Makalah Komunikasi Pemasaran Terpadu

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Permasalahan sederhana para wirausahawan—terutama wirausahawan muda—ialah beberapa faktor di antaranya: komunikasi pemasaran terpadu, penetapan harga, pemilihan lokasi, dan tata ruang dalam berwirausaha. Pada kenyataanya, setengah dari proses wirausahawan itu terdapat pada empat faktor tersebut. Jika dibiarkan berlarut-larut dan hanya mengandalkan pengalaman dari wirausahawan semata maka amat sulit untuk mencapai kesuksesan dalam berwirausaha. Maka dari itu perlu adanya pembahasan secara detail mengenai keempat faktor tersebut yang akan memudahkan kinerja para wirausahawan yang terus menggeliat di dunia bisnis Indonesia dan internasional.
1.2 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah yang utama ialah untuk memenuhi kriteria tugas mata kuliah kewirausahaan dan untuk memberikan informasi dari berbagai sumber pustaka yang sudah dipelajari serta disusun oleh penyusun sehingga pembaca dapat lebih mengerti mengenai keempat materi tersebut.
1.3 Rumusan Makalah
1. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran terpadu?

2. Bagaimana cara perhitungan penetapan harga dengan dasar-dasarnya?
3. Bagaimana cara menentukan lokasi usaha yang tepat?
4. Bagaimana cara mengatur tata ruang yang efisien dan efektif?



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Pemasaran Terpadu (Integrated Marketing Communication) IMC
(Integrated Marketing Communication) adalah sebuah konsep dari perencanaan komunikasi pemasaran yang memperkenalkan nilai tambah dari rencana komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin komunikasi— misalnya periklanan umum, respon langsung, sales promotion, dan PR—dan mengombinasikan disiplin-disiplin ini untuk memberikan kejelasan, konsistensi dan dampak komunikasi yang maksimal. Secara sederhana-nya IMC dapat diartikan sebagai “Proses dari pengelolaan customer relationships yang menggerakkan brand value.” Integrated Marketing Communication (IMC) adalah satu dari sekian proses yang tersedia guna membina hubungan dengan customer.
Apa yang membedakan IMC dengan proses customer-centric lainnya adalah dasar dari proses tersebut adalah komunikasi, yang merupakan jantung dari semua hubungan, dan juga merupakan proses yang sirkuler. Seperti yang sudah disebutkan di atas, konsep dasar dari IMC adalah komunikasi. Dengan komunikasi ini, IMC berusaha untuk memaksimalkan pesan positif dan meminimalkan pesan negatif dari suatu brand, dengan sasaran menciptakan dan menyokong brand relationship. Untuk membangun hubungan jangka panjang, IMC juga digunakan untuk membangun dan memperkuat brand. Brand relationship yang positif juga akan menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai dari pemegang saham perusahaan tersebut.
Tapi ada dua ide pokok mengenai IMC:
1. Komunikasi pemasaran yang bersifat one-voice. Maksudnya adalah, walaupun elemen komunikasi pemasaran yang digunakan berbeda-beda dalam meraih konsumen namun semua itu harus dapat dikoordinasi dengan cara yang tepat oleh berbagai organisasi dan agensi yang bekerja pada elemen- elemen yang berbeda tersebut
2. Komunikasi yang berintegrasi. Komunikasi disini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan brand awareness atau pencitraan produk yang baik saja, namun juga harus dapat menimbulkan hasil penjualan yang baik.
2.2 Filosofi IMC Dalam Perspektif Pemasaran Dan Komunikasi
Perspektif Komunikasi. Lagi, seperti yang sudah diuraikan diatas, fondasi yang penting dari IMC merupakan komunikasi— pengiriman dan penerimaan pesan. Seperti halnya kita berkomunikasi dengan teman, kita secara sadar ataupun tidak, menggunakan kata-kata, aksi, gerak tubuh, bahkan mimik muka tertentu. Ketika kita berkomunikasi dengan ortu atau guru, mungkin strategi komunikasi kita akan cenderung serius. Tetapi jika kita berkomunikasi dengan sahabat, pesan yang disampaikan mungkin akan lebih fleksibel, dan bahkan terkesan konyol. Tetapi, walaupun kita mengirimkan berbagai jenis pesan kepada berbagai jenis orang, semua isi pesan yang datang dari kita mempunyai konsistensi yang membuat penerimanya tahu bahwa pesan ini datang dari kita, bukan dari orang lain. Dalam IMC pun, konsistensi juga diperlukan agar brand image dapat menancap kuat dalam benak konsumen.
