Makalah Komunikasi Pemasaran Terpadu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan
sederhana para wirausahawan—terutama wirausahawan muda—ialah beberapa faktor di
antaranya: komunikasi pemasaran terpadu, penetapan harga, pemilihan lokasi, dan
tata ruang dalam berwirausaha. Pada kenyataanya, setengah dari proses
wirausahawan itu terdapat pada empat faktor tersebut. Jika dibiarkan
berlarut-larut dan hanya mengandalkan pengalaman dari wirausahawan semata maka
amat sulit untuk mencapai kesuksesan dalam berwirausaha. Maka dari itu perlu
adanya pembahasan secara detail mengenai keempat faktor tersebut yang akan
memudahkan kinerja para wirausahawan yang terus menggeliat di dunia bisnis
Indonesia dan internasional.
1.2 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan
penulisan makalah yang utama ialah untuk memenuhi kriteria tugas mata kuliah
kewirausahaan dan untuk memberikan informasi dari berbagai sumber pustaka yang
sudah dipelajari serta disusun oleh penyusun sehingga pembaca dapat lebih
mengerti mengenai keempat materi tersebut.
1.3 Rumusan Makalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran terpadu?
2.
Bagaimana cara perhitungan penetapan harga dengan dasar-dasarnya?
3.
Bagaimana cara menentukan lokasi usaha yang tepat?
4.
Bagaimana cara mengatur tata ruang yang efisien dan efektif?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Komunikasi Pemasaran Terpadu (Integrated Marketing Communication) IMC
(Integrated Marketing
Communication) adalah sebuah konsep dari perencanaan
komunikasi pemasaran yang memperkenalkan nilai tambah dari rencana komprehensif
yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin komunikasi— misalnya
periklanan umum, respon langsung, sales promotion, dan PR—dan mengombinasikan
disiplin-disiplin ini untuk memberikan kejelasan, konsistensi dan dampak
komunikasi yang maksimal. Secara sederhana-nya IMC dapat diartikan sebagai
“Proses dari pengelolaan customer relationships yang menggerakkan brand value.”
Integrated Marketing Communication
(IMC) adalah satu dari sekian proses yang tersedia guna membina hubungan dengan
customer.
Apa
yang membedakan IMC dengan proses customer-centric
lainnya adalah dasar dari proses tersebut adalah komunikasi, yang merupakan
jantung dari semua hubungan, dan juga merupakan proses yang sirkuler. Seperti
yang sudah disebutkan di atas, konsep dasar dari IMC adalah komunikasi. Dengan
komunikasi ini, IMC berusaha untuk memaksimalkan pesan positif dan meminimalkan
pesan negatif dari suatu brand, dengan sasaran menciptakan dan menyokong brand
relationship. Untuk membangun hubungan jangka panjang, IMC juga digunakan untuk
membangun dan memperkuat brand. Brand
relationship yang positif juga akan menghasilkan keuntungan dan
meningkatkan nilai dari pemegang saham perusahaan tersebut.
Tapi
ada dua ide pokok mengenai IMC:
1.
Komunikasi pemasaran yang bersifat one-voice.
Maksudnya adalah, walaupun elemen komunikasi pemasaran yang digunakan
berbeda-beda dalam meraih konsumen namun semua itu harus dapat dikoordinasi
dengan cara yang tepat oleh berbagai organisasi dan agensi yang bekerja pada
elemen- elemen yang berbeda tersebut
2.
Komunikasi yang berintegrasi. Komunikasi disini tidak hanya bertujuan untuk
meningkatkan brand awareness atau pencitraan produk yang baik saja, namun juga
harus dapat menimbulkan hasil penjualan yang baik.
2.2 Filosofi IMC Dalam Perspektif
Pemasaran Dan Komunikasi
Perspektif
Komunikasi. Lagi, seperti yang sudah diuraikan diatas, fondasi yang penting
dari IMC merupakan komunikasi— pengiriman dan penerimaan pesan. Seperti halnya
kita berkomunikasi dengan teman, kita secara sadar ataupun tidak, menggunakan
kata-kata, aksi, gerak tubuh, bahkan mimik muka tertentu. Ketika kita
berkomunikasi dengan ortu atau guru, mungkin strategi komunikasi kita akan
cenderung serius. Tetapi jika kita berkomunikasi dengan sahabat, pesan yang
disampaikan mungkin akan lebih fleksibel, dan bahkan terkesan konyol. Tetapi,
walaupun kita mengirimkan berbagai jenis pesan kepada berbagai jenis orang,
semua isi pesan yang datang dari kita mempunyai konsistensi yang membuat
penerimanya tahu bahwa pesan ini datang dari kita, bukan dari orang lain. Dalam
IMC pun, konsistensi juga diperlukan agar brand image dapat menancap kuat dalam
benak konsumen.
2.3 Konsep Dasar Pengembangan
Berbagai Program IMC
1. Direct Marketing Disaat perusahaan
ingin berhubungan langsung dengan customer tanpa melalui retailer, maka
digunakanlah direct-response marketing,
seperti: close-loop, interactive, database-driven messaging system yang
menggunakan banyak jenis media untuk menciptakan respon behavioral. Direct marketing
merupakan salah satu fungsi IMC yang terdiri dari front-end dan back end operations. Front-end menyusun harapan-harapan dari konsumen yang mencakup the offer (yakni segala sesuatu yang nyata
maupun tidak dijanjikan oleh perusahaan guna mencapai perilaku customer yang diinginkan perusahaan,
misal: penawaran harga khusus, garansi, dll),
·
The
database (mendapatkan data customer-nya dan menggunakan data
itu untuk penawaran selanjutnya) dan
·
The
response (memberikan respon yang baik terhadap customer,
misal: dengan membuat toll-free-line untuk layanan customer) sedangkan back end berusaha mempertemukan harapan
konsumen dengan produk, mencakup
fulfillment (yakni membuat produk atau informasi yang diminta oleh konsumen
cocok, efektif dan tepat waktu).
2.
Sales Promotion
Sales promotion
merupakan istilah singkat dari penawaran nilai tambah yang dirancang untuk
menggerakkan dan mempercepat respons dari customer.
Contoh dari nilai tambah itu sendiri adalah “kesempatan untuk memenangkan
hadiah”, potongan harga (seperti diskon 20 %, sale 50 % off, dsb.),
produk ekstra (seperti “isi teh kotak 30% lebih banyak”), sample gratis dan premiums (misalnya beli rinso dapat piring
cantik) Pada konsepnya, Sales promotion digunakan untuk memotivasi customer
agar melakukan aksi dengan membeli produk yang dipicu dengan adanya penawaran
produk dalam jangka waktu terbatas.
3.
Public Relations/MPR
PR
dalam konsepsi IMC melakukan pekerjaan yang sangat luas dan beragam, tidak
hanya bertugas men-track opini publik saja, tetapi juga bertugas me-manage
corporate brand dan menjaga reputasinya. Lalu MPR merupakan salah satu fungsi
PR yang digunakan sebagai media tanpa bayar untuk menyampaikan brand
information guna mempengaruhi calon customer atau customer secara positif. MPR
sendiri lebih fokus kepada customer atau calon customer dan melengkapi strategi
marketing yang lain dengan 4 cara:
(1)
meningkatkan kredibilitas brand message;
(2)
menyampaikan message sesuai targetnya berdasarkan aspek demografis,
psikografis, etnik atau khalayak secara regional;
(3)
mempengaruhi opinion leader atau trendsetter yang berpengaruh;
(4)
melibatkan customer dan stakeholder lainnya pada event spesial.
4.
Personal Selling
Personal Selling
adalah komunikasi dua arah dimana seorang penjual menjelaskan fitur dari suatu
brand untuk kepentingan pembeli. Dalam Personal
Selling, dilibatkan komunikasi yang sifatnya tatap muka dan kegiatannya
pada sekaramg ini terfokus pada pemecahan masalah dan penciptaan nilai bagi customer (lebih dikenal sebagai partnership) Dimensi dari partnership
ini adalah, seorang salesperson harus memahami customer-nya dengan baik. Personal selling sendiri merupakan bagian
dari direct marketing, namun perbedaan dasarnya adalah dalam personal selling,
perusahaan yang dijembatani salesperson berinteraksi secara tatap muka dengan
customer.
5.
Advertising
Advertising
merupakan “Suatu bentuk dari presentasi non-personal dan promosi dari suatu
ide, barang atau jasa yang tidak gratis (berbayar) dan dilakukan oleh sponsor
(perusahaan) yang teridentifikasi. Karakteristik dari iklan sendiri adalah
bersifat non-personal, komunikasi satu arah, ada sponsor (khalayak yang
peduli), dan bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku. Biasanya advertising
itu dipakai ketika suatu perusahaan ingin mengubah customer dari unaware,
menjadi aware terhadap suatu brand.
6.
Publicity
Publicity
sendiri merupakan salah satu jasa yang disediakan oleh Public Relations Firm maupun Advertising
Agency. Publicity timbul untuk membantu menangkap perhatian publik dan
membedakan tiap-tiap perusahaan tersebut dari perusahaan-perusahaan lain yang
menjadi saingannya. Publicity dalam
MPR berarti memeproleh penyebutan nama merek di media massa dalam cara-cara
yang berbeda, waktu dan tempat sesering mungkin sehingga menjadi top-of mind
awareness. Walaupun PR menawarkan kredibilitas yang lebih besar dalam membangun
publicity, namun advertsing dapat menawarkan awareness dan kontrol yang lebih
besar. Lalu untuk beberapa alasan, maka sejumlah perusahaan menyampaikan pesan
PR mereka lewat advertising.
7.
