Makalah Komunikasi dalam Organisasi
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Komunikasi
adalah suatu alat yang sangat penting di dalam cara menyampaikan sesuatu kepada
seseorang. Komunikasi ini menjadi jembatan yang menyeberangkan berbagai ide,
gagasan dan pemecahan masalah bagi individu maupun kelompok yang nantinya akan
menciptakan kesamaan persepsi, visi, kesatuan komando dan lainnya yang
menciptakan kesamaan gerak dan arah serta tujuan yang memang hal inilah yang
menjadi inti komunikasi.
Komunikasi berfungsi di mana saja dalam setiap sendi
kehidupan individu atau manusia, baik di lingkungan rumah, lingkungan
pendidikan hingga masyarakat luas tak terkecuali di dalam organisasi.
Dewasa
ini komunikasi sangat berperan penting di dalam menyampaikan informasi di dalam
organisasi, baik dari organisasi skala kecil, menengah hingga besar yang
mencakup lintas wilayah atau Negara. Hal ini menandakan betapa esensialnya
peran komunikasi di organisasi dari mulai menyampaikan ide-ide yang dimiliki
oleh setiap manajer di kantor, memberikan laporan bagi para karyawan pada
atasannya hingga melakukan presentasi dan menyelesaikan masalah organisasi.
Komunikasi
di dalam organisasi yang kita kenal selama ini dengan istilah komunikasi
organisasi, komunikasi kelompok atau istilah lainnya yang berkembang tidak
selamanya berjalan lancar. Ada berbagai hambatan baik secara fungsional maupun
pendekatan yang dinilai kurang tepat di dalam menghadapi situasi komunikasi
atau sarana komunikasi organisasi yang digunakan untuk mendapatkan informasi
atau menyampaikan informasi. Masalah-masalah inilah yang melatarbelakangi
pembuatan makalah mengenai komunikasi organisasi ini oleh penulis. Penulis
melihat pentingnya berbagai hambatan ini yang dapat menyebabkan komunikasi
organisasi tidak berjalan efektif dan menyebabkan putusnya link informasi baik dari atas ke bawah, dari bawah ke atas maupun
secara horizontal. Jika permasalahan-permasalahan tersebut tidak diteliti lebih
mendalam maka akan banyak dysfunctional
communication yang akan terjadi sehingga menghambat organisasi tersebut
berkembang.
1.2 Tujuan
Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah tentang komunikasi organisasi ini adalah sebagai berikut
:
·
Memberikan pengetahuan dan penjelasan
mengenai komunikasi, organisasi serta komunikasi organisasi yang lebih
mendalam.
·
Menjabarkan fungsi-fungsi komunikasi di
dalam organisasi dalam kegiatan organisasi.
·
Memberikan informasi mengenai
pendekatan-pendekatan yang sering dilakukan di dalam komunikasi organisasi.
·
Memberikan contoh-contoh komunikasi
organisasi.
·
Memaparkan penjelasan kasus komunikasi
organisasi yang terjadi pada dunia nyata.
1.3 Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah yang digunakan di dalam makalah mengenai komunikasi organisasi ini
ialah penulis ingin memastikan betapa pentingnya komunikasi organisasi ini
sesuai fungsi dan pendekatan-pendekatan yang lebih efektif dapat meningkatkan
kinerja dari organisasi. Berikut ini pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan masalah komunikasi organisasi:
·
Apakah definisi operasional dari komunikasi
organisasi?
·
Bagaimanakah fungsi komunikasi di dalam
organisasi bekerja?
·
Seperti apakah pendekatan-pendekatan yang
sering digunakan di dalam komunikasi organisasi?
BAB
II
KAJIAN
TEORI
2.1 Definisi
Konseptual Komunikasi
Kata
komunikasi atau communication dalam
bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin communis
yang berarti “sama”, communico,
communication, atau communicate
yang berarti “membuat sama” (to make
common). Beberapa pengertian
komunikasi menurut para ahli ialah sebagai berikut:
·
Theodorson and Theodorson (1969)
Komunikasi adalah penyebaran informasi,
ide-ide, sikap-sikap atau emosi dari seseorang atau kelompok kepada yang lain
atu yang lain-lainnya, terutama melalui simbol-simbol.
