Validitas
Ketentuan
penting dalam evaluasi adalah bahwa hasilnya harus esuai dengan keadaan yang
dievaluasi. Mengevaluasi dapat diumpamakan sebagai pekerjaan memotret. Gambar
potret atau foto dapat dikatakan baik apabila sesuai dengan aslinya (bukan
lebih baik dari aslinya). Gambar pemotretan hasil evaluasi tersebut didalam
kegiatan evaluasi dikenal dengan data
evaluasi. Data evaluasi yang baik sesuai dengan kenyataan disebut data
valid. Agar dapat diperoleh data ang valid, instrument atau alat untuk
mengevaluasinya harus valid. Jika pernyataan tersebut dibalik, instrument
evaluasi dituntut untuk valid karena diinginkan dapat diperoleh data yang
valid. Dengan kata lain, instrumen evaluasi dipersyaratkan valid agar hasil
diperoleh dari kegiatan evaluasi valid.
Terdapat
2 jenis validitas, yang pertama yaitu menyangkut soal secara keeluruhan yang
akan dibahas pada bagian awal bab ini. Sesudah selesai, disusul pembahasan
validitas kedua, yakni validitasyang menyangkut butir soal atau item dan
validitas factor yang menyangkut bagian materi.
1.
Macam
– macam validitas
Didalam
buku Encyclopedia of Educational
Evaluation yang ditulis oleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan disebutkan
:
Atest is valid it
measures what it purpose to measure. Atau jika diartikan lebih
kurang demikian : sebuah tes dikatakan valid apabila te tersebut mengukur apa
yang hendak diukur. Dalam bahasa Indonesia “valid” disebut dengan istilah
“sahih”.
Sebenarnya
pembicaraan validitas ini bukan ditekankan pada tes itu sendiri tetapi pada
hasil pengetesan atau skornya.
Contoh
:
Skor
yang diperoleh dari hasil mengukur kemampuan mekanik akan menunjukan kemampuan
seeorang dalam memegang dan memperbaiki mobil, bukan pengetahuan orang tersebut
dalam ha yang berkaitan dengan mobil . tes yang mengukur pengetahuan tentang
mobil bukanlh tes yang sahih untuk mekanik.
Validitas
sebah tes dapat dikatakan dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Hal
yang pertaa akan diperoleh validitas logis (logical
validity) dan hal yang kedua diperoleh validitas empiris (empirical validity). Dua hal inilah yag
dijadikan dasar pengelompokan validitas tes.
Secara
garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan empiris.
a. Validitas
Logis
Istilah
“validitas logis” mengandung kata “logis” berasal dari kata “logoka”, yang
berarti penalaran. Dengan makna demikian maka validitas logis untuk sebuah
instrument yang memenuhi persyaratan
valid berdasarkan hasil enalaran. Kondisi valid tersebut dipandang tepenui
karea instrument yang bersangkutan sudah
dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Sebagaimana
pelaksanaan tugas lain misalnya membuat sebuah karangan, jika penulis sudah
mengikuti aturan mengarang, tentu secara logis sudah disusun berdasarkan teori
penyusunan instrument, secara logis sudah valid. Dari penjelasan tersebut kita
dapat memahami bahwa validitas logis dapat dicapai apabil instrument disusun
mengikuti ketentuan yang ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
validitas logis tidak erlu diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh sesudah
instrument tersebut selesai disusun.
Ada dua macam validitas logis yang dpaat
dicapai oleh sebuah instrument, yaitu: validitas isi dan validitas konstak (construct validity ).
Validitas Isi (content
validity)
Validitas
isi artinya ketepatan daripada suatu tes dilihat dari segi isi tersebut. Suatu
tes hasil belajar dikatakan valid, apabila materi tes tersebut betul-betul
merupakan bahan-bahan yang representatif terhadap bahan-bahan pelajaran
yang diberikan. Dengan kata lain sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi
apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi
pelajaran yang diberikan. Oleh karena materi yang diajarkan tertera dalam
kurikulum maka validitas isi ini sering disebut validitas kurikuler.
Misalnya untuk siswa kelas I SMU akan diberikan tes
Matematika, maka item-itemnya harus diambil dari materi pelajaran kelas I,
apabila kita sisipkan item-item yang diambil dari materi pelajaran kelas III
maka tes tersebut sudah tidak valid lagi.
