TV One dan Efek Negatif Demokrasi Era Modern
Pada dasarnya media massa adalah media yang independen,
tidak memihak salah satu pihak atas kepentingan apapun. Sikap netral sudah
merupakan hukum bagi semua media massa, seperti Televisi, Koran, radio,
Internet, dan lain-lain. Masing-masing media massa tentu bebas memberitakan
apapun selama masih sesuai dengan informasi yang ada dengan sebenar-benarnya
dan harus berdasarkan fakta yang ada. Media massa era sekarang berada dibawah
masing-masing individu karena hamper semua media dimiliki secara perorangan.
Hal ini tentu menyebabkan hak dan wewenang individu sang pemilik akan ikut
tercampur baur dengan semua apa yang menjadi pemberitaan media yang
dimilikinya.
Tv One adalah salah satu contoh media yang telah
benar-benar dikuasai oleh kepentingan politik suatu pihak atau seseorang. Sang
pemilik, Aburizal Bakrie jelas-jelas mengubah segala penyiaran tayangan berita
terutama hal yang berkaitan dengan pemilihan presiden tahun 2014. Bakrie secara
terang-terangan memproporsikan iklan dan berita positif Prabowo-Hatta di media.
Tetapi, ketika giliran berita Jokowi-Kalla disiarkan, tema pemberitaannya hanya
sekedar saja dan lebih cenderung hal-hal yang patut dipertanyakan, seperti
kampanye hitam untuk jokowi, isu SARA, dan lain-lain. Beberapa iklan TV One
bahkan menunjukkan Ical mengajak secara langsung untuk memilih Prabowo “ Ayo
Pilih Prabowo”.
Seperti
yang kita ketahui, Aburizal Bakrie yang sering dipanggil Ical merupakan salah
satu tim sukses pemenangan calon Presiden dan wakil presiden Prabowo-Hatta.
Apalagi kursi menteri utama yang telah dijanjikan oleh Prabowo tentu sangat
menggiurkan bagi pemilik PT.Lapindo ini. Memang, selama ini kursi utama menteri
tidak pernah ada selama era demokrasi kita, entah apa yang mungkin apa yang
akan diberikan oleh Prabowo kepada Ical. Yang jelas, politik tranksaksional
dengan balas budi Prabowo sebagai Headline News merupakan balasan yang bias
diberikan oleh Aburizal Bakrie.
Lantas,
bagaimana pengaruhnya terhadap masyarakat? Masyarakat Indonesia sebagian besar
adalah pemirsa setia TV.One. sejak berubah dari LATIVI tahun 2008, TV one
menjadi salah satu prioritas bagi dunia informasi Indonesia, hasilnya cukup
mengimbangi Metro TV. Acara utama seperti Indonesia Lowers Club, Piala Dunia
2014, Debat para tokoh, dan Berita Ter-Update menjadi ikon TV-One yang membuat
nama TvOne menjadi terpercaya dikalangan public, terutama golongan menengah
keatas. Tetapi reputasi itu kian memudar seiring pemilihan presiden 2014, TV
One menjadi TV Tim Prabowo-Hatta, bukan TV media Sosial lagi yang netral
seperti selama ini yang mengacuhkan semua kepentingan masing-masing pihak.
Era
demokrasi telah melahirkan kebebasan masing-masing individu atas kepetingannya
sendiri. Hakekat Media telah berubah seiring perkembangan zaman demokrasi.
Kepetingan politik telah menutupi kebebasan sebuah pers. TV One harusnya bias
bersikap lebih dewasa dan bias memakani demokrasi dan politik yang sebenarnya.
Begitu juga dengan peimilik, Ical, kita boleh sebagai pemilik sebuah media
penting di Indonesia, tetapi kita harus mengutamakan kepentingan Informasi yang
fair dan apa adanya. jangan menjadi media yang justru terjerembab dalam Back
Campaign, kepentingan seorang pihak, dan balas budi dengan mengorbankan masyarakat
Indonesia yang seakan-akan dianggap sebagai pemirsa yang tidak mengetahui
apa-apa. tindakan ini menjadi pelajaran bagi kita semua, barang konsumsi public
jangan menjadi barang konsumsi satu pihak. Negara ini akan lebih baik jika kita
mengutamakan kepentingan bersama atas nama kebersamaan, keadilan, dan
kesetaraan.
0 Response to "TV One dan Efek Negatif Demokrasi Era Modern"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)