·
Osgood (1957)
Komunikasi jika satu sistem, sebuah sumber,
mempengaruhi yang lain, si tertuju, dengan pemanipulasian simbol-simbol
alternatif, yang dapat disebarkan melalui saluran yang menghubungkan keduanya.
·
Gerbner (1967)
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai
interaksi sosial melalui pesan-pesan.
·
Berelson dan Steiner (1964)
Komunikasi adalah proses penyampaian
informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan
simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain.
·
Gode (1959)
Komunikasi adalah suatu proses yang membuat
sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi
dimiliki oleh dua orang atau lebih.
·
Barnlud (1964)
Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan
untuk mengurasi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau
memperkuat ego.
·
Reusch (1957)
Komunikasi adalah suatu proses yang
menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan.
·
Weaver (1949)
Komunikasi adalah seluruh prosedur
melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya.
·
Harold Laswell (1960)
Komunikasi adalah gambaran mengenai siapa, mengatakan apa, melalui media apa,
kepada siapa, dan apa efeknya.
·
Hovland, Janis dan Kelley (1953)
Komunikasi merupakan proses individu mengirim rangsangan (stimulus) yang
biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Pada
definisi ini mereka menganggap komunikasi sebagai suatu proses.
·
Louis Forsdale (1981)
Menurut Forsdale, ahli komunikasi dan pendidikan “communication is the process by which a system is established,
maintained and altered by means of shared signals that operate according to
rules”. Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu sistem dibentuk,
dipelihara, dan diubah dengan tujuan bahwa sinyal-sinyal yang dikirimkan dan
diterima dilakukan sesuai dengan aturan.
2.2 Definisi
Operasional Komunikasi
Berbicara
mengenai komunikasi tersebut, tidak ada definisi yang benar ataupun salah.
Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya “Komunikasi adalah
penyampaian pesan melalui media elektronik,” atau terlalu luas misalnya “
Komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih,” sehingga para
peserta komunikasi ini termsuk hewan, tanaman dan bahkan makhluk halus.
Komunikasi
didefinisikan secara luas sebagai “Berbagai pengalaman.” Namun dalam hal ini
yang dimaksud komunikasi mausia yang dalam
bahasa Inggrisnya adalah human
communication. Jika dalam definisi komunikasi secara konseptual di atas
menekankan pada kesamaan maka di dalam definisi operasional ini ditekankan
kesamaan yang dimaksud itu ialah kesamaan persepsi, kesamaan informasi baik
yang dikirim maupun yang diterima serta kesamaan maksud sehingga komunikasi
dapat disampaikan, diterima dan diarahkan sesuai dengan maksud komunikator dan
bisa mendapat feed back secara baik dari komunikan.
2.3 Definisi
Konseptual Organisasi
Istilah
organisasi berasal dari bahasa Latin yaitu organizare,
yang secara harfiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di
antara para ahli ada yang menyebut paduan sistem, ada juga yang menamakannya
sarana. Berikut ini beberapa definisi organisasi menurut para ahli:
·
Everest M. Rogers
Rogers
di dalam bukunya yang berjudul Communication
in Oranization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan
dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama melalui jenjang
kepangkatan, dan pembagian tugas.
·
Robert Bonnington
Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems Approach, mendefinisikan
organisasi sebagai sarana di mana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan
sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas wewenang.
2.4 Definisi
Operasional Organisasi
Dari
segi operasional, organisasi adalah tempat bagi orang-orang untuk berkumpul
yang dari segi fisik berarti organisasi harus memiliki orang-orang, tempat
berkumpul dan tujuan yang sama serta berbagai media serta alat dukung lainnya
seperti visi, misi, posisi atau jabatan dan tugas-tugas untuk mereka
koordinasikan guna mencapai tujuan mereka.
Berdasarkan
definisi-definisi di atas mengenai komunikasi dan organisasi dapat dilihat
korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi ditinjau dari manusia-manusia
yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu yang harus melakukan
komunikasi-komunikasi yang efektif untuk mencapainya. Ilmu komunikasi
mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode
dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya,
faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dan pemulus dan sebagainya. Jawaban
dari berbagai pertanyaan tersebut adalah bahan telaah untuk selanjutnya
menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan
jenis organisasi, sifat organisasi dan lingkup organisasi. Maka dari itulah
muncul istilah baru yang membahas mengenai permasalahan ini, yaitu komunikasi
organisasi.
