Makalah Pengelolaan Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses pemberdayaan dan pembudayaan individu agar mampu memenuhi kebutuhan perkembangan dan memenuhi tuntutan sosial, kultural, serta religius dalam lingkungan kehidupannya.
Pengertian pendidikan seperti ini mengimplikasikan bahwa upaya apapun yang dilakukan dalam konteks pendidikan seyogyanya terfokus pada upaya memfasilitasi proses perkembangan individu sesuai dengan nilai agama dan kehidupan yang dianut.
Pengelolaan kelas merupakan kegiatan yang sangat diperlukan dalam pembelajaran karena kegiatan ini berguna untuk mengatur system pembelajaran dan mengatur jalannya pembelajaran agar bisa mencapai kepada tujuan yang diinginkan, karena pengelolaan itu sangat penting bagi seorang guru.
Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada keberhasilan guru merancang Materi Pelajaran. Materi Pelajaran dapat ditentukan dengan langkah-langkah :identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasaridentifikasi jenis-jenis Materi Pelajaran,penentuan cakupan Materi Pelajaranurutan  materi  pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukasi dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Disana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan. 
Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ketujuan. Di sini tentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik. Suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenagkan bagi anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-lama di kursi mereka masing-masing. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pengajaran. Sebagai kegiatan yang bernilai edukatif, belajar mengajar mempunyai ciri, dan komponen.
Metode adalah cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan. makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. dengan demikian tujuan merupakan faktor utama dalam menetapkan baik tidaknya penggunaan suatu metode.
Dalam hal metode mengajar, selain faktor tujuan, murid, situasi, fasilitas, dan faktor guru turut menentukan efektif tidaknya penggunaan suatu metode karenanya metode mengajar itu banyak sekali dan sulit menggolongkannya lebih sulit lagi menetapkan metode mana yang memiliki efektifitas paling tinggi. Sebab metode yang kurang baik di tangan seorang guru dapat menjadi metode yang baik sekali ditangan guru yang lain dan metode yang baik akan gagal di tangan guru yang tidak menguasai teknik pelaksanaannya.
Namun demikian, ada sifat-sifat umum yang terdapat pada metode yang satu tidak terdapat pada metode yang lain. Dengan mencari ciri-ciri umum itu, menjadi mungkinlah untuk mengenali berbagai macam metode yang lazim dan praktis untuk dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
Belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks. Mengingat kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks, maka tidak mungkin menunjukkan dan menyimpulkan bahwa suatu metode belajar mengajar tertentu lebih unggul dari pada metode belajar mengajar tertentu lebih
unggul dari pada metode belajar mengajar yang lainnya dalam usaha mencapai semua pelajaran, dalam situasi dan kondisi, dan untuk selamanya.
1.2       Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka hal-hal yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
                 a.     Apa yang dimaksud dengan tujuan pengelolaan pembelajaran?
                 b.     Apa yang dimaksud dengan materi pembelajaran ?
c.     Bagaimana proses belajar mengajar dan apa saja ciri serta komponen kegiatan belajar mengajar?
                 d.    Apa saja macam – macam metode pembelajaran ?
1.3       Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini tentu memiliki tujuan yaitu:
a.                 Untuk menjelaskan tujuan pengelolaan pembelajaran.
b.    Untuk menjelaskan mengenai materi pembelajaran.
c.     Untuk menjelaskan mengenai kegiatan belajar mengajar. Ciri-ciri, dan komponennya.
d.    Untuk menjelaskan macam-macam metode pembelajaran.
1.4       Kegunaan Penulisan
1.         Penulis, untuk menambah wawasan pengetahuan tentang tujuan pengelolaan, materi pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan macam-macam metode pembelajaran.
2.         Mahasiswa, khususnya mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, untuk menambah referensi bahan bacaan yang berkaitan dengan tujuan pengelolaan, materi pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan macam-macam metode pembelajaran.
3.         Umum, dapat dijadikan sarana untuk menambah wawasan pengetahuan.

















BAB II
KAJIAN TEORI

2.1       Tujuan Pengelolaan
Tujuan pengelolaan adalah agar segenap sumber, peralatan atausarana yang ada dalam suatu organisasi dapat digerakan sedemikian rupasehingga dapat menghindarkan dari segenap pemborosan waktu, tenaga,materi guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Pengelolaan dibutuhkan dalam semua organisasi, karena tanpaadanya pengelolan atau manajemen semua usaha akan sia-sia danpencapaian tujuan akan lebih sulit. Disini ada 3 alasan diperlukannya pengelolaan :
1.      Untuk mencapai tujuan. Disini pengelolaan dibutuhkan untuk mencapaitujuan organisasi dan pribadi.
2.      Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan- tujuan yang salingbertentangan. Pengelolaan dibutuhkan untuk menjaga keseimbanganantara tujuan- tujuan, sasaran- sasaran dan kegiatan- kegiatan yangsaling bertentangan dari pihak yang berkepentingan dalam suatuorganisasi ataupun sekolahan. Seperti kepala sekolah, Guru, siswa,pegawai dan wali murid.
3.      Untuk mencapai efisien dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapatdiukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umumyaitu efisien dan efektivitas.
Jadi, tujuan pengelolaan pembelajaran adalah untuk menciptakanproses belajar mengajar yang dengan mudah direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan dan dikendalikan dengan baik.
Tujuan pengelolaan atau manajemen akan tercapai jika langkahlangkahdalam pelaksanaan manajemen di tetapkan secara tepat, Dr. Made Pidarta, menyatakan bahwa langkah- langkah pelaksanaan manajemenberdasarkan tujuan sebagai berikut:
1.      Menentukan strategi
2.      Menentukan sarana dan batasan tanggung jawab
3.      Menentukan target yang mencakup criteria hasil, kualitas dan batasanwaktu.
4.      Menentukan pengukuran pengoperasian tugas dan rencana.
5.      Menentukan standar kerja yang mencakup efektivitas dan efisiensi
6.      Menentukan ukuran untuk menilai
7.      Mengadakan pertemuan
8.      Pelaksanaan.
9.      Mengadaan penilaian
10.  Mengadakan review secara berkala.
11.  Pelaksanaan tahap berikutnya, berlangsung secara berulang- ulang

