Sistem Kearsipan Menggunakan Nomor
Sistem nomor
adalah sistem penyimpanan dan penemuan kembali arsip yang disusun dengan
menggunakan
kode angka/nomor. Adapun sistem nomor yang digunakan berdasarkan peraturan yang sudah lazim digunakan yakni.
kode angka/nomor. Adapun sistem nomor yang digunakan berdasarkan peraturan yang sudah lazim digunakan yakni.
- Sistem
penyimpanan arsip berdasarkan nomor Dewey
- Sistem
penyimpanan arsip berdasarkan nomor seri (urut)
- Sistem
penyimpanan arsip berdasarkan terminal digit.
Sistem
penyimpanan arsip berdasarkan nomor banyak digunakan di berbagai kantor atau
instansi yang penggunanya menggunakan urutan nomor, cth, KTP, No. Rek Bank,
Nomor Induk Siswa (NIS), dan penggunaan nomor lain semacamnya.
Contoh:
Contoh:
- Sekolah
: Nomor Induks
Sekolah
- Perguruan
Tinggi : Nomor Induk Mahasiswa
- PLN
:
Nomor Rekening Listrik
- Rumah
Sakit : Nomor Identitas Pasien
Seperti
dijelaskan diatas bahwa penyimpanan arsip dengan sistem nomor menggunakan
penyimpanan dengan metode nomor tertentu, berikut akan dijelaskan metode-metode
tersebut.
1.
Penyimpanan arsip berdasarkan nomor Dewey
Filing sistem ini diciptakan oleh Malvile Dewey. Sistem ini disebut juga sistem desimal dengan menggunakan notasi angka 0-9. Untuk menyusun arsip dengan sistem nomor kita perlu membuat daftar klasifikasi, daftar klasifikasi ini adalah daftar yang memuat segala persoalan kegiatan yang ada di dalam kantor/perusahaan.
Membuat daftar klasifikasi Dewey memerlukan pemikiran yang tajam, karena setiap tingkat permasalahan hanya dibuat 10 masalah saja. Masalah utama terdiri dari 10 masalah. Setiap satu masalah utama terdiri dari 10 sub masalah. Setiap satu sub masalah terdiri dari 10 sub-sub masalah. Oleh karena itu, pengelompokan nama masalah harus benar-benar teliti, sehingga semua masalah surat dapat tercakup semua dalam klasifikasi.
Contoh daftar klasifikasi nomor Dewey.
Masalah utama Sub Masalah Sub-sub Masalah
000 Organisasi
100 Kepegawaian
100 Upah
110 Cuti
110 Cuti Melahirkan
111 Cuti Sakit
112 Cuti Tahunan
200 Keuangan
200 Kredit
210 Pajak
210 Pajak Motor
211 Pajak Mobil
212 PBB
213 PPH
Setelah membuat daftar klasifikasi, hal berikutnya dalam penyimpanan kearsipan adalah mempersiapkan peralatan dan perlengkapan. Berikut ini adalah jenis perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan dalam sistem Dewey.
1. Filing cabinet
Diperlukan 10 Laci filing cabinet, kode laci ini sebagai penunjuk masalah utama. Kode laci ini berurutan sebagai berikut.
Laci 1 Kodenya 000
Laci 2 Kodenya 100
Laci 3 Kodenya 200
Laci 4 Kodenya 300
Laci 5 Kodenya 400
Laci 6 Kodenya 500
Laci 7 Kodenya 600
Laci 8 Kodenya 708
Laci 9 Kodenya 800
Laci 10 Kodenya 900
2. Guide
Setiap masalah utama terdiri dari 10 sub masalah. Maka apabila ada 10 masalah utama berarti ada 100 sub masalah. Oleh karena itu dibutuhkan pula guide sebanyak 100 buah. Untuk Kode guidenya sendiri dapat dilihat sebagai berikut.
