Finalis Lomba Debat Nasional
Jhon Sitorus sedang beradu argumen dengan Okky Fauzy dalam Lomba Debat mahasiswa nasional HUT PAN 2015 |
Pada
tanggal 15 agustus 2015, aku mengikuti lomba debat nasional antar mahasiswa
yang diadakan oleh Partai Amanat
Nasional (PAN) dalam rangka menyambut ulang tahun PAN yang ke-17 pada bulan agustus ini. Kami ada 16 orang yang
menjadi finalis lomba debat nasional. Sebelum jadi finalis, kami diseleksi
terlebih dahulu lewat tulisan/essay yang dikirim lewat email ke panitia lomba
debat yang akan di selenggarakan di Dewan
Pimpinan Pusat (DPP) PAN.
Dari
ribuan mahasiswa yang mengirimkan essaynya ke panitia, hanya ada 16 orang yang
terpilih, saya adalah salah satunya, bersama 15 teman yang lain dari :
1.
Adi Cahyono
(Univ.Palangkaraya)
2.
Bobby Gilang
(Kutai, Kalimantan Timur)
3.
Rizki Suwanda
(Aceh)
4.
Adyan Coga
Guci (Univ.Jambi)
5.
Taradhinta
Suryandari (UGM, Yogyakarta)
6.
Rico
Pahlawan (Unair, Surabaya)
7.
Ariel Afrido
(UPI, Bandung)
8.
Bora Alviolesa
(Univ. Muh. Palembang)
9.
Muhammad
Ilham Karim (ITB, Bandung)
10.
Muhammad
Saeful (UI, Depok)
11.
Azizul Husni
Mubarok (UNPAD, Bandung)
12.
M Bayu
Erdiansyah (UNM, Malang)
13.
Rio Martin (STEI SEBI)
14.
Made Kevin (Univ.Telkom)
15.
Muhammad Oky
Fauzi (UMY)
Para Peserta Debat Mahasiswa nasional HUT PAN 2015 |
Pengumuman
finalis diakukan oleh panitia lewat email pada tanggal 13 agustus 2015, sore
hari. Itu hanya pengumuman saja,belum penyampaian mosi (pilihan topic yang akan
diperdebatkan). Mosi baru disampaikan saat sudah malam jadi, persiapan untuk
bertarung dalam debat tersebut hanya ada waktu 1 hari 2 malam sebelum terjun ke
lapangan debat.
Walaupun
persiapan waktu yang diberikan hanya 1 hari saja, aku tetap senang karena bisa
mewakili kampus aku dan masuk dalam finalis lomba debat tersebut dan bisa
menyisihkan ratusan mahasiswa sebelumnya.
Jhon Miduk Sitorus Bersama Arya Bima (Walikota Bogor) |
Malam hari, aku
melakukan persiapan dengan mencari informasi tentang mosi yang diberikan
sebanyak-banyaknya. Karena waktu yang mepet banget, jadi aku mencari sumber
yang relevan lewat internet. Sebenarnya aku tidak serius-serius banget karena
takut nantinya terlalu fokus dan
geregetan juga bisa menyebabkan hal-hal yang tidak aku inginkan.
Aku membayangkan
siapa nanti lawan debatku. Aku membayangkan seperti apa nanti aku akan
menghadapi mereka yang jago-jago berbicara, sementara aku tidak keren-keren
banget soal debat dan berbicara terutama dalam bidang politik. Aku hanya
bermodalkan sering menulis di blog dan di Koran serta membaca dan menonton
berita. Selain itu tidak ada. Aku juga membayangkan dimana nanti akan menginap
dan hal apa yang akan saya dapatkan dari lomba debat tersebut.
Peserta Debat bersama Ridwan Kamil, Walikota Bandung |
Aku berdoa dan
memohon kepada Tuhan agar diberikan keberanian dan mental yang kuat untuk
menghindari demam panggung nantinya. Pada tanggal 15, aku langsung ke kantor
DPP PAN. Dengan membawa ransel yang lumayan besar (persediaan baju, laptop,
buku-buku dan sepatu) untuk persiapan menginap 2 hari 3 malam, aku naik transjakarta menuju ke kantor DPP PAN.
Saat mencari kantor DPP PAN, aku agak kesal karena susahnya mencari kantor DPP
PAN. Aku sempat search di google, tetapi kantor DPP PAN yang baru sepertinya
belum ada di google atau di blog pribadi dan gratisan sekalipun.