2.2       Materi Pembelajaran

2.2.1  Pengertian Bahan Ajar (Materi Pelajaran)
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dsb. (Ibu kota Negara RI adalah Jakart; Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945). Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada sandaran dan lengan-lengannya).
Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan “jika..maka….”, misalnya “Jika logam dipanasi maka akan memuai”, rumus menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi.
Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskup, cara menyetel televisi. Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dsb.
Untuk membantu memudahkan memahami keempat jenis materi pembelajaran aspek kognitif tersebut, perhatikan tabel di bawah ini.
Ditinjau dari pihak guru, materi pembelajaran itu harus diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajran. Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar itu harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar.

2.2.2  Pengertian Materi Pelajaran
Materi Pelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat Kegiatan Pembelajaran.
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa Materi Pelajaran (instructionalmaterials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
Materi Pelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator .
Materi Pelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan Materi Pelajaran adalah jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap Materi Pelajaran tersebut.
Agar guru dapat membuat persiapan yang berdaya guna dan berhasil guna, dituntut memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan Materi Pelajaran, baik berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip, maupun prosedur pengembangan materi serta mengukur efektivitas persiapan tersebut.

  2.2.3  Jenis-Jenis Materi Pelajaran
Jenis-jenis Materi Pelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut :
a.       Fakta yaitu segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya.
b.      Konsep yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi  dan sebagainya.
c.       Prinsip yaitu berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat
d.      Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.
e.       Sikap atau Nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya  nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar dan bekerja.

  2.2.4  Prinsip-Prinsip Pengembangan Materi
                        Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan Materi Pelajaran adalah kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy).
a.       Relevansi artinya kesesuaian. Materi Pelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka Materi Pelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain.  Misalnya : kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah ”Menjelaskan hukum permintaan dan hukum penawaran serta asumsi yang mendasarinya”  (Ekonomi kelas X semester 1) maka pemilihan Materi Pelajaran yang disampaikan seharusnya ”Referensi tentang hukum permintaan dan penawaran” (materi konsep), bukan  Menggambar kurva permintaan dan penawaran dari satu daftar transaksi (materi prosedur).
b.      Konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah Operasi Aljabar bilangan bentuk akar (Matematika Kelas X semester 1) yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan merasionalkan pecahan bentuk akar.
c.       Adequacy artinya kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum (pencapaian keseluruhan SK dan KD).

Adapun dalam pengembangan Materi Pelajaran guru harus mampu mengidentifikasi Materi Pelajaran dengan mempertimbangkan hal-hal di bawah ini:
1.      potensi peserta didik;
2.      relevansi dengan karakteristik daerah;
3.      tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
4.      kebermanfaatan bagi peserta didik;
5.      struktur keilmuan;
6.      aktualitas, kedalaman, dan keluasan Materi Pelajaran;
7.      relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
8.      alokasi waktu.

  2.2.5  Langkah-Langkah Penentuan Materi Pelajaran
a.         Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar
Sebelum menentukan Materi Pelajaran terlebih dahulu perlu di identifikasi aspek-aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap  standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Harus ditentukan apakah standar kompetensi  dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif.
o   Ranah Kognitif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,  dan penilaian.
o   Ranah Psikomotor jika kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak awal, semirutin, dan rutin.
o   Ranah Afektif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.

b.    Identifikasi Jenis-jenis Materi Pelajaran

1.Ranah Kognitif
Identifikasi dilakukan berkaitan dengan kesesuaian Materi Pelajaran  dengan tingkatan aktivitas /ranah  pembelajarannya. Materi  yang sesuai untuk ranah kognitif ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah kognitif adalah fakta, konsep, prinsip dan prosedur.
·           Identifikasi materi pokok pada kompetensi dasar
Materi pokok merupakan berisikan butir-butir bahan pembelajaran pokok yang dibutuhkan peserta didik untuk mencapai suatu kompetensi dasar. Setiap kompetensi dasar sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tuntutan atau tingkat kompetensi dan Materi Pelajaran. Dengan demikian dalam identifikasi materi pokok maka dengan mencermati unsur Materi Pelajaran pada kompetensi dasar.
·           Analisis struktur isi pada materi pokok
Dari materi pokok dapat dianalisis struktur isinya yang meliputi fakta, konsep, dan prinsip serta prosedur. Cara yang paling mudah untuk menentukan struktur isi pada materi pokok yang akan dibelajarkan adalah dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada materi pokok.

