (familiarity).
Dalam berkomunikasi dengan orang
lain maka seringkali ada suatu permasalahan meskipun komunikasi tersebut
didasari dengan ketertarikan. Menurut Brehm & Kassin (1996), masalah
komunikasi tersebut diantaranya;
1.
Negative
affect reciprocity, yaitu proses komunikasi yang bermasalah karena salah
satu komunikan membangkitkan kesalahan lawan bicaranya pada masa yang harmonis.
Misalnya, suami membangkitkan kesalahan istrinya yang dulu pernah berselingkuh.
Permasalahan itu dibangkitkan pada masa yang sedang harmonis.
2. Demand/ withdraw interaction, yaitu
proses komunikasi yang bertepuk sebelah tangan atau tidak ada kesepakatan dalam
proses berkomunikasi.
D. Karakteristik
Kelompok
Karakteristik kelompok adalah hal atau ciri
yang melekat pada suatu kelompok.
Beberapa karakteristik kelompok sosial tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Terdiri
dari dua orang atau lebih dalam interaksi sosial baik secara verbal
maupun non verbal.
2. Anggota
kelompok harus mempunyai pengaruh satu sama lain supaya dapat diakui menjadi
anggota suatu kelompok
3. Mempunyai
struktur hubungan yang stabil sehingga dapat menjaga anggota kelompok secara
bersama dan berfungsi sebagai suatu unit.
4. Anggota
kelompok adalah orang yang mempunyai tujuan atau minat yang sama.
5. Individu
yang tergabung dalam kelompok, saling mengenal satu sama lain serta
dapat membedakan orang-orang yang bukan anggota kelompoknya.
6. Memiliki
norma-norma yang mengatur hubungan diantara para anggotanya.
7.
Adanya struktur sosial dan diferensiasi peran.
Tahap-tahap
Pembentukan Kelompok
Model
pembentukan suatu kelompok pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman (1965).
Teori ini dikenal sebagai salah satu teori pembentukan kelompok yang terbaik
dan menghasilkan banyak ide-ide lain setelah kosep ini dicetuskan.
Tahap 1 – Forming
Pada
tahap ini kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok
cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka
belum saling mengenal dan belum saling percaya.
Tahap 2 – Storming
Kelompok
mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas-tugas yang mereka hadapi.
Mereka membahas isu-isu semacam masalah yang harus mereka selesaikan. Anggota
kelompok saling terbuka dan mengkonfrontasi ide-ide dan perspektif mereka
masing-masing. Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada
pula yang mandenk pada tahap ini.
Tahap 3 – Norming
Terdapat
kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung jawab
telah jelas. Anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring
dengan mereka melihat kontribusi masing-masing anggota untuk kelompok.
Tahap 4 – Performing
Kelompok
dalam tahap ini dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa
ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling
bergantung satu sama lainnya dan mereka saling respect dalam berkomunikasi.
Tahap 5 – Adjourning dan Transforming
Tahap
dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Kelompok bisa saja
kembali pada tahap mana pun ketika mereka mengalami perubahan.
E. Alasan Pembentukan
Kelompok
Ada beberapa alasan mengapa manusia atau setiap individu memerlukan kelompok atau membentuk
kelompok, yaitu:
a. Untuk pemuasan kebutuhan
Keinginan
untuk memuaskan kebutuhan menjadi motifasi utama dalam pembentukan kelompok,
khususnya dalam hak keamanan, social, harga diri dan kebutuhan aktualisasi
diri. Khusus aktualisasi diri ini dapat dipuaskan apabila bergabung dengan
kelompok.
b. Adanya kedekatan dan daya tarik
Setiap
individu memerlukan adany interaksi antarpribadi, oleh karena itu perlu adanya
kedekatan atau daya tarik tertentu berdasarkan pada persepsi, sikap, prestasi,
atau kesamaan motivasi.
c. Adanya tujuan kelompok
Setiap
manusia pasti emepunyai tujuan dalam hidupnya, apalagi tujuan tersebut
diaplikasikan dalam kelompok akan mempunyai derajat yang lebih tinggi, manakala
setiap keinginan dan tujuan tersebut menyatu dan menghasilkan tujuan kelompok
d. Alasan ekonomi
Suatu hal
yang dapat diharapkan dari kelompok adalah kekuatan yang mempunyai nilai lebih.