Events/Sponsorship
Event marketing
adalah situasi yang signifikan atau peristiwa promosional yang mempunyai fokus
utama untuk menangkap perhatian dan melibatkan customer dalam event tersebut.
Perusahaan dan organisasi-organisasi non-profit menggunakan events dengan
beberapa alasan, yaitu: untuk melibatkan sasaran khalayak, untuk mengasosiasikan
sebuah brand dengan aktivitas, gaya hidup atau orang-orang tertentu, untuk
meraih sasaran khalayak yang sulit dijangkau, untuk meningkatkan brand
awareness dan untuk menyediakan platform yang baik bagi brand publicity.
Sponsorship adalah dukungan finansial kepada suatu organisasi, orang, atau
aktivitas yang dipertukarkan dengan publisitas merek dan suatu hubungan.
Sponsorship dapat membedakan sekaligus meningkatkan nilai suatu merek. Beberapa
pedoman yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan dalam memilih sponsorship:
target khalayak, penguatan citra merek, dapat diperpanjang, keterlibatan merek,
biaya yang efektif dan sponsor lainnya.
8.
Interactive Marketing
Interactive marketing
disini lebih tertuju kepada bagaimana suatu perusahaan mampu atau tidak
berkomunikasi dengan customer-nya atau mampu memberikan solusi yang baik, yang
terkait dengan penggunaan produk. Dalam hal ini interactive marketing juga
terkait dengan customer relationship management.
2.4 Penetapan Harga (Price)
Harga
pada dasarnya merupakan alat untuk mengomunikasikan nilai produk kepada pasar.
Penetapan harga memiliki dampak langsung dan jelas terlihat pada penerimaan
pasar sehingga menjadi sangat penting terhadap keseluruhan bauran pemasaran.
Selain itu, harga merupakan alat yang sangat fleksibel, di mana suatu saat
harga akan stabil dalam waktu tertentu, tetapi dalam seketika harga dapat juga
meningkat atau menurun dan juga merupakan satu-satunya elemen yang menghasilkan
pendapatan dari penjualan.
Seorang
wirausahawan mempunyai alternatif penetapan harga sebagai berikut:
1. Cost-Based Pricing (penetapan harga berdasarkan biaya)
·
Cost-Plus-Pricing
(penetapan harga biaya plus)
·
Break
Even Analysis and Target Profit Pricing (analisis peluang pokok
dan penetapan harga laba sasaran)
Ini
adalah metode dengan menghitung titik impas (break even) atau membuat target laba tertentu di atasnya.
2. Value-Based Pricing (penetapan harga berdasarkan persepsi calon
konsumen terhadap nilai barang)
Metode
ini menggunakan satu persepsi nilai dari pembeli (bukan dari biaya penjualan)
untuk menetapkan suatu harga. Jadi, pertama-tama dilihat dulu berapa konsumen
yang bersedia membeli/membayar untuuk produk yang Anda tawarkan, sedangkan
biaya produksi baru dilihat belakangan untuk mengetahui apakah biayanya masih
dapat menguntungkan atau tidak.
3. Competition-Based Pricing (penetapan harga berdasarkan persaingan)
·
Going-rate
Pricing (Penetapan harga berdasarkan harga yang berlaku)
Perusahaan mendasarkan harganya
pada harga yang ditawarkan rata-rata pesaing dan kurang memerhatikan biaya dan
permintaannya. Perusahaan dapat mengenakan harga yang sama, lebih tinggi, atau
lebih rendah dari pesaing utamanya.
Sedangkat
Griffin dan Ebbert (2002) merumuskan
cara penetapan harga bagi produk yang telah beredar dan produk baru. Penetapan
harga bagi produk yang telah beredar adalah sebagai berikut:
1. Penetapan
harga di atas harga pasar yang berlaku bagi produk-produk serupa. Penetapan
harga di atas harga pasar dilakukan dengan asumsi konsumen akan beranggapan
harga yang lebih mahal berarti kualitasnya lebih baik.
2. Penetapan
harga di bawah harga pasar. Penetapan harga di bawah harga pasar yang berlaku
dapat berhasil apabila suatu perusahaan dapat menawarkan suatu produk yang
kualitasnya sama dengan rata-rata kualitas pesaing (homogen) sehingga konsumen
membeli karena harga.
3. Penetapan
harga yang sam atau dekat dengan rata-rata harga pasar. Suatu perusahaan yang
dominan yang disebut ppemimpin pasar menetapkan harga produk yang selalu akan
diikuti perusahaan lain. Pendekatan ini disebut sebagai penetapan harga pasar (market pricing)
Selanjutnya,
untuk memasarkan produk-produk baru, tentu tidaklah mudah untuk mengetahui
berapa konsumen bersedia mengeluarkan uangnya. Misalnya, pada saat air mineral
dalam kemasan Aqua diperkenalkan pada era 1980-an, konsumen merasa harganya
sangat mahal karena mereka membandingkan dengan arin minum yang murah yang
mudah ditemui di dapur mereka. Namun sekarang harga itu menjadi wajar karena
konsumen membutuhkan kemudahan dan air minum bersih di rumah yang sudah sulit
didapat karena pencemaran lingkungan. Perusahaan memiliki dua pilihan dalam
penetapan harga produk baru:
·
Penetapan
harga mengapung. Wirausahawan berusaha meyakinkan pembeli bahwa
produknya sangat berbeda dari produk lain yang ada di pasaran. Kalau berhasil,
perusahaan dapat mengahasilkan laba yang besar dari setiap barang yang dijual.
Namun, harga akan jatuh sewaktu perusahaan-perusahaan baru memasuki pasar
tersebut karena mereka melihat potensi margin
yang besar yang perusahaan peroleh.
·
Penetapan
harga penetrasi. Strategi ini menarik minat konsumen
dengan harga yang lebih rendah untuk mendorong penjualan awal. Peningkatan
harga selanjutnya baru dilakukan secara perlahan-lahan untuk menghindari agar
pelanggan tidak mengundurkan diri.
Penetapan
harga dengan orientasi pelanggan adalah lebih penting daripada mencoba mencari
harga ideal untuk suatu produk. Pada kenyataanya, untuk kebanyakan produk
terdapat jangkauan harga yang dapat diterima, bukannya satu harga tunggal yang ideal.
Jangkauan harga adalah daerah di antara harga tertinggi yang ditentukan oleh
pelanggan di pasar dan harga terendah berdasarkan perhitungan struktur biaya
perusahaan. Yang diinginkan manajer adalah menempatkan harga di antara
batas-batas tersebut. Harga akhir yang ditentukan pemilik bisnis tergantung
dari citra yang ingin diciptakan dalam pikiran pelanggan, harga bisa menjadi
murah, menengah, atau gengsi(lihat gambar 1).
Penetapan
harga yang pantas bukan sekedar memilih suatu angka berdasrkan intuisi atau
keyakinan pribadi. Sebaliknya, kebijakan penetapan harga memerlukan informasi,
fakta, dan analisa.
Harga akhir
(Citra apakah yang diinginkan oleh wirausahawan
|
Jangkauan Harga
yang Dapat
Diterima
|
Harga terendah (Seberapa besar biaya wirausahawan?)
|
Harga tertinggi (Seberapa tinggi yang mampu ditanggung
pasar?)
|
Gambar
1
Faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan pemilik bisnis kecil sewaktu menetapkan harga akhir
dari barang atau jasa meliputi:
·
Biaya produk atau jasa
·
Faktor pasar----Permintaan dan penawaran
·
Jumlah penjualan
·
Harga pesaing
·
Keunggulan bersaing perusahaan
·
Kondisi ekonomi
·
Lokasi bisnis
·
Perubahan musiman
·
Faktor psikologis
·
Penjualan kredit dan ptongan penjualan
·
Kepekaan pelanggan terhadap harga
·
Citra yang diinginkan
Meskipun
wirausahawan mungkin tidak dapat memperoleh harga ideal untuk produk atau
jasanya, dia harus menentukan harga cukup tinggi untuk menutup biaya dan
menghasilkan laba yang layak, namun cukup rendah untuk menarik pelanggan dan
mencapai volume penjualan yang mencukupi. Lebih lanjut lagi, harga yang tepat
pada hari ini belum tentu cocok untuk esok, sebab terjadi perubahan kondisi
pasar.
2.5 Strategi dan taktik Penetapan
Harga
Banyak
cara penetnuan strategi dan taktik. Pilihan yang bermacam-macam ini
memungkinkan manajer bisnis kecil menjadi kreatif. Harga selalu memainkan peran
yang kritis dalam keseluruhan strategi: kebijaksanaan harga harus sesuai dengan
perencanaan pasar secara menyeluruh. Berikut ini strategi dari penetapan harga
tersebut:
1. Memperkenalkan Produk Baru
Sebagai
dasar keputusannya, kebanyakan pendekatan manajer bisnis kecil menetapkan harga
produk baru pada tingkat yang rendah karena belum memiliki pengalaman
sebelumnya. Bila harga produk baru sangat tinggi, produk itu terancam gagal
bila jumlah penjualannya sedikit. Tetapi bila harga terlalu rendah,
penjualannya tidak cukup untuk menutup biaya. Dalam penetapan harga produk
baru, ada tiga hal yang harus diperhatikan:
·
Buat agar produk itu ditereima. Tidak
peduli seberapa luar biasanya produk itu, harga harus dapat diterima oleh calon
pelanggan.
·
Jaga pangsa pasar dengan
meningkatnya persaingan. Bila suatu produk baru berhasil,
pesaing akan memasuki pasar dan perusahaan kecil itu harus bekerja memperluas
atau paling sedikit mempertahankan pangsa pasar. Harga produk harus secara
terus-menerus ditinjau kembali sehubungan dengan teknik-teknik promosi dan
periklanan yang membantu perusahaan untuk mempertahankan pangsa pasar yang
memuaskan.