                 2.Ranah Afektif
Materi Pelajaran yang sesuai untuk ranah afektif ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah afektif meliputi rasa dan penghayatan, seperti pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan penilaian.
Materi Pelajaran yang sesuai untuk ranah psikomotor ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah psikomotor terdiri dari gerakan awal, semirutin, dan rutin.



  c.     Penentuan cakupan Materi Pelajaran
                     Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup Materi Pelajaran harus memperhatikan apakah materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotor,  karena ketika sudah diimplementasikan dalam proses pembelajaran maka tiap-tiap jenis uraian materi tersebut memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda.
                     Selain memperhatikan jenis materi juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan Materi Pelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya.
                   Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan seberapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu Materi Pelajaran.
Kedalaman materi menyangkut rincian konsep-konsep yang terkandung di dalamnya yang harus dipelajari oleh peserta didik.
Sebagai contoh, proses fotosintesis dapat diajarkan di SD, SMP dan SMA, juga di perguruan tinggi, namun keluasan dan kedalaman pada setiap jenjang pendidikan tersebut akan berbeda-beda. Semakin tinggi jenjang pendidikan akan semakin luas cakupan aspek proses fotosintesis yang dipelajari dan semakin detail pula setiap aspek yang dipelajari. Di SD dan SMP aspek kimia disinggung sedikit tanpa menunjukkan reaksi kimianya. Di SMA reaksi-reaksi kimia mulai dipelajari dan di perguruan tinggi reaksi kimia dari proses fotosintesis semakin diperdalam.
Kecukupan atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan. Memadainya cakupan aspek materi dari suatu Materi Pelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Misalnya, jika dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memberikan kemampuan kepada peserta didik di bidang jual beli, maka uraian materinya mencakup:
1)   penguasaan atas konsep pembelian, penjualan, laba, dan rugi;
2) rumus menghitung laba dan rugi jika diketahui pembelian dan penjualan;
3)   penerapan/aplikasi rumus menghitung  laba dan rugi.
Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang akan diajarkan terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga terjadi kesesuaian dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
Misalnya dalam mata pelajaran Biologi di kelas X, salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik adalah " Membuat produk daur ulang limbah ". Setelah diidentifikasi, ternyata Materi Pelajaran untuk mencapai kemampuan tersebut termasuk jenis prosedur. Jika kita analisis, secara garis besar cakupan materi yang harus dipelajari peserta didik agar mampu membuat Surat Dagang sekurang-kurangnya meliputi: (1) membuat desain produk, (2) menentukan alat dan bahan yang digunakan,  (3) menentukan langkah-langkah pembuatan.

d.    Urutan  Materi  Pembelajaran
Urutan penyajian berguna untuk menentukan urutan proses pembelajaran. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi  pembelajaran  mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan peserta didik dalam mempelajarinya. Misalnya,  materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Peserta didik akan mengalami kesulitan mempelajari pengurangan jika materi penjumlahan belum dipelajari. Peserta didik akan mengalami kesulitan melakukan pembagian jika materi perkalian belum dipelajari.
Materi Pelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural dan hierarkis.


1. Pendekatan prosedural.
Urutan Materi Pelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah: dalam menelpon, dalam mengoperasikan peralatan  kamera video, cara menginstalasi program computer, dan sebagainya.
Contoh : Urutan Prosedural  (tatacara)
Pada mata pelajaran Biologi, peserta didik harus mencapai kompetensi dasar ” Menjelaskan hubungan gen (DNA)-RNA-polipeptida dan proses sintesisprotein”.  Agar peserta didik berhasil mencapainya, harus melakukan langkah-langkah berurutan mulai dari cara hubungan DNA-RNA-polipeptida, transkripsi dan replikasi DNA, urutan proses sintesis protein. Prosedur tersebut dapat disajikan dalam Materi Pelajaran sebagaimana dalam tabel di bawah ini :
                   2. Pendekatan hierarkis
Urutan Materi Pelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
3.  Penentuan Sumber Belajar         
Berbagai sumber belajar dapat digunakan untuk mendukung  Materi Pelajaran  tertentu. Penentuan tersebut harus tetap mengacu pada setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Beberapa jenis sumber belajar antara lain:
1.            Buku
2.            laporan hasil penelitian
3.            jurnal (penerbitan hasil penelitian  dan pemikiran ilmiah)
4.            majalah ilmiah
5.            kajian pakar bidang studi
6.            karya profesional
7.            buku kurikulum
8.            terbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan
9.            situs-situs Internet
10.        multimedia (TV, Video, VCD, kaset audio, dsb)
11.        lingkungan (alam, sosial, seni budaya, teknik, industri)
12.        narasumber

Perlu diingat bahwa tidaklah tepat jika seorang guru hanya bergantung pada satu jenis sumber sebagai satu-satunya sumber belajar. Sumber Belajar adalah rujukan, artinya dari berbagai sumber belajar tersebut seorang guru harus melakukan analisis dan mengumpulkan materi yang sesuai untuk dikembangkan dalam bentuk bahan ajar. Di samping itu, kegiatan pembelajaran  bukanlah usaha mengkhatamkan (menyelesaikan) keseluruhan isi suatu buku, tetapi membantu peserta didik mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan sumber belajar maupun Bahan Ajar secara bervariasi, untuk pengembangan bahan ajar dapat berpedoman dengan panduan pengembangan bahan ajar yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMA.