2.5 Definisi
Konseptual Komunikasi Organisasi
Berikut ini definisi
secara tertulis oleh beberapa ahli mengenai komunikasi organisasi:
·
Frank Jefkinse mengatakan bahwa
komunikasi organisasi terdiri atas semua bentuk-bentuk komunikasi yang
direncanakan, ke arah luar dan ke arah dalam, antara sebuah organisasi dan
publiknya karena tujuan dari pencapaian sasaran tertentu mengenai pemahaman.
·
Pace dan Feules mengatakan bahwa
komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai penunjukan dan penafsiran
suatu pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu
organisasi tertentu.
·
Devito mendefinisikan komunikasi
organisasi sebagai upaya pengiriman dan penerimaan pesan baik dalam organisasi
di dalam kelompok formal maupun kelompok informal organisasi.
·
Wiryanto mengatakan bahwa komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam
kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah
komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi
kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi,
produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi.
·
Goldhaber berpendapat bahwa komunikasi
organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu
jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi
lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Definisi ini
mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung,
hubungan, lingkungan, dan ketidakpastian.
·
Katz dan Kahn mengatakan jika komunikasi
organisasi itu merupakan arus informasi, pertukaran informasi, dan pemindahan
arti di dalam suatu organisasi.
·
Zelko dan Dance mengatakan komunikasi
organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi
internal dan komunikasi eksternal.
·
Greenbaunm berpendapat bahwa bidang
komunikasi organisasi termasuk arus komunikasi formal dan informal dalam
organisasi. Dia membedakan komunikasi internal dengan eksternal dan memandang
peranan komunikasi terutama sebagai koordinasi pribadi dan tujuan organisasi
serta masalah menggiatkan aktivitas.
2.6 Definisi
Operasional Komunikasi Organisasi
Komunikasi
organisasi pada umumnya membahas tentang strukur dan fungsi organisasi,
hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya
organisasi. Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu
jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus
komunikasi vertikal dan horizontal.
Komunikasi
organisasi juga dapat diartikan secara operasional sebagai pengiriman dan
penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal
dari suatu organisasi. Komunikasi organisasi yang bersifat formal adalah
komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi
kepentingan organisasi. Isi komunikasi ini berupa cara kerja di dalam
organisasi, produktivitas dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam
organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers dan surat-surat
resmi. Adapun komunikasi organisasi informal adalah komunikasi yang disetujui
secara sosial. Orientasi komunikasi jenis ini bukan merujuk pada keseluruhan
organisasi secara langsung melainkan lebih kepada anggota dari organisasi
tersebut secara individual.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Fungsi
Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi,
seperti semua alat lainnya memiliki fungsi yang bermacam-macam namun dalam hal
ini penulis mempersempit fungsi komunikasi hanya dalam lingkup organisasi saja.
Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam
organisasi adalah sebagai berikut:
·
Fungsi
informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan
informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat
memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi
yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan
pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen
membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna
mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan
(bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu
juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin
cuti, dan sebagainya.
·
Fungsi
regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam
suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif,
yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen,
yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang
disampaikan. Juga memberi
perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana
semestinya. b. Berkaitan dengan
pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan
membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh
untuk dilaksanakan.
·
Fungsi
persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan
selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka
banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi
perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan
menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering
memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
·
Fungsi
integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada
dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran
komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin,
newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. b. Saluran komunikasi informal
seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan
olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan
menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan
terhadap organisasi.
3.2 Pendekatan-pendekatan
dalam Komunikasi Organisasi
Seorang
manajer, karyawan atau individu biasa sekali pun memiliki pendekatan-pendekatan
sendiri di dalam berkomunikasi. Mereka tidak akan sama melakukan pendekatan
komunikasi, baik dilihat dari segi partner
komunikasi, lingkup komunikasi, budaya komunikasi dan lainnya.
Griffin
(2003) dalam A First Look at Communication Theory, membahas komunikasi
organisasi mengikuti teori management klasik, yang menempatkan suatu bayaran
pada daya produksi, presisi, dan efisiensi.
Selanjutnya, Griffin menyadur tiga pendekatan untuk
membahas komunikasi organisasi. Ketiga pendekatan itu adalah sebagai berikut:
1.