·
Dapatkan laba.
Jelas bahwa perusahaan kecil menetapkan harga produk baru lebih tinggi daripada
biaya yang dikeluarkannya. Manajer tidak selayaknya memperkenalkan suatu produk
baru dengan harga di bawah biaya, karena lebih mudah menurunkan harga daripada
menaikkan harga di pasar.
Linda Calder, pemilik Calder &
Calder Promotions, sebuah perusahaan yang menyelenggarakan pameran dagang,
memahami sukarnya menaikkan harga. Ketika dia meluncurkan usahanya, Calder
menetapkan harganya di bawah harga rata-rata dari perusahaan-perusahaan sesama
penyelenggara pameran dagang pesaingnya, sebab dia pikir bahwa hal ini
memberikannya keunggulan bersaing. “Harga kami sedemikian renda… semua habis
terjual tetapi tidak menghasilkan laba,” katanya. Menyadari hal itu, Calder
menaikkan harganya pada tahun kedua, tetapi pelanggan menolak keras.
Penjualannya turun sebesar 50%.
Manajer
perusahaan kecil memiliki tiga strategi dasar untuk dipilih dalam penetapan
produk baru: strategi harga penetrasi, strategi harga tinggi, atau strategi
meluncur mengikuti kurva permintaan.
Penetrasi
Bila
suatu perusahaan kecil memperkenalkan sebuah produk dalam pasar yang sangat
bersaing di mana terdapat banyak produk serupa yang mencari penerimaan pasar
maka agar berhasil, produk itu harus melakukan penetrasi pasar. Untukd apat
diterima dengan cepat dan didistribusikan luas di pasar, perusahaan harus
memperkenalkan produk dengan harga rendah. Dengan kata lain, harga berada
sedikit di atas biaya untuk mendorong paar dan segera mencapai volume yang
besar. Margin harga rendah yang
dihasilkannyaakan menghambat pesaing memasuki pasar-pasar sejenis.
Dalam
banyak kasus, strategi penetapan harga penetrasi (penetration pricing strategy) digunakan untuk memperkenalkan produk
yang harganya relatif rendah ke dalam pasar yang tidak memiliki segmen elit dan
di mana hanya sedikit peluang untuk melakukan diferensiasi. Tahap perkenalan
biasanya disertai dengan teknik-teknik periklanan dan promsoi yang gencar,
penjualan khusus, dan potongan harga. Perusahaan kecil harus menyadari bahwa
penetrasi harga adalah strategi jangka panjang; sebelum produk perusahaan
diterima oleh pelanggan, laba cenderung tetap kecil. Tetapi bila strategi ini
berhasil dan produk ini mencapai penetrasi pasar massal, volume penjualan yang
tinggi. Banyak produk konsumsi seperti sabun, sampo, dan lampu pijar
diperkenalkan lewat strategi penetapan harga penetrasi.
Harga Tinggi
Strategi
penetapan harga tinggi (skimming pricing
strategy) sering digunakan perusahaan memperkenalkan produk baru ke dalam
pasar dengan persaingan rendah atau bahkan tidak ada persaingan. Kadang-kadang
perusahaan menggunakan taktik ini sewaktu memperkenalkan produk ke dalam pasar
yang bersaing tetapi terdapat pasar golongan elit yang mampu membayar tinggi.
Perusahaan menggunakan harga tinggi di luar harga normal dalam usaha untuk
cepat menutup biaya pengembangan dan promosi produk tersebut. Biaya memulai
usaha biasanya besar karena pengeluaran promosi yang intensif dan biaya
produksi awal. Gagasannya adalah untuk menetapkan harga cukup tinggi di atas
biaya produksi dan untuk mempromosikan produk secara besar-besaran untuk
menarik segmen pasar yang tidak peka terhadap harga. Taktik harga sering kali
memperkuat citra unik dan bergengsi dari suatu took dan menggambarkan mutu
produknya. Keuntungan lain dari teknik ini adalah bahwa manajer dapat
mengoreksi kesalahan harga dengan cepat dan mudah. Bila perusahaan menetapkan
harga terlalu rendah dengan strategi penetapan harga penetrasi, menaikkan harga
akan menjadi sangat sukar. Tetapi perusahaan yang menggunakan strategi harga
tinggi dan menetapkannya terlalu tinggi untuk dapat menghasilkan volume
penjualan memadai, harga selalu dapat diturunkan.
Meluncur Mengikuti
Kurva Permintaan.
Salah
satu variasi dari strategi harga tinggi disebut strategi meluncur mengikuti
kurva permintaan (Sliding down the demand
curve strategy). Dengan menggunakan taktik ini, bisnis kecil memperkenalkan
produk pada harga tinggi. Kemudian keunggulan teknologi memungkinkan perusahaan
menurunkan biaya dengan cepat dan menurunkan harga lebih cepat daripada
pesaingnya. Dengan memukul pesaing dengan penurunan harga, perusahaan kecil
menghambat pesaing dan secara bertahap menjadi produseer dengan volume besar.
Komputer adalah contoh yang sering dipakai untuk produk yang diperkenalkan
dengan harga itnggi dan dengan cepat secara bertahap turun sesuai dengan
peningkatan teknologi.
Meluncur
adalah strategi penetapan harga jangka pendek yang mengasumsikan bahwa
persaingan akan muncul. Tetapi bila persaingan tidak muncul, pengusaha kecil
selau tetap dapat menurunkan harganya untuk mencakup pasar yang lebih luas.
Harga awal yang tinddi dimaksudkan agar biaya awal cepat kembali dand apat
dikumpulkan dana untuk membiayai perluasan dan peningkatan teknologi.
Penetapan Harga untuk
Barang dan Jasa yang Sudah Mapan
Masing-masing
taktik dan teknik penetapan harga di bawah ini dapat menjadi bagian dari alat
bantu wirausahawan untuk menetapkan harga produk dan jasa.
Penetapan Harga Ganjil
Meskipun
penelitian terhadap reaksi pelanggan sehubungan dengan harga bermacam-macam
tidak dapat disimpulkan, banyak manajer bisnis kecil menggunakan teknik yang
dikenal sebagai penetapan harga ganjil (odd pricing). Manajer-manajer ini lebih
menyukai untuk menetapkan harga dengan angka terakhir ganjil (5, 7, 9) karena
mereka percaya bahwa menjual barang seharga $12,95 akan tampak jauh lebih murah
dari pada $13.00. Teknik psikologis seperti harga ganjil ini dirancang untuk
menarik minat pelanggan, meskipun efektivitasnya masih harus dibuktikan.
Penetapan Jenis Harga
Penetapan
lini harga (price lining) adalah
teknik yang sangat menyederhanakan fungsi penetapan harga. Dengan cara ini,
manajer took mengelompokkan barang-barang yang serupa penampilan, mutu, biaya,
kinerja, atau ciri-ciri lainnya. Sebagai contoh, kebanyakan took musik
menggunakan lini harga untuk pita kaset dan CD agar memudahkan pelanggan dalam
memilih serta menyederhanakan perencanaan persediaan. Kebanyakan produk-produk
yang dikelompokkan jenisnya muncul dalam tiga kelompok—baik, leb ih baik, dan
terbaik—pada harga yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan pendapatan
segmen pasar yang berbeda.
Penetapan Pemimpin
Harga
Penetapan
pemimpin harga (leader pricing)
adalah suatu teknik di mana usaha pengecer kecil menurunkan harga yang biasa
(yaitu, harga yang biasa dibayar pelanggan) untuk barang yang popular dala m usaha menarik lebih banyak pelanggan.
Perusahaan hanya menghasilkan sedikit laba untuk tiap unit barang karena margin
harga yang kecil, tetapi pembelian dari barang lain oleh pelanggan sering
mendorong kenaikan penjualan dan laba. Dengan kata lain, pembelian yang tanpa
disengaja dibuat pelanggan sewaktu berbelanja barang yang popular mendorong
pendapatan yang memadai untuk menutup margin laba yang rendah. Toko barang
sehari-hari sering menggunakan teknik ini.
Penetapan Harga
Geografis
Perusahaan
kecil yang penetapan harganya sangat terpengaruh oleh biaya pengiriman pada
pelanggan karena melintasi daerah yang luas, sering menerapkan salah satu dari
teknik harga geografis. Untuk perusahaan-perusahaan ini, biaya pengiriman
menjadi bagian yang menentukan dalam menjalankan bisnis dan mungkin banyak
memotong margin laba yang sudah tipis. Salah satu jenis penetapan harga
geografis adalah penetapan harga
berdasarkan zona (zone pricing)
yaitu menetapkan harga yang berbeda untuk pelanggan-pelanggan yang berada di
teori-teori yang berbeda. Sebagai contoh pabrik mungkin menjual barang dengan
suatu harga pada pelanggan di bagian timur Mississippi dan dengan harga yang
lain pada pelanggan yang lain pada pelanggan yang berada di bagian barat
Mississippi. Biaya pos paket kantor pos yang berbeda untuk tempat yang berbeda
merupakan contoh yang baik untuk penetapan harga berdasarkan zona. Perusahaan
kecil harus mampu memperlihatkan dasar yang dapat diterima (misalnya perbedaan
biaya penjualan atau ongkos kirim) untuk diskriminasi harga ini atau menanggung
resiko melanggar pasal 2 dari Clayton Act.
Variasi
lain dari penetapan harga geografis adalah penetapan harga-harga terkirim (derlivered pricing), suatu teknik di
mana semua pelanggan dibebankan harga yang sama, tanpa mempedulikan lokasi
mereka maupun perbedaan biaya transportasi. Perusahaan ini menghitung
ongkos-ongkos kirim untuk tiap daerah dan menggabungkannya ke dalam suatu
tariff yang sama. Hasilnya adalah bahwa pelanggan setempat mensubsidi pelanggan
yang jauh dalam hal biaya pengiriman barang.
