Sepakbola Adalah Seni
Melihat
perkembangan sepak bola zaman sekarang ini, bagaimana cara bermain, taktik yang
diterapkan, serta proses pengaturan strategi dan formasi yang akan diterapkan
dalam skuad yang bersangkutan hingga membaca pergerakan dan permainan lawan
sungguh sebuah proses yang luar biasa untuk mendefenisikannya sebagai sebuah
proses yang sangat indah dan panjang
untuk menjadi goal dalam sebuah pencapaian permainan sepakbola.
Ki Hajar Dewatara pernah mengatakan bahwa “seni
adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaaan dan sifat indah,
sehingga menggerakkan jiwa dan perasaaan manusia”. Jika seni itu timbul
dari perasaaan yang bersifat indah, jelas sepakbola tidak boleh dipisahkan dari
sifat indah tersebut. Saya melihat begitu indahnya tiki-taka yang dimainkan
oleh FC. Barcelona dibawah kepelatihan Joseph Guardiola pada kurun waktu
2009-2012 sehingga mereka benar-benar menjadi momok yang menakutkan bagi
seantero sepakbola dunia. Namun bagi penikmat sepakbola, momok yang menakutkan
itu menjadi sebuah seni yang tidak tergambarkan hasilnya sehingga menjadi
inspirasi bagi mereka atau tim lain untuk berkarya.
Banyak
tim sepakbola yang menggambarkan permainan mereka tersendiri sebagai bentuk
jati diri mereka yang sebenarnya dan itu adalah sebuah karya seni yang tidak
bisa dibandingkan dengan karya semesta apapun. Bekerja sama untuk mencetak gol
demi gol, berselebrasi ketika mencetak gol atau meraih trofi, meluapkan
emosional ketika gagal mencetak gol, atau bahkan tidak dapat menahan deru air
mata saat merasa terharu atau gagal. Semua itu begitu teratur dan natural tanpa ada sebuah acting layaknya
di film Hollywood yang mampu membawa
khayalan kita kealam dunia mereka atau bahkan benar-benar kedunia lain kecuali
lain halnya dengan kasus diving.
Karya ini menjadi sebuah seni yang mengandung sebuah estetika yang luar biasa
dan tidak akan bisa dipisahkan dari hal apapun.
Sepakbola
adalah sepakbola, sepakbola memiliki aturan tersendiri yang membuat seluruh
pelaku dan penikmat harus mematuhi aturan tersebut, mau tidak mau, suka tidak
suka, tetapi itulah nyatanya sepakbola menyatukan manusia lewat aturannya yang
terbilang otoriter meski semua kalangan menerimanya dengan lapang dada sembari
melakukan perubahan yang mengikuti perkembangan zaman. Bayangkan ketika dalam
laga final piala dunia 2014 Jerman vs Argentina dikontrol oleh seorang pemain
yang bernama referee atau wasit. Laga ini dihadiri oleh beberapa
pemimpin negara yang bersangkutan dan pemimpin negara yang ikut diturnamen ini
harus mampu bersabar sejenak ketika wasit harus meniupkan peluit saat Lionel
Messi di langgar walau kelihatan hanya sekedar pelanggaran biasa saja. Sangat
menyulut emosi memang, hingga membuat semua orang harus kembali saling
merangkul ketika laga telah usai dan berkata “Kita adalah teman!” tanpa terkecuali. Anda masih ingat ketika laga
Real Madrid vs Atletico Madrid di semifinal Copa Del Rey 2014, Diego Costa
sering beradu mulut dan fisik terhadap Pepe dan Sergio Ramos? Semua hal itu
sirna ketika wasit meniup peluit panjang terlihat sebuah keajaiban, Costa,
Sergio ramos berikutnya dengan Pepe saling bepelukan dan bermaaf-maafan.