Untuk
menilai apakah suatu tes memiliki validitas isi atau tidak dapat kita lakukan
dengan jalan membandingkan materi tes tersebut dengan analisa rasional yang
kita lakukan terhadap bahan-bahan yang seharusnya dipergunakan dalam menyusun
tes tersebut. Apabila materi tes tersebut telah cocok dengan analisa rasional
yang kita lakukan, berarti tes yang kita nilai itu mempunyai validitas isi.
Sebaliknya apabila materi tes tersebut menyimpang dari analisa rasional kita,
berarti tes tersebut tidak valid ditinjau dari validitas isinya.
Validitas Konstruk (construct validity)
Sebuah
tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang
membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan
dalam Tujuan pembelajaran. Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur
aspek berpikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berpikir yang menjadi tujuan
pembelajaran.
Misalnya kalau kita akan memberikan
tes mata pelajaran IPA, kita harus membuat soal yang ringkas dan jelas yang
benar-benar mengukur kecakapan IPA, bukan mengukur kemampuan bahasa karena soal
itu ditulis secara berkepanjangan dengan bahasa yang sukar dimengerti.
b. Validitas
Empiris
Istilah
“validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya “pengalaman”. Sebuah
instrument dapat dikatakan memiliki validits empiris apabila sudah diuji dari
pengalaman. Sebagai contoh sehari-hari,seseorang dapat diakui jujur oleh
masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut memang
jujur. Contoh lain, sesorang dapat dikatakan kreatif apabila dari pengalaman
telah dibuktikan bahwa orang tersebut telah banyak menghasilkan ide-ide baru
yang diakui berbeda dari hal-hal yang sudah ada. Dari penjelasan dan
contoh-contoh tersebut dapat diketahui bahwa validitas empiris tidak diperoleh hanya
dengan menyusun instrument berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas
logis, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman.
Ada
dua macam validitas empiris, yakni ada dua cara yang dapat dilakukan untuk
menguji bahwa sebuah instrument memang valid. Pengujian tersebut dilakukan
dengan membandingkan kondisi instrument yang bersangkutan dengan criteria atau
sebuah ukuran. Criteria yng digunakan sebagai pembanding kondisi instrument
dimaksud ada dua, yaitu : yang sudah tersedia dan yang belum ada tetapi terjadi
di waktu yang akan datang. Bagi instrument yang kondisinya sesuai dengan
kriterium yang sudah tersedia, yang sudah ada disebut memiliki validitas “ada
sekarang”, yang dalam istilah bahasa Inggris disebut memiliki concurrent validity. Selanjutnya instrument
yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang diramalkan akan terjadi, disebut
memiliki validitas ramalan atau validitas prediksi, yang dalam istilah bahasa
Inggris disebut memiliki predictive
validity.
Dari
uraian adanya dua jenis validitas, yakni validitas logis yang ada dua macam,
dan validitas empiris, yang juga ada dua macam, dan validitas empiris, yang
juga da dua macam, maka secara keseluruhan kita mengenal adanya empat
validitas, yaitu:
(1) validitas
isi,
(2) validitas
konstrak,
(3) validitas
“ada sekarang”, dan
(4) validitas
predictive.
Dua yang pertama yakni (1) dan (2)
dicapai melalui penyusunan berdasarkan ketentuan atau teori, sedangkan dua
berikutnya, yakni (3) dan (4) dicapai atau diketahui sesudah dibuktikan melalui
pengalaman. Adapaun penjelasan masing-masing validits adalah sebagai berikut.
1) Validitas
isi (content validity)
Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khuseus tertentu yang sejajar
dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena materi yang diajarkan
tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering juga disebut validitas
kurikuler.
Validitas is]I dapat
diusahakan tercapainya sejak saaat penyusunan dengan cara memerinci materi
kurikulum atau materi buku pelajaran. Bagaimana cara memerinci materi untuk
kepentingan diperolehnya validitas isi sebuah tes akan dibicarakan secara lebih
mendalam pada waktu menjelaskan cara penyusunan tes.
2) Validitas
konstruksi (construct validity)
Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes
tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan
Instruksional Khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek
berpikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berpiir yang menjadi tujuan instruksional.
Sebagai cotoh jika
rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK):
“Siswa dapat membandingkan antara
efek biologis dan efek psikologis”, maka butir soal pada tes merupakan perintah
agar siswa membedakan antara dua efek tersebut.
