Konflik Yaman
Sejarah Konflik Yaman
Konflik bersenjata di Yaman yang semakin besar
adalah hasil dari gejolak sebelumnya yang terjadi selama bertahun-tahun.
Konflik ini jika dicari awal mulanya adalah dampak dari gelombang Arab
Spring. Gelombang Arab
Spring yang melanda
negara-negara Timur Tengah bermula dari ketidakpuasan warga negara-negara Arab
terhadap pemerintah mereka.
Gelombang Arab Spring dimulai sejak revolusi yang berlangsung dalam rangka
menggulingkan Ali Abdullah Saleh, rezim dictator 33 tahun di Yaman terhitung
sejak Abdullah Saleh memerintah Yaman Utara. [1]
Gelombang protes yang pertama pecah di Tunisia pada Desember 2010, kemudian
menyebar ke negara Arab lainnya.
Ali Abdullah Saleh memerintah sejak
tahun 1978, ketika belum bersatu dengan Yaman selatan. Tahun 1990, Yaman utara
dan Yaman selatan kemudian bersatu membentuk sebuah Negara baru yang bernama
Republik Yaman.[2] Ali Abdullan Saleh kemudia terpilih menjadi
presiden Republik Yaman pada tahun itu juga sekaligus menjadi presiden Republik
Yaman yang pertama.
Yaman merupakan salah satu peradaban
tertua di dunia dimana bangsa Romawi Kuno menyebut Yaman sebagai “Arabia Felix” atau Negara Arab paling
bahagia karena Yaman ditopang oleh kegiatan perdagangan yang besar dan
menghasilkan devisa yang sangat besar bagi Yaman.[3] Kaisar Agustus pernah melancarkan serangan
untuk merebut wilayah ini, namun gagal. Kerajaan Aksum dari Ethiopia berhasil
menaklukkan Yaman pada tahun 520. Pada tahun 570, Yaman berada dalam penguasaan
Parsia Sassanid.
Sedangkan pada abad ke-7, kekhalifahan
Islam mulai menguasai wilayah ini. Yaman termasuk salah satu negara berpenduduk
Islam nomer satu di dunia. Hampir semua penduduknya beragama Islam.
Orang-orang keturunan Arab di Indonesia
sebagian besarnya berasal dari Yaman. Yaman juga dikenal sebagai negeri
tempat menuntut ilmu agama Islam, tepatnya di kota Hadramaut. Dari kota
Hadramaut, dakwah Islam disyi'arkan ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Konflik Yaman
Konflik Yaman
Yaman bagian Utara memperoleh
kemerdekaannya pada tahun 1918 setelah lama di bawah kekuasaan “Khilafah” Turki
Utsmani. Setelah lepas dari “Khilafah”, Yaman Utara berdiri dengan nama:
Kerajaan Yaman, dengan Raja pertama Yahya Muhammad Hamid ed-Din.
Kerajaan Yaman dalam perjalanannya dikudeta
militer pada tahun 1962, sekaligus mengakhiri era Kerajaan Yaman & lahir
Republik Arab Yaman. Presiden Republik
Arab Yaman yang pertama saat itu adalah Abdullah As-Sallal. Abdullah menggulingkan raja sebelumnya
Muhammad Al-Badr, dimana Muhammad Al-Badr menduduki tahta baru seminggu setelah
ayahnya meninggal dunia. [4]
Pengikut setia Raja Yaman yg dikudeta
melawan dan mengakibatkan perang saudara antara faksi Kerajaan Yaman versus
faksi Republik Arab Yaman. Kerajaan Yaman didukung oleh Kerajaan Arab Saudi,
sedang Faksi Republik didukung oleh Uni Soviet. Perang Saudara akhirnya
berakhir, dan dimenangkan oleh faksi Republik di tahun 1970 dan mendapat
pengakuan oleh Kerajaan Arab Saudi. Sedangkan, Yaman Selatan merdeka dari jajahan Inggris
pada tahun 1967, dan mendirikan negara Republik Demokratik Rakyat Yaman.
Presiden Yaman Selatan pertama adalah
Qathan Muhammed al Shaabi.
Negara Yaman selatan satu2nya negara Arab
yang terpangaruh paham Marxis. Namun, seiring bangkrutnya negara-negara komunis
di dunia, Yaman Selatan akhirnya sepakat dgn Yaman Utara Reunifikasi secara
damai 1990.