Pendekatan Sistem
Karl
Weick (pelopor pendekatan
sistem informasi) menganggap struktur hirarki, garis rantai komando komunikasi,
prosedur operasi standar merupakan mungsuh dari inovasi. Ia melihat organisasi sebagai
kehidupan organis yang harus terus menerus beradaptasi kepada suatu perubahan
lingkungan dalam orde untuk mempertahankan hidup. Pengorganisasian merupakan
proses memahami informasi yang samar-samar melalui pembuatan, pemilihan, dan
penyimpanan informasi. Weick meyakini organisasi akan bertahan dan tumbuh subur
hanya ketika anggota-anggotanya mengikutsertakan banyak kebebasan (free-flowing)
dan komunikasi interaktif. Untuk itu, ketika dihadapkan pada situasi yang
mengacaukan, manajer harus bertumpu pada komunikasi dari pada aturan-aturan.
Teori
Weick tentang pengorganisasian mempunyai arti penting dalam bidang komunikasi
karena ia menggunakan komunikasi sebagai basis pengorganisasian manusia dan
memberikan dasar logika untuk memahami bagaimana orang berorganisasi.
Menurutnya, kegiatan-kegiatan pengorganisasian memenuhi fungsi pengurangan
ketidakpastian dari informasi yang diterima dari lingkungan atau wilayah
sekeliling. Ia menggunakan istilah ketidakjelasan untuk mengatakan
ketidakpastian, atau keruwetan, kerancuan, dan kurangnya predictability.
Semua informasi dari lingkungan sedikit banyak sifatnya tidak jelas, dan
aktivitas-aktivitas pengorganisasian dirancang untuk mengurangi ketidakpastian
atau ketidakjelasan.
Weick
memandang pengorganisasian sebagai proses evolusioner yang bersandar pada
sebuah rangkaian tiga proses: 1. Penentuan (enachment), 2. Seleksi (selection), 3. Penyimpanan (retention)
·
Penentuan adalah pendefinisian situasi, atau mengumpulkan
informasi yang tidak jelas dari luar. Ini merupakan perhatian pada rangsangan
dan pengakuan bahwa ada ketidakjelasan.
·
Seleksi, proses ini memungkinkan kelompok untuk menerima
aspek-aspek tertentu dan menolak aspek-aspek lainnya dari informasi. Ini
mempersempit bidang, dengan menghilangkan alternatif-alternatif yang tidak
ingin dihadapi oleh organisasi. Proses ini akan menghilangkan lebih banyak
ketidakjelasan dari informasi awal.
·
Penyimpanan yaitu proses menyimpan aspek-aspek tertentu yang akan
digunakan pada masa mendatang. Informasi yang dipertahankan diintegrasikan ke
dalam kumpulan informasi yang sudah ada yang menjadi dasar bagi beroperasinya
organisasinya.
Setelah dilakukan penyimpanan, para anggota organisasi
menghadapi sebuah masalah pemilihan. Yaitu menjawab
pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan kebijakan organisasi. Misal, ”haruskah
kami mengambil tindakan berbeda dari apa yang telah kami lakukan sebelumnya?”
Sedemikian jauh, rangkuman ini mungkin membuat anda
mempercayai bahwa organisasi bergerak dari proses pengorganisasian ke proses
lain dengan cara yang sudah tertentu: penentuan; seleksi; penyimpanan; dan
pemilihan. Bukan begitu halnya. Sub-subkelompok individual dalam organisasi
terus menerus melakukan kegiatan di dalam proses-proses ini untuk menemukan
aspek-aspek lainnya dari lingkungan. Meskipun segmen-segmen tertentu dari
organisasi mungkin mengkhususkan pada satu atau lebih dari proses-proses
organisasi, hampir semua orang terlibat dalam setiap bagian setiap saat. Pendek
kata di dalam organisasi terdapat siklus perilaku.
Siklus perilaku adalah kumpulan-kumpulan perilaku yang saling bersambungan yang
memungkinkan kelompok untuk mencapai pemahaman tentang pengertian-pengertian
apa yang harus dimasukkan dan apa yang ditolak. Di dalam siklus perilaku,
tindakan-tindakan anggota dikendalikan oleh aturan-aturan berkumpul yang
memandu pilihan-pilihan rutinitas yang digunakan untuk menyelesaikan proses
yang tengah dilaksanakan (penentuan, seleksi, atau penyimpanan).