“Konstruksi”
dalam pengertian inni bukanlah “susunan” seperti yang sering dijumpai dalam
teknk, tetapi merupakan rekaan psikologis yaitu suatu rekaan yang dibuat oleh
para ahli Ilmu jiwa yang dengan suatu cara tertentu “memerinci” isi jiwa atas
beberapa aspek seperti : ingatan, (pengetahuan), pemahaman, aplikasi, dan
seterusnya. Dalam hal ini, mereka menganggap seolah-olah jiwa dapat
dibagi-bagi. Tetapi sebenarnya tidak demikian. Pembagian ini hanya merupakan
tindakan sementara untuk mempermudah mempelajari.
Seperti
hal nya validitas isi, validitas konstruksi dapat diketahui dengan cara
memerinci dan memasangkan setiap butir soal dengan setiap aspek dalam TIK.
Pengerjaannya dilakukan berdasarkan logika, bukan pengalaman. Dalam pembicaraan
mengenai penyusunan tes hal ini akan disinggung lagi.
3) Validitas
“ada sekarang” (concurrent validity)
Validitas ini lebih
umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas
empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah “sesuai” tentu
ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini hasil tes dipasangkan dengan hasil
pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data
pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang, concurrent).
Dalam membandingkan
hasil sebuah tes maka diperlukan suatu kriterium atau alat banding. Maka hasil
tes merupakan suatu yang dibandingkan. Untuk jelasnya di bawah ini dikemukakan
sebuah contoh.
Misalnya seorang guru
ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum. Untuk
ini diperlukan sebuah krieria masa lalu yang sekarang datanya dimiliki.
Misalnya nilai ulangan harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu.
4) Validitas
Prediksi (Predictive Validity)
Memprediksi
artinya meramal, dengan meramal selalu mengenai hal yang akan dating jadi
sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau
validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang terjadi
pada masa yang akan dating.
Misalnya
tes masuk perguruan Tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan
keberhasilan peserta dalam mengikuti kuliah dimasa yang akan dating. Calon
tersaring berdasarkan kemampuan mengikuti kuliah. Jika nilai tes nya tinggi tentu menjamin
keberhasilannya kelak. Sebaliknya seorang dikatakan tidklulus tes apabila nilai
tenya rendah, jadi diperkirakan tidak dapat mengikuti perkuliahan yang akan
dating.
Sebagai
alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah
peserta tes mengikuti pelajaran di Perguruan Tinggi. Jika ternyata siapa yang
memiliki nilai tes lebih tinggi gagal dalam ujian semester 1 dibandingkan
dengan yang dahulu nilai tesnya lebih rendah maka tes masuk yang dimaksud tidak
memiliki validitas prediksi.
2.
Cara
mengetahui validitas ukur
Sekali lagi diulangi bahwa sebuah tes
dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan criteria, dalam arti
memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan criteria. Teknik yng digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah
teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson.
Rumus korelasi product moment ada dua macam, yaitu :
a. korelasi product moment dengan simpangan, dan
b. korelasi product moment dengan angka kasar.
Rumus
korelasi product moment dengan simpangan:
Dimana:
rxy = koefisien korelasi antara
variable X dan variable Y, dua variable yang dikorelasikan ( x = X - dan y = Y - ).
∑xy = jumlah perkalian x dengan y
X2 = kuadrat dari x
Y2 = kuadrat dari y
Contoh perhitungan:
Misalnya akan
menghitung validitas tes prestasi belajar matematika. Sebagai kriterium diambil
rata-rata ulangan yang akan dicari validitasnya diberi kode X dan rata-rata
nilali harian diberi kode Y. Kemudian dibuat tabel persiapan sebagai berikut.
TABEL PERSIAPAN UNTUK MENCARI VALIDITAS TES PRESTASI MATEMATIKA
No.
|
Nama
|
X
|
Y
|
x
|
y
|
x2
|
y2
|
xy
|
1.
|
Nadia
|
6,5
|
6,3
|
0
|
- 0,1
|
0,0
|
0,01
|
0,0
|
2.
|
Susi
|
7
|
6,8
|
+ 0,5
|
+ 0,4
|
0,25
|
0,16
|
+ 0,2
|
3.
|
Cecep
|
7,5
|
7,2
|
+ 1,0
|
+ 0,8
|
1,0
|
0,64
|
+ 0,8
|
4.
|
Erna
|
7
|
6,8
|
+ 0,5
|
+ 0,4
|
0,25
|
0,16
|
+ 0,2
|
5.