Ali Abdullah Saleh menjadi ketua dewan
Presiden Yaman, dan tidak lama kemudian ia menjadi Presiden Yaman secara
mutlak. Pada tahun 1994, konflik
perang saudara menerpa Yaman, antara pemerintah Yaman dengan pengikut partai
sosialis di wilayah selatan Yaman. Konflik ini dipicu keinginan untuk
melepaskan diri dan membentuk kembali negara Yaman Selatan. Perang yang dikenal dengan sebutan “Perang Musim Panas
1994” ini pun berakhir setelah Pemerintah Yaman berhasil menguasai
keadaan. Setelah Yaman bagian selatan reda, Yaman kembali digoyang
pemberontakan di wilayah utara, di provinsi Sa'adah. Provinsi Sa'adah berbatasan langsung dengan Arab
Saudi. Pemberontakan ini dipimpin oleh kelompok Al-Houthi.
Kelompok Al Houthi ini sebenarnya ada
sejak tahun 1994, namun pada tahun 2004 mulai melakukan perlawanan total. Nama
Al Houthi di nisbatkan pada pemimpin mereka yang tewas dibunuh tentara Yaman,
bernama Hussein Badreddin Al-Houthi pada tahun 2004.
Awalnya kelompok ini menamakan diri
“As-Shabab Al-Mukminin” kelompok oposisi yang menentang invasi AS di Iraq dan
campur tangan AS di Yaman. Setelah pemimpin gerakan ini Hussein Badreddin Al
Houthi terbunuh, saudaranya yg bernama Abdul Malik Houthi menggantikan posisinya.
Ia mempopulerkan nama Al Houthi sebagai
nama gerakannya dan mengalami kemajuan perjuangan yang signifikan.
Gerilyawan Al Houthi mayoritas Muslim Zaidiyah (salah satu aliran dalam
Syi'ah), maka dianggap ancaman serius bagi Yaman dan Arab Saudi.
Untuk mengatasi Gerilyawan, Al Houthi Arab
Saudi bahkan menyuntikkan dana ke Yaman setiap tahun 2 Milyar USD. Dengan
target menjamin keamanan wilayah perbatasan Arab Saudi - Yaman. Arab Saudi
khawatir pemberontakan itu merembet ke wilayahnya.
Yaman dan Arab Saudi juga menuding ada
peran Iran di balik pemberontakan Al Houthi, bahwa senjata Al Houthi itu
disuplai Iran. Parahnya, Pemerintah Yaman mempersenjatai suku-suku membentuk
milisi untuk menghadapi kelompok Al Houthi.
Di sisi lain, Arab Saudi dan Yaman adalah
partner bangsa Arab yang keduanya memiliki kedekatan dengan Amerika Serikat.
Selama Yaman memerangi Al Houthi, AS diduga kuat terlibat membantu, dengan
bukti jet-jet tempur yg lalu lalang adalah milik AS. Menguatnya bantuan Amerika
Serikat ke Yaman tersebut menarik perhatian Al Qaeda. Kenapa demikian, karena
Al Qaeda dalam pernyataannya memang selalu mengincar di manapun AS berada.
Babak Baru Konflik Yaman
Dilatar belakangi oleh aksi
bantuan militer secara terang-terangan oleh Amerika Serikat kepada Republik
Yaman, maka Al-Qaeda juga menyatakan perang secara terbuka kepada Yaman beserta
sekutunya, termasuk Amerika Serikat dan Arab Saudi. Jihadis Al Qaeda pun segera
berdatangan dan menampakkan diri di Yaman Selatan. Yaman Selatan yang dulu
dipengaruhi komunis, kini menjadi basis kelompok Salafi Jihadi Al Qaeda. Yaman
mewanti-wanti AS untuk tidak menerjunkan pasukannya ke Yaman, karena takut
rakyat Yaman berbalik mendukung Al Qaeda.
Serangan Al Qaeda diarahkan ke
instansi milik AS di Yaman. Yaman Selatan pun bergejolak. Yaman bersumpah
memerangi Al Qaeda karena mulai mengacak-ngacak wilayahnya. Dana dari AS pun
untuk menanggulangi Al Qaeda di Yaman mengalir & meningkat tajam, dari
sebelumnya 70 Juta USD naik 150 juta USD pada 2011. AS cukup berbaik hati dengan menjadikan suntikan dana itu sebagai hibah
pada Yaman.
Presiden Ali Abdullah Saleh dihadapkan
untuk mengatasi gejolak di dua front yakni Wilayah Utara (Syi'ah Houti) dan Selatan
(Al Qaeda). Maka untuk mengatasi Syiah Houti, Ali Abdullah Saleh menggaet
sokongan dari Arab Saudi, sedangkan utk menumpas Al Qaeda ia berkoalisi langsung
dengan Amerika Serikat.