Akhirnya, dari
halte pertanian, aku sempat memesan go-jek,
tetapi karena abang go-jeknya lama, aku jadinya mesan ojek yang biasa. Tetapi
harganya sangat mahal dan minta ampun dah. Abangnya minta Rp 65.000,00, kan
kampret banget. Akhirnya dengan proses tawar menawar yang sangat ketat, jadilah
harga ojek Rp 45.000,00. Lumayan deh kan hehehe.
Sampai di kantor DPP PAN, aku tiba-tiba diteleponin
seseorang, fans atau pacar? Boro-boro pacar, ternyata tukang gojek yang tadi
yang sempat aku pesan. Katanya
“pak, lagi
dimana, saya sudah mutar-mutar di halte pertanian tiga kali,kok tidak ada?”
“lho, maaf pak
saya tadi sudah lama nunggunya, jadi saya naik ojek biasa, nanti saya kabarin
langsung ke bapak saja ya” ya, masa aku harus nunggu go-jeknya sampe berjam-jam?
“oooh, yauda pak,
ga apa-apa!”, mungkin bapak itu agak pasrah karena rezeki Rp 15.000,00 telah
hilang seketika. Aku juga menyesal dikit tetapi, ya bagaimana sudah begini.
Di kantor DPP
PAN, yang katanya kantor pusat tetapi lebih mirip rumah pribadi, tapi rumahnya
besar juga, bisa untuk resepsi pernikahan. Sambil menunggu segala sesuatu yang
berhubungan dengan lomba debat, aku sekalian kenala dengan beberapa orang yang
ada diruangan itu. Pertama kali berkenalan dengan Rio Martin (STEI BEI), trus ada Ariel yang berasal
dari UPI Bandung. Dan beberapa teman
debat yang lainnya.
Jhon Miduk Sitorus bersama Zulkifli Hasan, Ketua MPR sekaligus Ketua Umum PAN |
Beberapa saat
kemudian, ada seorang kader PAN yang
menjemput kami untuk dilobby dulu ke hotel. Hotelnya lumayan dan waaah,..
bintang 4 bro. Kita akan menginap di Darmawangsa Plaza hotelnya. Briefing
sebentar dan meninggalkan tas atau barang bawaan untuk dititipkan nantinya ke
pihak keamanan hotel.
Kembali ke kantor
DPP PAN, kita dipersilahkan untuk makan terlebih dahulu. Selesai makan, yang
mau sholat pada sholat terlebih dahulu dan kita langsung briefing yang
berikutnya. Panitian menjelaskan mekanisme lomba debat dan peraturan yang harus
dipatuhi selama debat berlangsung. Peraturannya tidak ribet, simple dan mudah
dimengerti jadi semua peserta langsung iya-iya saja. Pada nunduk-nunduk
semuanya.
Sehabis PAN Award, ceria bersama teman-teman yang berasal dari berbagai kampus di seluruh Indonesia |
Akhirnya, tibalah
pada sesi debat, dimana aku akan benar-benar adu argument dengan orang-orang
terbaik dari seluruh kampus. Saat pembagian group, aku masuk ke grup C dengan
lawan debat Adyan Coga Guci (Universitas
Jambi), Bora Alviolesa (Universitas
Muhammadyah Palembang), dan Rico Pahlawan (Unair Surabaya). Ini adalah babak penyisihan grup jadi aku harus
bertarung sebanyak tiga kali, semuanya mendapatkan jatah yang sama.
Debat pertama
melawan Adyan Coga Guci di ruang tiga. Temanya debat adalah tentang “hak imunitas DPR”, kebetulan aku
bertindak sebagai pihak kontra. Jadi, aku tidak terlalu sulit untuk merangkai
kata apa yang harus aku ucapkan, serta UU, pasal-pasal dan teori yang aku susun
untuk mengalahkan lawan debat. Aku menang dalam sesi pertama. Demikian juga
dengan sesi kedua yang bertemakan otonomi kepengurusan partai politik serta
sesi yang ketiga tentang desentralisasi partai politik. Semua sesi aku babat
habis semua dengan kemenangan sehingga aku menjadi pemilik poin tertinggi dan
berhak untuk maju ke babak berikutnya (8 besar) keesokan harinya.