2.3 Konsep Dasar Pengembangan Berbagai Program IMC
1. Direct Marketing Disaat perusahaan ingin berhubungan langsung dengan customer tanpa melalui retailer, maka digunakanlah direct-response marketing, seperti: close-loop, interactive, database-driven messaging system yang menggunakan banyak jenis media untuk menciptakan respon behavioral. Direct marketing merupakan salah satu fungsi IMC yang terdiri dari front-end dan back end operations. Front-end menyusun harapan-harapan dari konsumen yang mencakup the offer (yakni segala sesuatu yang nyata maupun tidak dijanjikan oleh perusahaan guna mencapai perilaku customer yang diinginkan perusahaan, misal: penawaran harga khusus, garansi, dll),
·         The database (mendapatkan data customer-nya dan menggunakan data itu untuk penawaran selanjutnya) dan
·         The response (memberikan respon yang baik terhadap customer, misal: dengan membuat toll-free-line untuk layanan customer) sedangkan back end berusaha mempertemukan harapan konsumen dengan produk, mencakup fulfillment (yakni membuat produk atau informasi yang diminta oleh konsumen cocok, efektif dan tepat waktu).
2. Sales Promotion
Sales promotion merupakan istilah singkat dari penawaran nilai tambah yang dirancang untuk menggerakkan dan mempercepat respons dari customer. Contoh dari nilai tambah itu sendiri adalah “kesempatan untuk memenangkan hadiah”, potongan harga (seperti diskon 20 %, sale 50 % off, dsb.), produk ekstra (seperti “isi teh kotak 30% lebih banyak”), sample gratis dan premiums (misalnya beli rinso dapat piring cantik) Pada konsepnya, Sales promotion digunakan untuk memotivasi customer agar melakukan aksi dengan membeli produk yang dipicu dengan adanya penawaran produk dalam jangka waktu terbatas.
3. Public Relations/MPR
PR dalam konsepsi IMC melakukan pekerjaan yang sangat luas dan beragam, tidak hanya bertugas men-track opini publik saja, tetapi juga bertugas me-manage corporate brand dan menjaga reputasinya. Lalu MPR merupakan salah satu fungsi PR yang digunakan sebagai media tanpa bayar untuk menyampaikan brand information guna mempengaruhi calon customer atau customer secara positif. MPR sendiri lebih fokus kepada customer atau calon customer dan melengkapi strategi marketing yang lain dengan 4 cara:
(1) meningkatkan kredibilitas brand message;
(2) menyampaikan message sesuai targetnya berdasarkan aspek demografis, psikografis, etnik atau khalayak secara regional;
(3) mempengaruhi opinion leader atau trendsetter yang berpengaruh;
(4) melibatkan customer dan stakeholder lainnya pada event spesial.
4. Personal Selling
Personal Selling adalah komunikasi dua arah dimana seorang penjual menjelaskan fitur dari suatu brand untuk kepentingan pembeli. Dalam Personal Selling, dilibatkan komunikasi yang sifatnya tatap muka dan kegiatannya pada sekaramg ini terfokus pada pemecahan masalah dan penciptaan nilai bagi customer (lebih dikenal sebagai partnership) Dimensi dari partnership ini adalah, seorang salesperson harus memahami customer-nya dengan baik. Personal selling sendiri merupakan bagian dari direct marketing, namun perbedaan dasarnya adalah dalam personal selling, perusahaan yang dijembatani salesperson berinteraksi secara tatap muka dengan customer.
5. Advertising
Advertising merupakan “Suatu bentuk dari presentasi non-personal dan promosi dari suatu ide, barang atau jasa yang tidak gratis (berbayar) dan dilakukan oleh sponsor (perusahaan) yang teridentifikasi. Karakteristik dari iklan sendiri adalah bersifat non-personal, komunikasi satu arah, ada sponsor (khalayak yang peduli), dan bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku. Biasanya advertising itu dipakai ketika suatu perusahaan ingin mengubah customer dari unaware, menjadi aware terhadap suatu brand.
6. Publicity
Publicity sendiri merupakan salah satu jasa yang disediakan oleh Public Relations Firm maupun Advertising Agency. Publicity timbul untuk membantu menangkap perhatian publik dan membedakan tiap-tiap perusahaan tersebut dari perusahaan-perusahaan lain yang menjadi saingannya. Publicity dalam MPR berarti memeproleh penyebutan nama merek di media massa dalam cara-cara yang berbeda, waktu dan tempat sesering mungkin sehingga menjadi top-of mind awareness. Walaupun PR menawarkan kredibilitas yang lebih besar dalam membangun publicity, namun advertsing dapat menawarkan awareness dan kontrol yang lebih besar. Lalu untuk beberapa alasan, maka sejumlah perusahaan menyampaikan pesan PR mereka lewat advertising.
