Revolusi Industri
A. PENGERTIAN REVOLUSI INDUSTRI
Pengertian revolusi industri mengacu pada dua hal. Pertama, adalah
perubahan cepat dalam teknologi pembuatan barang-barang. Kedua, adalah
perubahan dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat dunia. Pada pengertian
pertama dapat dikatakan bahwa revolusi industry telah merubah proses dan cara
kerja manusia dalam menghasilkan suatu barang. Sebelumnya pembuatan
barang-barang dilakukan secara manual dengan hanya menggunakan tangan dan kaki
manusia, sedangkan pasca revolusi industry pembuatan barang-barang menggunakan
bantuan alat-alat mekanik dan otomatis. Pembuatan barang-barang yang pada
awalnya hanya mengandalkan kecepatan tangan dan kaki mengalami perubahan pasca
revolusi industri. Tenaga manusiahanya sedikit diperlukan karena proses
pengerjaan lebih banyak dilakukan oleh alat-alat yang bekerja secara otomatis
dan digerakkan oleh tenaga mesin. Hasilnya pun akan sangat berbeda. Secara
manual hanya dihasilkan barang dalam jumlah sedikit dan lama, sedangkan dengan
bantuan mesin, barangbarang yang dihasilkan pun akan lebih banyak dan prosesnya
cepat. Pengertian kedua yaitu perubahan dalam bidang sosial dan ekonomi
berkaitan dengan terjadinya perubahan yang besar dan cepat dari pola ekonomi
agraris menjadi pola ekonomi industri. Pada masa sebelum berkembangnya revolusi
industri, mata pencaharian yang umumnya berkembang di masyarakat adalah
pertanian. Tentu saja hal ini akan menghasilkan budaya masyarakat pertanian.
Pasca revolusi industri, mata pencaharian masyarakat semakin beragam dan lebih
banyak berada pada sektor industri. Kegiatan produksi yang dilakukan pada masa
sebelum dikenalnya revolusi industri lebih bersifat industri rumahan. Di Eropa
dikenal dengan istilah gilda yang merujuk pada suatu bengkel
kerja atau tempat usaha pembuatan barang-barang. Umumnya barang-barang yang
dibuat di gilda tersebut adalah alat-alat pertanian dan rumah
tangga. Setiap gildahanya membuat satu jenis barang saja, sehingga
dikenal berbagai macam gilda, misalnya gilda tas, gilda sepatu, gilda kursi,
dan sebagainya. Gilda baru akan bekerja bila ada
pemesanan dari masyarakat. Biasanya pemesannya adalah kelompok masyarakat kelas
atas, sebab harga-hargabarang yang dijual gilda sangat mahal
sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat banyak.
Istilah revolusi industri diperkenalkan untuk pertama kalinya
oleh FriedrichEngels dan Louis-Auguste Blanqui pada
pertengahan abad ke-19. Tidak jelas penanggalan secara pasti tentang kapan
dimulainya revolusi industri. Tetapi T.S. Ashton mencatat permulaan
revolusi industri terjadi kira-kira antara tahun 1760-1830. Revolusi ini
kemudian terus berkembang dan mengalami puncaknya pada pertengahan abad ke-19 ,
sekitar tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum
dengan perkembangan mesin tenaga-uap, rel, dan kemudian di akhir abad tersebut
berkembang mesin kombusi dalam serta mesin pembangkit tenaga listrik.
B. INGGRIS SEBAGAI NEGARA PELOPOR REVOLUSI INDUSTRI
Revolusi industri tidak terjadi secara tibatiba dan kebetulan,
melainkan melalui suatu proses yang cukup panjang yang akhirnya mengantarkan
pada terjadinya revolusi industri. Awal terjadinya revolusi industri ini adalah
di Inggris. Mengapa di Inggris? Untuk menjawab hal tersebut mari kita
perhatikan dengan seksama uraian berikut ini. Inggris memiliki kondisi-kondisi
yang memungkinkan untuk terjadinya revolusi Industri. Kondisi-kondisi tersebut
di antaranya sebagai berikut.