·      Analisis Materi Pelajaran
Analisis Materi Pelajaran adalah kegiatan pemilihan materi esensial dari keselulruhan materi suatu pelajaran yang merupakan materi pelajaran minimal yang harus dikuasai dan dimiliki dalam proses pelajarannya. Materi pelajartan yang esensial itu mencakup tentang konsep kunci keilmuwan, tema-tema utama, dan nilai-nilai dasar yang memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut :
o   Universal, konsep kunci keilmuwan itu memiliki tingkat generalisasi yang tinggi
o   Adaptf, artinya dapat memberikan kemampuan kepada siswa untuk mengadaptasi perubahan dan perkembangan pengetahuan dan teknologi
o   Transferable, artinya konsep-konsep yang ada dalam pokok-pokok bahasan tersebut dapat dimanfaatkan atau digunakan bagi pemecahan masalah dalam berbagai pihak
o   Aplikatif, memungkinkan untuk diterapkan atau diaplikasikan secara luas pada berbagai bidang keilmuwan dan teknologi
o   Meaningful, artinya layak bermakna dan bermanfaat untuk diketahui dan dan dikuasi oleh siswa

·      Kaitan Tujuan Dengan Materi Pelajaran
Dalam konteks pendidikan, tujuan merupakan persoalan tentang misi dan visi suatu lembaga pendidikan. Artinya, tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga, dan sebagai arah yang harus dijadikan rujukan dalam proses pembelajaran. Komponen ini memiliki fungsi yang sangat penting dalam sistem pembelajaran. Kalau diibaratkan, tujuan pembelajaran adalah jantungnya, dan suatu proses pembelajaran terjadi manakala terdapat tujuan yang harus dicapai.
Tujuan pembelajaran membantu dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat membantu guru dalam menentukan materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, alat, media dan sumber belajar, serta dalam menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa.

·      Kaitan Evaluasi Dengan Materi Pelajaran
Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh apakah perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik.
Kaitannya dengan materi pelajaran, dalam evaluasi pembelajaran itu terdapat evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada evaluasi karakteristik peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakteristik dan kesiapan tutor, kurikulum dan Materi Pelajaran, strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran, serta keadaan lingkungan dimana pembelajaran berlangsung.

2.3       Kegiatan Proses Belajar Mengajar
Kegiatan Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu perwujudan proses belajar mengajar dapat terjadi dalam berbagai model. Bruce Joyce dan Marshal Weil mengemukakan 22 model mengajar yang di kelompokan ke dalam 4 ha, yaitu : Proses informasi, perkembangan pribadi, interaksi sosial dan modifikasi tingkah laku ( Joyce & Weil, Models of Teaching, 1980 )
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.
Proses belajar mengajar memeiliki makna dan pengertian yang lebih luas daripada pengertian mengajar semata. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya suatu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang.

2.3.1 Ciri – ciri kegiatan belajar mengajar
Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi sebagai berikut:
1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud kegiatan belajar mengajar itu sadar akan tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian. Anak didik mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
2. Ada suatu prosedur (jalanya interaksi) yang direncanakan, di desain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur, atau langkah-langkah sistematik dan relevan. Untuk mencaapi suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan membutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula. Sebagai contoh, misalnya tujuan  pembelajaran agar anak didik dapat menunjukkan letak kota NEW yoRK tentu kegiatannya tidak cocok kalau anak didik disuruh membaca dalam hati, dan begitu seterusnya.
3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan suatu penggarapan materi yan khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sedimikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen yang lain, apabila kompenen anak didik yang merupakan sentral. Materi harus sudah didesain dan disiapkan sebelum berlangsungnya keiatan belajar mengajar.
4. Ditandai dengan aktifitas anak didik. Sebagai konsekuensi , bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara mental, aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA. Jadi, tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar mengajar, kalau anak didik hanya pasif. Karena nak didiklah yang belajar, maka merekalah yang harus melakukanya.
5. Dalam kegiatan belajar megajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya sebaai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses belajar mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Guru (akan lebih baik bersama anak didik) sebagai designer akan memimpin terjadinya interaksi.
6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin. Disipli dalam kegiatan belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pula tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar. Mekanisme konkret dari ketaatan pada ketentuan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi, langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.
7. Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah harus tercapai.
8. Evaluasi. Dari seluruh kegiatan diatas, masalah evaluasi bagian penting yang tidak bisa diabaikan, setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujusn pengajaran yang telah ditentukan.

  2.3.2  Komponen – komponen Belajar Mengajar
Sebagai suatu sistem tentu saja kehiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi.

            1.   Tujuan
                        Tujuan adalah  suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaansuatu kegiatan. Tidak adasuatu kegiatan yang diprogaramkan tanpa tujuan, karena hal ini adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akn dibawa.
Dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan adalah suatu cita-cita yang dicapai dalam kegiatanya. Kegiatan belajar mengajar tidak bisa dibawa sesuka hati, kecuali untuk mencapai tujuan yng telah ditetapkan.
Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yangbernilai normatif. Dengan perkataan lain, dalam tujuan terdpat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik. Nilai-nilai itu nanti yang akan mewarnai cara anak didik bersikap dan berbuat dlam lingkungan sosialnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Tujuan adalah komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran yang lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajr mengajar, pemilihan metode, alat sumber, dan alat evaluasi. Semua komponen itu harus bersesuaian dan didayagunakan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefisien mungkin. Bila salah satu kmponen tidak sesuai dengan tujuan, maka pelaksanaan kegiatan  belajar mengajar tidak akan dapat mencaapi  tujuan yang telah ditetapkan.
Ny.Dr.Roestiyah, N.K. (1989 :44) mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. Suatu tujuan pengajaran mengatakan suatu hasil yang kita harappkan dari pengajaran itu dan bukan sekadar suatu proses dari pengajaran itu sendiari.

