Modernisasi Pelabuhan
Isu
logistik kembali menjadi sorotan, kali ini masalah dwelling time di pelabuhan
yang mencuat dan menjadi bola panasnya. Bagi yang mengerti masalah logistik,
tentu paham bahwa dwelling time hanyalah satu titik permasalahan dari mata
rantai proses logistik secara keseluruhan.
Oleh
sebab itu, kita tentu mengapresiasi dan mendukung langkah Presiden Jokowi yang
sudah mengambil aksi untuk mulai membenahi masalah tersebut, dan jika ini
benar- benar dilakukan masalah dwelling time bukan saja menjadi bola panas tetapi
akan menjadi bola salju yang siap menggulung segala aspek yang menghambatnya.
Pelabuhan
adalah salah satu titik dalam proses distribusi, di mana di dalamnya terdapat
banyak lagi proses yang harus dilalui oleh suatu komoditas baik masuk (import)
maupun ke luar (export) agar dapat keluar dari pelabuhan. Selama proses
berlangsung komoditas mengendap alias tersimpan dipelabuhan hingga semua
dokumen yang terkait dengan import/ export tersebut selesai, semakin lama
proses pengurusan berlangsung semakin lama komoditas itu mengendap.
Lamanya
waktu tunggu inilah yang baru-baru ini diributkan dan mengundang kemarahan
Presiden Jokowi. Beliau memang pantas marah karena sampai dengan saat ini
Indonesia termasuk yang paling buruk nilai indeks logistiknya di antara
negara-negara ASEAN.
Modernisasi
Untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, modernisasi yang dilakukan harus menyeluruh.
Yang menyangkut pengembangan infrastruktur fisik berupa kualitas peralatan
pelabuhan, kapasitas pelabuhan, proses bisnis dan standard operating procedure
(SOP) yang disederhanakan dan menjangkau semua lini operasional perusahaan yang
tujuan akhirnya adalah mempercepat proses.
Di
samping itu tersedianya perangkat sistem informasi dan sistem otomasi, serta
sumber daya manusia yang mendukung memegang peranan penting. Sehingga semua
proses yang berjalan di pelabuhan dapat dipantau secara langsung melalui
perangkat sistem informasi, bukan hanya dipantau tetapi keseluruhan proses
tersebut juga dapat dijalankan dan dikendalikan melalui sistem secara langsung
(online).
Modernisasi
perangkat keras (fisik) infrastruktur dan peralatan pelabuhan mungkin lebih
mudah, karena bersifat tangible, yang lebih sulit dan perlu perhatian lebih
serius adalah modernisasi proses bisnis (birokrasi) dan pengelolaan pelabuhan
melalui otomasi proses dengan perangkat teknologi informasi. Hampir semua
proses yang berjalan di pelabuhan dapat diotomasikan ke dalam sistem untuk
meningkatkan produktivitas dan efisiensi pengelolaan pelabuhan.
Portal Integrasi Birokrasi
Proses
di pelabuhan adalah proses yang tidak berdiri sendiri, banyak proses yang harus
dilakukan di instansi lainnya yang kesemuanya saling memengaruhi dan terkait
satu sama lain. Kelambatan proses di salah satu instansi dapat berdampak kepada
keterlambatan dalam proses-proses berikutnya. Sebut saja departemen
perdagangan, perindustrian, bea dan cukai, kantor pajak, perusahaan ekspedisi,
dan lain sebagainya.
Buruknya
koordinasi, proses yang saling tumpang tindih, birokrasi yang panjang dan
berbelit-belit semua berdampak kepada lambatnya proses di pelabuhan yang
mendongkrak pada tingginya angka dwelling time di Indonesia. Karena itu,
inisiatif untuk melakukan integrasi birokrasi melalui kebijakan single window
process mutlak diperlukan untuk memangkas proses, biaya dan waktu yang terbuang
sia-sia tersebut.
Secarafisik,
haltersebutbisa diwujudkan melalui konsep Sistem Pelayanan Satu Atap (Samsat)
yang cukup sukses dilaksanakan antara instansi kepolisian dan Dinas Pendapatan
Daerah dan masih terus berlangsung hingga kini. Konsep itu juga yang sekarang
mulai diterapkan di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk mempermudah
dan mempercepat proses penanaman modal di Indonesia.
Namun
demikian, integrasi birokrasi yang dimaksud di sini bukan hanya sekedar
menyatukan fisik organisasi di dalam satu atap bangunan kemudian mereka bekerja
di dalam kotak masing-masing. Lebih jauh lagi integrasi birokrasi harus mampu menyatukan
proses di dalam satu instansi maupun antarinstansi ke dalam satu alur proses
yang berada dalam satu sistem yang generik dan terhubung secara real time.
Untuk
mewujudkan hal tersebut, bisa dibuat sistem pemersatu logistik pelabuhan (port
logistics unifying system ) yang akan menjadi sistem informasi manajemen
pelabuhan berbasis web yang komprehensif dan terintegrasi yang dapat memberikan
akses secara real time danonline secara penuh atas proses-proses maupun
informasi-informasi operasional terkait dengan kapal kargo (vessel ), baik oleh
pemakai internal maupun eksternal pelabuhan dengan teknologi web dan internet.
Dengan
demikian, portal ini bisa menjadi tempat berkumpulnya semua pihak yang terkait
dengan pelabuhan, baik swasta maupun instansi pemerintah. Perusahaan swasta dan
instansi pemerintah terkait dapat akses masuk dan menjalankan proses bisnis
terkait, sehingga tidak perlu lagi banyak dokumen yang berjalan dari satu meja
ke meja lainnya dan bertumpuk di setiap mejanya, menunggu antrian yang entah
kapan selesainya. Semoga saja pemerintah dapat segera mewujudkan hal ini,
sehingga ongkos logistik di Indonesia menjadi lebih efisien dan mampu bersaing
dengan negara- negara di kawasan Asia.
Sources :
Koran SINDO
HANDI SAPTA MUKTI
SSI
Praktisi Bisnis
& Manajemen,
Pengajar di STIE
Perbanas
0 Response to "Modernisasi Pelabuhan"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)