Guide 1 Kodenya 000
Guide 2 Kodenya 010
Guide 3 Kodenya 020
Guide 4 Kodenya 030
Guide 5 Kodenya 040
Guide 6 Kodenya 050
Guide 7 Kodenya 060
Guide 8 Kodenya 070
Guide 9 Kodenya 080
Guide 10 Kodenya 090
3. Hanging Folder
Setiap sub masalah terdiri dari 10 sub-sub masalah. Jika ada 100 sub masalah berarti dibutuhkan 1.000 hanging folder. Hanging folder ini terletak dibelakang guide. Pada guide 010, terdapat 10 hanging folder yang berkode sebagai berikut.
Hanging folder 1 Kodenya 010
Hanging folder 2 Kodenya 011
Hanging folder 3 Kodenya 012
Hanging folder 4 Kodenya 013
Hanging folder 5 Kodenya 014
Hanging folder 6 Kodenya 015
Hanging folder 7 Kodenya 016
Hanging folder 8 Kodenya 017
Hanging folder 9 Kodenya 018
Hanging folder 10 Kodenya 019
d. Kartu indeks
Kartu indeks digunakan untuk mencatat setiap surat yang disimpan.
e. Rak sortir
Jumlah rak sortir disesuaikan dengan kebutuhann.
Setelah peralatannya sudah tersedia, maka langkah selanjutnya adalah penyimpanan dengan menggunakan sistem ini, prosedurnya adalah sebagai berikut.
- Memeriksa
berkas. Tahap ini dilakukan dengan memeriksa
tanda-tanda perintah penyimpanan arsip, apakan ada tanda 'dep', simpan,
dan lain sebagainya.
- Mengindeks,
mengindeks
dilakukan dengan cara melihat masalah surat tersebut kemudian mencocokan
dengan daftar klasifikasi nomor Dewey yang sudah kita buat tadi Jangan
lupa untuk membuat kartu indeksnya.
- Mengode, memberi
kode pada surat dengan nomor klasifikasi Dewey. Contoh: Masalah cuti
melahirkan berkode 111.6. Saat memasukan surat ke folder, petugas harus
melihat surat ini merupakan surat yang keberapa. Jika di folder sudah ada
6 surat, berarti surat ini merupakan surat yang ke 7. Sehingga kode
surat menjadi 111.6 (surat dimulai dari kode 0 sebagai urutan 1).
- Menyortir,
kegiatan
ini dilakukan jika jumlah surat sudah banyak.
- Menempatkan,
tempatkanlah
surat di dalam laci berkode 100, dibelakang guide berkode 110, di dalam
hanging folder berkode 111, surat urutan ke 7 dari belakang.
Sedangkan
untuk prosedur penemuan kembali menggunakan sistem nomor dewey ini adalah
sebagai berikut
- Jika
kode surat yang akan dicari sudah di ketahui, maka langsung cari saja pada
tempat penyimpanannya.
- Contoh:
Arman akan mencari surat berkode 245.1. Maka ia akan mencari pada laci
berkode 200, dibelakang guide berkode 240, dalam hanging folder 345,
urutan surat ke 2 (2+1).
- Ambil
surat dari folder dan tukar dengan lembar pinjam arsip (lembar 1)
- Berikan
kepada peminjam berikut lembar pinjam arsip (lembar 2)
- Simpan
lembar pinjam arsip (lembar 3) pada tickler file.
- Sedangkan
jika tidak mengetahui surat yang akan dicari, maka pergilah ke cardex
untuk melihat kartu indeks. kemudian lihatlah kodenya dan carilah seperti
cara yang diatas.
Sistem ini
dilakukan jika jumlah arsip yang disimpan berkisar 1.000 sampai 10.000 arsip.
Penomoran dimulai dari nomor 1,2,3, dan seterusnya. Pada sistem ini setiap
koresponden diberi nomor kode sesuai dengan urutan yang berlaku pada Buku
Nomor.
Buku Nomor adalah
buku yang berisi nomor-nomor yang sudah digunakan sebagai nomor koresponden
(nama) dalam file sistem nomor. Nama koresponden yang dapat deberi kode nomor
adalah jika surat atas nama tersebut sudah lebih dari 5 surat. Tetapi jika
belum mencapai 5 surat, maka belum ditulis pada buku nomor, surat diberi kode
sementara dengan huruf C yang berarti file Campuran.