2.      Bahan pelajaran
                        Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang kan disampaikan pada anak didik. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini, iaknipenguasaan bahan pelajaran pokok dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan propesinya (disalam mengajar disiplin keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seoran guru agar dalam belajar mengajar dapat menunjang penyampaiaan bahan pelajaran pokok.
                        Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. (sudirman, N.K, 1991; 203). Bahan belajarmenuurt Dr. Suharsimi Arikunto (1990) merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. Karena itu, guru khususnya atau pengembang kurikulum umumnya, tidak bolehlupa harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan yang topiknya tertera dalam silabi berkaitan dengan kebutuhan anak didik pada usia tertentu dan dalam lingkungan tertentu pula minat anak didik akan bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai denagn kebutuhan anak didik. Maslow berkeyakinan bahwa minat seseoarang akan muncul bila sesuatu itu terkait dengan kebutuhannya. (Sadirman, A.M, 1988;81). Jadi, bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik akn meotivasi anak didik dalam jangka waktu tertentu.
Dengan demikian, bahan pelajaran mrupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengajaran, sebab bahan adalh inti dalam proses belajar mengajar yan akan disampaikan kepada anak didik.

            3.      Kegiatan belajar mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti keiatan dalam pendidikan. Seala sesuatu yang sudah diprogaramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar menagjar akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan  belajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual anak didik, yaitu pada aspek biologis, inter=lektual, dan psikolois. Kerangka berpikir demikian dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan kepada setiap anak didik secara individual. Anak didik sebagi individu memiliki perbedaan dalam hal sebagimana disebutkan diatas. Pemahaman terhadap ketiga aspek tersebut akan merapatkan mastery learning dalam mengajar. Mastery learning adalah salah satu strategi belajar mengajar pendekatan individual (Drs. Muhammad Ali, 1992: 94). Mastery learning adalah kegiatan yang meliputi dua kegiatan, yaitu program pengayaan dan program perbaikan (Dr. Suharsimi Arikunto, 1988; 31). Dalam kegiatan belajar mengajar, guru akan menemui bahwa anak didiknya sebagian ada yang dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas (mastery). Kenyataan tersebut merupakan persoalan yang perlu diatasi dengan segera, dan mastery learning-lah sebagai jawabannya.
Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar yang bagaimana pun, juga ditentukan dari baik atau tidaknya program pengajaran yang teklh dilakukan; dan akan berpengaruh tujuan yang akan tercapai.

4.    Metode
                        Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunannya yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satupun metode mangajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan (Syaiful Bahri Djamarah, 1991:72)
Pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya menguntungkan bila guru mengabaikan factor-faktor yang mempengaruhi penggunaanya. Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed., mengemukakan lima macam factor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut:
a.       Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya
b.       Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya
c.       Situasi yang berbagai-bagai keadaanya
d.      Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas dan kuantitasnya
e.       Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.


            5.   Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai pelengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan (Dr. Ahmad D. Marimba, 1989:51)
Alat dapat dibagai menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran. Yang dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dan sebagainya. Sedangkan alat bantu pengajaran adalah berupa glode, papan tulis, batu tulis, batu kapur, gambar, diagram, slide, video, dan sebagainya. Ahli lain membagi alat pendidikan dan penganjaran menjadi alat material nan nonmaterial.
Alat material termasuk alat bantu audiovisual di dalamnya. Penggunaan alat bantu audiovisual dalam proses belajar mengajar sangat didukung oleh Dwyer (1967), salah satru tokoh aliran Realisme. Aliran realism berasumsi bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika digunakan bahan-bahan audiovisual yang mendekati realitas. Menurut Miller, ddk. (1957), lebih banyak sifat bahan audiovisual yang menyerupai realisasi, makin mudah terjadi belajar. Karenanya, ada kecenderungan dari pihak guru untuk memberikan bahan pelajaran sebanyak mungkin dengan memberikan penjelasan yang mendekati realisasi kehidupan dan pengalaman anak didik.
Sebagai alat bantu dalam pendidikan dan pengajaran, alat material (audiovisual) mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi
b. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian
c. Kemampuan untuk meningkatkan transper (pengalihan) belajar
d.Kemampuan untuk memberikan penguatan (rein forcement) atau pengetahuan hasil yang dicapai
e. Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan).


6.      Sumber pelajaran
Belajar mengajar, telah diketahui, bukanlah berproses dalam kehampaan, tetapi berproses dalam kemaknaan, didalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi telambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam proses belajar mengajar.
Yang dimaksud dengan sumber-sumber bahandan belajar adalah sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang (Drs. Udin Saripuddin Winataputra, M.A. dan Drs. Rustana Ardiwinata, 1991:165). Sumber belajar merupakan bahan/ materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar. Sebab pada hakikatnya belajar adalah untuk mendapatkan hal-hal baru (perubahan).
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana: di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainya. (Drs. Sudirman N. ddk., 1991:203).