|
Dian
|
6
|
7
|
- 0,5
|
+ 0,6
|
0,25
|
0,36
|
- 0,3
|
6.
|
Asmara
|
6
|
6,2
|
- 0,5
|
- 0,2
|
0,25
|
0,04
|
+ 0,1
|
7.
|
Siswoyo
|
5,5
|
5,1
|
- 1,0
|
- 1,3
|
1,0
|
1,69
|
+ 1,3
|
8.
|
Jihad
|
6,5
|
6
|
0
|
- 0,4
|
0,0
|
0,16
|
0,0
|
9.
|
Yanna
|
7
|
6,5
|
+ 0,5
|
+ 0,1
|
0,25
|
0,01
|
+ 0,05
|
10.
|
Lina
|
6
|
5,9
|
- 0,5
|
- 0,6
|
0,25
|
0,36
|
+ 0,3
|
Jumlah
|
65,0
|
63,8
|
3,5
|
3,59
|
2,65
|
= = = 6,5
= = = 6,38 dibulatkan 6,4
x
= X -
y
= Y -
Dimasukkan
ke dalam rumus:
|
Rumus korelasi product moment dengan angka kasar:
di mana:
rxy
= koefisien korelasi antara
variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan.
Dengan menggunakan data hasil
tes prestasi matematika di atas kini dihitung dengan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang
table persiapannya sebagai berikut.
TABEL PERSIAPAN UNTUK MENCARI
VALIDITAS
TES PRESTASI MATEMATIKA
No.
|
Nama
|
X
|
Y
|
X2
|
Y2
|
XY
|
1.
|
Nadia
|
6,5
|
6,3
|
42,25
|
39,69
|
40,95
|
2.
|
Susi
|
7
|
6,8
|
49
|
46,24
|
47,6
|
3.
|
Cecep
|
7,5
|
7,2
|
56,25
|
51,84
|
54,0
|
4.
|
Erna
|
7
|
6,8
|
49
|
46,24
|
47,6
|
5.
|
Dian
|
6
|
7
|
36
|
49
|
42
|
6.
|
Asmara
|
6
|
6,2
|
36
|
38,44
|
37,2
|
7.
|
Siswoyo
|
5,5
|
5,1
|
30,25
|
26,01
|
28,05
|
8.
|
Jihad
|
6,5
|
6
|
42,25
|
45,5
|
39
|
9.
|
Yanna
|
7
|
6,5
|
49
|
36
|
45,5
|
10.
|
Lina
|
6
|
5,9
|
36
|
34,81
|
35,4
|
Jumlah
|
65,0
|
63,8
|
426,0
|
410,52
|
417,3
|
Dimasukkan
ke dalam rumus :
rxy =
rxy =
rxy =
rxy = =
rxy = = 0745
Jika
diperbandinkan dengan validitas soal yang dihitung dengan rumus simpangan,
ternyata teredapat perbedaan sebesar 0,003, lebih besar yang dihitung dengan
rumus simpangan. Hal ini wajar karena dalam mengerjaka perkalian atau
penjumlahan jika diperoleh 3 atau angka di belakang koma dilakukan pembulatan
ke atas. Perbedaan ini sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Untuk
memperjelas pengertian tersebut dapat disampaikan keterangan sebagai berikut.
-
Korelasi positif menunjukkan
adanyahubungan sejajar atara dua hal. Misalnya hal pertama nilainya naik, hal
kedua ikut naik. Sebaliknya jika hal pertama turun, yang kedua ikut turun.
Contoh
korelasi positif antara nilai IPA dan Matematika.
IPA : 2, 3, 5, 7, 4, 3, 2
Matematika : 4, 5, 6, 8, 5, 4, 3
Kondisi
nilai Matematika sejajar dengan IPA karena naik dan turunnya nilai matematika
mengikuti naik dan turunnya nilai IPA. Coba perhatikan!
-
Korelasi negatif menunjukkan adanya
hubungan kebalikan antara dua hal. Misalnya hal pertama nilainya naik, justru
yang kedua turun. Sebaliknya jika yang pertama turun, yang kedua naik.
Contoh
korelasi negatif antara nilai Bahasa Indonesia dengan Matematika.