Demikianlah pembahasan tentang konsep-konsep dasar dari
teori Weick, yaitu: lingkungan; ketidakjelasan; penentuan; seleksi;
penyimpanan; masalah pemilihan; siklus perilaku; dan aturan-aturan berkumpul,
yang semuanya memberi kontribusi pada pengurangan ketidakjelasan.
2. Pendekatan
Budaya
Asumsi interaksi simbolik mengatakan bahwa manusia
bertindak tentang sesuatu berdasarkan pada pemaknaan yang mereka miliki tentang
sesuatu itu. Mendapat dorongan
besar dari antropolog Clifford Geertz, ahli teori dan ethnografi,
peneliti budaya yang melihat makna bersama yang unik adalah ditentukan
organisasi. Organisasi dipandang sebagai budaya. Suatu organisasi merupakan
sebuah cara hidup (way of live) bagi para anggotanya, membentuk sebuah
realita bersama yang membedakannya dari budaya-budaya lainnya.
Pacanowsky
dan para teoris interpretatif lainnya menganggap bahwa budaya bukan sesuatu
yang dipunyai oleh sebuah organisasi, tetapi budaya adalah sesuatu suatu
organisasi. budaya organisasi dihasilkan melalui interaksi dari
anggota-anggotanya. Tindakan-tindakan yang berorientasi tugas tidak hanya
mencapai sasaran-sasaran jangka pendek tetapi juga menciptakan atau memperkuat
cara-cara yang lain selain perilaku tugas ”resmi” dari para karyawan, karena
aktivitas-aktivitas sehari-hari yang paling membumi juga memberi kontribusi
bagi budaya tersebut.
Pendekatan ini mengkaji cara individu-individu
menggunakan cerita-cerita, ritual, simbol-simbol, dan tipe-tipe aktivitas
lainnya untuk memproduksi dan mereproduksi seperangkat pemahaman.
3. Pendekatan
Kritik
Stan Deetz,
salah seorang penganut pendekatan ini, menganggap bahwa kepentingan-kepentingan
perusahaan sudah mendominasi hampir semua aspek lainnya dalam masyarakat, dan
kehidupan kita banyak ditentukan oleh keputusan-keputusan yang dibuat atas
kepentingan pengaturan organisasi-organisasi perusahaan, atau manajerialisme.
Bahasa adalah medium utama dimana realitas sosial
diproduksi dan direproduksi. Manajer dapat menciptakan kesehatan organisasi dan
nilai-nilai demokrasi dengan mengkoordinasikan partisipasi stakeholder
dalam keputusan-keputusan korporat.
Ada pendapat lainnya yang
hampir sama dengan apa yang disadur oleh Griffin mengenai pendekatan komunikasi
organisasi antara lain sebagai berikut:
1)
Pendekatan Struktur dan Fungsi Organisasi
Melalui pendekatan ini, kita diperkenalkan dengan toeri
Max Webber mengenai birokrasi yang terangkum dalam enam prinsip: birokrasi
didasarkan pada aturan-aturan yang memungkinkan diselesaikannya suatu
persoalan. birokrasi mengenal pembagian secara sistematis terhadap tenaga kerja
dimana tenaga kerja memiliki hak dan kekuasaan yang terdefinisikan secara
jelas. Esensi dari birokrasi adalah penjenjangan, pimpinan diangkat berdasarkan
kemampuan dan pendidikan mereka, birokrasi harus memiliki kebebasan untuk
mengalokasikan sumber-sumber yang ada dalam lingkup pengaruhnya, birokrasi
mensyaratkan pengelolaan arsip yang rapi. Selain itu, kita juga mempelajari
teori sistem dari Chester Barnard yang pada esensiinya menjelaskan bahwa
organisasi hanya dapat berlangsung melalui kerjasama antar manusia.
2)
Pendekatan
Human Relations
Kita
diajak untuk mengkaji faktor manusia sebagai objek yang penting dalam
organisasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Rensis Likert dengan Empat Sistem
Likertnya:
a) Exploitative Authoritative,
pimpinan menggunakan kekuasaan dengan tangan besi dimana keputusannya tidak
memanfaatkan atau memperhatikan umpan balik dari bawahannya.
b) Benevolent Authoritative,
hampir sama dengan sistem yang pertama, hanya pada sistem ini pimpinan cukup
memiliki kepekaan terhadap kebutuhan para karyawan.
c) Consultative,
pimpinan masih memegang kendali namun mereka juga mencari masukan-masukan dari
bawahan.
d)
Participate
Management, memberi kesempatan pada karyawan untuk
berpartsipasi penuh dalam proses pengambilan keputusan yang efeknya mengarahkan
peningkatan tanggung jawab dan motivasi bekerja yang lebih baik.