Untuk daftar
klasifikasi nomor seri adalah sebagai berikut.
1 - 100
(kode laci)
1 - 10 (kode guide
11 - 20
11 (kode hanging folder)
12
13
14
15
16
17
18
19
20
101 - 200
101 - 200
Untuk jenis-jenis peraelatan dan perlengkapan yang digunakan adalah sebagai berikut.
a) Filing cabinet
Satu laci filing cabinet dapat menampung sampai sebanyak 5.000 surat. Namun untuk mempermudah menyimpan dan mengambil arsip sebagiknya diisi dengan 3.500-4000 arsip. Berarti untuk menyimpan 10.000 surat diperlukan 3 laci filing cabinet (satu filing cabinet berlaci 3).
b) Guide
Guide diperlukan sebagai pembatas, dibelakang guide ditempatkan beberapa folder, kurang lebih sepuluh folder. Satu folder berisi 25 lembar surat, berarti satu laci memuat 150 folder. Sehingga diperlukan 10 guide setiap laci.
c) Hanging Folder
Satu laci butuh sekitar 150 hanging folder. Berarti dibutuhkan sekitar 450 hanging folder untuk menyimpan arsip sebanyak 10.000 lembar.
d) Kartu Indeks
Kartu indeks dibuat sebanyak jumlah nama koresponden dari arsip yang disimpan. Jika jumlah surat dari satu koresponden sudah lebih dari 5, maka kode surat pada kartu indeks ditulis dengan kode nomor, tetapi jika belum diberi kode C.
e) Buku Nomor
Perhatikan buku nomor berikut
Tanggal Nama Nomor File
10 Januari 2013 Muhammad Galih Prasetyo 100
15 Februari 2013 Muhammad Aryo Wibisono 101
25 Maret 2013 Adinda Nur Aisyah 102
Setelah peralatan untuk sistem ini tersedia maka langkah selanjutnya cara menyimpan arsip dengan sistem nomor seri ini adalah sebagai berikut.
a) Memeriksa Berkas
b) mengindeks
Tentukan nama koresponden dari surat/arsip yang akan disimpan, kemudian indeks sesuai peraturan mengindeks. Kemudian lihat kartu indeks nama tersebut pada laci cardex.
Setelah melihat kartu indeks akan menghasilkan tiga kemungkinan yaitu
- Jika
kartu indeksnya belum ada berarti arsip tersebut adalah koresponden baru,
sehingga perlu dibuat kartu indeksnya dan diberi kode C.
- Jika
indeksnya ada dan berkode C, berarti nama tersebut jumlah arsipnya masih
kurang dari 5 dan disimpan pada map campuran. Tidak perlu dibuatkan kartu
indeks. Bila jumlahnya lebih dari 5 surat, maka arsip tersebut dikeluarkan
dari map campuran dan ditempatkan pada map individu dan diberi kode nomor,
kode C pada karu indeks dicoret dan diganti dengan kode nomor.
- Jika
karu indeksnya ada dan bernomor, berarti arsip tersebut sudah lebih dari 5
surat dan berada pada map individu. Tidak perlu dibuatkan kartu indeksnya
lagi.
c) Mengkode
Beri surat
sesuai dengan nomor pada buku nomor. Atau kode C, jika jumlahnya belum mencapai
5.
d) Mensortir
Kegiatan ini
dilakukan jika surat dalam jumlah yang banyak.
e)
Menempatkan
Arsip
ditempatkan pada tempat penyimpanan sesuai dengan kode. Jika arsip berkode C,
maka ditempatkan pada laci berkode C (Campuran). Tetapi jika kodenya adalah
nomor, berarti ditempatkan pada laci yang berkode sesuai dengan nomor surat.
Contoh:
Arsip atas
nama Ari Junaedi akan disimpan dengan sistem nomor seri. Maka herlina sebagai
petugas arsip melakukan langkah-langkah berikut.