Variasi
terakhir dari penetapan harga geografis adalah penetapan harga FOB-pabrik (FOB factory pricing), di mana perusahaan
menjual barang dagangan pada pelanggan dengan syarat bahwa mereka yang membayar
semua biaya pengiriman. Dengan cara ini perusahaan dapat menetapkan harga seragam untuk produk
tersebut dan mempersilakan pelanggan membayar sendiri ongkos kirimnya.
Penetapan Harga
Oportunistik
Bila
produk dan jasa mengalami kelangkaan, pelanggan akan bersedia membayar lebih
untuk produk yang mereka perlukan. Beberapa bisnis menggunakan situasi ini
untuk memaksimumkan laba jangka pendek dengan jalan melambungkan harga. Banyak
pelanggan yang tidak punya banyak pilihan selain harus membayar dengan harga
tinggi. Namun penetapan harga oportunistik dapat balik merugikan, karena
pelanggan tahu bahwa dengan harga tinggi yang tidak realistic itu berarti suatu
perusahaan telah memanfaatkan mereka.
Sebagai contoh, sesudah gempa bumi dahsyat
yang melanda Los Angeles, sebuah toko kelontong melambungkan harga untuk hampir
tiap jenis barang, membuat satu botol kecil air mineral dijual seharga $8.
Penduduk di lingkungan tersebut tidak punya banyak pilihan selain harus
membayar harga tinggi itu. Setelah bencana berakhir, banyak pelanggan yang
ingat akan harga toko yang tidak adil tersebut dan mulai berbelanja di toko
lain. Penjualan toko kelontong itu merosot dan tidak pernah kembali ke semula
lagi.
Potongan Harga
Banyak
manajer penguasaha kecil menggunakan potongan
harga (discount) atau markdown—pengurangan dari harga normal
yang tercantum—untuk menghabiskan dagangan yang basi, kadaluwarsa, rusak, atau
yang putaran sediaanya lambat. Potongan harga musiman adalah potongan harga
yang dirancang untuk mendorong pelanggan membeli barang sebelum datangnya musim
berikut. Sebagai contoh, banyak pengecer pakaian menawarkan obral jaket musim
dingin di pertengahan musim panas. Beberapa perusahaan melakukan ptongan
pembelian untuk kelompok pembeli tertentu misalnya para orang tua atau pelajar,
untuk membangun pelanggan yang setia dan agar pelanggan mau kembali. Sebagai
contoh, toko obat kecil yang berlokasi dekat universitas negeri menawarkan 10%
potongan kepada pelajar yang membeli di tempat itu, pengusahanya dan cukup
sukses dalam mengembangkan volume penjualan pada mahasiswa.
Penetapan Harga Ganda
Pentapan
harga ganda (multiple pricing) adalah
suatu teknik promosi yang menawarkan potongan harga kepada pelanggan bila
membeli dalam jumlah banyak. Banyak produk, terutama yang bernilai rendah ditawarkan
dengan menggunakan harga ganda. Sebagai contoh, produk yang dijual 5 sen per
buah ditawarkan seharga $2 untuk 5 buah.
Harga Eceran Yang
Disarankan
Banyak
pabrik mencetak harga jual eceran yang disarankan untuk produk-produknya atau
mencantumkannya pada faktur atau catalog pedagang besar. Pemilik bisnis kecil
sering mengikuti harga eceran yang disarankan ini karena menghilangkan
keharusan membuat keputusan penetapan
harga. Walaupun demikian, mengikuti saran harga dari pabrik yang jaaraknya jauh
dapat mengakibatkan masalah bagi bisnis kecil. Sebagai contoh, penjual pakaian
pria mungkin mencoba menciptakan citra produk bermutu tinggi, melalui
kebijaksanaan harga tinggi pula, tetapi pabrik menyarankan potongan harga yang
mungkin tidak cocok dengan citra toko kecil tersebut. Bahaya lain dengan
menerima harga yang disarankan pabrik adalah tidak mempertimbangkan struktur
biaya perusahaan dan situasi persaingan. Pabrik tidak dapat memaksa perusahaan
untuk menerima suatu harga eceran yang disarankan atau mensyaratkan agar suatu
perusahaan menyetujui untuk tidak menjual barang di bawah harga yang disarankan
karena hal ini melanggar Sherman Antitrust Act dan undang-undang antimonopoli
yang lain.
2.6 Dua Kekuatan Potensial: Citra
dan Persaingan
Harga Membentuk Citra
Kebijakan
harga perusahaan memberikan informasi penting bagi citra secara keseluruhan.
Sebagai contoh, harga yang dikenakan oleh toko pakaian mewah bagi pria akan
memberikan citra yang sama sekali berbeda dengan harga yang dikenakan oleh toko
perwakilan pabrik. Pelanggan melihat harga untuk menentukan mereka berurusan
dengan toko jenis yang bagaimana. Harga tinggi sering membawa gagasan mutu
tinggi, gengsi, dan keunikan kepada pelanggan. Demikian pula, sewaktu mengembangkan suatu pendekatan
pemasaran terhadap penetapan harga, seorang manajer bisnis kecil harus
menetapkan harga yang memang diharapkan dan rela dibayarkan oleh pembeli.
Sangat sering, pemilik bisnis kecil menetapkan harga dari arang atau jasa
mereka terlalu murah, karena percaya bahwa hanya dengan harga rendah mereka
dapat memperoleh keunggulan bersaing. Mereka gagal mengidentifikasi nilai
tambahan, kenyamanan, pelayanan, dan mmutu yang mereka berikankepada
pelanggan—hal-hal yang pelanggan bersedia membayar.Perusahaan-perusahaan ini
terjebak untuk mencoba bersaing hanya atas dasar harga padahal mereka belum
mencapai volume penjualan—dan karenanya, biaya yang lebih rendah—dibandingkan
lawan mereka yang terbesar. Inilah awal kegagalan. “Orang menginginkan
mutu,”kata seorang penjual barang kelas atas yang menjual dengan harga tinggi.
“Mereka menginginkan nilai. Tetapi bila Anda menurunkan harga, mereka pikir
Anda menurunkan nilai dan menurunkan mutunya.”
Robin Golinski menjual pakaian
sutera wanita dengan gambar lukisan tangan hanya seharga $22 di Boston Common,
tetapi banyak pelanggan menolaknya, dan mereka percaya bahwa parbrik itu tidak
menjual bahan yang asli pada harga tersebut. “Kami menaikkan harganya menjadi,
$34 dan penjualan meningkat dua kali lipat,”kata Golinski.
Rahasia
penetapan harga dengan benar didasarkan pada pemahaman terhadap pasar sasaran
perusahaan, kelompok pelanggan yang terhadapnya perusahaan mengarahkan produk
atau jasanya. Pasar sasaran, citra perusahaan, dan harga sangat erat
berhubungan. Sebagai contoh, dengan semakin populernya bir yang dibuat oleh
pabrik bir kecil, banyak dari pabrik kecil ini kini menetapkan sasaran untuk
peminum kelas atas dengan harga bir seperti anggur mutu tinggi. Selama
bertahun-tahun, pabrik bir kecil telah menjual semua bir yang mereka produksi
dengan harga antara $4 sampai $7 per botol, tetapi sekarang pembuat “bir mewah”
menjual produknya dengan harga 6 sampai 12 kalinya! Boon Marriage Parfait Gueze
menjual dengan harga %21.50 per botol, dan botol yang berisi tiga liter bir
dijual divel seharga $75 (diragikan tiga kali dan dujyal dengan tutup gabus,
dan botol besar seperti anggur). Meskipun hanya merupakan bagian kecil dari
keseluruhan pasaar bir, pabrik bir kecil tumbuh dengan cepat dalam pasar yang
sudah stabil.
Persaingan dan Harga
Sewaktu
menetapkan harga, pemilik bisnis harus mempertimbangkan harga pesaing mereka,
tetapi sebaiknya tidak secara otomatis menyamai atau menyerangnya. Ada dua
faktor penting dalam mempelajari pengaruh persaingan dalam kebijakan harga di
perusahaan: lokasi pesaing dan sifat dasar barang yang bersaing. Dalam banyak
kasus, bila perusahaan tidak dapat secara nyata membuat perbedaan mutu dan
banyaknya tambahan yang diberikan, maka
harga untuk barang sejenis tersebutharus ditentukan sama dengan harga pesaing
terdekat. Sebagai contoh, bila sebuah pompa bensin swalayan mengenakan biaya
tambahan sepuluh sen pergalon bensin yang tidak dilakukan oleh pesaing di
seberang jalan, pelanggan dengan mudah akan pindah membeli ke seberang jalan.
Tanpa keunggulan citra perusahaan yang unik—mutu produk yang dijual, nilai jasa
yang disediakan , kenyamanan lokasi, persyaratan kredit—perusahaan kecil harus
menyesuaikan harga dengan pesaingnya, atau untuk kehilangan penjualan. Meskipun
harga pesaing jauh tidak terlalu kritis dibandingkan dengan pesaing dekat, akan
sangat membantu untuk mengetahui harga mereka dan menggunakannya sebagai titik
acuan. Sebelum menyesuaikan dengan harga pesaing, pemilik bisnis kecil harus
mempertimbangkan motif pesaingnya. Persaingan mungkin ditetapkan berdasarkan
struktur biaya dengan kriteria tertentu yang memiliki strategi yang sangat
berbeda dengan strategi perusahaan kita.