1. Revolusi agraria yang telah dijalankan sejak abad ke-16
Revolusi agraria merupakan suatu pondasi yang sangat penting
dibangun dalam menunjang berlangsungnya revolusi industri. Hal ini sudah
dijalankan oleh Inggris sejak abad ke-16. Sebab pada saat itu telah dilakukan
perubahan yang cepat dalam sistem penataan tanah pertanian. Dikembangkan system
pemagaran tanah (enclosured), yaitu berupa penertiban kepemilikan
tanahtanah pertanian di bawah penguasaan pemilik tanah yang berasal dari
golongan aristokrasi (bangsawan). Hal ini kemudian diikuti dengan pengembangan
metode baru dalam sistem pertanian yang mengarah pada intensifikasi. Teknologi
dalam pertanian dikembangkan dengan cara memperbaiki sistem irigasi dan
peningkatan mutu hasil pertanian melalui proses pemupukan. Dengan demikian,
hasil produksi semakin meningkat, baik secara kualitas maupun kantitas.
Revolusi agraria ini pada akhirnya mendorong munculnya pengusaha
pengusaha di bidang pertanian. Tanah-tanah yang dimiliki oleh golongan
aristocrat umumnya diolah dengan cara disewakan. Para petani penyewa tanah ini
memiliki sifat bekerja keras dan inovator di bidang teknologi pertanian,
sehingga mampu mengembangkan pertanian lebih baik lagi melalui proses
intensifikasi. Pada perkembangan berikutnya, golongan petani ini berubah
statusnya menjadi pengusaha pertanian yang mampu membuka kesempatan kerja bagi
golongan petani lainnya yang umumnya tidak lagi memiliki tanah garapan.
Pengusaha pertanian inilah yang akhirnya menjadi pelopor sistem ekonomi pasar
yang memiliki orientasi untuk mendapatkan keuntungan dengan cara meningkatkan
produksi dengan menggunakan tenaga kerja buruh tani.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi
Sejak abad ke-16, di Eropa telah terjadi revolusi keilmuan yang
muncul sebagai pengaruh dari terjadinya abad pencerahan (aufklarung).
Pada masa ini muncul para pemikir dan ilmuwan yang telah melahirkan pemikiran
dan temuan-temuan baru yang sangat berguna bagi peningkatan kehidupan manusia.
Hasil pemikiran para ilmuwan tersebut telah membuka cakrawala
baru untuk berpikir secara kritis dan ilmiah yang sebelumnya dibatasi oleh
dogma-dogma yang sebelumnya bersifat mistis dan menyesatkan. Para ilmuwan
tersebut di antaranyaGalileo Galilei, Francis Bacon, Rene Descartes, Nicolai Copernicus,
Johannes Keppler, Sir Isaac Newton, dan sebagainya. Silahkan kamu cari
hasil-hasil pemikiran para ilmuwan di atas. Pencerahan dalam bidang ilmu
pengetahuan tersebut mendorong lahirnya para pemikir-pemikir baru yang berusaha
mengembangkan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Di Inggris
kondisi ini sangat memungkinkan dengan terbentuknya lembaga riset seperti The
Royal for Improving NaturalKnowledge serta The Royal Society
of England. Lembaga riset ini merupakan wadah bagi para ilmuwan dan
peneliti untuk dapat menghasilkan penemuanpenemuan baru yang akan digunakan
untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Melalui lembaga riset tersebut, pada
akhirnya di Inggris dapat dihasilkan alat-alat teknologi baru yang menunjang
perindustrian. Mesin pintal yang ditemukan oleh James Hargreaves pada
tahun 1795 serta model mesin pintal lain yang ditemukan oleh Richard
Arkwrightpada tahun 1769 mampu meningkatkan produksi tekstil lebih banyak
bila dibandingkan dengan penggunaan teknologi secara manual. Apalagi setelah
teknologi mesin pintal tersebut semakin mendapat penyempurnaan oleh Edmund
Cartwright(1785) dan Samuel Crompton (1790)
menjadikan mesin pintal yang sepenuhnya digerakkan oleh tenaga mesin itu dapat
menghasilkan produk tekstil lebih banyak lagi. Penemuan paling revolusioner
pada saat itu adalah mesin uap yang dikembangkan olehJames Watt pada
tahun 1796. Penemuan mesin uap ini pada akhirnya mendorong peningkatan hasil
industri lebih banyak lagi dan mendorong pengembangan temuan-temuan lainnya
untuk menunjang industri. Hasil penemuan Watt ini kemudian digunakan oleh
sebagian besar industri baru di bidang tekstil, pengolahan gula serta
pengolahan gandum. Mesin uap hasil penemuan James Watt Pengembangan mesin uap
memiliki peran sangat besar bagi dimulainya revolusi industri di Britania Raya.