- Mengindeks
nama Ari Junaedi menjadi Junaedi, Ari.
- Mengkode
nama tersebut menjadi Ju.
- Mencari
pada karut indeks pada laci kode J, dibelakang guide Ju.
- Lihat
kode pada kartu indeks (kode 208).
- Beri
kode pada surat dengan kode 208.
- Tempatkan
arsip pada laci berkode 151-300, dibelakang guide 201-210, didalam hanging
folder berkode 208, dan ditempatkan paling depan.
Untuk
menemukan kembali arsip dengan menggunakan sistem ini, maka dapat dilakukan
langkah sebagai berikut.
- Cari
kode nomor arsip tersebut jika sudah diketahui. Jika belum, dapat dilihat
pada kartu indeks berapa nomor yang dimaksud.
- cari
arsip tersebut pada tempat penyimpanan sesuai dengan kode nomor arsip
tersebut.
- Ambil
arisp dan tukar dengan lembar pinjam arsip (lembar 1)
- Berikan
pada peminjam arsip berikut lembar pinjam arsip (lembar 2)
- Simpan
lembar pinjam arsip (lembar 3) pada tickler file.
3) Sistem
penyimpanan arsip berdasarkan nomor terminal digit
Sistem
penyimpanan arsip berdasarkan sistem terminal digit adalah sistem penyimpanan
dan penemuan berdasarkan nomor urut pada buku arsip. Nomor urut pada buku arsip
dimulai pada nomor 0000 (4 digit), sehingga arsip yang bernomor 0000 adalah
arsip yang pertama disimpan.
Untuk paham
sistem ini diperlukan konsentrasi yang tinggi, karena sistem ini sulit
dipahami
jika pertama
kali membaca. Pada sistem ini penomoran ditentukan pada satu kelompok nomor
yang mudah dibaca dari kanan ke kiri, yang dipisahkan dalam kelompok terdiri
dari 2 - 3 nomor.
Jenis-jenis
peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan pada sistem nomor terminal digit ini
adalah sebagai berikut.
a) Filing
Cabinet
Diperlukan
10 laci filing cabinet yang berkode
Laci 1
kodenya 00 - 09
Laci 2
kodenya 10 - 19
Laci 3
kodenya 20 - 29
Laci 4
kodenya 30 - 39
Laci 5
kodenya 40 - 49
Laci 6
kodenya 50 - 59
Laci 7
kodenya 60 - 69
Laci 8
kodenya 70 - 79
Laci 9
kodenya 80 - 89
Laci 10
kodenya 90 - 99
b) Guide
Setiap laci
terdiri dari 10 Guide. Jika 10 laci berarti dibutuhkan 100 guide. Laci yang
berkode 00-09, terdapat 10 guide yang berkode sebagai berikut.
Guide 1
kodenya 00
Guide 2
kodenya 01
Guide 3
kodenya 02
Guide 4
kodenya 03
Guide 5
kodenya 04
Guide 6
kodenya 05
Guide 7 kodenya
06
Guide 8
kodenya 07
Guide 9
kodenya 08
Guide 10
kodenya 09
c) Hanging
Folder
Di belakang
guide terdapat 10 hanging folder. Jika ada 100 guide berarti dibutuhkan 1.000
hanging folder.
Guide yang
berkode 00, terdapat hanging folder yang berkode sebagai berikut.
Hanging
folder 1 kodenya 00/0
Hanging
folder 2 kodenya 00/1
Hanging
folder 3 kodenya 00/2
Hanging
folder 4 kodenya 00/3
Hanging
folder 5 kodenya 00/4
Hanging
folder 6 kodenya 00/5
Hanging
folder 7 kodenya 00/6
Hanging
folder 8 kodenya 00/7
Hanging
folder 9 kodenya 00/8
Hanging
folder 10 kodenya 00/9
d) Kartu indeks
Setiap surat yang disimpan dibuatkan kartu indeksya
e) Buku Arsip
Buku arsip adalah yang digunakan untuk mencatat surat-surat yang akan disimpan sebagai arsip.
contoh.