Sifat
barang pesaing juga memengaruhi kebijakan harga perusahaan kecil. Manajer harus
menyadari produk mana yang merupakan substitusi dari produk yang dijualnya dan
kemudian berusaha menjaga harga-harga sejalan dengannya. Sebagai contoh, toko
sandwich setempat harus mempertimbangkan restoran hamburger, toko taco, dan
toko daging sapi panggang sebagai pesaing karena mereka semua menyediakan
makanan cepat saji. Meskipun mereka tidak menawarkan menu yang sama, mereka
sebenarnya bersaing untuk mendapatkan uang yang sama. Tentu saja, bila
pengusaha kecil dapat membuat produknya berbeda dari pesaingnya dengan
menciptakan citra khusus dalam pandangan pelanggan maka pengusaha dapat
menentukan harganya sendiri.
Karena
harga pesaing dapat memiliki dampak yang dramatis terhadap harga-harga
perusahaan kecil, wirausahawan harus memiliki kebiasaan untuk memantau harga
pesaing, terutama untuk produk sejenis.
Konsep Penetapan Harga
untuk Pengecer
Markup(selisih
antara biaya suatu produk atau jasa denganharga jualnya)
Landasan
konseptual operasi bisnis yang berhasil adalah menjual produk atau jasa lebih
tinggi dari pada biaya pembuatannya. Selisih antara biaaya produk atau jasa
dengan harga jual tersebut sebagai markup
(atau markdown). Markup dapat dinyatakan dalam nilai uang atau sebagai persentase
terhadap biaya atau harga jual.
Rumus:
Markup Dolar
= harga eceran – harga pokok barang dugaan
Persentase
markup (terhadap harga eceran) = markup dolar
harga
eceran
Persentase
markup (terhadap biaya)
= markup dolar
biaya per satuan
Sebagai
contoh, bila harga kaos pria $15 dan manajer merencanakan menjual dengan haraga
$25, markup harganya adalah:
Markup dolar = $25 - $15 = $10
Persentase
markup (terhadap harga eceran) = $10
$25
= 0,40
= 40%
Persentase
markup (terhadap biaya)
= $10
$15
= 0,6667
= 66,67$
Perhatikan
bahwa biaya barang dagangan yang digunakan dalam perhitungan markup tidak hanya mencakup harga
pedagang besar untuk barang tersebut, tetapi juga biaya lain yang terjadi
(misalnya beban biaya penjualan atau transportasi) di pihak pengecer dan suatu
laba dikurangi segala macam potongan (kuantitas, tunai) yang ditawarkan pedagang
besar.
Begitu
pemilik suatu bisnis memiliki rencana keuangan, termasuk perkiraan penjualan
dan pengeluaran yang diantisipasi, ia dapat menghitung markup awal adalah markup rata-rata
yang diperlukan pada semua barang dagangan untuk menutup semua biaya barang
itu, semua beda pengeluaran yang terjadi, dan laba yang wajar:
Markup
dolar awal= Biaya operasi + potongan + laba
Penjualan
bersih + potongan
di
mana biaya operasi adalah biaya untuk menjalankan bisnis seperti sewa,
listrik-air, dan penyusutan; sedangkan potongan mencakup potongan karyawan dan
pelanggan, potongan harga, penjualan obral, dan biaya kehabisan stok.
Contoh,
bila pengecer kecil memperkirakan penjualan sebesar $380.000, pengeluaran
$140.000 dan potongan $24.000, dan dia mengharapkan laba $38.000, maka
persentase markup awal adalah:
Persentase markup awal = $140.000 + $24.000 + $38.000
$380.000
+ $24.000
= 50%
Pengecer
ini mengetahui bahwa markup rata-rata
sebesar 50% diperlukan untuk menutup biaya-biaya dan untuk memperoleh laba yang
memadai.
Segera
setelah pemilik menentukan persentase markup
yang diinginkan, dia dapat menghitung harga eceran yang sesuai. Bila markup beberapa jenis barang adalah 40% dari harga
eceran:
Biaya = harga eceran – markup
= 100% - 40%
= 60% dari
harga eceran
dan
dengan mengasumsikan bahwa biaya barang itu $18.00, pengecer dapat menyusun
ualang persentase markup dari harga
eceran dengan rumus markup:
harga eceran = biaya dolar
biaya persentase
Dengan
menyelesaikan persamaan ini untuk ,mendapatkan harga eceran, pengecer
menyelesaikan perhitungan sebagai berikut:
harga eceran = $18.00 = $30.00
0.60
Dengan
demikian, pemilik menetapkan harga eceran $30.00 untuk barang yang menggunakan markup 40%.
Akhirnya
pengecer harus memeriksa untuk memastikan bahwa harga eceran yang dihitung itu
konsisten dengan persentase markup
awal. Apakah akan menutup biaya dan menghasilkan laba yang diinginkan? Apakah
cocok dengan citra perusahaan secara keseluruhan? Apakah harga terakhir sesuai
dengan strategi yang ditetapkan? Apakah berada di rentangan harga yang dapat
diterima? Bagaimana bila dibandingkan dengan harga pesaing? dan yang paling
penting apakah pelanggan bersedia membayar dengan harga tersebut dan apakah mereka
mampu membayar?
Penetapan Harga Dengan
Mengikuti Penentu Harga
Beberapa
pengusaha kecil tidak berusaha untuk menjadi penentu harga dalam daerah
geografisnya dan hanya mengikuti harga yang ditetapkan pesaingnya: Para manajer
dengan bijaksana memantau kebijakan harga pesaing dan harga-harga tertentu
dengan mencermati iklan mereka atau memperkerjakan pembelanja pembanding yang
bekerja secara penggal ataupun penuh waktu. Kemudian pengecer menggunakan
informasi ini untuk menetapkan kebijakan harga “ikut-ikutan,” yang
menghilangkan segala kesempatan untuk menciptakan citra harga khusus
perusahaannya. meskipun banyak pengecer harus menyamai harga pesaing untuk
jenis barang yang sama, mempertahankan penetapan harga dengan mengikuti penentu
harga (follow-the-leader pricing)
mungkin tidak sehat untuk pengusaha kecil sebab menghilangkan peluang untuk
menciptakan citra yang berbeda di mata pelanggan.
Penetapan Harga di
Bawah Harga Pasar
Beberapa
perusahaan kecil memilih untuk membentuk citra murah di pasar dengan menawarkan
barang di bawah harga pasar. Dengan menentukan harga di babwah pesaingnya,
perusahaan ini berharap dapat menarik pelanggan pada tingkat penjualan yang
cukup untuk menutup markup harga yang
rendah. Banyak pengecer menggunakan strategi penetapan harga di bawah pasar (below-market pricing) dengan
menghilangkan hampir semua tambahan yyang ditawarkan pesaing yang menetapkan
harga yang tinggi. Sebagai contoh, bisnis-bisnis ini mengurangi biaya operasi
dengan mengurangi layanan seperti pengiriman, pemasangan, kredit, dan asisten
penjualan. Strategi penetapan harga di bawah pasar dapat beresiko untuk
perusahaan kecil, karena mengisyaratkan perusahaan kecil untuk secara
terus-menerus mencapai penjualan yang tinggi agar dapat tetap bersaing.
Konsep Penetapan harga
untuk Pabrik
Untuk
pabrik, keputusan penetapan hnarga mensyaratkan adanya dukungan catatan
akuntansi yang teliti. Teknik yang paling umum digunakan pabrik adalah
penetapan harga cost-plus. Dengan
menggunakan metode ini, pabrik menetapkan harga yang terdiri dari bahan
langsung, upah langsung, biaya umum pabrik, biaya penjualan dan administrasi,
ditambah laba yang diinginkan.
Keuntungan
utama penetapan harga cost plus
adalah kesederhanaannya. Apabila diketahui data akuntansi biaya yang benar,
menghitung harga jual akhir menjadi relatif mudah. Juga, karena metode ini
menambahkan laba di atas biaya-biaya perusahaan, pabrik terjamin akan
mendapatkan laba yang diinginkan. Meskipun demikian, proses ini tidak mendorong
pabrik untuk menggunakan sumber dayanya secara efisien. Meskipun bila
perusahaan tiddak mampu menggunakan sumber dayanya secara efektif, perusahaan
tetap memperoleh laba, sehingga tidak ada motivasi untuk menghemat biaya dalam
proses produksi. Akhirnya karena struktur biaya pabrik bervariasi sedemikian
besar, metode ini tidak mampu memperitmbangkan persainggan cecara seksama.
Meskipun merupakan kelemahan, metode cost-plus
tetap popular digunakan di banyak industri seperti konstruksi dan percetakan.
Laba
|
Biaya penjualan
dan administrasi
|
Upah langsung,
Bahan langsung, Biaya overhead pabrik
|
Harga
Jual
|
Gambar
komponen-komponen penentuan biaya cost-plus
Penetapan Biaya
Langsung dan Formulasi Harga
Satu
persyaratan untuk keberhasilan kebijakan penetapan harga dalam pabrik adalah
sistem akuntansi biaya yang dapat diandalkan yang dapat menghasilkan laporan
yang tepat waktu untuk menentukan biaya pengolahan bahan baku menjadi produk
jadi. Metode tradisional dalam penentuan biaya produk ini disebut penentuan biaya absorpsi (absorption costing) karena semua biaya
pabrik dan biaya overhead diserap
dalam biaya produk jadi. Biaya yang diserap meliputi bahan langsung dan upah
langsung, ditambah sebagian biayaa overhead pabrik yang tetap maupun variabel
untuk tiap unit yang dihasilkan. Laporan keuangan penyerapan penuh tidak banyak
membantu pabrik untuk menentukan harga atau mengukur dampak perubahan harga.