Jika ada motif ekonomi dapat mendorong adanya kerja kelompok yang lebih
optimal, dan jika individu bekerja optimal maka yang diuntungkan adalah
kelompok
Dasar-dasar
yang membuat terjadinya hubungan antar kelompok dalam buku prilaku organisasi
karya miftah thoha yaitu:
a. Kesempatan untuk berinteraksi
Interaksi
antar individu akan menimbulkan adanya daya tarik, dan karena adanya daya tarik
antar individu itu akan menimbulkan hubungan kelompok.
b. Kesamaan latar belakang
Kesamaan
latar belakang seperti misalnya: usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, ras
kebangsaan, dan lainnya akan memudahkan dan cenderung membuat individu mau
untuk berinteraksi satu sama lain. Kesamaan latar belakang juga merupakan daya
tarik mengapa seseorang melakukan hubungan dan interaksi sesamanya. Sebagai
contoh mahasiswa Malaysia yang belajar di Indonesia akan cenderung berhubungan
dengan sesamanya
c. Kesamaan sikap
Daya tarik
orang-orang yang berinteraksi yang disebabkan oleh kesamaan sikap dapat diliahat
dalam pergaulan-pergaulan: antara mahasiswa, orang bertetangga, teman sejawat,
pasangan yang sudah menikah, tentara, buruh, dan lain-lain. Kesamaan yang
mereka miliki didasarkan dari pengalaman yang melatarbelakangi itu membawa
orang-orang kearah kesamaan sikap. Dan karena kesamaan sikap itu membuat mereka
cenderung bergaul sesamanya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Studi Kasus
- Konflik
antara Kelompok Buruh dengan Pihak PT. Megarimas Sentosa
Sekitar 500 buruh yang tergabung dalam Serikat Buruh Garmen Tekstil dan Sepatu-Gabungan Serikat Buruh Independen (SBGTS-GSBI) PT. Megariamas Sentosa, Selasa (23/9) siang ‘menyerbu’ Kantor Sudin Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Jakarta Utara di Jl Plumpang Raya, Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Mereka menuntut pemerintah mengambil tindakan tegas terhadap perusahaan yang mempekerjakan mereka karena mangkir memberikan tunjangan hari raya (THR).
Ratusan buruh PT Megariamas Sentosa yang berlokasi di Jl Jembatan III Ruko 36 Q, Pluit, Penjaringan, Jakut, datang sekitar pukuk 12.00 WIB. Sebelum ditemui Kasudin Nakertrans Jakut, mereka menggelar orasi yang diwarnai aneka macam poster yang mengecam usaha perusahaan menahan THR mereka. Padahal THR merupakan kewajiban perusahaan sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4/1994.
Sekitar 500 buruh yang tergabung dalam Serikat Buruh Garmen Tekstil dan Sepatu-Gabungan Serikat Buruh Independen (SBGTS-GSBI) PT. Megariamas Sentosa, Selasa (23/9) siang ‘menyerbu’ Kantor Sudin Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Jakarta Utara di Jl Plumpang Raya, Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Mereka menuntut pemerintah mengambil tindakan tegas terhadap perusahaan yang mempekerjakan mereka karena mangkir memberikan tunjangan hari raya (THR).
Ratusan buruh PT Megariamas Sentosa yang berlokasi di Jl Jembatan III Ruko 36 Q, Pluit, Penjaringan, Jakut, datang sekitar pukuk 12.00 WIB. Sebelum ditemui Kasudin Nakertrans Jakut, mereka menggelar orasi yang diwarnai aneka macam poster yang mengecam usaha perusahaan menahan THR mereka. Padahal THR merupakan kewajiban perusahaan sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4/1994.
|
B. Analisis Kasus
Berdasarkan kasus diatas dapat kita simpulkan kasus
tersebut merupakan konflik antar kelompok yaitu antara buruh dan pihak
perushaan PT. Megarimas Sentosa. Pokok permasalahan yang terjadi adalah PT.
Megarimas Sentosa tidak memenuhi kewajibannya membayarkan Tunjangan Hari Raya
(THR) kepada buruh pabriknya. Padahal, kita dapat mengetahui bahwa menurut Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. 4/1994 THR wajib
dibayarkan perusahaan, dikarenakan kebutuhan dana untuk merayakan hari raya
sangat banyak.
Konflik ini terjadi akibat kurang
harmonisnya hubungan interpersonal
antara kelompok buruh dan pihak perusahaan, faktor lainnya yaitu tidak terjalin
komunikasi yang baik antara kedua belah pihak. Kelompok buruh menggunakan aksi
demonstrasi untuk mengatasi mangkirnya PT. Megarimas Sentosa. Hal ini sesuai
dengan karakteristik kelompok, dimana mereka adalah individu-individu yang
saling berinteraksi dan memiliki tujuan sama yaitu memperjuangkan hak pekerja.