Bersama mas Adi Cahyono, Universitas Palangkaraya |
Aku sebenarnya
kurang percaya dengan apa yang aku dapatkan. Tetapi, itulah perlu aku syukuri
karena itu adalah berkat Tuhan yang tak terhitung dan tak ternilai sebelumnya. Sekitar
pukul 22.00 WIB, debat penyisihan group selesai dan kita makan di restaurant.
Aku udah lapar banget, jadi setiap makanan yang disodorkan ke depan aku, pasti
aku makan dan lahap habis. Lagian, “jarang-jarang bisa makan banyak dan seenak
ini kan” hehehe.
Habis makan,
perut udah terisi dengan campuran makanan yang sudah menumpuk, jadi jalan ke
mobil yang bawain pulang harus pelan-pelan, takut keselek hehe. Nggak terasa
sudah jam 00.00, weewww padahal besok pagi harus debat lagi. Karena udah
kemalaman, aku tidak mandi, takut penyakitan “kata orang-orang begitu”. Aku akhirnya langsung tidur dan teman aku
satu kamar (Bora) masih aja mandi, (mungkin
dia kuat aja kali ya hehe). Sebelum tidur, aku pasang alarm tepat jam 04.30
agar aku sempat untuk membahas mosi yang akan diperdebatkan nantinya.
Alarm bunyi
“kriiing……….kringgggggggg……kringgggggg!”
“hmmmpphmmmmm,……..”
aku yang masih saja kedinginan karena AC kamar yang super dingin.
Aku akhirnya
dengan terpaksa cuci muka dan sikat gigi sambil berkaca,
“apa hari ini gue
makin ganteng? Apalagi gue sedang ada dihotel bintang 4?”
“oooohhh,
ternyata sama saja dengan muka yang ada dikosan,…..bedanya Cuma suasananya”
Masih ngantuk
sedikit, tetapi aku tetap memaksakan diri untuk membahas mosi berikutnya untuk
lomba siang nanti. Satu persatu mosinya aku analisis lewat sumber yang ada di
mbah google. Memang mbah google ini paling setia menjawab keluh kesah aku sejak
aku mengenal dunia internet, apalagi sejak kuliah.
Pukul 07.30 WIB,
kita briefing di lobby untuk menuju ketempat yang berikutnya dan mencari tempat
untuk breakfast. Alhasil ,kita masih bisa makan di KFC, syukur deh bisa makan daripada dikosan kan ngeluarin duit buat
makan aja mikir 1000 kali.
Beberapa jam
kemudian, kita sudah sampai di balai
Resital Kartanegara, di Jakarta Selatan. Disini, kita yang masuk ke
perdelapan final akan dipertarungkan hingga ke babak final serta seremony PAN
award. Ke-8 peserta kembali diundi untuk menentukan siapa melawan siapa, dengan
ketentuan juara grup di pot 1 dan runner up grup di pot dua. Aku akhirnya
bertemu dengan mas Muh. Okky Fauzy (UMY
Yogyakarta). Kebetulan kita berada di sesi perempat final pertama, dan
langsung mendapatkan mosi. Mosi debatnya adalah “RUU Pasal penghinaan Presiden”
dimana aku berada di pihak pro. Jadi, agak berat memang memperdebatkan mosi
tersebut terutama berada dipihak yang pro. Debat berlangsung dengan sengit dan
aku akhirnya kalah.
Para Penerus Bangsa masa depan |
Hingga
sore, kegiatan debat menyisahkan dua orang hebat yaitu Muhammad Saeful (UI, Depok) dan Muhammad Ilham Karim (ITB, Bandung). Merekalah
yang menjadi pewarna di acara PAN Award
yang berlangsung pada malam harinya. Debat keduanya berlangsung sengit dan
dimenangkan oleh Muhammad Saeful dan berhak mendapatkan hadiah sesuai dengan
yang ditentukan.
Hidup Mahasiswa |
Banyak cerita yang aku dapatkan dari
mereka-mereka saat kompetisi sedang berlangsung. Semuanya menyisakan kenangan
yang tak terlupakan untukku karena mereka adalah orang-orang hebat yang
memiliki kepribadian unik dalam diri mereka masing-masing. Sampai jumpa kembali
wahai sahabatku.
0 Response to "Finalis Lomba Debat Nasional"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)