7. Events/Sponsorship
Event marketing adalah situasi yang signifikan atau peristiwa promosional yang mempunyai fokus utama untuk menangkap perhatian dan melibatkan customer dalam event tersebut. Perusahaan dan organisasi-organisasi non-profit menggunakan events dengan beberapa alasan, yaitu: untuk melibatkan sasaran khalayak, untuk mengasosiasikan sebuah brand dengan aktivitas, gaya hidup atau orang-orang tertentu, untuk meraih sasaran khalayak yang sulit dijangkau, untuk meningkatkan brand awareness dan untuk menyediakan platform yang baik bagi brand publicity. Sponsorship adalah dukungan finansial kepada suatu organisasi, orang, atau aktivitas yang dipertukarkan dengan publisitas merek dan suatu hubungan. Sponsorship dapat membedakan sekaligus meningkatkan nilai suatu merek. Beberapa pedoman yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan dalam memilih sponsorship: target khalayak, penguatan citra merek, dapat diperpanjang, keterlibatan merek, biaya yang efektif dan sponsor lainnya.
8. Interactive Marketing
Interactive marketing disini lebih tertuju kepada bagaimana suatu perusahaan mampu atau tidak berkomunikasi dengan customer-nya atau mampu memberikan solusi yang baik, yang terkait dengan penggunaan produk. Dalam hal ini interactive marketing juga terkait dengan customer relationship management.

2.4 Penetapan Harga (Price)
Harga pada dasarnya merupakan alat untuk mengomunikasikan nilai produk kepada pasar. Penetapan harga memiliki dampak langsung dan jelas terlihat pada penerimaan pasar sehingga menjadi sangat penting terhadap keseluruhan bauran pemasaran. Selain itu, harga merupakan alat yang sangat fleksibel, di mana suatu saat harga akan stabil dalam waktu tertentu, tetapi dalam seketika harga dapat juga meningkat atau menurun dan juga merupakan satu-satunya elemen yang menghasilkan pendapatan dari penjualan.
Seorang wirausahawan mempunyai alternatif penetapan harga sebagai berikut:
1. Cost-Based Pricing (penetapan harga berdasarkan biaya)
·         Cost-Plus-Pricing (penetapan harga biaya plus)
·         Break Even Analysis and Target Profit Pricing (analisis peluang pokok dan penetapan harga laba sasaran)
Ini adalah metode dengan menghitung titik impas (break even) atau membuat target laba tertentu di atasnya.
2. Value-Based Pricing (penetapan harga berdasarkan persepsi calon konsumen terhadap nilai barang)
Metode ini menggunakan satu persepsi nilai dari pembeli (bukan dari biaya penjualan) untuk menetapkan suatu harga. Jadi, pertama-tama dilihat dulu berapa konsumen yang bersedia membeli/membayar untuuk produk yang Anda tawarkan, sedangkan biaya produksi baru dilihat belakangan untuk mengetahui apakah biayanya masih dapat menguntungkan atau tidak.
3. Competition-Based Pricing (penetapan harga berdasarkan persaingan)
·         Going-rate Pricing (Penetapan harga berdasarkan harga yang berlaku)
Perusahaan mendasarkan harganya pada harga yang ditawarkan rata-rata pesaing dan kurang memerhatikan biaya dan permintaannya. Perusahaan dapat mengenakan harga yang sama, lebih tinggi, atau lebih rendah dari pesaing utamanya.
Sedangkat Griffin dan Ebbert (2002) merumuskan cara penetapan harga bagi produk yang telah beredar dan produk baru. Penetapan harga bagi produk yang telah beredar adalah sebagai berikut:
1.      Penetapan harga di atas harga pasar yang berlaku bagi produk-produk serupa. Penetapan harga di atas harga pasar dilakukan dengan asumsi konsumen akan beranggapan harga yang lebih mahal berarti kualitasnya lebih baik.
2.      Penetapan harga di bawah harga pasar. Penetapan harga di bawah harga pasar yang berlaku dapat berhasil apabila suatu perusahaan dapat menawarkan suatu produk yang kualitasnya sama dengan rata-rata kualitas pesaing (homogen) sehingga konsumen membeli karena harga.
