Makalah Islam Tradisional
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gerakan
islam di Hindia sudah ada sejak islam
masuk ke Nusantara. Namun ada perbedaan pemikiran setelah banyaknya
orang islam di Hindia pulang berhaji dari Mekkah. Orang – orang yang dari
Mekkah itu membawa pemikiran – pemikiran baru yaitu pembaharuan islam, yang
kemudian memunculkan golongan islam modern. Maka ada dua golongan islam di
Hindia yaitu, islam tradisional dan islam modern .
Gerakan
islam tradisional adalah gerakan Islam yang mempertahankan tradisi Islam
sebagai suatu relitas spiritual ditengah modernisme. Gerakan Islam tradisional
memiliki peranan dalam pergerakan nasional terutama dalam bidang pendidikan,
yaitu pesantren . Terjadi persaingan antar islam tradisional dan modern dalam
menarik masa untuk mengikuti pemikirannya . Islam modern lebih memusatkan
perhatiannya dalam wilayah tingkat perkotaan , sedangkan islam tradisional
merasa cukup penyebarkan pemikirannya dilingkup wilayah daerah atau desa-desa .
I.2 Rumusan
Masalah
Dari uraian diatas maka
masalah yang akan dibahas didalam
makalah ini adalah :
a. Bagaimana
asal usul islam tradisional ?
b. Bagaimana
peranan islam tradisional dalam pergerakan nasional ?
3.1
Tujuan
Dari
rumusan masalah diatas maka tujuan makalah ini adalah :
a. Untuk
mengetahui asal usul Islam tradisional.
b. Untuk
mengetahui bagaimana peranan Islam dalam
Nusantara
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Asal
usul islam tradisional
Pada
akhir abad ke XIX terjadi kebangkitan Islam di Hindia, dilihat dari banyaknya
jama’ah haji yang pulang dari Mekkah selain pergi haji mereka disana juga
belajar tentang Islam dan sekembalinya ke Hindia mereka menyebarkan ajaran
baru. Ajaran yang berkembang di Mekkah pada masa itu adalah Wahabi.
Terdapat
dua arus yang berada di Hindia setelah kembalinya orang-orang Hindia dari
Mekkah.
Yang pertama adalah yang ingin melepaskan diri dari empat mazhab besar
yang dijunjung oleh mayoritas muslim di Hindia , kedua mereka juga berusaha
meningkatkan peranan dan pemikiran islam tanpa harus meninggalkan
keterikatannya pada empat mazhab besar tadi, yang pertama melahirkan islam
modern dan yang kedua melahirkan islam tradisional.
Golongan Islam tradisional lebih banyak
menghiraukan soal-soal agama. Namun dak berarti mereka senang dengan
penjajahan. Mereka tidak mempersiapkan menyerang penjajahan secara sistematis
namun lebih berdiam di pesantren. Pada awalnya, golongan tradisi pada umumnya
tidakterlibat pada masalah politik. Bidang ini mereka serahkan pada kalangan
adat dan priyayi.
Islam
tradisional muncul merupakan reaksi dari munculnya Islam moedern yang
berkembang di Hindia yang terdapat perbedaan pemikiran dikeduannya. Ketika
kongres Al-Islam di Bandung, yang mendominasi forum adalah pemimpin gerakan
Islam modern, sehingga usul-usul yang diberikan pimpinan islam tradisional
diabaikan karena perbedaan pemikiran diantara mereka, usulan tersebut mengenai
praktek-praktek keagamaan tradisional. Hasyim Asyari merupakan dari Islam
tradisional melontarkan kritik pedas pada forum yang dikuasai oleh kaum Islam
modern.
Pada
permulaan tahun 1926 Hasyim mendirikan dan memimpin Nahdatul Ulama dengan kota
Surabaya sebagai pusat pergerakan. Setelah Nahdatul Ulama tumbuh dan
berkembang, gerakan tradisional ini mengembangkannya ke daerah-daerah pedesaaan
Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur, Islam modern mengembangkannya di
daerah perkotaan. Sehingga terjadinya
persaingan antara Islam modern dan tradisional, tetapi akhirnya mereka
menyadari bahwa perbedaan mereka terletak dalam soal furu. Oleh sebab itu pada
tahun 1935 mereka mulai berseru tentang perlunya persatuan, dengan mengemukakan
perlunya toleransi, serta tekanan bahwa mereka tergolong sama, sesama umat
Muhammad. Setelah itu persatuan keduanya lebih terlihat lagi setelah
terbentuknya MUAI (Majelis Islam A’laIndonesia).
2.2 Peranan
Gerakan Islam Tradisional terhadap pergerakan nasional
Peranan
pergerakan Islam tradisional pada awalnya berupa memberikan pendidikan kepada
masyarakat-masyarakat pribumi di desa-desa. Dalam pendidikan tersebut mereka
menyadarkan masyarakat pribumi yang terbelakang tentang keadaan mereka yang
sedang terjajah. Kemudian hal ini menimbulkan rasa anti kolonialisme dan
nasionalisme dikalangan pribumi.
Kegiatan
yang dilakukan oleh salah satu tokoh Islam tradisionalis adalah memberikan
pendidikan kepada kaum pribumi, dengan mendirikan pesantren salah satunya oleh
Hasyim Asyariyang ia dirikan bernama pesantren Tebu Ireng.
