Cerita menjadi Fans Arsenal Sejati
Oleh : Jhon Miduk Sitorus
Nama saya Jhon Miduk Sitorus, saya
memiliki kebiasaan agak berbeda dengan teman-teman saya. Disaat semua
teman-teman saya mendukung sesuatu karena memang apa yang mereka dukung itu
adalah sebuah hal yang hebat, saya justru tidak bersimpati untuk ikut
mendukungnya dan malah mendukung hal-hal yang pada umumnya mereka anggap adalah
yang terbaik. Begitu juga dengan menjadi Fans Club sepakbola, ketika pada masa
Kejayaan Real Madrid tahun 2000-an, banyak teman-teman saya yang suka terhadap
Real Madrid. Ketika masa kejayaan Manchester United tahun 2007-2009, banyak
yang sangat gemar sekali dengan Manchester United, ketika masa kejayaan
Barcelona tahun 2009 hingga tahun 2013, begitu banyak teman-teman saya yang
sangat menyukai dan gemar sekali membicarakan tentang Lionel Messi, Iniesta,
Neymar, dan lain-lain. Terakhir, ketika Manchester City berhasil menjadi juara
premier League sebanyak 2 kali dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, begitu
banyak juga teman-teman saya yang sangat suka terhadap Tim asal Kota Manchester
ini. Banyak yang mengatakan mereka sebagai “Fans Karbitan” karena hanya menjadi
fans kepada tim-tim yang sukses disaat itu saja, atau dikenal hanya nama saja
bukan secara detail benar-benar mengetahui tentang tim kesayangan mereka.
Tetapi itu semua tidak boleh saya salahkan, semua orang mempunyai cara
yang
berbeda untuk menjadi fans Klub idolanya.
Saya jatuh cinta kepada Arsenal FC
sejak kelas 3 SMP tahun 2007, dimana saat itu baru pertama kali saya membaca
Koran bola yang saya temukan tercecer di depan rumah kakek saya, maklum disaat
itu Koran khusus bola masih sangat sulit didapatkan di kampung saya. Kebetulan
saat itu, saya melihat gambar Thierry Henry yang menjadi “head line” Koran bola
tersebut edisi tahun 2005. Tidak tahu mengapa, saya langsung tertarik dan
membawanya ke rumah, apalagi masih ada gambar pemain lainnya seperti Robert
Pires, Sylvain, Alex Helb, Berkamp, Jose Antonio Reyes dan lain-lain. gambar
mereka amat mempesona bagi saya, bahkan saya sudah lebih dari 20 kali membaca
berita itu dan selalu saya simpan baik-baik dikamar saya. Akhirnya saya
menggunting gambar Thierry Henry yang mengenakan Kostum Arsenal warna merah
marun lengkap dengan biodatanya kemudian saya tempelkan di pintu kamar saya.
Hingga sekarang, potongan kertas Koran bola pertama saya masih ada tertempel
utuh di pintu kamar saya. Sejak itu, saya rajin mengkoleksi foto-foto dari
Koran terutama yang bertemakan Arsenal. Sejak itu pula, saya menjadi pecinta
sepakbola, meski dalam kenyataannya dalam bermain sepakbola saya tidak terlalu
bisa diharapkan. Sejak itu pula saya rajin menonton membicarakan sepak bola,
dari yang biasanya tidak pernah berbicara apa-apa tentang sepakbola, saya
menjadi seperti seorang komentator sepakbola di kelas ketika sekolah baik SMP,
SMA, hingga Kuliah, ya kira-kira seperti Bung Tommy Welly hehe.
Rasa cinta saya kepada tim berjuluk
The Gunners ini memang tidak terbantahkan. Sejak tahun 2008, saya selalu
mengikuti perkembangan Arsenal setiap saat dan berusaha tidak ketinggalan satu
moment pun baik dalam pra musim, masa transfer, setiap pertandingan Premier
League, Champions League, FA Cup, Carling Cup, dan berbagai kompetisi yang
diikuti. Tahun 2008, kenangan pahit membuat saya menangis ketika Thierry Henry
yang baru saja saya kenal sudah pindah ke klub yang tidak pernah saya sukai
sama sekali, FC Barcelona. Henry memang sukses besar bersama Barcelona dibawah
pelatih Guardiola dengan memenangkan beberapa trofi bergengsi terutama trofi
Liga Champions yang selama ini tidak pernah didapatkannya selama berkarir di
Arsenal. Sehabis Henry, para pemain Arsenal selanjutnya mengikuti jejaknya
untuk pindah ke klub lain setelah bersinar di Arsenal, seperti Adebayor, Van
Persie, Nasri, Fabregas, Alex Song, dan lain-lain dengan alasan ingin mendapatkan
trofi. Sejak tahun 2005-2013, Arsenal memang tidak mampu meraih satu trofi.