3.      Penetapan harga yang sam atau dekat dengan rata-rata harga pasar. Suatu perusahaan yang dominan yang disebut ppemimpin pasar menetapkan harga produk yang selalu akan diikuti perusahaan lain. Pendekatan ini disebut sebagai penetapan harga pasar (market pricing)
Selanjutnya, untuk memasarkan produk-produk baru, tentu tidaklah mudah untuk mengetahui berapa konsumen bersedia mengeluarkan uangnya. Misalnya, pada saat air mineral dalam kemasan Aqua diperkenalkan pada era 1980-an, konsumen merasa harganya sangat mahal karena mereka membandingkan dengan arin minum yang murah yang mudah ditemui di dapur mereka. Namun sekarang harga itu menjadi wajar karena konsumen membutuhkan kemudahan dan air minum bersih di rumah yang sudah sulit didapat karena pencemaran lingkungan. Perusahaan memiliki dua pilihan dalam penetapan harga produk baru:
·         Penetapan harga mengapung.  Wirausahawan berusaha meyakinkan pembeli bahwa produknya sangat berbeda dari produk lain yang ada di pasaran. Kalau berhasil, perusahaan dapat mengahasilkan laba yang besar dari setiap barang yang dijual. Namun, harga akan jatuh sewaktu perusahaan-perusahaan baru memasuki pasar tersebut karena mereka melihat potensi margin yang besar yang perusahaan peroleh.
·         Penetapan harga penetrasi. Strategi ini menarik minat konsumen dengan harga yang lebih rendah untuk mendorong penjualan awal. Peningkatan harga selanjutnya baru dilakukan secara perlahan-lahan untuk menghindari agar pelanggan tidak mengundurkan diri.

Penetapan harga dengan orientasi pelanggan adalah lebih penting daripada mencoba mencari harga ideal untuk suatu produk. Pada kenyataanya, untuk kebanyakan produk terdapat jangkauan harga yang dapat diterima, bukannya satu harga tunggal yang ideal. Jangkauan harga adalah daerah di antara harga tertinggi yang ditentukan oleh pelanggan di pasar dan harga terendah berdasarkan perhitungan struktur biaya perusahaan. Yang diinginkan manajer adalah menempatkan harga di antara batas-batas tersebut. Harga akhir yang ditentukan pemilik bisnis tergantung dari citra yang ingin diciptakan dalam pikiran pelanggan, harga bisa menjadi murah, menengah, atau gengsi(lihat gambar 1).
Penetapan harga yang pantas bukan sekedar memilih suatu angka berdasrkan intuisi atau keyakinan pribadi. Sebaliknya, kebijakan penetapan harga memerlukan informasi, fakta, dan analisa.

Harga akhir (Citra apakah yang diinginkan oleh wirausahawan

Jangkauan Harga
yang Dapat
Diterima

Harga terendah (Seberapa besar biaya wirausahawan?)

Harga tertinggi (Seberapa tinggi yang mampu ditanggung pasar?)
 








Gambar 1
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan pemilik bisnis kecil sewaktu menetapkan harga akhir dari barang atau jasa meliputi:
·         Biaya produk atau jasa
·         Faktor pasar----Permintaan dan penawaran
·         Jumlah penjualan
·         Harga pesaing
·         Keunggulan bersaing perusahaan
·         Kondisi ekonomi
·         Lokasi bisnis
·         Perubahan musiman
·         Faktor psikologis
·         Penjualan kredit dan ptongan penjualan
·         Kepekaan pelanggan terhadap harga
·         Citra yang diinginkan
Meskipun wirausahawan mungkin tidak dapat memperoleh harga ideal untuk produk atau jasanya, dia harus menentukan harga cukup tinggi untuk menutup biaya dan menghasilkan laba yang layak, namun cukup rendah untuk menarik pelanggan dan mencapai volume penjualan yang mencukupi. Lebih lanjut lagi, harga yang tepat pada hari ini belum tentu cocok untuk esok, sebab terjadi perubahan kondisi pasar.
2.5 Strategi dan taktik Penetapan Harga
Banyak cara penetnuan strategi dan taktik. Pilihan yang bermacam-macam ini memungkinkan manajer bisnis kecil menjadi kreatif. Harga selalu memainkan peran yang kritis dalam keseluruhan strategi: kebijaksanaan harga harus sesuai dengan perencanaan pasar secara menyeluruh. Berikut ini strategi dari penetapan harga tersebut:
1. Memperkenalkan Produk Baru
Sebagai dasar keputusannya, kebanyakan pendekatan manajer bisnis kecil menetapkan harga produk baru pada tingkat yang rendah karena belum memiliki pengalaman sebelumnya. Bila harga produk baru sangat tinggi, produk itu terancam gagal bila jumlah penjualannya sedikit. Tetapi bila harga terlalu rendah, penjualannya tidak cukup untuk menutup biaya. Dalam penetapan harga produk baru, ada tiga hal yang harus diperhatikan:
·         Buat agar produk itu ditereima. Tidak peduli seberapa luar biasanya produk itu, harga harus dapat diterima oleh calon pelanggan.