3.
Pendekatan
Komunikasi Sebagai Suatu Proses Pengorganisasian
Dalam
pendekatan ini dibahas teori pengorganisasian dan teori strukturisasi. Teori
pengorganisasian memandang organisasi sebagai suatu aktivitas sebab organisasi
adalah sesuatu yang akan dicapai oleh sekelompok orang melalui proses yang
berkesinambungan. Pada teori strukturisasi dijelaskan bahwa struktur organisasi
diciptakan ketika sekelompok orang saling berkomunikasi melalui saluran
tertentu.
4.
Pendekatan
Organisasi Sebagai Kultur
Dalam
pendekatan ini, kultur organisasi merupakan pandangan hidup bagi para
anggotanya. Pacanowsky dan Trujillo menjelaskan lima bentuk penampilan organisasi,
yaitu:
a) Ritual,
merupakan penampilan yang diulang-ulang secara teratur yaitu suatu aktivitas
yang dianggap oleh suatu kelompok sebagai sesuatu yang sudah biasa dan rutin.
b) Hasrat,
yaitu bagaimana para karyawan dapat mengubah pekerjaan-pekerjaan rutin dan
membosankan menjadi menarik dan merangsang minat.
c) Sosialitas,
yaitu bentuk yang memperkuat suatu pengertian bersama mengenai kebenaran
ataupun norma-norma dan penggunaan aturan-aturan dalam organisasi (tata susila
dan sopan santun).
d) Politik
organisasi, yaitu bentuk yang menciptakan dan memperkuat minat terhadap
kekuasaan dan pengaruh.
e) Enkulturisasi,
yaitu proses mengajarkan budaya kpd para anggota organisasi.
Pendekatan
lain yang berkembang untuk melihat sejauh apa komunikasi yang terjadi di dalam
organisasi yang telah dilakukan ialah sebagai berikut:
1.
Pendekatan
Makro
Dalam pendekatan makro organisasi
dipandang sebagai suatu struktur global yang berinteraksi dengan lingkungannya.
Dalam berinteraksi, organisasi melakukan aktivitas tertentu, seperti memproses
informasi dan lingkungan,
mengadakan identifikasi, melakukan intergrasi dengan organisasi lain, dan juga
menentukan tujuan organisasi.
2.
Pendekatan
Mikro
Pendekatan ini terutama menfokuskan
kepada komunikasi dalam unit dan sub-unit pada suatu organisasi. Komunikasi yang
diperlukan pada tingkat ini adalah komunikasi antara anggota kelompok, seperti
komunikasi untuk pemberian orientasi dan latihan, komunikasi untuk melibatkan
anggota kelompok dalam tugas kelompok, komunikasi untuk menjaga iklim
organisasi,
komunikasi dalam mensupervisi dan pengarahan pekerjaan, komunikasi untuk
mengetahui rasa kepuasan kerja dalam organisasi
3.
Pendekatan
individual
Pendekatan ini berpusat pada tingkahlaku komunikasi
individual dalam organisasi. Semua tugas-tugas yang telah diuraikan pada dua
pendekatan sebelumnya diselesaikan oleh komunikasi individual satu sama
lainnya. Ada beberapa bentuk komunikasi individual, seperti berbicara pada
kelompok kerja, menghadiri dan berinteraksi dalam rapat-rapat, menulis dan
mengonsep surat, berdebat untuk suatu usulan/ide.
3.3 Studi
Kasus Komunikasi Organisasi
Studi
kasus yang penulis ambil ini berdasarkan sebuah film pendek mengenai komunikasi
organisasi yang berkembang dari era industrialisasi yang sangat pesat
pertumbuhannya pada tahun 1900-an dan mengambil kisah seorang tokoh manajemen
yang ingin mengembangkan ilmu komunikasi yang akan digunakan pada organisasinya
agar lebih efektif dan manusiawi.
