Sistem Pendidikan Di Finlandia
Kegiatan sekolah di Finlandia
rata-rata hanya 30 jam perminggu, berarti hanya 6 jam perharinya. Pelajar akan
masuk sekolah pukul 08.00 dan akan pulan pukul 13.00. artinya, disana perilaku
sekolah non-asrama, bukan full-day school. Ternyata, jumlah waktu
untuk bertemu keluarga di rumah menjadi prioritas yang paling penting.
Interaksi keluarga dianggap sebagai sebuah proses penting yang tidak akan
pernah dijumpai disekolah.
Untuk menjadi guru di Finlandia,
harus membutuhkan kerja dan usaha yang sangat keras. Untuk dapat kuliah
dijurusan pendidikan saja, seseorang harus bersaing sangat ketat. Fakultas
Pendidikan dikatakan sebagai Fakultas
yang paling bergengi disbandingkan dengan fakultas lainnya. Rata-rata dari 7
orang peminat, hanya 1 yang akan diterima di fakultas Pendidikan. Tidak heran,
fakultas tersebut begitu diminati karena gaji guru fi Finlandia rata-rata
mencapai $2.311 perbulan. Negara dan rakyat Finlandia menempatkan guru sebagai
profesi yang terhormat dan mereka yang menyandang profesi itu pun terasa
mendapat sebuah prestise dan kebanggaan tersendiri. (ingat guyonan klasik kita,
seorang calon mertua tidak akan menerima calon mantunya jika dia bekerja
sebagai seorang guru)
Guru-guru di Finlandia dibebaskan
menyusun kurikulum dan silabus sesuai dengan visi dan misi sekolah. Dengan
kreatif, mereka merancang buku teks yang aplikatif. Hamper semua guru menjadi
penulis, minimal menulis buku pelajaran yang akan mereka gunakan dikelas.
Mereka juga menggunakan strategi belajar-mengajar yang beragam dengan
memperhatikan multiple Intelegences semua
siswa. Guru juga menentukan model evaluasi dan penilaian setiap aktivitas
belajar mengajar. Dan akhirnya, gurulah yang menjadi penilai terbaik bagi para
siswanya. Dampak dari otonomi guru tersebut menjadikan guru-guru di Finlandia
sangat bertanggungjawab terhadap keberhasilan pendidikan para siswanya. Bahkan
moto guru di Finlandia “jika saya gagal dalam mengajar seorang siswa, itu
berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya”.
Kewibawaan guru demikian tinggi
dimata para siswanya. Mereka sangat menghindari memberi kritik terhadap
pekerjaan siswa, tetapi mereka mengajak para siswa untuk membandingkan dengan
nilai sebelumnya yang pernah diraih (konsep Ipsative). Para guru menghindari
memvonis siswa dengan mengatakan “kamu salah!” karena menganggap sebagai hal
biasa jika siswa melakukan kesalahan, termasuk dalam mengerjakan soal-soal.
Prose belajar-mengajar berjalan dua
arah. Suasana sekolah boleh dibilang jadi lebih cair, fleksibel, dan
menyenangkan. Dan efektif. Siswa di Finlandia juga diarahkan mampu mengevaluasi
secara mandiri hasil belajar masing-masing. Hal itu diterapkan sejak
dini/Pra-TK. Mereka didorong bekerja secara individual, tak peduli apapun
hasilnya. “ini akan membantu siswa untuk belajar bertanggungjawab atas
pekerjaan mereka sendiri”, kata Sundstrom, seorang kepala sekolah dasar di
Poikkilaakso, Finlandia.
Sampsa Vourio, seorang guru di
Torpparinmaki, menjelaskan bahwa sistem pendidikan dinegaranya yang dijalankan
sangat demokratis. Penekanan belajar focus pada proses, bukan pada hasil
belajar. Remedial tidak dianggap sebagai kegagalan, tetapi untuk perbaikan,
dengankan Pekerjaan Rumah (PR) dan ujian tidak harus dikerjakan dengan sempurna-yang
penting siswa menunjukkan adanya usaha. Ujian justru dipandang sebagai
penghancur mental siswa. Tidak ada system peringkat (ranking) sehingga siswa
merasa percaya diri dan nyaman terhadap dirinya. System peringkat dipandang
hanya akan membuat guru terfokus pada murid-murid terbaik saja, bukan kepada
seluruh murid.
Kesimpulanya, Finlandia telah sukses
menggabungkan kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi, dan komitmen
dengan keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi.
Sumber
: Chatib Munif. Gurunya Manusia.
Kaifa. Jakarta. Bandung, 2012.
0 Response to "Sistem Pendidikan Di Finlandia"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)