·         Jaga pangsa pasar dengan meningkatnya persaingan. Bila suatu produk baru berhasil, pesaing akan memasuki pasar dan perusahaan kecil itu harus bekerja memperluas atau paling sedikit mempertahankan pangsa pasar. Harga produk harus secara terus-menerus ditinjau kembali sehubungan dengan teknik-teknik promosi dan periklanan yang membantu perusahaan untuk mempertahankan pangsa pasar yang memuaskan.
·         Dapatkan laba. Jelas bahwa perusahaan kecil menetapkan harga produk baru lebih tinggi daripada biaya yang dikeluarkannya. Manajer tidak selayaknya memperkenalkan suatu produk baru dengan harga di bawah biaya, karena lebih mudah menurunkan harga daripada menaikkan harga di pasar.
Linda Calder, pemilik Calder & Calder Promotions, sebuah perusahaan yang menyelenggarakan pameran dagang, memahami sukarnya menaikkan harga. Ketika dia meluncurkan usahanya, Calder menetapkan harganya di bawah harga rata-rata dari perusahaan-perusahaan sesama penyelenggara pameran dagang pesaingnya, sebab dia pikir bahwa hal ini memberikannya keunggulan bersaing. “Harga kami sedemikian renda… semua habis terjual tetapi tidak menghasilkan laba,” katanya. Menyadari hal itu, Calder menaikkan harganya pada tahun kedua, tetapi pelanggan menolak keras. Penjualannya turun sebesar 50%.
Manajer perusahaan kecil memiliki tiga strategi dasar untuk dipilih dalam penetapan produk baru: strategi harga penetrasi, strategi harga tinggi, atau strategi meluncur mengikuti kurva permintaan.
Penetrasi
Bila suatu perusahaan kecil memperkenalkan sebuah produk dalam pasar yang sangat bersaing di mana terdapat banyak produk serupa yang mencari penerimaan pasar maka agar berhasil, produk itu harus melakukan penetrasi pasar. Untukd apat diterima dengan cepat dan didistribusikan luas di pasar, perusahaan harus memperkenalkan produk dengan harga rendah. Dengan kata lain, harga berada sedikit di atas biaya untuk mendorong paar dan segera mencapai volume yang besar. Margin harga rendah yang dihasilkannyaakan menghambat pesaing memasuki pasar-pasar sejenis.
Dalam banyak kasus, strategi penetapan harga penetrasi (penetration pricing strategy) digunakan untuk memperkenalkan produk yang harganya relatif rendah ke dalam pasar yang tidak memiliki segmen elit dan di mana hanya sedikit peluang untuk melakukan diferensiasi. Tahap perkenalan biasanya disertai dengan teknik-teknik periklanan dan promsoi yang gencar, penjualan khusus, dan potongan harga. Perusahaan kecil harus menyadari bahwa penetrasi harga adalah strategi jangka panjang; sebelum produk perusahaan diterima oleh pelanggan, laba cenderung tetap kecil. Tetapi bila strategi ini berhasil dan produk ini mencapai penetrasi pasar massal, volume penjualan yang tinggi. Banyak produk konsumsi seperti sabun, sampo, dan lampu pijar diperkenalkan lewat strategi penetapan harga penetrasi.
Harga Tinggi
Strategi penetapan harga tinggi (skimming pricing strategy) sering digunakan perusahaan memperkenalkan produk baru ke dalam pasar dengan persaingan rendah atau bahkan tidak ada persaingan. Kadang-kadang perusahaan menggunakan taktik ini sewaktu memperkenalkan produk ke dalam pasar yang bersaing tetapi terdapat pasar golongan elit yang mampu membayar tinggi. Perusahaan menggunakan harga tinggi di luar harga normal dalam usaha untuk cepat menutup biaya pengembangan dan promosi produk tersebut. Biaya memulai usaha biasanya besar karena pengeluaran promosi yang intensif dan biaya produksi awal. Gagasannya adalah untuk menetapkan harga cukup tinggi di atas biaya produksi dan untuk mempromosikan produk secara besar-besaran untuk menarik segmen pasar yang tidak peka terhadap harga. Taktik harga sering kali memperkuat citra unik dan bergengsi dari suatu took dan menggambarkan mutu produknya. Keuntungan lain dari teknik ini adalah bahwa manajer dapat mengoreksi kesalahan harga dengan cepat dan mudah. Bila perusahaan menetapkan harga terlalu rendah dengan strategi penetapan harga penetrasi, menaikkan harga akan menjadi sangat sukar. Tetapi perusahaan yang menggunakan strategi harga tinggi dan menetapkannya terlalu tinggi untuk dapat menghasilkan volume penjualan memadai, harga selalu dapat diturunkan.