Film
ini diawali dengan pengenalan tokoh manajemen dan komunikasi, yaitu Frederick
Winslow Taylor asal Amerika Serikat yang menemukan masalah di organisasinya
untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas organisasi tersebut. Salah
satu masalah yang berkembang adalah masalah komunikasi organisasi.
Dia
akhirnya memutar otaknya dan melakukan berbagai percobaan hingga akhirnya
Frederick mendapatkan ide emas. Dia akhirnya menciptakan sebuah kerja yang
lebih terorganisasi dan meningkatkan keuntungan dengan cara menemukan metode
terbaik dan melakukan tes mengulangnya lagi dan lagi sehingga organisasi
lainnya memberikan apresiasi yang tinggi padanya sampai semuanya menerapkan
gagasan Frederick.
Max
Weber dari Jerman dan Henry Fayol dari Perancis yang menjadi sahabat Frederick
juga mengembangkan gagasannya. Max Weber dengan teori birokrasinya dan Henry
dengan teori fungsi manajemennya. Namun hal tersebut adalah sebuah kegagalan.
Karena mereka berdua menganggap manusia atau karyawan seperti mesin bukan
manusia. Maka timbullah masalah baru dimana para karyawan menuntut hak-hak
mereka, mereka bukanlah mesin dan mereka meminta perhatian untuk mendapatkan
kepuasan dalam bekerja.
Setelah
semua masalah tersebut muncul maka para ahli mulai meminta pendapat pada
seluruh karyawan untuk memberikan gagasan, ide dan mendengarkan lebih banyak
apa yang dibutuhkan dan lebih memuaskan karyawan. Maka dengan komunikasi hal
tersebut dapat dilakukan. Orang-orang di dalam organisasi mulai sadar betapa
pentingnya organisasi untuk mendapatkan ide-ide baru, memecahkan masalah,
mencapai integrasi yang baik dan mencapai tujuan dengan lebih efektif.
Permasalahan tidak sampai di sini, masalah kembali muncul dengan banyaknya
komunikasi yang tidak efektif yang berada di dalam organisasi besar seperti international corporate. Banyak orang
yang berteriak mereka harus selalu bekerja tanpa jalan keluar untuk terus
bekerja. Mereka selalu merasa tertekan berada di organisasi dengan hierarki,
budaya dan tingkat pekerjaan yang tinggi tanpa adanya kesenangan.
Masalah-masalah inilah yang terus timbul dalam organisasi saat ini.
Berdasarkan
kasus tersebut, penulis melihat berbagai fungsi komunikasi yang dapat
diterapkan menggunakan pendekatan-pendekatan komunikasi organisasi sesuai
dengan masalah yang ada di dalam organisasi tersebut. Mulai dari masalah
kesulitan karyawan menyatakan pendapat maka dapat diterapkan fungsi informatif
dari komunikasi dimana setiap karyawan dapat dengan mudah mengakses informasi
di organisasi yang masih dalam wilayahnya sehingga mereka juga dapat memberikan
feedback berupa pendapat mereka untuk
kebaikan organisasi. Selain itu, fungsi ini juga bisa memberikan ketenangan
karyawan dalam hal gaji, jaminan kesehatan dan jaminan hari tua sehingga
karyawan dapat lebih produktif.
Fungsi regulatif komunikasi dapat diterapkan dalam hal perlu tidaknya seorang
karyawan melakukan suatu pekerjaan atau tidak, contohnya pemberian job description yang jelas,
pemberitahuan jam kerja efektif dan waktu cuti. Fungsi persuasif ini juga dapat
dikembangkan dalam organisasi karena pasalnya masalah seperti karyawan yang
merasa dirinya dianggap mesin, tidak dihargai dan hanya dipaksa bekerja
tersebut dapat dihilangkand engan mengajaknya berdiskusi atau memberikan
kata-kata motivasi yang menumbuhkan rasa kepedulian terhadap atasan dan
organisasi dari pada hanya memaksa mereka memenuhi seluruh keinginan atasan.
Terakhir, fungsi integratif komunikasi ini yang sangat
penting karena organisasi dapat lebih kuat jika semua karyawan peduli pula
terhadap kelangsungan komunikasi. Penyediaan saluran-saluran yang memungkinkan
karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik perlu untuk
diadakan sehingga tidak ada lagi karyawan yang mengeluhkan adanya missed comunication, ketidaksatuan visi,
dan masalah antar unit atau bidang di organisasi.