Sebaiknya untuk menyelesaikan masalah
ini pertama dengan adanya mediasi antara kedua belah pihak yaitu kaum buruh dan
PT. Megarimas Sentosa dalam hal ini harus ada yang berperan menjadi mediator,
Misalnya dengan mengundang kepala sudin
tenaga kerja Jakarta Utara sebagai pihak menengah. Apabila sudah dilakukan
mediasi dan belum ditemukan solusinya, kasus ini biasa dibawa ke ranah hokum
sesuai peraturan tenaga kerja yang berlaku di Indonesia.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
·
Kelompok merupakan sejumlah orang yang berhubungan
(berinteraksi) antara satu dan yang lainnya, yang secara psikologis sadar akan
kehadiran yang lain dan yang menganggap diri mereka sebagai suatu kelompok. Dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
tujuan bersama, serta meyebabkan
satu sama lain saling mempengaruhi
·
Kelompok terbagi menjadi tiga klasifikasi yaitu kelompok primer-sekunder,
kelompok keanggotaan-rujukan dan kelompok deskriptif-perskriptif.
·
Interpersonal
Attarction adalah keinginan ialah kecenderungan
untuk menilai seseorang atau suatu kelompok secara positif, untuk mendekatinya,
dan untuk berperilaku secara positif padanya.
·
|
Ada beberapa karakteristik atau ciri yang melekat pada kelompok
diantaranya: 1)Terdiri dari dua orang atau lebih dalam
interaksi sosial baik secara verbal maupun non verbal. 2) Anggota kelompok
harus mempunyai pengaruh satu sama lain supaya dapat diakui menjadi anggota
suatu kelompok. 3) Mempunyai
struktur hubungan yang stabil sehingga dapat menjaga anggota kelompok secara
bersama dan berfungsi sebagai suatu unit.
4) Anggota kelompok adalah orang yang mempunyai
tujuan atau minat yang sama. 5)Individu
yang tergabung dalam kelompok, saling mengenal satu sama
lain serta dapat membedakan orang-orang yang bukan anggota kelompoknya. 6)
Memiliki norma-norma yang mengatur hubungan
diantara para anggotanya. 7) Adanya struktur sosial dan diferensiasi peran.
B. Saran-Saran
Kelompok dan hubungan interpersonal antar karyawan merupkan bagian dari komunikasi. Konsep dari kedua item tersebut psangat berkaitan
dan penting untuk di pelajari agar kita dapat terhindar dari konflik. Diharapkan didalam kehidupan sehari-hari kita bisa menjadi
bagaian dari anggota kelompok yang dapat menjalin komunikasi yang baik antar teman,
sahabat, orang tua, rekan kerja, dan lain halnya.
Dengan keterbatasan yang ada baik dari segi waktu
maupun pengetahuan penyusun yang masih minim kemungkinan ditemukan kekurangan-kekurangan pada penulisan makalah ini. Oleh karena itu dengan penyusun mengharapkan kesediaan kritik dan saran dari teman-teman, yang membangun dan untuk menambah wawasan penyusun.
DAFTAR PUSTAKA
Toha, Miftah. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Grafindo Persada. 2011
Wahjono, Imam. Perilaku Organisas. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010
Devito,
Joseph. The Interpersonal Communication
Book, Herper Collins College, New York, 1998
Ghojali, M. Bagus. Buku Ajar Psikologi Komunikasi-Fakultas Psikologi. Surabaya: Universitas Airlangga. 2010
(diakses tanggal
23 Febuari 2015)
Stephen,
Robbin. Perilaku Organisasi . Jakarta
: Salemba Empat. 2008
Kurniawati,
Nia Kania. Komunikasi Antar Pribadi.
Yogyakarta: Graha Ilmu. 2013
http://www.psychologymania.com/2012/06/pengertian-perilaku organisasi.html (diakses tanggal 24 Febuari 2015)
Morissan. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia
Indonesia. 2014
http://wwwtitisiswati.blogspot.com/2011/11/contoh-kasus-konflik-buruh-dengan-pt.html
(diakses tanggal 25 Febuari 2015)
Prabu,
Anwar. Perilaku dan Budaya Organisasi.
Bandung: PT.Refika Aditama. 2008
|
Somad, Rismi. dkk. Manajemen Komunikasi (Mengembangkan Bisnis Berbasis Pelanggan). Bandung:
Alfabeta: 2014
0 Response to "Makalah Kelompok dan Hubungan Interpersonal Karyawan"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)