Meluncur Mengikuti Kurva Permintaan.
Salah satu variasi dari strategi harga tinggi disebut strategi meluncur mengikuti kurva permintaan (Sliding down the demand curve strategy). Dengan menggunakan taktik ini, bisnis kecil memperkenalkan produk pada harga tinggi. Kemudian keunggulan teknologi memungkinkan perusahaan menurunkan biaya dengan cepat dan menurunkan harga lebih cepat daripada pesaingnya. Dengan memukul pesaing dengan penurunan harga, perusahaan kecil menghambat pesaing dan secara bertahap menjadi produseer dengan volume besar. Komputer adalah contoh yang sering dipakai untuk produk yang diperkenalkan dengan harga itnggi dan dengan cepat secara bertahap turun sesuai dengan peningkatan teknologi.
Meluncur adalah strategi penetapan harga jangka pendek yang mengasumsikan bahwa persaingan akan muncul. Tetapi bila persaingan tidak muncul, pengusaha kecil selau tetap dapat menurunkan harganya untuk mencakup pasar yang lebih luas. Harga awal yang tinddi dimaksudkan agar biaya awal cepat kembali dand apat dikumpulkan dana untuk membiayai perluasan dan peningkatan teknologi.
Penetapan Harga untuk Barang dan Jasa yang Sudah Mapan
Masing-masing taktik dan teknik penetapan harga di bawah ini dapat menjadi bagian dari alat bantu wirausahawan untuk menetapkan harga produk dan jasa.
Penetapan Harga Ganjil
Meskipun penelitian terhadap reaksi pelanggan sehubungan dengan harga bermacam-macam tidak dapat disimpulkan, banyak manajer bisnis kecil menggunakan teknik yang dikenal sebagai penetapan harga ganjil (odd pricing). Manajer-manajer ini lebih menyukai untuk menetapkan harga dengan angka terakhir ganjil (5, 7, 9) karena mereka percaya bahwa menjual barang seharga $12,95 akan tampak jauh lebih murah dari pada $13.00. Teknik psikologis seperti harga ganjil ini dirancang untuk menarik minat pelanggan, meskipun efektivitasnya masih harus dibuktikan.

Penetapan Jenis Harga
Penetapan lini harga (price lining) adalah teknik yang sangat menyederhanakan fungsi penetapan harga. Dengan cara ini, manajer took mengelompokkan barang-barang yang serupa penampilan, mutu, biaya, kinerja, atau ciri-ciri lainnya. Sebagai contoh, kebanyakan took musik menggunakan lini harga untuk pita kaset dan CD agar memudahkan pelanggan dalam memilih serta menyederhanakan perencanaan persediaan. Kebanyakan produk-produk yang dikelompokkan jenisnya muncul dalam tiga kelompok—baik, leb ih baik, dan terbaik—pada harga yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan pendapatan segmen pasar yang berbeda.
Penetapan Pemimpin Harga
Penetapan pemimpin harga (leader pricing) adalah suatu teknik di mana usaha pengecer kecil menurunkan harga yang biasa (yaitu, harga yang biasa dibayar pelanggan) untuk barang yang popular dala  m usaha menarik lebih banyak pelanggan. Perusahaan hanya menghasilkan sedikit laba untuk tiap unit barang karena margin harga yang kecil, tetapi pembelian dari barang lain oleh pelanggan sering mendorong kenaikan penjualan dan laba. Dengan kata lain, pembelian yang tanpa disengaja dibuat pelanggan sewaktu berbelanja barang yang popular mendorong pendapatan yang memadai untuk menutup margin laba yang rendah. Toko barang sehari-hari sering menggunakan teknik ini.