Revolusi industri di Inggris mengalami percepatan pada awal abad
ke-19 setelah ditemukannya teknologi baru dalam bidang transportasi darat.
Penemuan tersebut berupa lokomotif yang dihasilkan oleh seorang penemu yang
bernamaGeorge Stephenson pada tahun 1825. Segera penemuan ini
diwujudkan dengan membangun jaringan kereta api pertama yang menghubungkan
antara Kota Liverpool dan Manchester pada tahun 1830. Penemuan ini sangat
berarti bagi peningkatan industri Inggris, terutama percepatan
pendistribusian barang-barang hasil industri. Sebelum ditemukannya lokomotif,
terdapat kesulitan dalam memasarkan hasil industri karena tidak tersedianya
angkutan yang cukup memadai, sehingga proses pendistribusian menjadi lambat.
Dengan ditemukannya lokomotif, kemudian dapat dibangun jaringan transportasi
darat berupa jalur kereta api, sehingga lebih mempercepat proses pemasaran
hasil industri. Adapun yang menarik adalah bahwa terdapat suatu kerja sama yang
cukup baik antara para pengusaha dan para penemu (inovator), sehingga
memperlancar dan mempercepat proses revolusi industri. Hasil-hasil penemuan
dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk membangun industri dengan menggunakan
mesin-mesin hasil penemuan tersebut sebagai alat produksi yang sangat penting
dalam sistem industri tersebut. Bahkan ada beberapa dari penemu tersebut yang
kemudian berkembang menjadi pengusaha di mana setelah dia berhasil menciptakan
suatu mesin maka kemudian dia mendirikan suatu industri dengan memanfaatkan
mesin hasil temuannya tersebut. Golongan pengusaha inilah yang pada
perkembangan berikutnya berkembang menjadi kaum kapitalis.
3. Struktur masyarakat terbuka yang berorientasi pada
perdagangan
Struktur masyarakat Inggris pada saat itu menciptakan suatu
kondisi yang mendukung bagi berlangsungnya revolusi industri. Golongan
aristrokrasi memiliki pandangan yang lebih maju dan terbuka, sehingga
memungkinkan mereka lebih berorientasi pada perdagangan. Sementara itu,
komposisi masyarakat golongan menengah di Inggris lebih banyak bila
dibandingkan dengan negara Eropa lainnya. Hal ini menciptakan suatu kondisi
masyarakat yang lebih terbuka dan siap dalam menerima perubahan-perubahan.
4. Stabilitas politik yang mantap
Dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya, Inggris
memiliki kestabilan politik yang lebih mantap. Di negara-negara Eropa lainnya
pada waktu yang sama terjadi pergolakan politik dengan terjadinya revolusi yang
menumbangkan kekuasaan pemerintah lama. Kondisi demikian, tidak terjadi di
Inggris. Pemerintahan monarki mampu menyesuaikan diri dengan tuntutantuntutan
perubahan masyarakat dengan cara membangun suatu pemerintahan monarki
parlementer. Hal ini dapat membendung gejolak perubahan dalam masyarakat,
sehingga Inggris mampu untuk menciptakan kondisi politik dalam negeri yang
cukup stabil. Kondisi inilah yang akan sangat menunjang bagi berlangsungnya
revolusi industri.
5. Kekayaan sumber alam yang dimiliki oleh Inggris
Inggris memiliki sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh
proses industri. Bahan tambang seperti batu bara serta bijih besi sangat
diperlukan dalam proses industri pada saat itu. Bahan-bahan tambang tersebut
dimilikioleh Inggris. Dengan demikian, dapat memudahkan berlangsungnya revolusi
industri.