NO. Tanggal Simpan Caption/Judul No. Surat Hal. Surat Ket.
0000 2 Jan 2014 Andika - Lamaran kerja -
0001 7 Jan 2014 PT Agung 3/B/1/14 Tagihan -
0002 3 Feb 2014 CV Aria 4/C/1/14 Tagihan -
Untuk menyimpan arsip sistem nomor dapat dilakukan sebagai berikut.
a) Memeriksa Berkas
Berkas diperiksa tanda-tanda perintah penyimpanannya
b) Mengindeks
Mengindeks dalam sistem terminal digit adalah membagi nomor arsip yang berasal dari buku arsip beberapa unit untuk menunjukkan letak/posisi dimana surat tersebut disimpan.
Jadi arsip yang akan disimpan terlebih dahulu dicatat dalam buku arsip untuk mendapatkan nomor urut penyimpanan yang sekaligus juga sebagai kode surat. Disamping itu jangan lupa dibuatkan kartu indeksnya.
Contoh kode surat 0456
Kode surat pada kartu indeks memiliki arti sebagai berikut.
Unit I
Diambil dua angka dari urutan paling akhir (56), artinya menyatakan nomor laci (50-59) dan nomor guide (56).
Unit II
Satu angka setelah unit ke satu (4), artinya menyatakan urutan folder yang tersimpan dalam laci (56/4).
Unit III
Semua angka setelah unit 1 dan 2 (0), artinya menyatakan urutan warkat yang ada dalam folder +1.
Berarti warkat yang berkode 0456, dapat kita simpan pada laci berkode 50-59, guide 56, hanging folder 56/4, pada urutan surat ke 1.
c) Mengkode
Menentukan kode berdasarkan nomor urut pada buku arsip. Jika surat terakhir yang disimpan sudah mencapai nomor 1000, maka surat selanjutnya bernomor urut 1001, sehingga kode nomor surat tersebut 1001.
d) Mensortir
Dilakukan jika jumlah arsip yang disimpan dalam jumlah yang banyak.
e) Menempatkan
Tempatkan arsip pada tempat penyimpanan yang sesuai dengan kode surat dan indeks dalam sistem terminal digit.
Untuk prosedur penemuan kembali dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
- Tentukan
kode surat yang ingin dicari
- jika
kode surat diketahui maka langsung ke tempat penyimpanan, tetapi jika kode
surat tidak diketahui maka merujuklah pada kartu indeks.
- cari
arsip pada tempat penyimpanan sesuai dengan ketentuan pemberian kode.
- ambil
arsip jika sudah ditemukan, dan tukar dengan lembar pinjam arsip (lembar
1)
- berikan
kepada peminjam arisp berikut dengan lembar pinjam arsip (lembar 2)
- simpan
lembar pinjam arisp (lembar 3) pada tickler file.
Kelebihan Sistem
Nomer
·
Teliti, karena penggunaan nomor tidak mungkin adanya
nomor ganda
·
Kode nomor dapat disamakan untuk semua unit kerja
·
Perluasan nomor tidak terbatas
·
Penunjuk silang disusun bersama-sama dengan indeks
·
Indeks memuat seluruh nama koresponden
Kelemahan Sistem
Nomer
·
Kearsipan tidak langsung, karena untuk dapat menemukan
dokumen diperlukan alat bantu berupa indeks nomer
·
Untuk map campuran diperluka file sendiri
·
Indeks yang disusun alfabetis harus mengikuti
ketentuan peraturan mengindeks
·
Ongkos agak tinggi, karena harus menyediakan beberapa
perlengkapan yang dibutuhkan dalam sistem ini
DAFTAR
PUSTAKA
Modul
Kearsipan, Sri Endang, DKK. Erlangga
Mengelola
Sistem Kearsipan, Dewi Anggrawati, Armico
Manajemen Kearsipan dan
Dokumentasi, Darma Rika S, S.PD., M.SE., Dra. Sudarti
0 Response to "Sistem Kearsipan Menggunakan Nomor"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)