Resensi Novel The Girl On The Train

Identitas Novel
The Girl On The Train
Judul                    : The Girl On The Train
Pengarang            : Paula Hawkins
Penerbit               : Noura Books (PT. Mizan Republika).
Tahun Terbit        : 2015
Jumlah Halaman  : 431 Halaman
Ukuran Buku       : 20,5 × 14 cm
ISBN                   : 978-602-0989-97-6
Harga                   : Rp 79.000,00



Isi Novel
Sinopsis Novel
Novel The Girl On The Train yang dikarang oleh Paula Hawkins bercerita tentang tiga orang perempuan dari sudut pandang dan kehidupan yang berbeda-beda. Rachel Watson telah bercerai dengan suaminya, kehilangan pekerjaan dan memiliki kecanduan yang sangat tinggi terhadap alkohol sehingga sering mabuk-mabukan. Megan memiliki suami yang sangat baik dan penyayang, meski agak protektif tetapi tetap saja Megan merasa hidupnya tidak sempurna. Anna yang merupakan istri baru dari mantan suami Rachel. Anna, Isteri dari mantan suami Rachel, sangat mencintai suaminya, Tom dan anaknya Evi dengan sepenuh hati. Anna begitu senang dan nyaman dengan kehidupan keluarga kecilnya. Meski demikian, Anna juga memiliki perasaan was-was dengan keberadaan Rachel
Rachel tinggal (menumpang) di rumah Cathy. Jika Rachel memiliki kebiasaan buruk, Cathy jauh berbeda dengan Rachel. Cathy adalah orang yang disiplin, rapi, dan selalu hidup teratur. Rahel memiliki kebiasaan naik kereta komuter setiap hari agar kelihatan seperti orang sibuk walau dia hanya berpura-pura. Rachel memiliki kebiasaan memperhatikan orang-orang yang dilihatnya terutama orang yang tinggal di dekat rel kereta, kemudian membuat orang tersebut menjadi bahan cerita baginya. Pada suatu saat Rachel melihat sepasang suami isteri yang dia sebut dengan nama Jason (Scott) dan Jess tinggal di rumah yang dahulu mereka tempati sehingga menambah rasa penasarannya akan pasangan tersebut.  
Jess (yang bernama asli Megan) dulunya pekerja seni memiliki masa lalu yang cukup suram, serta sifat suaminya yang  protektif pada akhir-akhir ini berusaha mengurangi Imsomnianya. Ia sebenarnya ingin mencurahkan masalahnya kepada orang terdekat, tetapi karena tidak ada yang tepat, Megan akhirnya memilih seorang Psikiater, namanya Kamal. Megan menceritakan kekurangannya sebagai seorang isteri, kasih saya Scoot yang sangat teramat baik, dan pengorbanan Benn yang dulu masih menghantuinya.
Pada suatu hari, Rachel mendengar bahwa Megan menghilang dari rumah. Rachel kemudian merasa hilangnya Megan memiliki kaitan yang erat dengan dirinya karena sebelumya Rachel pernah melihat Megan dari kereta bermesraan dengan laki-laki. Kemudian Rachel berusaha membantu suami Megan (Scott) untuk menemukan Megan, termasuk juga berusaha membantu polisi dengan keterangan-keterangannya. Rachel akhirnya dituduhkan memiliki kaitan yang erat oleh penyidik terkait hilangnya Megan, dalam laporan tersebut, Rachel disebutkan masuk dan berbuat sesuatu di rumah mantan suaminya yang tidak jauh dari rumah Megan.
The Girl On The Train