Teknik
yang lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan manajemen adalah dengan
menggunakan penetuan biaya variabel
(atau langsung), di mana biaya produk yang dihasilkan hanya meliputi biaya
yang bervariasi langsung dengan kuantitas yang diproduksi. Dengan kata lain,
penentuan biaya veriabel terdiri dari bbahan, upah langsung, dan biaya overhead pabrik yang bervariasi dengan
kuantitas produk yang dihasilkan. Biaya overhead
pabrik yang tetap, (misalnya sewa, penysusutan, dan asuransi) tidak
dimasukkan ke dalam biaya produk jadi. Tetapi biaya ini diperhitungkan sebagai
pengeluaran dalam suatu periode.
Yang
diinginkan pabrik dengan menetapkan harga adalah untuk menemukan kombinasi
biaya dari harga jual dan volume penjualan yang menutup biaya-biaya variabel
untuk menghasilkan suatu produk dan berkontribusi untuk menutup biaya tetap dan
menghasilkan suatu laba. Masalah dengan penggunaan penetapan biaya penyerapan
penuh adalah tidak jelasnya hubungan antara harga, kuantitas, dan biaya dengan
disertakannya biaya-biaya tetap ke dalam biaya satuan. Dengan menggunakan dasar
penentuan biaya langsung, biaya satuan produk yang tetap dapat diketahui tanpa
melihat kuantitas produksinya. Hasilnya adalah hubungan yang lebih jelas antara
harga, kuantitas, dan biaya.
Apabila
biaya varriabel dikurangkan terhadapa pendapatan total, hasilnya disebut margin
kontribusi pabrik—suatu jumlah tersisa yang berkontribusi untuk menutup
biaya-biaya tetap dan menghasilkan suatu laba. Menyatakan margin kontribusi
dalam persentase pendapatan total menghasilkan persentase kontribusi
perusahaan. Menghitung persentase kontribusi adalah langkah yang kritis dalam
menetapkan harga melalui metode penentuan biaya langsung. Persentase kontribusi
perusahaan pada contoh ini 36.5 persen.
Perhitungan Harga Jual
Impas
Persentase
kontribusi pabrik menunjukkan berapa bagian dari pendapatan total yang masih
ada setelah digunakan untuk menutup biaya variabel yang akan dipakai untuk
memenuhi biaya tetap dan untuk menghasilkan laba. Kontribusi pabrik dalam
contoh di sini ialah 36.5% yang berarti bahwa biaya variabel menyerap 63.5%
(1,00 – 0,365 = 0.635) dari harga jual produk. Misalnya biaya varibel meliputi:
Bahan
$2.08/unit
Upah
langsung $4.12/unit
Overhead variabel pabrik $0.78/unit
Jumlah
biaya variabel $6.98/unit
Harga
minimum pabrik untuk menjual produknya $6.98/unit. Harga di bawah angka ini
tidak akan menutup biaya variabel. Untuk menghitung harga jual impas dari suatu
produk dapat menggunakan rumus berikut:
Laba=
(Harga jual x kuantitas
produksi) + (biaya variabel per unit x kuantitas produksi) + biaya tetap
total
kuantitas
diproduksi
Laporan
Laba-Rugi Berdasarkan Penyerapan Penuh
Penerimaan $790.000
Biaya
barang-barang yang dijual
Biaya baku
Upah langsung
Biaya overhead pabrik
Laba
kotor
Pengeluaran
Operasional
Umum dan Administrasi
Penjualan
Lain-lain
Total
pengeluaran
Laba
bersih (sebelum pajak)
Laporan
Laba-Rugi Berdasarkan Biaya Langsung
Penerimaan (100%)
Biaya variabel:
Bahan baku
Upah Langsung
Overhead
pabrik variabel
Pengeluaran
penjualan variabel
Total biaya variabel (63,54%a0
Margin kontribusi (36.46%)
Biaya tetap:
Overhead pabrik tetap
Pengeluaran
penjualan tetap
Umum
dan administrasi
Lain-lain
Total biaya tetap
Laba bersih (sebelum pajak)
yang menjadi:
Harga
jual impas = Laba +(biaya variabel per unit + kuantitas produksi) + biaya
tetap total
Kuantitas
diproduksi
Agar
impas, pabrik mengasumsikan laba $0. Misalnya rencana untuk menghasilkan 50.000
unit produk itu memerlukan biaya tetap $110.000/ Jarga jual impasnya adalah:
Harga jual = $0 + ($6.98 x 50.000) + $110.000
50.000
= $459.000 = $9.18/unit
50.000 unit
Maka
$2.20 ($9.18/unit—$6.98/unit) dari harga impas $9.18 merupakan kontribusi untuk
menutup biaya produksi tetap. Tetapi, misalnya pabrik ingin menghasilkan laba
$50.000. Maka harga jualnya adalah:
Harga
jual = $50.000 + ($6.98 x
50.000) + $110.000
50.000
= $509.000 = $10.18/unit
50.000 unit
Sekarang,
pabrik harus memperkirakan apakah pelanggan akan memebeli 50.000 unit pada
harga $10.18. Bila tidak, perusahaan harus memutuskan untuk memproduksi produk
berbeda dan yang lebih menguntungkan atau menurunkan harga jual. Harga beberapa
saja asalkan di atas $9.18 akan menghasilkan laba, meskipun kurang dari yang
diinginkan. Dalam jangka pendek, perusahaan dapat menjual produk dengan harga
di bawah $9.18 bila diharuskan oleh adanya persaingan, tetapi tidak di bawah
$6.98 sebab tidak akan menutup biaya variabel produksi.
Konsep Harga pada
Perusahaan Jasa
Kebanyakan
perusahaan jasa menetapkan harganya berdasarkan tarif per jam, biasanya jumlah
waktu sesungguhnya untuk menghasilkan jasa. Tetapi, beberapa perusahaan,
menentukan harga berdasarkan jumlah jam standar, yaitu rata-rata jam yang
diperlukan untuk menghasilkan jasa itu. Pada kebanyakan perusahaan bagian biaya
terbesar adalah biaya karyawan dan biaya bahan. Untuk menetapkan harga layak
menghasilkan laba, pemilik perusahaan kecil harus tahu besarnya biaya bahan,
biaya langsung, dan biaya overhead
per unit untuk menghasilkan jasa. Dengan menggunakan data biaya dan laba yang
diinginkan pemilik perusahaan jasa kecil menentukan harga yang sesuai untuk
jasa yang dihasilkannya.
Perhatikan
contoh sederhana untuk menetapkan harga suatu jasa untuk umum—reparasi TV. TV
repair shop menggunakan metode penetapan biaya langsung untuk menyiapkan
laporan laba-rugi yang akan digunakannya untuk meningkatkan pengendalian
manajemen. Ned memperkirakan bahwa dia dan karyawannya menggunakan 12.800 jam
dalam memberikan jasa reparasi televise. maka biaya total per jam produktif
Ned’s TV repair shop adalah:
$172.000
= $13.44/jam
12.800 jam
Sekarang
Ned harus menambahkan suatu angka untuk laba yang diinginkannya. Dia
mengharapkan laba bersih operasi sebesar 18% dari penjualan. Untuk menghitung
harga akhir dia menggunakan persamaan ini:
Harga
per jam =
biaya
total per jam produktif x 1.00
(1.00 – sasaran laba bersih sebagai %
penjualan
= 13.4 x 1.219
= $16.38/jam
Harga
sebesar $16.38 per jama akan menutup biaya-biaya Ned dan menghasilkan laba yang
diinginkan. Pemilik jasa bengkel yang bijaksana menghitung biaya perjam
produksi secara berkala dalam satu tahun. Meningkatnya biaya tenaga kerja dan
harga-harga bahan mengharuskan perusahaan lebih sering lagi menghitung ulang
harga jasanya. Seperti pada pengecer dan pabrik, Ned harus mengevaluasi
kebijakan harga pesaing dan memutuskan harga agar sesuai dengan citra
perusahaan.
Tentu
saja, harga $16.38 per jam mengandaikan bahwa setiap pekerjaan memerlukan bahan
dengan jumlah sama. Bila pengandaian ini tidak benar, Ned harus menghitung
kembali harga per jam tanpa memasukkan biaya bahan.
Biaya per jam produktif = $172.000
– 40.500
12.800
jam
= $10.27/jam
Dengan
menambahkan laba bersih yang diinginkan sebesar 18% dari penjualan
Harga per jam = $10.27 x 1.00
(1.00-0.18)
= $10.27 x
1.219
= $12.52/jam
Penjualan $199.000
Biaya variabel:
karyawan $52.000
bahan $40.500
biaya umum variabel $11.500
Jumlah $104.000
Biaya tetap:
sewa $2500
gaji $38.000
biaya umum tetap $27.000
Jumlah $68.000
Biaya
total $172.000
laba
bersih $27.00
2.7 Dasar-Dasar Keputusan Penetapan
Lokasi
Membuat
keputusan pemilihan lokasi tidaklah sukar; sama seperti dalam permainan
interaktif komputer, terdapat banyak petunjuk atau dalam kasus ini fakta, yang
memandu wirausahawan mendapatkan solusi terbaik. “Rahasia” untuk menyeleksi
lokasi ideal merujuk pada pengetahuan mengenai target pelanggan perusahaan dan
kemudian menemukan lokasi yang mempermudah para pelanggan tersebut melakukan
bisnis dengan perusahaan tersebut.
Wilayah
Tahap
pertama dalam menyeleksi lokasi terbaik adalah berfokus pada tingkat wilayah
(regional). Persyaratan yang umum biasanya mencakup pertumbuhan yang tinggi
dalam populasi sekelompok umur tertentu, meningkatnya penghasilan yang dapat
ditabung, atau eksistensi dari infrastruktur tertentu. Memilih lokasi yang
sesuai sebenarnya merupakan masalah dalam pemilihan tempat yang sangat efisien
dalam melayani kebutuhan target pasar bisnis. Fase pertama adalah menentukan
wilayah mana dalam negara ini yang mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi.
