JOKOWI “REPRESENTASI” PEMIMPIN MASA KINI
Oleh : Jhon Miduk Sitorus
Pernahkan anda melihat seorang
Gubernur atau walikota atau Presiden turun ke pasar tradisional tanpa
pengawalan yang ketat hanya untuk bertemu dan sekedar bersapa dan bersalam tangan?, pernahkah anda melihat seorang pemimpin yang langsung
turun ke Got-Got untuk memberikan instruksi agar anak buah bisa bekerja dengan
semangat?, pernahkah anda melihat pemimpin yang rela basah-basahan dan
berlumpur-lumpur hanya untuk mendengar aspirasi rakyatnya? Pernahkan anda
melihat pemimpin yang diikuti oleh ratusan ribu rakyatnya ketika sedang
“blusukan” sehingga rakyat sangat dekat bahkan untuk “mencubit” wajahnya saja
rakyat menjadi tidak segan? Ya, itulah pemimpin masa kini, Joko Widodo. Pria
yang berasal dari keluarga miskin di Surakarta, Solo. Memang sudah ada banyak
yang merepresentasikan pemimpin yang sebenarnya, misalnya Yesus Kristus,
Muhammad, Mahatma Ghandi, Nelson Mandela, Fidel Castro, dan lain-lain. tetapi
kondisi
sekarang menggambarkan betapa sedikitnya pemimpin yang benar-benar
memiliki jiwa kepemimpinan.
Ketika Indonesia merdeka,
orang-orang mengenal Bung Karno yang dikenal sebagai seorang proklamator dan
pemimpin yang “ulung”, karena kehebatannya menentang penjajah dan pidato yang
berapi-api sekalipun di mahkamah Internasional. Setelah itu ada Soeharto yang
dinilai bisa memajukan pembangunan Indonesia sehingga disebut sebagai bapak
pembangunan meski kasus korupsi melekat di dalam dirinya dan keluarganya.
Demikian hingga kepresidenan SBY yang dinilai terlalu sopan dan lemah untuk
kegiatan luar negeri meski berhasil membuat pertumbuhan ekonomi diatas 5%
pertahunnya. Selama itu pula, rakyat
berpersepsi bahwa pemimpin itu sangat terhormat, pemimpin itu tidak boleh
sembarangan untuk bersalaman apalagi dengan rakyat kalangan bawah, pemimpin itu
harus memiliki latar keluarga yang pernah menjadi pemimpin, pemimpin itu harus
berasal dari keluarga ekonomi kelas atas. Hal ini justru membuat kesenjagan
yang sangat luar biasa antara pemimpin dengan rakyat karena persepsi rakyat
tentang pemimpin diatas. Kejadian diatas wajar terjadi karena pemimpin-pemimpin
Negara ini belum ada yang benar-benar memiliki jiwa kepemimpinan. Mereka bahkan
lebih layak disebut sebagai seorang “manager” dimana mereka hanya lebih banyak
memberi instruksi kepada bawahan tanpa melihat langsung kondisi lapangan seperti
apa. mereka bisa membangun beribu konsep kepemimpinan yang luar biasa hebatnya,
tetap tidak mampu untuk benar-benar menjadi pemimpin yang memiliki jiwa
kepemimpinan.
Para pemimpin era SBY ke belakang cenderung
memiliki pemikiran bahwa pemimpin itu harus tegas. Ya benar tegas, tetapi
mereka justru salah untuk mengartikan tegas itu seperti apa. mereka banyak yang
mengartikan tegas itu harus bersuara keras, tubuh yang kekar, tegap, pandangan
yang tajam, disegani orang, dan lain-lain. hal ini justru membuat masyarakat
bawah menaruh hormat yang berlebih kepada sang pemimpin. Rakyat hanya bisa
melihat pemimpinnya dari jauh, meskipun sedang berkunjung ke suatu tempat,
rakyat tetap tidak bisa untuk bersalaman sekalipun karena pemahaman yang salah
sebagai seorang pemimpin ini.
Era sekarang ini, beruntung Tuhan
memberikan kita seorang pemimpin yang benar-benar jauh berbeda dari pemimpin
yang biasa kita kenal selama ini. Ya, beliau adalah Joko Widodo yang dulu
merupakan keluarga yang pernah digusur sebanyak 3 kali, tinggal di bantaran
kali, dan hidup pas-pasan. Badannya yang kurus memang seakan tidak
mempresentasikan sebagai seorang pemimpin, wajahnya yang tidak rupawan juga
tidak menggambarkan sosok seorang presiden. Pakaiannya juga yang sering memakai
baju kemeja putih atau kotak-kota, celana bahan sederhana, dan sepatu gaul anak
muda seakan membuat orang yang baru mengenal Joko Widodo agak kaget. Pernah
saya membaca di media jika harga seluruh pakaian yang dikenakana oleh pria yang
akrab dipanggil Jokowi ini hanya sekitar Rp 300.000,00 an. Bandingkan dengan
pengacara mewah dan kondang Hotman Paris Hutapea, dasinya saja sudah bernilai
20 jutaan.
