Penyebab Kegagalan Kurikulum 2013
Belum
genap 1 tahun berjalan, Kementerian Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah
sudah menghentikan operasional atau pelaksanaan kurikulm 2013 pada bulan
Desember 2014. Tentu ini adalah sebuah kejutan sekaligus ujian yang amat berat
bagi dunia pendidikan Indonesia ditengah carut marut situasi politik, ekonomi,
dan pendidikan yang tidak menentu.
Kurikulum pada dasarnya merupakan
salah satu perangkat pendidikan untuk mencapai tujuan dari pendidikan yang
telah diselengarakan oleh Negara. Pendidikan kita telah beberapa kali berganti
kurikulum karena memang harus disesuaikan dengan kebutuhan zaman serta situasi
dan kondisi yang mendukung. Kurikulum 2013 dari awalnya memang sudah kelihatan
seperti akan menemui ajalnya karena lambatnya sosialisasi yang dilakukan oleh
pemerintah kepada para guru, orang tua, dan siswa itu sendiri. Kelemahan itu
semakin jelas terlihat ketika memasuki tahun ajaran baru, system dan metode
belajar yang digunakan masih sangat jauh dari harapan. Berikut ini beberapa
penyebab utama kegagalan pelaksanaan kurikulum 2013 yaitu:
1. Bertentangan
dengan UU Nomor 20 Tahun 2003
UU
no.20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional berbeda haluan dengan
kurikulum 2013 karena penekanan pengembangan kurikulum hanya didasarkan pada
orientasi pragmatis. Selain itu, kurikulum 2013 tidak didasarkan pada evaluasi
dari pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 sehingga dalam
pelaksanaannya bisa membingungkan guru dan pemangku pendidikan.
2. Kurangnya
Keterlibatan Guru oleh Pemerintah
Dalam
kurikulum 2013, keterlibatan guru sangat kurang dalam mengembangkan kurikulum
sehingga apa yang disalurkan dari pusat, itu yang dilaksanakan secara
sepenuhnya di sekolah masing-masing. Pemerintah juga seolah melihat semua guru
dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam kurikulum 2013.
3. Ketidakseimbangan
Orientasi
Orientasi
dan hasil kurikulum 2013 sangat tidak seimbang, dimana kurikulum ini
dititikberatkan pada peranan siswa apalagi ditambah dengan pembelakuan Ujian
Nasional (UN) yang masih diterapkan. UN hanya mendorong orientasi pendidikan
pada hasil dan sama sekali tidak memperhatikan proses pembelajaran yang telah
dilalui.
4. Integrasi
Mata Pelajaran IPA dan IPS dalam bahasa Indonesia
Pengintegrasian
Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar atau lebih sering disebut tematik.
Menggabung semua mata pelajaran dalam suatu topic akan semakin menyulitkan guru
dan siswa dalam melakukan proses belajar mengajar. Bayangkan, mata pelajaran yang
dipisah saja susah dimengerti, apalagi semua mata pelajaran disatukan.
5. Sosialisasi
Mungkin
ini adalah penyebab terbesar mengapa kurikulum 2013 gagal sedemikian rupa.
Negara Indonesia yang terdiri dari ribuah pulau, tidak cukup waktu satu tahun
untuk melakukan sosialisasi kurikulum yang baru. Minimal diperlukan waktu 3
tahun agar benar-benar matang dan bisa dilaksankaan secara serentak, sehingga
tidak ada lagi kesenjangan kurikulum yang terjadi antar sekolah, maupun wilayah
tertentu. Sosialisasi yang dilakukan juga tidak hanya sekedar menyampaikan apa
itu kurikulum 2013, tetapi benar-benar melakukan uji coba dan melihat hasil
untuk dijadikan bahan evaluasi untuk dijadikan bahan pedoman pelaksanaan
kurikulum.
Ibarat
sebuah anggota tubuh yang digunakan untuk melengkapi anggota tubuh lain yang
cacat, hal itu belum tentu menjadi sebuah kepastian untuk menopang tubuh
tersebut, begitu juga dengan kurikulum. Kegagalan hanyalah sebuah jalan untuk mencapai sebuah kepastian dalam
pendidikan. Evaluasi dari kegagalan ini suatu saat nanti akan menjadi
pembelajaran yang berharga bagi kita semuanya.
Diperlukan upaya persiapan yang
matang dan maksimal dalam pembaharuan kurikulum agar tidak kembali menemui
kegagalan yang serupa. Apalagi Negara Indonesia bukan hanya 1 wilayah daratan
yang mudah dijangkau saja, melainkan terdiri dari daratan yang dipisahkan oleh
bermil-mil lautan yang membentang luas, ditambah lagi dengan sarana dan
fasilitas belajar yang belum merata di semua wilayah. Semoga kurikulum
selanjutnya menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.
Thank you for your dedication to sharing these insights! Also check the Getting married after 50
BalasHapus