Penetapan Harga Geografis
Perusahaan kecil yang penetapan harganya sangat terpengaruh oleh biaya pengiriman pada pelanggan karena melintasi daerah yang luas, sering menerapkan salah satu dari teknik harga geografis. Untuk perusahaan-perusahaan ini, biaya pengiriman menjadi bagian yang menentukan dalam menjalankan bisnis dan mungkin banyak memotong margin laba yang sudah tipis. Salah satu jenis penetapan harga geografis adalah penetapan harga berdasarkan zona (zone pricing) yaitu menetapkan harga yang berbeda untuk pelanggan-pelanggan yang berada di teori-teori yang berbeda. Sebagai contoh pabrik mungkin menjual barang dengan suatu harga pada pelanggan di bagian timur Mississippi dan dengan harga yang lain pada pelanggan yang lain pada pelanggan yang berada di bagian barat Mississippi. Biaya pos paket kantor pos yang berbeda untuk tempat yang berbeda merupakan contoh yang baik untuk penetapan harga berdasarkan zona. Perusahaan kecil harus mampu memperlihatkan dasar yang dapat diterima (misalnya perbedaan biaya penjualan atau ongkos kirim) untuk diskriminasi harga ini atau menanggung resiko melanggar pasal 2 dari Clayton Act.
Variasi lain dari penetapan harga geografis adalah penetapan harga-harga terkirim (derlivered pricing), suatu teknik di mana semua pelanggan dibebankan harga yang sama, tanpa mempedulikan lokasi mereka maupun perbedaan biaya transportasi. Perusahaan ini menghitung ongkos-ongkos kirim untuk tiap daerah dan menggabungkannya ke dalam suatu tariff yang sama. Hasilnya adalah bahwa pelanggan setempat mensubsidi pelanggan yang jauh dalam hal biaya pengiriman barang.
Variasi terakhir dari penetapan harga geografis adalah penetapan harga FOB-pabrik (FOB factory pricing), di mana perusahaan menjual barang dagangan pada pelanggan dengan syarat bahwa mereka yang membayar semua biaya pengiriman. Dengan cara ini perusahaan dapat  menetapkan harga seragam untuk produk tersebut dan mempersilakan pelanggan membayar sendiri ongkos kirimnya.
Penetapan Harga Oportunistik
Bila produk dan jasa mengalami kelangkaan, pelanggan akan bersedia membayar lebih untuk produk yang mereka perlukan. Beberapa bisnis menggunakan situasi ini untuk memaksimumkan laba jangka pendek dengan jalan melambungkan harga. Banyak pelanggan yang tidak punya banyak pilihan selain harus membayar dengan harga tinggi. Namun penetapan harga oportunistik dapat balik merugikan, karena pelanggan tahu bahwa dengan harga tinggi yang tidak realistic itu berarti suatu perusahaan telah memanfaatkan mereka.
Sebagai contoh, sesudah gempa bumi dahsyat yang melanda Los Angeles, sebuah toko kelontong melambungkan harga untuk hampir tiap jenis barang, membuat satu botol kecil air mineral dijual seharga $8. Penduduk di lingkungan tersebut tidak punya banyak pilihan selain harus membayar harga tinggi itu. Setelah bencana berakhir, banyak pelanggan yang ingat akan harga toko yang tidak adil tersebut dan mulai berbelanja di toko lain. Penjualan toko kelontong itu merosot dan tidak pernah kembali ke semula lagi.
Potongan Harga
Banyak manajer penguasaha kecil menggunakan potongan harga (discount) atau markdown—pengurangan dari harga normal yang tercantum—untuk menghabiskan dagangan yang basi, kadaluwarsa, rusak, atau yang putaran sediaanya lambat. Potongan harga musiman adalah potongan harga yang dirancang untuk mendorong pelanggan membeli barang sebelum datangnya musim berikut. Sebagai contoh, banyak pengecer pakaian menawarkan obral jaket musim dingin di pertengahan musim panas. Beberapa perusahaan melakukan ptongan pembelian untuk kelompok pembeli tertentu misalnya para orang tua atau pelajar, untuk membangun pelanggan yang setia dan agar pelanggan mau kembali. Sebagai contoh, toko obat kecil yang berlokasi dekat universitas negeri menawarkan 10% potongan kepada pelajar yang membeli di tempat itu, pengusahanya dan cukup sukses dalam mengembangkan volume penjualan pada mahasiswa.
Penetapan Harga Ganda
Pentapan harga ganda (multiple pricing) adalah suatu teknik promosi yang menawarkan potongan harga kepada pelanggan bila membeli dalam jumlah banyak. Banyak produk, terutama yang bernilai rendah ditawarkan dengan menggunakan harga ganda. Sebagai contoh, produk yang dijual 5 sen per buah ditawarkan seharga $2 untuk 5 buah.