6. Berkembangnya paham ekonomi liberal
Berkembangnya paham liberal sejak abad pencerahan memberikan
dampak bagi berkembangnya paham ekonomi liberal. Salah seorang pengembang paham
ini adalah Adam Smith (1723-1790) yang mengembangkan pemikiran
tentang perlunya dibangun konsep laissez-faire di dalam sistem
perekonomian. Konsep ini menginginkan tidak adanya campur tangan yang besar
dari pemerintah, ekonomi dengan sendirinya akan dibangun oleh pasar bebas.
Paham ini mendorong bagi lahirnya para pengusaha-pengusaha yang menginginkan
adanya kebebasan
di bidang ekonomi.
7. Luasnya tanah jajahan yang dimiliki Inggris
Kondisi pendukung bagi kelancaran industrialisasi adalah
tersedianya bahan baku industri serta tersedianya daerah yang akan menampung
atau menggunakan hasil-hasil industri tersebut. Faktor-faktor ini dimiliki oleh
Inggris karena Inggris memiliki banyak tanah jajahan. Tanah jajahan tersebut
dijadikan oleh Inggris sebagai daerah yang akan menyediakan bahan baku industri
dan juga dijadikan daerah pemasaran hasil industri. Selain itu, Inggris juga
memiliki koloni-koloni di benua Amerika dan Australia. Koloni-koloni tersebut
masih berhubungan erat dengan Inggris, termasuk dalam hal perdagangan. Selama
ini Inggris telah melakukan kegiatan ekspor-impor yang cukup besar dengan
koloni-koloninya tersebut. Para koloni masih banyak yang menggantungkan pada
barang-barang hasil industri Inggris. Kondisi ini menjadi pemicu dan pendukung
bagi berlangsungnya revolusi industri. Untuk memenuhi permintaan para koloni
maka Inggris perlu menghasilkan barang lebih cepat dan lebih banyak. Dengan
demikian, revolusi industri dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu,
Inggris dapat menjalankan revolusi industri dengan dukungan tersedianya bahan
baku industri serta daerah pemasaran yang diberikan oleh tanah jajahan serta
koloni-koloni yang
dimiliki oleh Inggris.
B. PENGARUH REVOLUSI INDUSTRI TERHADAP
INDONESIA
1. Proses
Industrialisasi Pada Masa Kolonial
Berkembangnya sistem liberal dan terbukanya Indonesia
dari para penguasa swasta dan para pemilik modal, menyebabkan Indonesia
dijadikan tempat berkembangnya berbagai bentuk usaha untuk memperoleh
keuntungan dalam jumlah yang besar. Terlebih lagi tujuan dilaksanakannya
politik liberal di Indonesia adalah untuk memajukan usaha swasta. Untuk
mencapai tujuan itu ditempuh beberapa cara yaitu:
o Menghapuskan sistem tanam paksa dan perbudakan.
o Memperluas penanaman modal pengusaha swasta Belanda.
o Mengeluarkan undang-undang Agraria tahun 1870.
Dengan keluarnya Undang-undang agraria tahun
1870 ditetapkan bahwa perusahaan perkebunan dapat melakukan penyewaan tanah
dengan jangka waktu mencapai 75 tahun. Aturan lainnya adalah penduduk dilarang
menjual tanahnya kepada orang asing. Undang-undang tersebut telah menarik
pengusaha-pengusaha asing ke Indonesia. Sehingga perusaan-perusaan perkebunan
semakin banyak mengembangkan usahanya di Indonesia seperti perkebunan tebu di
Jawa Timur dan Jawa Tengah, perkebunan tembakau di daerah Surakarta,
Yogyakarta, Jawa Timur, dan juga di daerah Deli Serdang (Sumatera Utara),
perkebunan teh di Jawa Barat, perkebunan karet di Sumatera Utara, Jambi dan
Palembang, perkebunan kina di Jawa Barat serta perkebunan kelapa sawit di
daerah Sumatera Utara.
Perkebunan-perkebunan
besar itu memproduksi hasil-hasil perkebunan dalam jumlah yang sangat besar.