Ny. Dr. Roestiyah, N.K. (1989:53) mengatakan bahwa sumber-sumber belajar itu adalah:
a.      Manusia ( dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat).
b.      Buku/perpustakaan.
c.      Mass media (majalah, surat kabar, radio, tv, dan lain-lain)
d.      Dalam lingkungan
e.      Alat pengajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset, tape, papan tulis, kapur, spidol, dan lain-lain).
f.       Museum ( tempat penyimpanan benda-benda kuno)

Drs. Sudirman N,ddk. (1991:203) mengemukakan macam-macam sumber belajar sebagai berikut:
a.       Manusia (people)
b.      Bahan (materials)
c.       Lingkungan (setting)
d.      Alat dan perlengkapan (tool and equipment)
e.       Aktivitas (activities)
1.      Pengajaran berprogram
2.      Simulasi
3.      Karyawisata
4.      System pengajaran modul.

Aktivitas sebagai sumber belajar biasanya meliputi:
-     Tujuan khusus yang harus dicapai oleh siswa
-     Materi (bahan pelajaran) yang harus dipelajari
-    Aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa utuk mencapai tujuan
      pengajaran.

Drs. Udin Saripuddin Winataputra, M.A. dan Drs. Rustana Ardiwinata (1991 :165) berpendapat bahwa terdapat sekurang-kurangnya lima macam sumber belajar, yaitu:
a.       Manusia
b.      Buku/perpustakaan
c.       Media massa
d.      Alam lingkungan
1.      Alam lingkungan terbuka
2.      Alam lingkungan sejarah atau peninggalan sejarah
3.      Alam lingkungan manusia.
e.       Media pendidikan.

7.      Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris, yaitu evaluation. Dalam buku Essentials of  Educational Evaluation karangan Edwin Wand dan Gerald W. Brown.dikatakan bahwa Evaluation refer to the act or prosess to determining the value of something. Jadi, menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sesuai dengan pendapat di atas, maka menurut Wayan Nurkancana dan P.P.N Sumartana, (1983:1) evaluasi pendidikan dapt diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sebagai sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala yang sesuatu yang  ada hubunganya dengan dunia pendidikan.

Berbeda dengan pendapat tersebut, Ny. Drs. Roestiyah N.K.(1989:85) mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.L. Pasaribu dan Simanjuntak menegaskan bahwa:
a.      Tujuan umum dari evaluasi adalah:
1.      Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
2.      Memungkinkan pendidikan/guru menilai aktivitas/ pengalaman yang didapat.
3.      Menilai metode mengajar yang dipergunakan.

b.      Tujuan khusus dari evaluasi adalah:
1.      Merangsang kegiatan siswa
2.      Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
3.     Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan
4.     Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan
5.     Untuk memperbaiki mutu pelajaran/carabelajar dan metode mengajar. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991:189).

Dalam tujuan-tujuan yang dikemukakan tersebut, maka pelaksanaan evaluasi mempunyai menfaat yang sangat besar. Manfaat itu dapat ditinjau dari pelaksanaannya dan ketika akan memprogramkan serta melaksanakan proses belajar mengajar di masa mendatang (H. Muhammad Ali, 1992:113).
Dari tujuan itu juga dapat dipahami bahwa pelaksanaan evaluai diarahkan kepada evaluasi proses dan evaluasi produk (W.S. Winkel, 1989:318). Evaluasi proses dimaksud adalah suatu evaluasi yang diarahkan untuk menilai bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar yang telah dilakukan mencapai tujuan, apakah dalam proses itu ditemui kendala, dan bagaimana kerja sama setiap komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran. Evaluasi produk dimaksud, adalah suatu evaluasi yang diarahkan kepada bagaimana hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa, dan bagaimana penguasaan siswa terhadap bahan/materi pelajaran yang telah guru berikan ketika proses belajr mengajar berlangsung.

Ketika evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi menjadi fungsi sebagai berikut:
a.       Untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta mengadakan perbaikin program bagi murid.
b.      Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid. Antara lain dipergunakan dalam rangka pemberian laporan kemajuan belajar murid kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas, serta penentuan lulus tidaknya seseorang murid.
c.       Untuk menentukan murid didalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan ( dan karakteristik lainya) yang dimiliki oleh murid.
d.      Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan) murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991:189).

2.4       Macam – macam Metode Pembelajaran

Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting adalah performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
Tiap-tiap kelas bisa kemungkinan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dengan kelas lain. Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran. Disini saya akan memaparkan beberapa metode pembelajaran menurut Ns. Roymond H. Simamora, M.Kep yang dapat kita digunakan.

Macam-Macam Metode pembelajaran :
1. Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.

2. Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.

3. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.

Kelebihan Metode Demonstrasi :
a.                   Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b.                   Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c.                   Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.

Kelemahan metode Demonstrasi :
a.                   Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
b.                   Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
c.                   Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.

4. Metode Ceramah Plus
Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu:
a.       Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
b.      Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c.       Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)

5. Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan Metode Resitasi adalah :
a.                   Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b.                   Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung jawab dan mandiri.
Kelemahan Metode Resitasi adalah :
a.                   Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b.                   Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c.                   Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.

6. Metode Eksperimental

Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya.

7. Metode Study Tour (Karya wisata)

Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.

8. Metode Latihan Keterampilan

Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.

9. Metode Pengajaran Beregu

Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya,setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.

10. Peer Theaching Method

Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.

11. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanyasekadar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebabdalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan.
Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir danmenggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan olehsiswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencobamengeluarkan pendapatnya.

12. Project Method

Project Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.





13. Taileren Method

Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian,misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentusaja berkaitan dengan masalahnya

14.Metode Global (ganze method)

Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisaridari materi tersebut.