Meski digoyang dengan 2
kekuatan berbeda, yakni Syi'ah Houthi dan Salafi Jihadi Al Qaeda, Ali Abdullah
Saleh masih kokoh memimpin Yaman. Hingga akhirnya petaka bagi kekuasaan Ali
Abdullah Saleh itu datang di saat ia memasuki masa 30 tahun memimpin Yaman.
Ali Abdullah Saleh akhirnya
tumbang, bukan karena pemberontakan senjata oleh Al Qaeda atau Al Houthi tapi
oleh Revolusi Rakyat. Revolusi Rakyat Arab, yang menggema di beberapa negara
Arab menuntut lengsernya para diktator di negeri Arab, termasuk Yaman. Demonstrasi 1 juta massa mendesak Ali Abdullah Saleh lengser dari kursi
Presiden yang ia duduki 30 tahun lebih. Demonstrasi dipicu ketika Ali Abdullah
Saleh berusaha mengusulkan amandemen konstitusi yang membuatnya agar tetap
langgeng berkuasa. Terlebih Rezim Ali Abdullah Saleh tidak mampu
menyejahterakan rakyat Yaman.
Kemiskinan yg meningkat di
kalangan rakyat produktif, kurangnya kebebasan berpolitik, korupsi tinggi,
angka pengangguran mencapai 40%. Di bawah Ali Abdullah Saleh, rakyat juga
diresahkan oleh masalah keamanan, seperti pemberontakan Al Qaeda di Selatan dan
Al Houthi di Utara. Maka Rakyat kompak mendesak Ali Abdullah Saleh turun dari
jabatan, demonstrasi digelar seantero Yaman bahkan hingga kesekeliling Negara Arab
lainnya.
Ali Abdullah Saleh, mencoba meredam demonstran dengan
menawarkan tidak akan maju lagi jadi presiden dan akan turun di 2013. Demonstran
menolak tawaran Ali Abdullah Saleh, dan memintanya agar turun tahta sesegera
mungkin. Demonstran menginginkan sebuah revolusi yang sangat cepat untuk
memperbaiki situasi keamanan, politik, dan ekonomi Yaman. Presiden Ali Abdullah Saleh telah kehilangan
legitimasinya, rakyat sudah tidak percaya lagi padanya. Sementara itu negara-negara teluk dipimpin Arab Saudi
juga meminta dia untuk mundur sebelum Yaman semakin memburuk.
Ali Abdullah Saleh tidak hanya kehilangan dukungan
dari rakyatnya, sekutunya di luar negeri pun memintanya untuk lengser. Ali
Abdullah Saleh mencoba mengulur-ulur waktu, beberapa kali rencana negara-negara
teluk untuk memfasilitasi transisi kepemimpinanr. Sampai akhirnya Ali Abdullah
Saleh menjadi korban pengeboman pada awal Juni 2011.
Nyawa Ali Abdullah Saleh tertolong, ia dilarikan ke Arab Saudi untuk menjalani pengobatan. Perginya Ali Abdullah Saleh ke Saudi untuk pengobatan disambut suka cita rakyat Yaman dan menolak Ali untuk kembali lagi ke Yaman. Setahun kemudian, Ali Abdullah Saleh dibawah tekanan Arab Saudi resmi menyerahkan jabatan Presiden ke Wapres Yaman, Abddullah Mansyur Hadi.
Nyawa Ali Abdullah Saleh tertolong, ia dilarikan ke Arab Saudi untuk menjalani pengobatan. Perginya Ali Abdullah Saleh ke Saudi untuk pengobatan disambut suka cita rakyat Yaman dan menolak Ali untuk kembali lagi ke Yaman. Setahun kemudian, Ali Abdullah Saleh dibawah tekanan Arab Saudi resmi menyerahkan jabatan Presiden ke Wapres Yaman, Abddullah Mansyur Hadi.
Ditengah hiruk pikuk Arab Spring di Yaman, Al Houthi dengan leluasa mengendalikan Yaman
di Wilayah Utara, sedang Al Qaeda di Wilayah Selatan. Al Qaeda terus membangun
kekuatan, bahkan pada 2009 terjadi merger 2 kelompok Jihadis Saudi dengan Jihadis
Yaman dg nama AQAP.
AQAP kini dipimpin oleh Nasser al Wuhaysi, mantan
sekretaris pribadi Osama, belakangan ia sering muncul memberikan ancaman pada
AS dan Yaman. AS merespon mengirimkan drone untuk mengebom kamp-kamp
pelatihan AQAP di Yaman.