Bahasa
Indonesia : 5, 6, 8, 4, 3, 2
Matematika : 8, 7, 5, 1, 2, 3
Keadaan
hubungan antara dua hal yang kita jumpai sehari-hari tidak selalu hanya positif
atau negatif saja, tetapi 0. besarnya korelasi pun tidak menentu. Coba
cermatilah bagaimana hubungan antara dua nilai mata pelajaran A dan B berikut
ini.
Contoh
korelasi tidak tertentu.
Nilai
A : 5, 6, 4, 7, 3, 8, 7
Nilai
B : 4, 4, 3, 7, 4, 9, 4
Keadaan
kedua nilai tersebut jika dihitung dengan rumus korelasi mungkin positif
mungkin negatif. Coba hitunglah!
Koefisien
korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00. namun karena dalam
menghitung sering dilakukan pembulatan angka-angka, sangat mungkin diperoleh
koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negatif menunjukkan hubungan kebalikan
sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran untuk mengadakan
interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
-
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
-
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi
-
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup
-
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah
-
Antara 0,00 sampai dengan 0,200 : sangat rendah
Penafsiran
harga koefisien korelasi ada dua cara yaitu:
- Dengan melihat harga r dan
diinterpretasikan misalnya korelasi tinggi, cukup, dan sebagainya.
- Dengan berkonsultsi ke tbel harga
kritik r product moment sehingga
dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika harga r lebih
kecil dari harga kritik dalam tabel, maka korelasi tersebut tidak
signifikan. Begitu juga arti sebaliknya.
3. Validitas Butir Soal atau
Validitas Item
Apa
yang sudah dibicarakan di atas adalah validitas soal secara keseluruhan tes. Di
samping mencari validitas soal perlu juga dicari validitas item. Jika seorang
peneliti atau seorang guru mengetahui bahwa validitas soal tes misalnya terlalu
rendah atau rendah saja, maka selanjutnya ingin mengetahui butir-butir tes
manakah yang menyebabkan soal secara keseluruhan tersebut jelek karena memiliki
validitas rendah. Untuk keperluan inilahdicari validitas butir soal.
Pengertian
umum untuk validitas item adalah demikian sebuah item dikatakan valid apabila
mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan
skor total menjadi tinggi atau rendah. Dengan kata lain dapat dikemukakan
disini bahwa sebuah item memliki validitas yang
tinggi jika skor pada item mempunyai kesejaaran dengan skor total.
Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi sehingga untuk mengetahui
validitas item digunaka rumus korelasi seperti sudah diterangkan diatas.
Untuk
soal-soal bentuk objektif skor untuk item biasa diberikan dengan 1 (bagi item
yang dijawab benar) dan 0 (bagi item yang dijawab salah), sedangkan skor total
selanjutnya merupakan jumlah dari skor untuk semua item yang membangun soal
tersebut.
Contoh
perhitungan :
TABEL ANALISIS ITEM UNTUK
PERHITUNGAN VALIDITAS ITEM
No
|
Nama
|
Butir Soal/item
|
Skor Total
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|||
1
|
Hartati
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
8
|
2
|
Yoyok
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
5
|
3
|
Oktaf
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
4
|
4
|
Wendi
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
5
|
5
|
Diana
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
6
|
Paul
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
4
|
7
|
Susana
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
7
|
8
|
Helen
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
8
|
Misalnya
akan dihitung validitas item nomor 6, maka skor tem tersebut disebut
variable X dan skor total disebut variable Y. selanjutnya perhitungan dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi product
moment, baik dengan rumus simpangan maupun rumus angka kasar.
Penggunaan
kedua rumus tersebut masing-masing ada keuntungannya. Menggunakan rumus
simpangan angkanya kecil-kecil, tetapi kdang-kadang pemecahannya rumit. Jika
skor rata-rata (mean)-nya pecahan, simpangannya enderung banyak pecahan.
Mengalikan pecahan persepuluhan ditambah tanda-tanda + (plus) dan – (minus) kadang-kadang bias
menyesatkan. Penggunaan rumus angka kasara bilangannya besar-besar tapi bulat.
Jik ada kalkulator statistic disarankan menggunaka rumus angka kasar saja. Yang
dibutuhkan hanyalah : ∑X, ∑Y, ∑X2,
∑Y2, ∑XY, tidak perlu membuat table seutuhnya.
Coontoh
perhitungan mencari validitas item
Untuk
menghitung validitas item nomor 6, dibuat terlebih dahulu tabel persiapannya
sebagai berikut.