Pendirian pesantren mengalami rintangan
dari pihak Belanda. Rintangannya berupa tekanan-tekanan dari pihak Belanda,
karena adanya pendidikan di desa-desa, pemerintah kolonial Belanda takut,
dengan pendidikan yang diberikan, kaum pribumi sudah tidak terbelakang,yang akan
mengakibatkan kaum pribumi tidak akan patuh dan cenderung mengabaikan pemerintah
kolonialmaupun pemerintah lokal yang ditunjuk oleh Belanda. , Menurut Hasyim
Asyarie, pembodohan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda ini harus dihentikan
oleh bangsa pribumi. KH. Hasyim Asyhari pernah
mengatakan: “Bangsa tidak akan jaya apabila warganya bodoh. Hanya dengan
ilmu suatu bangsa menjadi baik.” Karenanya ia lebih berkonsentrasi di
jalur yang telah dijalani ayahanda dan kakek-kaket buyutnya dalam menjalankan
sebuah pesantren. Kaum pribumi cenderung lebih patuh kepada Kyai yang dianggap
sebagai pemimpinnya.
Usaha
yang pihak kolonial untuk menjegal berkembangnya pendidikan di kalangan kaum
pribumi salah satunya dengan menjegal Hasyim Asyari, namun tidak berhasil. Kemudian
pemerintah kolonial mengirimkan pasukan bersenjata untuk menduduki pesantren
Tebu Ireng dan menghancurkan segala sesuatu yang ada didalamnya. Pemerintah
kolonial Belanda juga bermaksud untuk menculik dan membunuh Hasyim Asyari namun
hal itu tidak berhasil. Karena, adanya perlawanan yang dilakukan oleh
santri-santri pesantren Tebu Ireng untuk melindungi Kyainya. Untuk membenarkan
aksinya itu pemerintah kolonial berdalih para santri adalah pemberontak yang
harus ditumpas, dan pesantren adalah tempat berkembangnya para pemberontak.
Peristiwa
tersebut bukan meredupkan usaha yang dilakukan oleh Hasyim Asyari justru
menjadi penyemangat untuk terus berjuang dan meneruskan cita-citanya, ia
mengirimkan para santri untuk menjadi utusan pergi ke berbagai kota dan pulau
di Hindia. Para utusan tersebut berhasil mengumpulkan dukungan baik berupa
moral dan materil. Dengan hal ini orang Islam di Hindia merasa peristiwa
tersebut bukan hanya perusakan pesantren tetapi juga menginjak-injak kaum
muslim secara umum.
Setelah
terbentuknya NU yang merupakan organisasi yang berlandaskan pada gerakan Islam
tradisional. Organisasi ini berhasil mengembangkan kekuatannya dibeberapa
wilayah Jawa, khususnya Jawa Timur dan Jawa Tengah. Setahun setelah berdirinya,
Nahdatul Ulama (NU) merumuskan anggaran dasarnya. Organisasi ini bertujuan memperkuat kesetiaan kaum Muslimin pada
salah satu dari empat mazhab yang ada serta melakukan
kegiatan-kegiatan yang menguntungkan dalam ajaran Islam.
Kegiatan-kegiatan Nahdatul Ulama (NU)
antara lain:
1. Memperkuat persatuan antara sesama ulama yang masih setia pada empat mazhab;
2. Memberi bimbingan tentang kitab-kitab yang
diajarkan pada lembaga pendidikan Islam;
3. Menyebarkan ajaran-ajaran Islam;
4. Menyebarkan ajaran-ajaran Islam yang sesuai
dengan tuntutan empat mazhab;
5. Memperluas jumlah madrasah dan membantu
organisasinya;
6. Membantu pembangunan masjid, langgar dan
pondok pesantran;
7. Membantu anak-anak yatim piatu dan fakir
miskin serta mendirikan badan-badan usaha untuk memajukan kehidupan ekonomi
anggota
Setelah
terbentuknya MIAI mereka sering mengadakan kongres dan rapat-rapat namun mereka
mulai menyadari campur tangan Belanda dalam bidang agama.Kaum tradisionalis
yang pada awalnya bersikap pasif mereka mulai mengadakan perubahan di kalangan
mereka. Mereka sudah mulai sejalan dengan sikap kalangan Islam modern.
Didalam
MIAI mereka tidak hanya sekedar berbicara urusan agama saja, tetapi mereka juga
membicarakan masalah yang bersifat politik. Karena situasi politik Indonesia
dan tuntutan-tuntutan yang semakin bertambah dari pergerekan kemerdekaan
Indonesia.
Sikap
pemerintah Belanda terhadap kalangan tradisi lebih lunak dibandingkan dengan
sikap pemerintah kolonial terhadap golongan modern Islam. Karena memang
kalangan tradisional itu lebih banyak memperhatikan masalah agama. Dan
kepemimpinan kalangan tradisional lebih disukai pihak pihak pemerintah Belanda,
karena dilihat bahwa golongan tradisional ini lebih bisa menerima status quo
politik yang ada.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gerakan Islam di nusantara terbagi
menjadi dua golongan, yaitu golongan tradisionalis dan golongan modern.
Golongan Islam tradisionalis lebih memusatkan perhatian penyebaran pemikirannya
di pedesaan, sedangkan golongan Islam modern lebih memilih didaerah perkotaan.
Gerakan Islam tradisional lebih
berfokus pada kegiatan pendidikan bagi kaum pribumi di desa-desa. Perannya
dalam pergerakan nasional, kaum tradisionalis berusaha menyadarkan kaum pribumi
tentang kondisi mereka yang sedang terjajah. Walaupun pergerakannya sering
dianggap tidak terlihat, tetapi pemerintah Belanda merasa terancam dengan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kaum tradisionalis khususnya dalam bidang
pendidikan (pusantren).
0 Response to "Makalah Islam Tradisional "
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)