Untuk mengolah hasil perkebunan itu, pada pusat-pusat perkebunan didatangkan
mesin-mesin industrI dan didirikan pabrik-pabrik yang digunakan untuk mengolah
hasil-hasil perkebunan menjadi barang yang siap dikonsumsi. Barang-barang yang
siap dikonsumsi itulah yang kemudian dikirim ke Eropa untuk dipasarkan.
Proses
industrialisasi pada pusat-pusat perkebunan itu sangat besar manfaatnya dalam
kegiatan perekonomiaan dari pemerintahan kolonial Belanda dI Indonesia maupun
bagi bangsa Indonesia. Dalam kegiatan perindustrian itu, para pengusaha
perkebunan memperoleh tenaga perkebunan atau tenaga industrI dari rakyat denagn
sistem bayar upah. Sedangkan bagi bangsa Indonesia mulai diperkenalkan
teknologi maju berupa mesin-mesin industri. Namun dalam pelaksanaan kegiatan
industri ini, rakyat Indonesia tetap saja menjadi korban. Sistem upah yang
diberlakukan para pengusaha kurang sesuai dengan prinsip keadilan. Para
pengusaha dengan sesuka hatinya memberikan upah-upah kepada para pekerja. Upah
yang diterima oleh masyarakat jauh dari jangkauan mencukupi. Para pekerja juga
tidak dapat mengelak dari kenyataan itu karena para pekerja itu merupakan
pekerja-pekerja yang telah dikontrak oleh suatu pengusaha perkebunan. Para
pekerja tidak dapat lari dari pekerjaannya meski menerima upah yang rendah,
karena para pekerja akan dikenakan sanksi (poenale sanctie).
Walaupun
kenyataan kehidupan masyarakat Indonesia semakin menderita akibat
perkembangannya perkebunan-perkebunan besar di Indonesia, namun para pengusaha
ataupun pemilik perkebunan itu telah berhasil memperkenalkan teknologi modern
kepada rakyat Indonesia. Teknologi modern itu berupa perangkat-perangkat mesin
industry untuk mengolah hasil-hasil perkebunan seperti pabrik gula, pabrik
rokok, pabrik teh, pabrik kina, pabrik karet, pabrik minyak.
Dengan
potensi kekayaan alam Indonesia yang besar, para pengusaha swasta juga
menanamkan modalnya pada industri-industri pertambangan minyak bumi di daerah
Plaju dan Sungai Gerong (Sumatera Utara), Bunyu dan Tarakan (Kalimantan Timur).
Industry pertambangan batubara di daerah Ombilin (Sumatera Barat), industry
pertambangan timah di Pulau Bangka, Belitung, dan Singkep juga ikut berkembang.
Selain
pembangunan pusat-pusat perkebunan, pusat-pusat perindustrian maupun
pusat-pusat pertambangan, dan juga dibangun sarana-sarana perhubungan dari
pusat-pusat perkebunan, industri maupun industri pertambangan sampai
Bandar-bandar maupun pelabuhan-pelabuhan untuk menunjang kelancaran aktivitas
ekonomi. Oleh karena itu, baik di Pulau Jawa maupun di Pulau Sumatera dibangun
sarana-sarana perhubungan seperti jalan raya, jalan kereta api,
jembatan-jembatan, pelabuhan-pelabuhan baru, dan sarana perhubungan lainnya.
Untuk pengangkutan hasil-hasil bumi dan industri di Indonesia ke Eropa dibangun
armada pelayaran yang kuat dan tangguh, sehingga dapat menjaga dan menciptakan
keamanan dalam berbagai aktivitas
kehidupan masyarakat padamasa itu.
2. Transportasi
dalam Aktivitas Perdagangan dan Integrasi Ekonomi
Dengan dibukanya perkebunan-perkebunan diwilayah
Indonesia diikuti pula dengan pembangunan sarana trasportasi dari pusat-pusat
perkebunan menuju ke Bandar-bandar perdagangan atau pelabuhan-pelabuhan.
Pembangunan jalan-jalan itu juga memberikan keuntungan kepada bangsa Indonesia,
sehingga bangsa Indonesia juga ada yang terjun dalam ekonomi perdagangan.