TABEL PERSIAPAN UNTUK MENGHITUNG
VALIDITAS ITEM NOMOR 6
No
|
`Nama
|
X
|
Y
|
1
|
Hartati
|
1
|
8
|
2
|
Yoyok
|
0
|
5
|
3
|
Oktaf
|
1
|
3
|
4
|
Wendi
|
1
|
5
|
5
|
Diana
|
1
|
6
|
6
|
Paul
|
0
|
4
|
7
|
Susana
|
1
|
7
|
8
|
Helen
|
1
|
8
|
Keterangan
:
X
= skor item nomor 6
Y=
skor total
Dari
perhitungan kalkulator diperoleh data sebagai berikut:
∑X = 6 ∑x2
= 6
∑Y = 46 ∑Y2
= 288
∑XY = 37 p = = 0,75
= 5,57 p
= = 0,25
= 6,17
Sesudah
diketahui ∑X, ∑X2, ∑Y, ∑Y2, dan ∑XY tinggal memasukkan
bilangan-bilangan tersebut kedalam rumus korelasi product moment dengan rumus angka kasar.
Data
diatas dimasukkan ke dalam rumus korelasi product
moment dengan angka kasar sebagai berikut :
rxy =
rxy =
rxy =
rxy = =
rxy = = 0,421
Koefisien
validitas item nomor 6 adalah 0,421. Dilihat secara sepintas bilangan ini
memang sesuai dengan kenyataannya. Hal ini dapat diketahui dari skor-skor yang
tertera baik pada item maupun skor total. Oktaf yang hanya memiliki skor total
3 dapat memperoleh skor 1 pada item, sedangkan yoyok dan wendi yang mempunyai
skor total sama yaitu 5 skor pada item tidak sama. Validitas item tersebut
kurang meyakinkan. Tentu saja validitasnya tidak tinggi.
Masih
ada cara-cara lain untuk menghitung validitas item. Salah satu cara yang
terkenal adalah menggunakan rumus Ypbi yang rumus lengkapnya adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Ypbi = koefisien korelasi biserial
Mp = rerata skor dari subyek yang menjawab
betul bagi item yang dicari validitasnya
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
P = proporsi siswa yang menjawab benar (
)
q = proporsi siswa yang menjawab salah (
q = 1 – p )
Apabila item 6 tersebut dicari
validitasnya dengan rumus ini maka perhitungannya melalui langkah sebagai
berikut :
1. Mencari
2.
Mencari
3.
Dari kalkulator diperoleh harga standar
deviasi, yaitu = 1,7139 atau = 1,8323. Untuk n kecil, diambil standar
deviasi yang = 1,7139.
4.
Menentukan harga p, yaitu
5.
Menentukan harga q, yaitu atau 1 – 0,75 = 0,25
6.
Memasukan rumus
Dari perhitungan validitas item 6 dengan dua cara
ternyata hasilnya berbeda tetapi sangat kecil yaitu 0,0034. Mungkin hal ini
disebabkan karena adanya pembulatan angka.
4. Tes Terstandar sebagai Kriterium dalam
Menentukan Validitas
Tes terstandar adalah tes yang telah
dicobakan berkali-kali sehingga dapat dijamin kebaikannya. Di negara-negara
berkembang biasa tersedia tes macam ini, dan dikenal dengan nama standardizide
test. Sebuah tes standar biasanya memiliki identitas antara lain: sudah
dicobakan berapa kali dan di mana, beberapa koefisien validitas, realibilitas,
taraf kesukaran, daya pembeda dan lain-lain keterangan dianggap perlu.
Cara menentukan validitas soal yang
menggunakan tes terstandar sebagai kriterium dilakukan dengan mengalikan
koefisien validitas yang diperoleh dengan koefisien validitas tes terstandar
tersebut.
Contoh
perhitungan :
TABEL PERSIAPAN PERHITUNGAN VALIDILITAS
TES MATEMATIKA DENGAN KRITERIUM
TER TERSTANDAR MATEMATIKA
Dimasukkan
ke dalam rumus korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut:
Jika
seandainya dari tes terstandar diketahui bahwa validitasnya 0,89 maka bilangan
0,108 ini belum merupakan validitas soal Matematika yang dicari. Validitas
tersebqut harus dikalikan dengan 0,89 yang hasilnya 0,108 X 0,89 + 0,096.