Arsenal hanya menjadi pemanas Big Four Liga Inggris dan penghangat di Liga
Champions. Tetapi tahun 2014, Arsenal berhasil memboyong gelar FA Cup setelah
mereka mengalahkan Hull City 3-2 di Webley Stadium, pertama kali saya melihat
tim kesayangan mengangkat trofi resmi dan bergengsi.
Bicara tentang puasa gelar yang
hampir 9 tahun telah menghantui Arsenal, hal ini selalu membuat teman-teman
saya selalu membuly saya dikelas. Apalagi ketika pertandingan besar, Arsenal
sering mengalami kekalahan yang sangat telak. Disaat teman-teman saya berpesta
dan menjagokan tim lain, saya tetap tidak berpindah kelain hati dengan tetap
mendukung klub asal London Utara ini. Saya masih mengingat ketika tahun 2010
Lionel messi mencetak 4 gol ke gawang Manuel Almuinia di perempat final Liga
Champions, Manchester United mengalahkan Arsenal 3-1 di Emirates stadium dengan
gol ciamik Ronaldo saat semifinal Liga Champions tahun 2009, kalah 2-8 dari Man
United tahun 2012, dan lain-lain. tetapi semua itu justru membuat saya semakin
tegar untuk mendukung Arsenal. Saya tidak pernah merasa malu sekalipun Arsenal
kalah telak dan gagal meraih gelar.
Banyak pelajaran tentang hidup yang
bisa saya dapatkan dari klub Arsenal. Filosofi Arsenal “Victoria Concordia
Crescit” kemenangan berasal dari keharmonisan. Arsenal selalu menginginkan
proses daripada hasil. Arsenal adalah tim yang paling banyak mengembangkan
bakat-bakat muda berkat keahlian dari sang professor “Arsene Wenger”. Bangkit
dari kegagalan, gagal lagi, kemudian bangkit lagi dan tetap bertahan dengan
mental dan tradisi berada di papan atas Liga Premier Inggris menjadi hal yang
tidak pernah terlupakan dan patut untuk dibanggakan. Fleksibelitas ketika seorang
bintang sudah pergi selalu bisa digantikan oleh tunas-tunas yang baru.
Kepergian Thierry Henry bisa ditutupi oleh Fabregas dan Adebayor, kepergian
Adebayor dan Fabregas bisa digantikan oleh van Persie, terakhir kepergian Van
Persie bisa ditutupi oleh penampilan ciamik Aaron Ramsey yang terpilih menjadi
PFA Team of The year bersama Szcnesny. Apalagi Arsenal tahun ini dipenuhi oleh
gelandang kreatif seperti Cazorla, Arteta, Wilshere, Ramsey, Ozil, Podolski,
Wallcott, Chamberlain, Rosicky, dan lain-lain, dan terakhir Arsenal mampu
mendatangkan salah satu pemain terbaik dari FC. Barcelona “Alex Sanchez”.
Semuanya adalah cerita yang
menarik yang tidak akan bisa saya
lupakan seumur hidup saya. Hidup saya diajarkan untuk selalu menjalani proses
yang sedang berlangsung karena itu adalah rancangan Tuhan untuk saya. Sepakbola
tidak selamanya hanya sekedar menjadi sebuah pertandingan olahraga atau bahkan
yang terbaru sekarang menjadi sebuah seni karena mengandalkan kreativitas
masing-masing pemain terutama para playmaker dan gelandang. Tidak ada
kesuksesan yang datang dengan instan. Sekalipun Manchester City bisa
menghadirkan trofi dalam beberapa musim terakhir, tetapi tetap lebih manis
hasilnya dari mengembangkan bakat-bakat pemain muda plus pemain senior yang dikembangkan
oleh Wenger. Tuhan akan selalu memberikan hasil yang kita harapkan selama ini,
tentu dengan kerja keras dan konsistensi yang sangat tinggi karena tim lain
juga tentu melaksanakan hal yang sama. Tangan dingin Arsene Wenger telah
melahirkan banyak pemain-pemain yang tidak dikenal oleh orang-orang menjadi
buah bibir di masyarakat Internasional. Kesabaran untuk selalu konsisten dan
membuat inovasi baru akan menjadi sebuah sejarah dalam sepak bola dan prinsip
hidup saya. Arsenal ada di dalam diri saya, dan saya selalu cinta Arsenal
sampai kapanpun.
0 Response to "Cerita menjadi Fans Arsenal Sejati"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)