15.Metode SAS

Menurut Supriyadi (1996) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita yang disertai dengan gambar, yang didalamnya terkandung unsur struktur analitik sintetik. Metode SAS menurut Djauzak (1996) adalah suatu metode pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampilkan cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa.










BAB III
PEMBAHASAN

3.1       Kasus
Pak Insan Kamil mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas II SD Suaka Maju. Topik yang diajarkan adalah Membaca Permulaan. Metode yang digunakan adalah metode SAS. Selama plajaran berlangsung siswa dilatih membaca dengan langkah-langkah yang dianjurkan dalam metode SAS. Akan tetapi para siswa membaca tujuh langkah membaca permulaan yang disarankan metode SAS tampak seperti menghafal unsur-unsur kalimat tersebut. Akibatnya, hasil pembelajaran membaca permulaan tidak seperti yang diharapkan. Para siswa mampu membaca (membunyikan) tetapi tidak mampu menunjuk unsur kalimat yang dibaca pada waktu membacanya.
1.      Selama pelajaran berlangsung siswa Pak Insan Kamil kurang mampu menunjuk unsur kalimat yang dibaca pada waktu pembacaan berlangsung
2.      Evaluasi hasil belajar siswa yang dilakukan Pak Insan Kamil menunjukkan bahwa 25 % siswa mendapatkan nilai kurang baik; siswa belum mampu membaca unsur kalimat dengan tepat
Dari kasus itu dapat diketahui bahwa para siswa SD kelas II yang Pak Insan Kamil bina dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menunjukan bahwa ada sebagian siswa yang mendapatkan masalah. Masalah itu adalah sebagian siswa belum mampu membaca dengan penunjukan yang benar anatara yang dibaca dengan penunjuknya, sehingga dari evaluasi yang dilakukan ditemukan siswa yang hasil belajarnya kurang mencapai 25%. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah :
1.        Mengapa sebagian siswa Pak Insan Kamil kurang mampu membaca dengan penunjukan unsur yang dibacanya secara tepat? Tindakan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi hal tersebut?
2.        Bagaimana perbaikan pelaksanaan metode SAS harus dilakukan agar hasil belajar siswa menjadi lebih baik?
Sumber :

3.2       Penyelesaian Kasus
       Untuk menyelesaikan permasalahan kasus pembelajaran yang dilakukan Pak Ahmad tersebut perlu dilakukan langkah berikut.
  1. Siswa yang kurang mampu membaca dengan penunjukan yang tepat, seperti telah dijelaskan di atas, disebabkan pada saat latihan membaca siswa kurang mendapatkan perhatian ketepatan penunjuk dengan yang dibacanya. Tujuh langkah metode SAS yang dianjurkan tidak dilaksanakan guru secara benar. Para siswa waktu membaca seperti membaca kelimat biasa. Pada hal langkah (1) metode SAS kalimat dibaca sebagai kalimat, (2), kalimat dibaca berdasar unsur kata-katanya, (3) kalimat dibaca berdasar unsur suku katanya, (4) kalimat dibaca berdasar unsur fonem (huruf) nya, (5) kalimat dibaca berdasar unsur suku katanya, (6) kalimat dibaca berdasar unsur katanya, dan langkah (7) kalimat dibaca sebagai kalimat. Dengan langkah pembacaan seperti itu diharapkan pembelajaran membaca permulaan melibatkan siswa secara mental dalam bentuk proses struktural-analitis-sintetis (SAS).
  2. Untuk memperbaiki teknik pembelajaran membaca permulaan sebagaimana dijelaskan tersebut, guru harus melakukan beberapa perbaikan teknis penggunan metode SAS. Perbaikan teknik pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan beberapa kemungkinan sebagai berikut; (a) menerapkan secara tepat teknik pembacaan bahan ajar sebagaimana dianjurkan metode SAS, (b) menerapkan teknik pembacaan bahan ajar dengan metode SAS yang dimodifikasi, (c) memodifikasi tataan materi ajar yang memberi peluang siswa membaca lebih melibatkan mental psyche dalam metode SAS, atau yang lain. Dengan memodifikasi tataan materi ajar yang disajikan dengan model SAS itu diharapkan proses siswa ”membaca menghafal” itu dapat dieliminir.
            Pemanfaatan model metode SAS sebagaimana telah berlangsung selama ini ternyata ada kendala dalam pelaksanaan di lapangan. Meskipun kendala itu dapat diatasi, mengatasinya tidak mudah. Para guru akan kesulitan ”mempertahankan” dan ”menepatkan” model teknik SAS sebagaimana tuntutan SAS. Kemungkinan  (b) juga tidak dianjurkan (dipilih) karena momodifikasi teknik pembacaan model teknik SAS, masih cenderung memelesetkan guru kembali ke teknik model SAS yang selama ini mereka laksanakan. Oleh karena itu yang dianjurkan adalah model teknik ”memodifikasi bahan ajar SAS”.
            Model teknik SAS yang memodifikasi bahan ajar ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaannya para guru tidak ”terpeleset” dengan hanya mendrill bahan ajar yang mengakibatkan para siswa hanya menghafal, tanpa mampu membaca secara tepat. Salah satu alternatif yang diajukan dapat dipakai untuk menghindari tubian yang menjadikan anak terjebak dalam penghafalan adalah dengan menata ulang bahan ajar model teknik SAS.
             Caranya adalah, bahan ajar yang akan didrill-kan disusun sedemikian rupa variasinya sehingga tidak akan “terhafal” oleh siswa. Cara ini akan dapat “memaksa” siswa mengenali dan memahami bahan ajar tersebut, tanpa mengurangi kebermaknaan bahan ajar itu bagi kehidupan nyata sehari-hari si anak. Dengan demikian, anak diharapkan mendapatkan susunan kalimat yang mengandung makna positif, sekaligus mendapatkan peluang kebermaknaan bahan tubian sebagai sarana belajar membaca secara cepat, tepat, dan lancar.
            Untuk sementara penulis berpendapat model bahan ajar itu kita sebut saja dengan metode SAS yang diperbaiki. Ke depan, sarana tubian yang diharapkan dapat dilakukan anak SD kelas rendah dalam belajar membaca permulaan harus terdiri atas beberapa paket, mengingat jumlah huruf yang dipakai dalam bahasa Indonesia ada 28 (dua puluh delapan) huruf. Setiap paket diharapkan minimal mengandung 5 (lima) huruf, sehingga secara keseluruhan akan terdiri atas 6 (enam) paket. Namun karena keterbatasan waktu, sambil terus menunggu hasil pelaksanaan uji coba, untuk sementara disajikan salah satu paket model tubian yang sekaligus dipakai sebagai bahan pemerjelas paparan dalam makalah ini.

