AQAP tidak tinggal diam, mereka
langsung menangkap seseorang mata-mata AS, lalu dibunuh digantung di gawang
sepakbola.
AQAP terus menunjukkan aktifitasnya Jihadnya di Yaman. Bahkan beberapa
kali terlibat bentrok dengan Kelompok Al Houthi. Sementara, Drone Amerika
kembali melakukan "pembersihan" militan AQAP di Yaman.
Drone Amerika terus menyasar target basis militan. AQAP menuding ada
peran Arab Saudi di balik pengeboman Yaman. Beredar gambar pangkalan AS di Arab
Saudi yang diterbitkan WikiLeaks dimana Drone AS diluncurkan.
Kronologi Konflik Yaman
Yaman
telah menghasilkan beberapa peristiwa penting yang patut untuk dicatat dalam
buku sejarah, beberapa peristiwa penting tersebut dituangkan dalam kronologi
berikut ini:
·
27 Januari 2011, gelombang protes mencapai Yaman.
Warga menuntut turunnya Presiden Yaman saat itu, Ali Abdullah Saleh.
Protes-protes yang terjadi menimbulkan banyak korban jiwa. Sampai Presiden Ali
Abdullah Saleh mundur dari jabatan, korban jiwa dari warga sipil telah mencapai
2.000 orang lebih. Keadaan ini diperparah dengan aktifnya kelompok Al Qaeda
Semenanjung Arab (AQAP) yang berkonflik dengan Pemerintah Yaman.
·
24 Februari 2012, Presiden Ali Abdullah Saleh resmi mundur dari jabatan Presiden Yaman.
Pihak oposisi kemudian menunjuk Wakil Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi untuk
menggantikannya. Penunjukan Hadi sebagai Presiden Yaman langsung mendapat
reaksi keras dari AQAP yang menuduhnya antek Amerika Serikat (AS).
·
Ketidakstabilan
politik di Yaman yang terjadi selama upaya penggulingan Ali Abdullah Saleh
menjadi celah bagi kelompok pemberontak Houthi yang beraliran Syiah untuk coba
merebut kekuasaan dari pemerintah.
·
Konflik
antara Pemerintah Yaman dengan Kelompok Houthi sebenarnya
berlangsung jauh sebelum gelombang Arab Spring melanda. Konflik ini disebabkan
perbedaan perlakuan pemerintah terhadap warga Syiah Yaman.
·
Keadaan
Yaman makin memanas dengan memuncaknya konflik Sektarian Syiah yang diwakili
oleh Kelompok Houthi dengan kaum Sunni yang berada di pihak Pemerintah Yaman.
·
17 September 2014, pertempuran antara pasukan
Pemerintah Yaman dengan Kelompok Houthi berlangsung di tepi ibu kota Sanaa. Pasukan
pemberontak menghujani Sanaa dengan serangan mortir.
·
20 September 2014, gedung stasiun televisi milik
Pemerintah Yaman dibakar setelah konflik antara mereka dengan Kelompok Houthi
semakin panas. Beberapa gedung lain juga menjadi rusak parah. Televisi Yaman
telah meminta bantuan internasional dan nasional untuk melakukan evakuasi.
·
24 September 2014, Perdana Menteri Yaman Salem Basindwa
mengundurkan diri sebagai syarat pembicaraan gencatan senjata yang diajukan
oleh Kelompok Houthi. PM Salem digantikan oleh Khaled Bahhah.
·
20 Januari 2015, Kelompok Houthi menyerang Istana PM
Yaman setelah sehari sebelumnya menyerang istana kepresidenan. Serangan ini
diakhiri dengan gencatan senajata oleh kedua belah pihak.
·
23 Januari 2015, Abd Rabbo Mansour Hadi menyatakan
mundur dari jabatan Presiden Yaman. Mundurnya Hadi membuat kekuasaan di Yaman
lowong. Pemerintahan bentukan Kelompok Houthi tidak mendapat dukungan dari
warga Yaman.
·
Februari 2015, Beberapa negara menutup kedutaan
mereka di Yaman karena mengetahui situasi di Sanaa semakin buruk.
·
22 Februari 2015, Presiden Hadi berhasil melarikan
diri ibu kota Sanaa dengan bantuan Dewan Keamanan PBB.
·
24 Februari 2015, Presiden Hadi menarik pengunduran
dirinya. Dia kemudian mengumumkan Aden sebagai ibu kota sementara Yaman.
·
20 Maret 2015, dua bom bunuh diri mengguncang
Yaman, menewaskan 142 orang dan melukai ratusan lainnya. Kelompok militan ISIS
mengaku bertanggung jawab atas kejadian ini, sekaligus mengumumkan keterlibatan
mereka dalam konflik.