Selain pembanguna transportasi darat, pemerintah
kolonial Belanda juga membangun transportasi laut, untuk menghubungkan satu
pulau dengan pulau lainnya di wilayah Indonesia. Seperti transportasi laut yang
dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda dari kepulauan Maluku ke wilayah
Indonesia bagian barat. Pada masa itu pemerintah kolonial Belanda memiliki
pusat perdagangan di Ambon dan Batavia. Ambon menjadi pusat perdagangan
pemerintahan kolonial Belanda di daerah Indonesia bagian Timur, yaitu untuk
memperoleh rempah-rempah. Rempah-rempah yang diperoleh di kepulauan Maluku di
bawa ke Batavia dan selanjutnya dari Batavia dikirim ke negeri Belanda.
Transportasi darat dan laut menjadi sarana
perdagangan pemerintahan kolonial Belanda pada abad ke-19 yang sangat
penting untuk menunjang roda
perekonomian Belanda. Sarana transportasi itu sangat berkembang dengan pesat
yang memberikan sumbangan yang sangat besar bagi pemerintah kolonial Belanda.
Dilain pihak, Bangsa Indonesia mempergunakan sarana transportasi darat maupun
laut bukan sebagai pelaku dalam bidang perekonomian, tetapi sebagai tenaga
kerja paksa yang mengangkut hasil hasil perkebunan milik pemerintah kolonial
Belanda atau sebagai pengayuh yang menjalankan perahu-perahu milik pemerintah
kolonial Belanda. Kemajuan transportasi itu tidak pernah dirasakan dengan baik oleh
rakyat Indonesia.
Walaupun
demikian transportasi yang diusahakan oleh pemerintah kolonial Belanda baru
dapat dinikmati manfaatnya oleh rakyat Indonesia setelah Indonesia merdeka.
Jalan-jalan raya atau jalan-jalan kereta api yang di bangun Belanda sangat
besar manfaatnya setelah Indonesia merdeka. Demikian pula pelabuhan-pelabuhan
yang dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda karena
pelabuhan-pelabuhan itu menjadi salah satu sarana tempat penyeberangan dari
satu pulau ke pulau lainnya dalam segala aktivitas kehidupan masyarakat
Indonesia.
3. Pertumbuhan, Mobilitas, dan Persebaran Penduduk di
Berbagai Daerah.
Perkembangan sarana transportasi darat dan
laut membawa perubahan yang berarti dalam kehidupan rakyat Indonesia dan juga
pemerintahan kolonial Belanda. Alat pengangkutan hasil-hasil bumi dan tenaga
kerja semakin mudah. Kemajuan alat pengangkutan ini memicu pergerakan dan
perpindahan orang dan juga hasil bumi dari satu tempat ketempat lain semakin
terwujud. Dari sinilah kemudian timbul mobilitas sosial. Mulailah terjadi
persebaran penduduk yang didorong oleh adanya kebutuhan permintaan akan tenaga
kerja di suatu pulau. Penduduk tidak lagi hanya terkonsentrasi dipulau Jawa
atau Sumatera saja tetapi sudah mulai menyebar keberbagai daerah.
A) Mobilitas
Sosial
Kata “mobitas” berarti bergerak dari temapt yang satu
ke tempat yang lainnya, dan kata “sosial” menunjuk pada masyarakat. Jadi,
secara sederhana mobilitas soSial dapat diartikan sebagai pergerakan masyarakat
atau perpindahan masyarakat dari satu daerah ke daerah lainnya. Mobilitas
sosial pernah dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada masa pemerintahan
kolonial Belanda. Hal itu terjadi ketika dibukanya perkebunan-perkebunan besar
di wilayah Indonesia.
Perkembangan
perkebunan-perkebunan besar yang dibuka diwilayah Indonesia memberikan
keuntungan yang sangat besar kepada perusahaan-perusahaan swasta Belanda dan
pemerintah kolonial Belanda. Kekayaan bumi Indonesia berupa hasil-hasil
perkebunan dan industri pertambangan mengalir ke negeri Belanda sehingga negeri
Belanda menjadi pusat perdagangan hasil produksi dari tanah jajahan. Tetapi di
pihak lain, kesejahteraan hidup penduduk pribumi mengalami kemunduran sementara itu
pertumbuhan penduduk melampaui pertumbuhan jumlah bahan makanan. Bahkan krisis
yang dialami pihak perkebunan tahun 1885 telah membawa akibat buruk pada
penduduk, pemungutan uang sewa tanah, upah kerja di pabrik dan di perkebunan
menurun dengan drastis. Hasil usaha-usaha kerajinan menurun akibat banyaknya
barang-barang dari luar negeri yang di impor. Penghasilan pengangkutan gerobak
menurun setelah adanya jalan kereta api.