Setiap tahun banyak penerbitan bisnis yang terkenal mempersiapkan laporan
mengenai berbagai wilayah di negeri atau suatu wilayah. Salah satu tempat
pertama yang harus dikunjungi wirausahawan sewaktu melaksanakan evaluasi
wilayah adalah Biro Sensus AS. Sebagai tambahan, Biro Sensus AS menyediakan
berbagai informasi yang terkandung dalam data bank yang sangat berharga kepada
para wirausahawan dengan cara mencari potensi lokasi di World Wide Web (WWW)
yang mudah digunakan pada: http://www.census.gov/. Di sana para wirausahawan
dapat mengakses informasi demografis mengenai lokasi penting tertentu seperti
umur, penghasilan, tingkat pendidikan, tingkat kesempatan kerja, pekerjaan,
keturunan, waktu perjalanan, data perumahan, jumlah kendaraan yang dimiliki,
dll. Sekali seorang wirausahawan mengidentifikasi wilayah terbaik dalam
negaranya, langkah berikutnya adalah mengevaluasi masing-masing negara
bagian(atau provinsi di Indonesia) di wilayah tersebut.
Negara Bagian/Provinsi
Setiap
negara bagian/provinsi memiliki kantor pengembangan bisnis untuk menerima
bisnis-bisnis baru di lokasi tersebut. Beberapa permasalahan yang harus
diperdalam mencakup undang-undang, peraturan, dan pajak bagian kepada
bisnis-bisnis yang berlokasi di sana. Faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan
mencakup kedekatan dengan pasar, kedekatan dengan bahan baku mentah, kuantitas
dan kualitas persediaan tenaga kerja, iklim bisnis secara umum, serta tingkat
upah.
Kedekatan Dengan Pasar
Memilih
lokasi dekat dengan pasar yang rencananya akan dilayani oleh perusahaan
produsen merupakan hal yang sangat penting karena biaya transportasi
barang-barang jadi relatif tinggi dibandingkan dengan nilai mereka. Semakin
khusus suatu bisnis atau semakin besar biaya transportasi produk kepada
pelanggannya, semakin penting pertimbangan kedekatan dengan pasr dalam
keputusan pemilihan lokasinya.
Kedekatan Dengan Bahan Baku Mentah yang Diperlukan
Apabila
suatu bisnis memerlukan bahan baku mentah yang sukar atau mahal untuk
dipindahkan, bisnis tersebut memerlukan lokasi yang dekat dengan sumber bahan
baku mentah itu.
Sebagai contoh, satu produsen wadah
untuk kotoran kucing memilih lokasi pada daerah yang mengandung banyak kaolin,
tanah liat yang sangat menyerap yang dibuat untuk wadah tersebut. Memindahkan
bahan baku yang berat dan bernilai rendaah untuk jarak jauh menjadi tidak
praktis dan tidak menguntungkan.
Kebutuhan Peersediaan Tenaga Kerja
Terdapat
dua faktor berbeda sewaktu menganalisa kebutuhan persediaan tenaga kerja:
jumlah pekerja yang tersedia di daerah tersebut, dan tingkat pendidikan,
pelatihan dan pengalaman mereka. Mengetahui deengan tepat sifat tenaga kerja
yang dibutuhkan dan mempersiapkan deskripsi pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan
dapat membantu seorang pemilik bisnis menentukan ada atau tidaknya kecocokan
dengan ketersediaan tenaga kerja. Dengan melakukan pemeriksaan ke
sekolah-sekolah menengah atas, akademi, dan universitas di suatu wilayah untuk
menentukan jumlah lulusan dari bidang studi yang relevan akan memberikan ide
mengenai persediaan pekerja lokal yang bermutu. Perencanaan seperti itu akan
menghasilkan pemilihan lokasi dengan sumber tenaga kerja bermutu yang stabil.
Iklim Bisnis
Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan didalam iklim bisnis di antaranya: sikap negara bagian
terhadap bisnis yang wirausahawan jalani, pajak penghasilan korporasi, pajak
persediaan, pembatasan hari kerja, bantuan dana, dan peraturan daerah mengenai
jenis usaha.
Tingkat Upah
Para
wirausahawan harus yakin dalam mengukur tingkat upah bagi pekerjaan yang
berkaitan dengan industri atau perusahaan tertentu mereka. Selain survey
Pemerintah, lokal akan memberikan gambaran mengenai tingkat upah dibandingkan
dengan negara bagian lain/provinsi lain. Faktor lain yang memengaruhi tingkat
upah adalah tingkat aktivitas serikat kerja di suatu wilayah. Fase berikutnya
dalam proses pemilihan lokasi berfokus pada pemilihan kota terbaik.
Kota
Seorang
wirausahawan harus lebih tahu mengenai suatu kota dan lingkungan sekitarnya
daripada orang-orang yang tinggal di sana. Mempelajari karakteristik warga
suatu kota termasuk ukuran dan kepadatan populasi, tren pertumbuhan, ukuran
keluarga, rincian umur, pendidikan, tingkat penghasilan, kategori pekerjaan,
jenis kelamin, agama, ras, dan kebangsaan dapat memberikan fakta yang
diperlukan seorang wirausahawan untuk membuatu suatu keputusan lokasi secara informal.
Faktor-Faktor
lain yang harus diperhatikan di dalam memilih lokasi:
·
UU dan Peraturan Lokal
·
Persaingan
·
Kesesuaian dengan komunitas
·
Transportasi
·
Polis dan Perlindungan
·
Jasa Publik
·
Reputasi Lokasi
Tempat
Langkah
terakhir dalam proses pemilihan lokasi adalah memilih tempat sebenarnya untuk
suatu bisnis. Sekali lagi, fakta-fakta akan memandu wirausahawan dalam memilih
lokasi terbaik. Pertimbangan utama
suatu produsen mungkin berupa akses kepada bahan baku mentah, pemasok, tenaga
kerja, transportasi dan pelanggan.
Berikut
ini dasar-dasar untuk pemilihan tempat yang tepat untuk memperlancar bisnis:
·
Ukuran daerah perdagangan
·
Tingkat kompetisi
·
Jaringan kerja transportasi
·
Hambatan fisik, ras, atau politis
·
Lalu lintas pelanggan
·
Parkir yang cukup besar
·
Ruang untuk perluasan
·
Visibilitas
Pertimbangan
Tata Ruang dan Rancangan
Tata ruang (layout) adalah pengaturan fasilitas
fisik yang masuk akal dalam suatu bisnis yang menyumbang pada efisiensi
operasi, peningkatan produktivitas, dan peningkatan penjualan. Untuk memulai
proses ini, seorang wirausahawan harus menetapkan kriteria untuk bangunannya.
Berikut ini kriteria
analisa untuk bangunan yang efisien:
·
ukuran
·
Konstruksi dan tampak luar
·
Pintu masuk
·
Ketersediaan fasilitas untuk penyandang
cacat
·
Papan Tanda
·
Interior Bangunan
·
Penerangan dan Peralatan
Keputusan Besar: Membangun,
Membeli, atau Sewa-Beli
Keputusan Membangun
Membangun
suatu fasilitas baru dapat memberikan citra positif pada calon pelanggan . Bisnis
tersebut terlihat baru dan sebagai akibatnya menciptakan citra modern, efisien
dan bermutu tinggi. Di beberapa daerah pertumbuhan yang cepat, hanya sedikit
(bahkan tidak ada) bangunan yang dijual atau disewa yang sesuai dengan
permintaan wirausahawan. Pada situasi seperti inilah seorang wirausahawanharus
mempertimbangkan biaya pembangunan suatu bangunan sebagai faktor yang cukup
penting dalam perkiraan modal yang diperlukan dan titik impas.
Keputusan Membeli
membeli
fasilitas menyebabkan seseorang dapat merenovasinya tanpa harus meminta izin
kepada orang lain. membeli dapat mengosongkan sumber daya keuangan suatu bisnis
tetapi pemiliknya tahu persis beberapa angsuran bulanannya. Dengan melakukan leasing, tingkat sewa dapat (dan
biasanya akan) meningkat setiap waktu. Akan tetapi, membangun atau membeli
suatu bangunan sangat membatasi mobilitas wirausahawan.
Keputusan Leasing
Keuntungan
utama dari leasing adalah bahwa hal
tersebut tidak memerlukan uang muka yang besar dengan demikian dana suatau
bisnis dapat tersedia bagi pembelian persediaan atau untuk operasi saat ini.
Salah satu kerugian dari leasing
adalah bahwa pemilik property mungkin memilih tidak akan memperbarui leasing-nya.
Apapun
puluhan yang dibuat oleh seorang wirausahawan, penting diingat bahwa pemilihan
menyesuaikan rencana untuk bisnisnya sendiri.
2.8 Tata Ruang: Memaksimalkan
Pendapatan, Meningkatkan Efisiensi, atau Mengurangi Biaya
Tata Ruang untuk Pengecer
Tata
ruang eceran merupakan pengaturan barang-barang dalam suatu toko dan metode
pemajangannya. Pengecer harus menarik pelanggan masuk ke dalam tokonya dan
mempermudah mereka mencari barang, membandingkan harga, kualitas, dan
keistimewaan, dan akhirnya melakukan pembelian. Sebagai tambahan, rencana denah
harus mengarahkan pelanggan melewati pajangan jenis barang lain yang mungkin
akan mereka beli secara spontan.