·
23 Maret 2015, Presiden Hadi mengumumkan Aden
sebagai ibu kota sementara Yaman, sekaligus meminta bantuan dari Arab Saudi dan
negara-negara Teluk untuk memulihkan kekuasaannya di sana.
·
26 Maret 2015, Arab Saudi menyanggupi permintaan
Presiden Hadi dan memulai serangan udara ke Yaman.
·
Saat
ini konflik di Yaman terlihat terus terjadi. Ditambah lagi dengan kemungkinan
bergabungnya Iran untuk membantu saudara Syiah mereka yakni Kelompok Houthi.
Serangan udara dari pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi telah memasuki
hari ketiga, dan sampai saat ini korban masih terus berjatuhan.
.
Pihak Yang Bersangkutan
dengan Konflik Yaman
1. Republik Yaman
Objek
dari konflik itu sendiri. Republik Yaman yang dipengaruhi oleh para demonstran
dan ketidakmampuannya dalam menghadapi gejolak dalam negeri membuat Negara ini
rentan dengan konflik.
2. Al-Qeda
Tidak
senang dengan keikutsertaan Amerika Serikat beserta sekutunya membantu Yaman,
pihak Al-Qeda kemudian mengumumkan ikut campur tangan dalam konflik berdarah
ini. Al-Qaeda berbasis di Selatan Yaman
dan berusaha mengincar fasilitas pemerintahan republic Yaman dan Amerika
Serikat.
3. Syah Houti
Syah
Houti berbasis di Yaman utara sejak tahun 1994, tepat berbatasan dengan Negara Arab
Saudi. Syah Houti merupakan pemberontak paling lama bahkan sejak dimulainya
konflik Yaman, meski mereka baru berperang secara terbuka pada awal tahun 2004.
Kelompok ini berdiri di Iraq untuk menentang invasi Amerika Serikat dan
menyebar hingga ke Yaman. Syah Houti merupakan aliran yang berbasis Syah dan
sangat bertentangan dengan Yaman dan Arab Saudi. Keberadaan Syah Houti membuat
pemerintahan Republik Yaman harus angkat tangan dan meminta bantuan kepada Negara
Arab Saudi.
4. Arab Saudi
Negara
sahabat Yaman dan paling banyak membantu Yaman dalam menumpas pemberontakan
Syah Houti, dan gerakan baru-baru ini, ISIS. Arab Saudi harus membantu Yaman
dalam mengatasi konfliknya karena basis Syah Houti berbatasan langsung dengan Negara
Arab Saudi. Lebih dari 1/5 kekuatan militernya telah dikerahkan Arab Saudi
untuk mengatasi Konflik di Yaman.
5. Amerika Serikat dan Sekutunya
Negara
yang tidak pernah berhenti dalam upaya propaganda perdamaian di seluruh dunia,
terutama timur tengah salah satunya Negara Yaman. Amerika Serikat dengan
sokongan militernya yang berlimpah bahkan telah mengeluarkan dana hingga 150
Juta Dolar pada tahun 2011. Amerika Serikat (AS) langsung mengirimkan bantuan
berupa tenaga personil militer, pesawat tempur, misil, persenjataan, kendaraan
tempur, dan lain-lain. Alasan lain AS untuk ikut terlibat dalam konflik ini
adalah alasan untuk menumpas habis kegiatan terorisme, yang didalangi oleh
Al-Qaeda dan ISIS. Begitu juga dengan Israel, bersama Arab Saudi, ketiga Negara
ini telah menjadi Negara sekutu dalam membombardir pertahanan Al-Qaeda, ISIS,
serta Syah Houti di Yaman.
6. ISIS
Kelompok
militan yang mengaku sebagai sebuah aliran kekhalifahan ini satu misi dengan
Al-Qaeda untuk mengusir AS dan sekutunya
bahkan Arab Saudi dari tanah Yaman. ISIS telah beberapa kali berhasil menguasai
fasilitas penting di Yaman sehingga persediaan sumber daya (senjata, makanan,
manusia) sangat banyak. Ancaman baru bagi Arab Saudi dan sekutunya.
Sumber
:
·
Dresch, Paul (2000). A History of Modern
Yemen. Cambridge: Cambridge University Press.
·
Ibn Kahaldun, (1990). Yaman mediaveal History. Yaman Press.
·
Okezone.com
Ditulis oleh Jhon Miduk Sitorus, seorang penulis untuk beberapa surat kabar
dan juga merupakan seorang Blogger Aktif.
@JhonMiduk
0 Response to "Konflik Yaman"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)