Kembali
ke soal seni, sepakbola sudah menggambarkan jati dirinya sebagai seni yang
tidak ternilai, entah siapa pencetus permainan lapangan besar ini yang jelas
ini adalah sebuah karya yang termasyhur. Karya ini lebih melesat penyebarannya
dari ilmu pengetahuan sekalipun atau bahkan agama-agama terbesar yang ada di
dunia. Agama bisa menimbulkan kontrovesial bagi umat manusia, tetapi sepakbola
tidak. Sepakbola kelihatan lebih dari sebuah agama dimana didalamnya terdapat
orang-orang yang bersatu dari berbagai latar belakang agama, suku, ras, Negara,
benua, dan lain-lain. Ingat ketika tahun 2000-an, ketika konflik Israel dan
Palestina sedang dalam kondisi yang amat parahnya, pernah kedua Negara tersebut
melakukan sebuah pertandingan persahabatan. Ya, pertandingan persahabatan
namanya, lebih dari sekedar pertandingan yang biasanya untuk merebut sebuah
harga diri dan trofi bergengsi, tetapi ini adalah demi sebuah misi kemanusiaan
tanpa ada campur tangan politik, militer, dan agama didalamnya. Sangat indah
bukan?
Kembali
ke permainan sepakbola yang menyedot perhatian sejagat raya, permainan yang
didasarkan pada taktikal maupun yang dikategorikan sebagai hasil dari sebuah
keberuntungan menjadi sebuah tontonan yang lebih dari sekedar pertandingan. Jika
kita melirik bagaimana panasnya persaingan di Liga Inggris sampai-sampai posisi
8 besar pun menjadi sebuah ajang yang menjadi hidup mati bagi tim peserta Liga
Premier Inggris. Kita bisa melihat permainan Manchester United yang begitu
dominan dibawah asuhan Sir Alex Ferguson tetapi kemudia tiba-tiba performanya
menurun tajam di era David Moyes dan sekarang sedang dalam tahap kebangkitan
kembali dari keterpurukan dimana musim lalu MU tidak bisa mencicipi panasnya
persaingan Liga Champions Eropa. Atau kita melihat indahnya permainan Arsenal
yang mengundang decak kagum, posisional penguasaan bola yang teratur, dinamis,
serta memiliki pemain-pemain yang serba kolektif, semua ini menunjukkan betapa
tidak habisnya sebuah kata seni jika
berbicara tentang indahnya sepakbola.
Hal
yang membuat seni sepakbola semakin indah adalah ketika masing-masing pemain
saling mengerti dan mengetahui satu sama lain dalam suatu tim sehingga tercipta
sebuah permainan yang begitu harmonis. Ada istilah permainan tiki-taka, dimana
para pemain dalam suatu tim mampu saling mengoper dalam jarak yang begitu dekat
sehingga membuat pemain lain kebingungan dalam mendapatkan bola, ada kick and rush seperti yang telah pernah
diterapkan oleh Manchester United para periode awal 2000-an, bahkan baru-baru
ini ada yang menyebutkan permainan Bus
Parking seperti yang telah diterapkan oleh Chelsea dalam beberapa tahun
belakangan ini. Masing-masing tim membawa citra tersendiri yang tidak bisa
digantikan oleh apapun karena itu telah menjadi karakteristik pribadi tim. Tidak
ada yang bisa disalahkan atas karakteristik tersebut karena itulah namanya perbedaaan.
Masih ingat ketika Chelsea berhasil menjuarai Liga Champions pada tahun 2012
dengan permainan pragmatisnya? Mereka bahkan mengalahkan tim yang mengandalkan tiki-taka di babak gugur seperti Bayern
Munchen di Final dan Barcelona di semifinal.
Semua
permainan sepakbola memiliki nilai seni dan estetika tersendiri karena berasal
dari kumpulan individu yang tentu berbeda-beda. Baik bagi kalangan penikmat
maupun pelaku sepakbola, kita sudah sebaiknya mensyukuri apa yang telah kita
dapatkan dari sepakbola. Dengan sepakbola kita mengerti bagaimana belajar
tentang hidup, bangkit dari kekalahan, menikmati setiap kemenangan yang ada,
dan mensyukuri talenta yang telah kita dapatkan. Dengan sepakbola juga kita
bisa belajar tentang pebedaan duniawi yang tidak kunjung abadi ini. semua
pelajaran tentang hidup telah dituangkan oleh Maha Pencipta dalam sebuah
permainan yang bernama Sepakbola.
·
Penulis adalah seorang mahasiswa yang
juga merupakan penulis untuk beberapa surat kabar, beredar di dunia maya dengan
akun @JhonMiduk.
0 Response to "Sepakbola Adalah Seni"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)