Sementara
itu, perkebunan-perkebunan swasta semakin bertambah banyak baik di
daerah-daerah Jawa maupun di luar daerah Jawa. Akibatnya timbul masalah
ketenagakerjaan. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja pada
perkebunan-perkebunan tersebut, pemerintah kolonial melakukan mobilitas sosial,
yaitu dengan mendatangkan para pekerja dari daerah-daerah lainnya ke
pusat-pusat perkebunan. Para pekerja itu dikontrak dalam jangka waktu tertentu
dan mereka disebut dengna para kuli kontrak. Praktik-praktik sistem kerja
kontrak itu telah membawa kehidupan yang lebih buruk bagi para pekerja,
ditambah lagi dengan tindakan-tindakan pemerasan dan penekanan-penekanan yang
dilakukan oleh para mandor dan pengusaha tersebut.
Kebijakan
pemerintah kolonial yang liberal telah banyak membawa perubahan dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Perubahan itu sangat terasa, yaitu dengan meresapnya
ekonomi uang dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan masyarakat pedesaan. Di
samping itu, kerja upahan yang diperkenalkan pada perkebunan-perkebunan dan
perusahaan-perusahaan menyebabkan banyak orang mulai mengantungkan kehidupannya
pada upah pekerjaan di perkebunan-perkebunan maupun perusahaan-perusahaan. Dampak
yang dirasakan adalah masyarakat pedesaan mulai meninggalkan pekerjaannya
sebagai petani dan kemudian mencari pekerjaan pada perusahaan-perusahaan
(pabrik-pabrik) maupun perkebunan-perkebunan sebagai buruh. Dengan demikian,
lahirlah golongan buruh di lingkungan penduduk Indonesia. Perkembangan itu
membawa pertumbuhan dan munculnya kota-kota baru di sekitar perusahaan maupun
perkebunan. Ini disebabkan karena adanya mobilitas social atau terjadinya
perpindahan penduduk dalam usaha untuk mendapatkan pekerjaan maupun membuka
usaha sendiri secara kecil-kecilan.
B) Perubahan
Demografi dan Mobilitas Sosial
Pelaksanann sistem tanam paksa pada masa pemerintahan
kolonial Belanda di Indonesia menyebabkan terjadinya perubahan demografi dan
proses mobilitas social di seluruh wilayah Indonesia. Tanah-tanah yang semula
merupakan tanah pertanian rakyat, selanjutnya menjadi tanah-tanah perkebunan
milik pemerintah yang ditanami tanaman yang laku dipasar Eropa. Juga tanah-tanah perkebunan pemerintahan
kolonial Belanda digarap oleh masyarakat pribumi secara paksa. Peralihan
kepemilikan tanah dari milik pribumi menjadi tanah pemerintah kolonial dan
penguasa swasta asing berdampak luas kepada penduduk pribumi yang sesungguhnya
merupakan pemilik sah tanah tersebut.
Pembukaan wilayah Indonesia menjadi tempat penanaman modal swasta asing
menjadikan semakin banyak bermunculan perkebunan-perkebunan besar swasta.
Keadaan ini mempengeruhi keadaan demografis dari wilayah Indonesia. Para
pengusaha perkebunan tersebut mengusahakan untuk menanam tanaman yang dapat
menguntungkannya. Bahkan perkebunan-perkebunan itu dijadikan sebagai tempat
tujuan untuk bekerja menambah upah. Akibat perkembangan yang pesat pada
perkebunan-perkebunan tersebut dan terjadi mobilitas sosial. Pada pusat-pusat perkebunan
itu muncul kota-kota yang berfungsi sebagai tempat perkembangan perekonomian
penduduk.
0 Response to "Revolusi Industri"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)