Para
pengecer memiliki tiga dasar pola tata ruang yang dapat dipilih, yaitu grid, free-form layout, dan boutique. Grid layout mengatur pajangan dalam model persegi sehingga selaras
parallel satu dengan lainnya. Tata ruang jenis ini merupakan suatu tata ruang
formal yang mengendalikan arus lalu lintas melalui toko. Tata ruang ini
menggunakan ruang jual secara efisien, menciptakan lingkungan yang rapi dan
terorganisir serta memudahkan pembelanjaan dengan cara menstandardisasi lokasi
barang-barang.
kasir
dan pajangan barang spontan
Keluar Masuk
|
Daging Roti Produk Susu
|
Makanan Ringan
|
Produk
Kesehatan
|
grid layout
Tidak
seperti grid layout, free-form layout lebih informal, menggunakan pajangan berbagai
bentuk dan ukuran. keuntungan utamanya adalah terciptanya atmosfir yang santai
dan bersahabat yang mendoong pelanggannya untuk berbelanja lebih lama dan
meningkatkan jumlah ruang pembelian barang secara spontan. Tetap saja, walau
demikian, free-form layout tidak
seefektif grid layout dalam
menggunakan ruang penjualan dan dapat menciptakan masalah keamanan apabila tidak
direncanakan dengan baik.
Jalan masuk & keluar
Blus
dan Kemeja
Celana
Panjang
Pelayanan Pelanggan
Aksesoris
|
Pajangan
|
Pajangan
|
Kaca
|
free-form layout
Boutique
layout membagi toko menjadi serangkaian daerah
perbelanjaan indiviru, masing-masing daerah dengan tema tersendiri. hal
tersebut seperti membangun serangkaian toko khusus ke dalam satu toko. Boutique layout lebih informal dan dapat
menciptakan suatu lingkungan belanja yang unik untuk pelanggannya.
Zona Pria
Masuk
Keluar
|
Dunia Wanita
|
Tempat
Perhiasan
|
Minyak wangi dan kosmetik
|
Pojok Olahraga Barang-barang
untuk anak Ruang Ganti
|
Pusat Barang untuk Rumah Pusat Perkakas dan Peralatan
|
Boutique Layout
Tata Ruang untuk Produsen
Keputusan
tata ruang mempertimbangkan pengaturan departemen, stasiun kerja, mesin, dan
titik penyimpanan persediaan dalam suatu fasilitas produksi. Sasaran umum
adalah mengatur elemen-elemen ini untuk memastikan alur kerja yang lancar
(dalam suatu fasilitas produksi) atau pola lau lintas tertentu (dalam fasilitas
atau organisasi penyedia jasa). Tata ruang fasilitas memiliki pengaruh besar
pada bauran produk, pengelolaan produk, dan penanganan, penyimpanan, dan
pengendalian bahan baku, bersama-bersama dengan volume dan kualitas produksi.
Faktor-faktor
yang harus diperhatikan dalam membuat tata ruang ideal bagi suatu operasi
produsen bergantu pada:
·
Jenis produk
·
Jenis proses produksi
·
Pertimbangan ekonomis
·
Ketersediaan ruangan
Jenis Tata Ruang Produsen
Terdapat
tiga dasar jenis tata ruang yang dapat digunakan produsen secara terpisah atau
secara gabungan—produk, proses, dan posisi tetap—dan mereka dibedakan
berdasarkan kemampuan dipakainya terhadap berbagai kondisi volume produksi.
Tata Ruang Produk
Jenis
tata ruang ini dapat diterapkan pada operasi yang memiliki alur yang tetap,
bervolume tinggi, kontinyu atau produksi massal, atau sewaktu jasa atau produk
tersbut sangat baku. pabrik perakitan mobil, pabrik kertas, dan penyulingan
minyak merupakan contoh dari tata ruang produk.
Tata
ruang produk memberikan keuntungan dalam hal rendahnya biaya penanganan bahan
baku;tugas-tugas sederhana dapat diselesaikan dengan tenaga kerja rendah biaya
dan keterampilan yang rendah; jumlah persediaan barang dalam proses menjadi
berkurang dan akrivitas pengendalian produksinya relatif sederhana. Kerugian
dari tata ruang produk adalah ketidak-fleksibelan mereka, tuga kerja yang
monoton, tingginya investasi tetap dalam peralatan khusu, dan tingginya
ketergantungan dalam seluruh operasi. Kerusakan pada satu mesin atau pada satu
stasiun kerja dapat menghentikan seluruh lini. Tata ruang seperti ini juga
meminta pemiliknya untuk memperbanyak jumlah peralatan dalam fasilitas
produksi, yang dapat menyebabkan keterbatasan biaya bagi suatu perusahaan
kecil.
Tata
Ruang Produk
|
Perakitan Pengujian Sentuhan Akhir dan Pengemasan
|
Perakitan Pengujian Sentuhan Akhir dan Pengemasan
|
Perakitan Pengujian Sentuhan Akhir dan Pengemasan
|
Perakitan Pengujian Sentuhan Akhir dan Pengemasan
|
Tata Ruang Proses
Dalam
tata ruang ini, suatu produsen mengelompokkan para pekerja dan peralatannya
berdasarkan fungsi umum yang mereka lakukan, tanpa merujuk pada suatu produk
atau jasa tertentu. Keuntungan dari tata ruang ini adalah fleksibel dalam
melakukan kerja yang khusus serta meningkatkan kepuasan kerja dengan cara
menawarkan berbagai tugas yang berbeda dan menantang kepada karyawannya.
Kerugiannya adalah tingginya biaya penanganan bahan baku, tenaga kerja yang
lebih ahli, lebih rendah tingkat produktivitasnya, dan semakin rumitnya
pengendalian produksi.
Tata Ruang
Proses
|
Penerimaan Pembubutan
Pengelasan Alat
Pemotong
|
Drill Presses Perlakuan Pemanasan Pengemasan
dan pengiriman
|
Tata Ruang Posisi Tetap
Dalam
tata ruang posisi tetap, bahan baku tidak dimasukkan dalam suatu tata ruang
produksi melainkan dirakit di satu tempat. Dengan kata lain, pekerja dan
peralatanlah yang mendatangi bahan baku tersebut. Bengkel perakitan pesawat
terbang dan galangan kapal biasanya menerapkan jenis tata ruang ini.
Galangan
kapal/tempat pembuatan kapal
|
Peralatan yang dibawa ke galangan kapal
|
Peralatan yang dibawa ke galangan kapal
|
Pekerja
menuju
galangan kapal
|
Berikut
ini faktor-faktor penting bagi tata ruang manufaktur yang baik:
1. Pola
alur bahan baku yang terencana
2. Tata
ruang sedapat mungkin berbentuk garis
lurus
3. Selasar
yang lurus dan diberi tanda dengan jelas
4. Alur
mundur dilakukan sesedikit mungkin
5. Operasi
yang berkaitan diletakkan berdekatan satu dengan lainnya
6. Sedikit
persediaan barang dalam proses
7. Mudah
disesuaikan apabila kondisi berubah
8. Jarak
penanganan bahan baku yang pendek
9. Sedikit
penanganan sendiri
10. Tidak
ada penanganan kembali bahan baku yang tidak diperlukan
11. Penanganan
minimum antara operasi
12. Bahan
baku dikirim ke karyawan produksi
13. Bahan
baku secara efisien dipindahkan dari daerah kerja
14. Penanganan
bahan baku dilakukan oleh tenaga kerja tak langsung
15. Penanganan
dan penyimpanan bahan baku secara berurutan
16. Penanganan
ruangan dengan baik
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seorang wirausahawan dituntut harus
menjadi orang yang jeli di dalam melihat peluang yang ada di sekitarnya.
Seorang wirausahawan bukan saja hanya mengandalkan ide, keberanian, dan
tindakan melainkan juga pemikiran yang mendalam dan terstruktur secara rapi.
Komunikasi pemasaran terpadu yang baik, penetapan harga yang sesuai dengan
tujuan perusahaan serta citra yang akan dibuat, penetapan lokasi perusahaan
yang dipikirkan secara matang, serta tata ruang yang efisien dan efektif dalam
mempermudah kegiatan bisnis.
3.2 Saran
Saran-saran
di bawah ini dapat membantu seorang wirausahawan di dalam memudahkan dirinya
merintis usaha bisnisnya:
·
Pastikan visi misi yang akan dituju
untuk memperkuat citra diri dan perusahaan yang baik dan terkenang di hati
konsumen, dengan begitu akan mudah bagi wirausahawan di dalam menetapkan harga
produk/jasanya.
·
Komunikasi pemasaran terpadu dapat
dipikirkan secara bersama secara kelompok dengan metode tanya jawab atau
kuisioner kepada sejumlah golongan konsumen tertentu untuk memudahkan di dalam
pemasaran produk/jasa
·
Pemilihan lokasi yang tepat tidak harus
selalu berada di pusat kota, kembalikan pemikiran kepada jenis usaha, bentuk
produk, dan pada faktor apakah produk/jasa yang diberikan oleh wirausahawan
tersebut lebih diunggulkan. Apakah dari bahan baku, pasar, atau tenaga kerja.
Hal ini pasti akan memberikan efek positif yang besar apabila dipikirkan secara
matang dan visioner tanpa harus memaksakan mendirikan perusahaan di pusat kota.
·
Tata ruang yang baik akan meningkatkan
motivasi karyawan dan akan mempermudah setiap fase dari pengerjaan kegiatan
wirausaha.
DAFTAR PUSTAKA
Zimmerer, Thomas
W. dan Scarborough, Norman M. 2002. Pengantar
Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Jakarta: PT Prenhallindo
0 Response to "Makalah Komunikasi Pemasaran Terpadu"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)