BAB IV
PENUTUP

4.1       Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka kami menyimpulkan metode pembelajaran adalah cara, model, atau serangkaian bentuk kegiatan belajar yang diterapkan pendidik kepada anak didiknya guna meningkatkan motivasi belajar si terdidik guna tercapainya tujuan pengajaran.Dalam menggunakan metode pembelajaran ada beberapa prinsi-prinsip pembelajaran yaitu: Pembelajaran efektif menguatkan pembelajaran praktek dalam tindakan, Pembelajaran efektif mengintegrasikan komponen-komponen kurikulum inti, Pembelajaran efektif bersifat dinamis dan dapat mengbangkitkan kegairahan, Pembelajaran efektif merupakan perpaduan antara seni dan ilmu tengtang pengajaran, Pembelajaran efektif membutuhkan pemahaman komprehensif tentang siklus pembelajaran dan Pembelajaran efektif dapat menemukan ekspresi terbaiknay ketika guru berkolaborasi untuk mengembangkan, mengimplementasikan, dan menemukan bentuk praktek mengajar yang efektif.
Jenis – jenis metode pembelajaran yaitu metode ceramah, metode Tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas belajar (resitasi), metode demonstrasi dan eksperimen, metode kerja kelompok, metode sosiodrama, metode karyawisata, metode permainan simulasi, metode studi kasus, metode symposium, metode seminar, metode bermain peran (role playing), metode tutorial, metode deduktif, metode induktif, dan metode problem solving.
        Materi Pelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat Kegiatan Pembelajaran.
Jenis-jenis Materi Pelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut: Fakta, Konsep, Prinsip, Prosedur, dan Sikap atau Nilai. Prinsip-Prinsip Pengembangan Materi: Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan Materi Pelajaran adalah kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy). Langkah-langkah penentuan Materi Pelajaran: identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, identifikasi jenis-jenis Materi Pelajaran, penentuan cakupan Materi Pelajaran, urutan  materi  pembelajaran.
Analisis Materi Pelajaran adalah kegiatan pemilihan materi esensial dari keselulruhan materi suatu pelajaran yang merupakan materi pelajaran minimal yang harus dikuasai dan dimiliki dalam proses pelajarannya.
Tujuan pembelajaran membantu dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat membantu guru dalam menentukan materi pelajaran.
Evaluasi pembelajaran itu terdapat evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada evaluasi karakteristik peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakteristik dan kesiapan tutor, kurikulum dan Materi Pelajaran.
Inti proses pengajaran adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.
  Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya.
  Ciri-ciri belajar mengajar yaitu:
1.      Belajar mengajar memiliki tujuan
2.      Ada suatu prosedur
3.      Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan suatu penggarapan materi yang khusus.
4.      Ditandai dengan aktifitas anak didik
5.      Guru berperan sebagai pembimbing
6.      Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin
7.      Ada batas waktu
8.      Evaluasi.
  Yang komponen-komponen belajar mengajar yaitu:
1.      Tujuan
2.      Bahan pengajaran
3.      Kegiatan belajar mengajar
4.      Metode
5.      Alat
6.      Sumber pelajaran
7.      Evaluasi

4.2       Saran
Setelah memaparkan materi metode pembelajaran, maka kamimenyarankan bahwa sebelum melakukan kegiatan pembelajaran sebagai seorang pebelajar terlebih dahulu mencari dan mengkaji metode mana yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Adapun saran yang diberikan adalah para guru atau calon guru hendaklah jitu dan tepat dalam memilih media pembelajaran sehingga peserta didik dapat mempelajari dengan mudah.















DAFTAR PUSTAKA


Ginting. 2010. Belajar Pembelajaran. Bandung : Humaniora.

Hamzah, B. Uno. 2009. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang kreatif dan efektif. Jakarta : Bumi Aksara.





http://inspirasibelajar.wordpress.com/2011/03/19/pengertian-proses-belajar-mengajar








0 Response to "Makalah Pengelolaan Pembelajaran"

Posting Komentar

Termimakasih buat partisipasinya ya :)