Mengapa Angka Perceraian Orang Batak Sangat Rendah sekali?
Perceraian merupakan salah satu
warna rumah tangga yang tidak lazim dalam suatu masyarakat. Apalagi dizaman
modernisasi sekarang ini, angka perceraian semakin bertambah, dari segala
lapisan masyarakat, baik menengah, atas, maupun lapisan bawah. Tetapi ada salah
satu suku yang sangat mengharamkan perceraian, yaitu suku batak. Lantas, apa factor
yang membuat minimnya angka perceraian di suku Batak? Berikut beberapa
penjelasannya :
1.
Agama
Salah satu penyebab minimnya angka
perceraian suku Batak adalah karena memegang ajaran agama dengan kuat. Agama mayoritas
bagi suku Batak adalah agama Kristen. Di dalam ajarannya, agama Kristen sangat
mengharamkan perceraian bahkan dengan alasan dan kondisi apapun. Berbeda dengan
agama muslim yang memperbolehkan bercerai bagi sebuah keluarga. Di dalam ajaran
agama Kristen mengatakan bahwa “ pernikahan itu sacral, suci, dan disatukan
dalam ikatan kasih Tuhan, tidak ada yang boleh memisahkan selain kematian”. Hal
ini berarti hanya kematian yang memperbolehkan seorang suami atau istri agar
bisa menikah dengan pasangan yang baru. Jadi, pernikahan di dalam agama
benar-benar suci.
Orang yang bercerai biasanya juga
akan diberikan sanksi berupa peringatan kepada pihak yang bercerai berupa
memberikan ajaran kembali kepada yang melakukan kasus tersebut, ajarannya bisa
berupa memberikan nasehat, memantau setiap saat, dll. Minimnya angka perceraian
dalam suku Batak bisa menjadi
sebuah kebudayaan yang positif bagi generasi
penerusnya, sehingga tidak aka nada pernikahan yang seumur jagung, seperti yang
anda jumpai di kelompok lain. Seandainyapun ada perceraian, sang pelaku tetap
akan merasa sangat malu dan akan berusaha melarikan diri ke tempat lain.
2.
Kebudayaan/Marga/Adat
Adat istiadat tidak terlalu
menekankan hokum tentang perceraian sebuah rumah tangga dalam adat Batak. Tetapi,
karena adanya ikataan marga dari masing-masing pihak suami dan isteri, maka
hubungan yang mulai retak biasanya akan sesegera mungkin diperbaiki. Acara
perbaikan hubungan keluarga juga bukan main-main, mereka biasanya memanggil
para tetua dan petinggi setempat agar menjadi pihak ketiga dalam mengatasi
masalah ini. Sehingga, hubungan yang retak bisa kembali lagi, meski belum sempat
benar-benar terpisah.
3.
Materi
Mungkin ini adalah salah satu alasan
yang aneh bagi anda. Materi yang saya maksud adalah, ketika seseorang akan
menikah terutama laki-laki harus mengeluarkan materi yang banyak dalam
menyelenggarakan pesta dan acara pernikahan. Biaya pernikahan sangat besar
karena harus menyediakan konsumsi (jika kita kalkulasi, konsumsi yang
disediakan minimal harus memenuhi 3 kali makan sehari dikali 300 orang) dikali
dengan dua hari. Itu belum termasuk tetangga yang datang tanpa diundang, dan
juga belum termasuk biaya pembayaran mahar bagi pihak perempuan. Anda mau lebih
beresiko dengan mengeluarkan materi yang banyak? Tentu tidak kan?
Meski semuanya berdasarkan aturan
dan kebiasaan, tetapi kebiasaan haram bercerai menjadi suatu budaya yang
berdampak positif bagi semua anggota suku batak kecuali yang beragama
non-Kristen. Dampak positif itu tetap terjaga hingga sekarang, dimana
kebudayaan ini menjadi panutan yang baik terhadap generasi peneruh bangsa
Batak. Keharmonisan tetap akan terjaga karena sebuah pernikahan itu adalah
urapan tangan Tuhan, bukan tangan manusia seperti kita yang bisa di pisah
padukan.
Penulis
: Jhon Miduk Sitorus
0 Response to "Mengapa Angka Perceraian Orang Batak Sangat Rendah sekali?"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)