Bagaimana dengan rakyatnya? Apakah
mereka menjadi malu dengan sosok pemimpin yang seperti Jokowi? Faktanya, rakyat justru menginginkan
sosoknya. Jokowi begitu dekat dengan rakyat. Jokowi membuat metode untuk
mencari masalah, metode itu sangat sederhana bahkan pernah dilakukan oleh semua
orang. Ya, namanya “Blusukan”, dimana Jokowi berkunjung ke tempat-tempat
masyrakat untuk melaksankan aktivitas. Setali tiga uang, Jokowi bisa dengan
cepat bisa memahami permasalahan yang sebenarnya ada di lapangan, jokowi bisa
melakukan perencanaan dan pelaksaan program 10 kali lebih cepat dari pemimpin
biasanya, dan yang paling beda, Jokowi bisa bersalaman secara langsung dengan
rakyat yang ada. Dimana ada Jokowi Blusukan, disitu ribuan rakyat
mengelu-elukan namnya. Sederhana tetapi berkesan. Itulah kesan yang paling
cocok dengan kedekatan Joko Widodo dengan rakyatnya. Jauh sebelum dia menjadi
calon presiden, dia telah dikenal oleh banyak orang di seluruh Indonesia.
Bicara soal ketegasan, persepsi
orang-orang terhadap pemimpin yang tegas semakin berubah menjadi yang
seharusnya. Dimana masyarakat dan pemimpin lazim mengungkapkan ketegasan itu
harus berasal dari background Militer, bersuara Lantang, bertubuh kekar,
berwajah rupawan, keluarga yang terpandang, lama kelamaan akan bergeser menjadi
“pemimpin yang tegas itu adalah pemimpin yang mampu melaksanakan visi dan
misinya secara tepat dan sampai ke sasaran dengan cara yang efektif dan efesien”.
Cara yang terakhir tentu dilakukan oleh Jokowi, memang masih banyak orang yang
meragukan kemampuannya bahkan menghujat disana-sini dengan melakukan “kampanye
hitam” yang terencana. Tetapi “Pemimpin Krempeng” ini lebih memilih diam dan
membalas dengan kinerja-kinerja dan berbagai program-program yang dituangkan
kedalam visi dan misi. Sebuah hal yang membuat saya terharu adalah ketika Jokowi mengatakan “Kejahatan itu jangan
dibalas dengan kejahatan, tetapi balaslah kebaikan”. Luar biasa sekali, tidak
ada orang yang berjiwa besar untuk mengatakan kata-kata seperti ini. Hanya beberapa
tokoh yang pernah mengucapkan dan mengajarkan kata-kata seperti itu seperti Yesus
Kristus, Martin Luther, Nommensen, dan Marthin Luther King. Atas kepemimpinannya
tersebut, berbagai penghargaan pernah diterimanya, dia pernah beberapa kali
dalam jajaran pemimpin terbaik dunia versi beberapa majalah terkenal di Dunia. Bahkan
tahun 2012, Jokowi masuk dalam nomor 3 dari 25 pemimpin terbaik di Dunia. Tidak
terbantahkan, sebuah kerja keras yang jujur, sungguh-sungguh ingin membangun
rakyatnya dibayar lunas dengan berbagai penghargaan tingkat internasional. Penghargaan
itu sebenarnya masih sangat kurang. Dahaga rakyat seperti terpuaskan dimana
Jokowi berada. Tidak ada tokoh Indonesia yang pernah menjadi “trending topic”
internasional kecuali namanya “Joko Widodo”. Tercata dari tahun 2012 hingga
sekarang, nama “Joko Widodo” menjadi trending topic di dunia maya, seperti
Facebook, Twitter, bahkan di mesin pencari ternama seperti Google dan Yahoo.
Tuhan memang maha adil, memberikan sosok
pemimpin yang berkarakter pemimpin disaat para pemimpin di Indonesia mengalami
krisis kempemimpinan yang luar biasa. Tuhan memberikan pemimpin yang
benar-benar berbeda dari pemimpin yang biasanya dimimpikan oleh rakyat, yang
biasanya berasal dari kalangan terhormat, kini berasal dari kalangan bawah. Sosok
pemimpin yang sederhana, jujur, bukan rupawan, namun senyumnya seakan membuat
semua dahaga kemiskinan akan tertuntaskan dengan cepat. Semoga pak Jokowi bisa
meneruskan kebiasaannya untuk selalu dekat dihati rakyat, tegas namun
kerperikemanusiaan, jujur, adil, sehingga rakyat akan keluar dari belenggu
rantai kemiskinan, kebodohan, kesengsaraan, dan keterbelakangan.
0 Response to "JOKOWI “REPRESENTASI” PEMIMPIN MASA KINI"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)