5. Validitas Faktor
Selain validitas factor soal secara
keseluruhan dan validitas butir atau item, masih ada lagi yang perlu diketahui
validitasnya, yaitu factor-faktor atau bagian keseluruhan materi. Setiap
keseluruhan materi pelajaran terdiri dari pokok-pokok bahasan yang merupakan
satu kesatuan.
Contoh
: Guru akan mengevaluasi siswa untuk tiga pokok bahasan, yaitu Bunyi, Cahaya,
dan Listrik. Untuk keperluan itu guru tersebut membuat 30 butir soal, untuk
bunyi 8 butir, untuk cahaya 12 butir, dan untuk listrik 12 butir.
Apabila guru ingin mengetahui
validitas factor, maka ada tiga factor dalam soal ini. Seperti halnya
pengertian validitas butir, pengertian validitas factor adalah sebagai berikut
: butir- butir soal dalam factor dikatakan valid apabila mempunyai dukungan
besar terhadap soal-soal secara keseluruhan. Sebagai tanda bahwa butir-butir
tersebut mempunyai dukungan yang besar terhadap seluruh soal , yakni apabila
jumlah skor untuk butir-butir factor tersebut menunjukkan adanya kesejajaran
dengan skor total. Agar uraian ini lebih jelas, perhatikan table berikut
dibawah.
CONTOH TABEL ANALISIS BUTIR UNTUK
MENGHITUNG VALIDITAS BUTIR DAN VALIDITAS FAKTOR
Sudah
dijelaskan bahwa butir-butir soal factor dikatakan valid apabila menunjukkan
kesejajaran factor dengan skor total. Cara mengetahuui kesejajaran tersebut
juga digunakan rumus kolerasi product moment. Misalnya kita akan mengetahui
validitas factor 1, yakni soal-soal untuk materi bunyi, kita membuat daftar untuk
menyejajarkan kedua skor tersebut sebagai berikut.
TABEL UNTUK MENGHITUNG KESEJAJARAN
SKOR FAKTOR 1 DENGAN SKOR TOTAL
Nama
Subjek
|
Skor
Faktor 1 (X)
|
Skor
Total (Y)
|
X2
|
Y2
|
XY
|
Amir
|
6
|
19
|
36
|
361
|
114
|
Hasan
|
7
|
25
|
49
|
625
|
175
|
Ninda
|
4
|
17
|
16
|
289
|
68
|
Warih
|
3
|
12
|
9
|
144
|
36
|
Irzal
|
8
|
29
|
64
|
841
|
232
|
Gandi
|
6
|
23
|
36
|
529
|
138
|
Santo
|
5
|
19
|
25
|
361
|
95
|
Tini
|
7
|
26
|
49
|
676
|
182
|
Yanti
|
5
|
16
|
25
|
256
|
80
|
Hamid
|
4
|
15
|
16
|
225
|
60
|
Dedi
|
7
|
26
|
49
|
676
|
182
|
Desi
|
8
|
30
|
64
|
900
|
240
|
Wahyu
|
5
|
20
|
25
|
400
|
100
|
Jumlah
|
…..
|
……
|
……
|
……
|
……
|
Data
yang tertera dalam table tersebut digunakan untuk menentukan besarnya validitas
factor 1. Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan setiap kolom, kemudian
dimasukkan kedalam rumus kolerasi product moment. Harga r yang diperoleh menunjukkan indeks validitas factor 1. Untuk
factor 2 dan 3 caranya sama, hanya skor faktornya saja yang diganti.
KESIMPULAN
Ketentuan
penting dalam evaluasi adalah bahwa hasilnya harus esuai dengan keadaan yang
dievaluasi. Mengevaluasi dapat diumpamakan sebagai pekerjaan memotret. Gambar
potret atau foto dapat dikatakan baik apabila sesuai dengan aslinya (bukan
lebih baik dari aslinya). Gambar pemotretan hasil evaluasi tersebut didalam
kegiatan evaluasi dikenal dengan data
evaluasi. Data evaluasi yang baik sesuai dengan kenyataan disebut data
valid. Agar dapat diperoleh data ang valid, instrument atau alat untuk
mengevaluasinya harus valid. Jika pernyataan tersebut dibalik, instrument
evaluasi dituntut untuk valid karena diinginkan dapat diperoleh data yang
valid. Dengan kata lain, instrumen evaluasi dipersyaratkan valid agar hasil
diperoleh dari kegiatan evaluasi valid.
0 Response to "Validitas"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)