Rachel berusaha mengingat kembali kejadian itu, tapi dia kehilangan ingatan tentang apa yang dia lakukan malam itu. Yang dia ingat adalah bagaimana dia bangun dari kamarnya, kepalanya terluka dan ada darah di tangannya. Satu-satunya cara untuk menemukan Megan adalah Rachel harus menemukan ingatannya kembali. Tetapi, dia sadar bahwa kondisinya pada saat itu dalam keadaan mabuk sehingga para detektif (Riley dan Gaskill) menganggap Rachel seperti orang gila. Para detektif mencoba mengatakan beberapa tuduhan kepada Rachel tetapi Rachel tidak tahu bagaimana menyatakan tuduhan itu tidak benar karena berbagai tekanan dan masalah pribadi yang selalu menghantuinya. Rachel kemudian berusaha menghubungi Scott meski beberapa kali usahanya melalui email gagal.
Rachel bersikeras menuduh Kamal ada dibalik hilangnya Megan walau belum menemukan bukti kuat. Segala cara diusahakan agar kasus ini segera terungkap, tetapi keterangannya tetap saja dianggap sebagai sebuah lelucon karena persepsi buruk detektif terhadap Rachel.
Perjuangan Rachel untuk mengingat kembali apa yang dilihatnya tidaklah sia-sia. Rachel seperti detektif yang sebenarnya, lebih detektif dari detektif kepolisian. Rachel membuat Tom harus mengakui bahwa Tom lah yang membunuh Megan dengan alasan kehamilannya yang harus dipertanggungjawabkan oleh Tom. Tom membunuh dengan tanpa niat, dan menguburkannya ketanah dengan kerukan jari tangannya. Meski demikian, Rachel menjadi korban kekerasan Tom berikutnya karena selalu mengungkit masalah Megan didepannya, Anna beserta Evie. Rachel melempar alat pembuka gabus botol ke leher Tom dan naas, Tom menghembuskan nafas terakhirnya.
Unsur Intrinsik
Tema                     : Usaha mengungkap kebenaran dibalik kekurangan
Latar                      : Kreta Komuter, Rumah Rachel, Rumah Megan, dan Rumah Anna
Waktu                   : Jumat, 5 juli 2013 – Minggu, 18 Agustus 2013
Suasana                 : Menegangkan, penuh pertanyaan, dan mengundang emosional.
Gaya Bahasa         : Menggunakan bahasa yang lugas, jelas, dan mudah dimengerti    oleh pembaca
Alur                       : Maju-Mundur
Amanat                 : Kita harus menghargai usaha baik orang lain kepada kita, kita harus yakin tentang kebenaran, jangan disembunyikan dan harus diungkapkan agar tidak ada keraguan terhadap suatu masalah, Kita jangan terlalu ikut campur terhadap urusan pribadi orang lain, kita harus mensyukuri apa yang ada agar hidup kita damai.
Penokohan                        :
Rachel             : Alkoholic, suka mencampuri urusan pribadi orang lain, senang berpura-pura.
Megan             : Cenderung menutup diri terhadap siapapun, protektif, dan selingkuh.
Scott                : Protektif, terkadang kasar dan terkadang begitu penyayang.
Anna               : Berperilaku baik, sopan, tetapi tidak nyaman dengan keberadaan Rachel.
Tom                 : Berkhianat, tempramen, tidak ingin diganggu, tidak bertanggung jawab dan psikopat.
Kamal              : baik, selalu tenang, jujur, dan selalu membantu orang lain dalam menyelesaikan masalahnya.

Keunggulan
Novel ini menceritakan sudut pandang kehidupan tiga orang yang memiliki hubungan. Novel ini berusaha membuat para pembacanya agar semakin penasaran apakah yang akan terjadi berikutnya sehingga pembaca benar-benar fokus dan menikmati novel ini. Alur waktu yang berbeda untuk masing-masing tokoh dan bagian juga membuat pembaca semakin semangat untuk menghubungkan antar bagian dan tokoh. Meski novel luar negeri, terjemahannya sama sekali tidak menyulitkan pembaca dalam memahami kata-kata dan maknanya yang sangat masuk akal dan

Kelemahan
Pada saat awal cerita (bagian 1-3), novel ini akan membuat pembaca seakan berputar-putar dalam suatu tempat yang tidak jelas, sehingga kadang menimbulkan kebosanan saat akan melanjutkan pada bagian berikutnya.

Manfaat isi novel
Novel ini sangat bermanfaat bagi orang yang bisa berfikir jernih, fokus, dan mampu menganalogikan secara tepat dalam kehidupan para tokoh. Alur yang bervariasi membuat pembaca dijamin akan semakin betah, nyaman, dan penasaran yang tinggi hingga ending cerita novel ini.

Kesimpulan
Novel ini sangat cocok bagi pembaca dewasa, baik pria maupun wanita karena membutuhkan daya pemikiran yang lebih logis dan matang agar bisa memahami alur cerita ini.





0 Response to "Resensi Novel The Girl On The Train"

Posting Komentar

Termimakasih buat partisipasinya ya :)