Setelah fungsi komunikasi telah dipaparkan di atas maka
pendekatan-pendekatan yang menurut penulis dapat diterapkan berdasarkan
masalah-masalah di atas ialah pendekatan sistem dan budaya serta pendekatan human relations. Mengapa ketiga
pendekatan komunikasi organisasi ini begitu vital? Karena menurut penulis
permasalahan organisasi yang memiliki masalah ketidaknyamanan karyawan yang
tidak dapat menyatakan pendapat dan tidak mendapatkan informasi dengan penuh
dapat terselesaikan dengan pendekatan sistem dimana nantinya dalam organisasi
tersebut dibuatkan sistem khusus yang dapat menampung seluruh aspirasi
karyawan, memberikan informasi pada mereka serta mengatur arus komunikasi
mereka secara efektif. Sistem komputer dan chatting
baik secara online maupun offline menjadi salah satu sistem yang
sering digunakan.
Pendekatan budaya dapat diterapkan pada permasalahan
organisasi yang memiliki berbagai macam karyawan dari multiras atau negara.
Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan memberikan suatu dorongan yang
membuat batas-batas budaya tersebut menjadi pudar dan semua mau saling
mendukung mencapai tujuan individu melalui tujuan organisasi. Cara seperti
membuat moto organisasi berdasarkan budaya komunikasi organisasi tersebut juga
menjadi salah satu cara yang efektif.
Pendekatan human
relations sangat erat dengan interpersonal
employees relation karena dengan pendekatan inilah para karyawan dapat
memperoleh haknya menjadi seorang manusia seutuhnya di dalam sebuah organisasi.
Karyawan akan merasa dihargai dan
diberikan perhatian dengan adanya pendekatan ini. Mereka tidak akan mengeluh
mengenai gaji, waktu kerja dan kondisi kantor organisasi tersebut. Namun
pendekatan ini yang cukup menyita biaya juga karena harus melakukan berbagai
kajian dan penelitian tentang bagaimana kondisi organisasi yang ideal untuk
para karyawan.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pemaparan dari berbagai sumber pustaka di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
·
Komunikasi organisasi pada umumnya
membahas tentang strukur dan fungsi organisasi, hubungan antarmanusia,
komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya organisasi. Komunikasi
organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat
hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal
dan horizontal.
·
Pada dasarnya ada empat fungsi komunikasi
di dalam organisasi, yaitu fungsi informatif, regulatif, persuasif dan
integratif. Dimana keempat fungsi ini bertujuan menciptakan komunikasi
organisasi yang efektif untuk mencapai tujuan organisasi dan bagaimana fungsi
ini berintegrasi menciptakan komunikasi yang baik untuk organisasi.
·
Pendekatan yang paling populer mengenai
komunikasi organisasi diambil dari pendapat Griffin (2003) dalam bukunya A First Look at Communication
Theory yaitu pendekatan sistem,
pendekatan budaya dan pendekatan kritik. Namun di samping ketiga pendekatan itu
ada beberapa pendapat lainnya dari mulai pendekatan struktur dan fungsi
organisasi, pendekatan human relations, pendekatan
komunikasi sebagai suatu proses pengorganisasian, pendekatan organisasi sebagai
kultur , pendekatan makro, pendekatan mikro dan pendekatan individual.
4.2 Saran
Saran
yang penulis berikan dalam kajian komunikasi organisasi adalah berhati-hatilah
dengan pendekatan-pendakatan yang digunakan di dalam organisasi karena
komunikasi yang efektif bisa diciptakan dengan pendekatan-pendekatan yang baik,
terstruktur dan dipikirkan dengan hati-hati sehingga komunikasi organisasi yang
terjalin antar unit, subunit, bagian hingga individu berjalan lancar dan
efektif dengan mempertimbangkan pula fungsi-fungsi komunikasi di dalam
organisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Arni, Muhammad. 2007. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Em
Griffin, 2003, A First Look at Communication Theory, USA: McGrraw-Hill Companies
Harun, Rochajat. 2008. Komunikasi Organisasi. Bandung: CV
Mandar Maju
Pace,
R Wayne dan Faules Don F. 2006. Komunikasi
Organisasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sendjaja, S Djuarsa. 1994, Teori Komunikasi. Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka
cara nya copas gimana
BalasHapus