Harga Eceran Yang Disarankan
Banyak pabrik mencetak harga jual eceran yang disarankan untuk produk-produknya atau mencantumkannya pada faktur atau catalog pedagang besar. Pemilik bisnis kecil sering mengikuti harga eceran yang disarankan ini karena menghilangkan keharusan membuat  keputusan penetapan harga. Walaupun demikian, mengikuti saran harga dari pabrik yang jaaraknya jauh dapat mengakibatkan masalah bagi bisnis kecil. Sebagai contoh, penjual pakaian pria mungkin mencoba menciptakan citra produk bermutu tinggi, melalui kebijaksanaan harga tinggi pula, tetapi pabrik menyarankan potongan harga yang mungkin tidak cocok dengan citra toko kecil tersebut. Bahaya lain dengan menerima harga yang disarankan pabrik adalah tidak mempertimbangkan struktur biaya perusahaan dan situasi persaingan. Pabrik tidak dapat memaksa perusahaan untuk menerima suatu harga eceran yang disarankan atau mensyaratkan agar suatu perusahaan menyetujui untuk tidak menjual barang di bawah harga yang disarankan karena hal ini melanggar Sherman Antitrust Act dan undang-undang antimonopoli yang lain.
2.6 Dua Kekuatan Potensial: Citra dan Persaingan
Harga Membentuk Citra
Kebijakan harga perusahaan memberikan informasi penting bagi citra secara keseluruhan. Sebagai contoh, harga yang dikenakan oleh toko pakaian mewah bagi pria akan memberikan citra yang sama sekali berbeda dengan harga yang dikenakan oleh toko perwakilan pabrik. Pelanggan melihat harga untuk menentukan mereka berurusan dengan toko jenis yang bagaimana. Harga tinggi sering membawa gagasan mutu tinggi, gengsi, dan keunikan kepada pelanggan.  Demikian pula, sewaktu mengembangkan suatu pendekatan pemasaran terhadap penetapan harga, seorang manajer bisnis kecil harus menetapkan harga yang memang diharapkan dan rela dibayarkan oleh pembeli. Sangat sering, pemilik bisnis kecil menetapkan harga dari arang atau jasa mereka terlalu murah, karena percaya bahwa hanya dengan harga rendah mereka dapat memperoleh keunggulan bersaing. Mereka gagal mengidentifikasi nilai tambahan, kenyamanan, pelayanan, dan mmutu yang mereka berikankepada pelanggan—hal-hal yang pelanggan bersedia membayar.Perusahaan-perusahaan ini terjebak untuk mencoba bersaing hanya atas dasar harga padahal mereka belum mencapai volume penjualan—dan karenanya, biaya yang lebih rendah—dibandingkan lawan mereka yang terbesar. Inilah awal kegagalan. “Orang menginginkan mutu,”kata seorang penjual barang kelas atas yang menjual dengan harga tinggi. “Mereka menginginkan nilai. Tetapi bila Anda menurunkan harga, mereka pikir Anda menurunkan nilai dan menurunkan mutunya.”
Robin Golinski menjual pakaian sutera wanita dengan gambar lukisan tangan hanya seharga $22 di Boston Common, tetapi banyak pelanggan menolaknya, dan mereka percaya bahwa parbrik itu tidak menjual bahan yang asli pada harga tersebut. “Kami menaikkan harganya menjadi, $34 dan penjualan meningkat dua kali lipat,”kata Golinski.
Rahasia penetapan harga dengan benar didasarkan pada pemahaman terhadap pasar sasaran perusahaan, kelompok pelanggan yang terhadapnya perusahaan mengarahkan produk atau jasanya. Pasar sasaran, citra perusahaan, dan harga sangat erat berhubungan. Sebagai contoh, dengan semakin populernya bir yang dibuat oleh pabrik bir kecil, banyak dari pabrik kecil ini kini menetapkan sasaran untuk peminum kelas atas dengan harga bir seperti anggur mutu tinggi. Selama bertahun-tahun, pabrik bir kecil telah menjual semua bir yang mereka produksi dengan harga antara $4 sampai $7 per botol, tetapi sekarang pembuat “bir mewah” menjual produknya dengan harga 6 sampai 12 kalinya! Boon Marriage Parfait Gueze menjual dengan harga %21.50 per botol, dan botol yang berisi tiga liter bir dijual divel seharga $75 (diragikan tiga kali dan dujyal dengan tutup gabus, dan botol besar seperti anggur). Meskipun hanya merupakan bagian kecil dari keseluruhan pasaar bir, pabrik bir kecil tumbuh dengan cepat dalam pasar yang sudah stabil.
Persaingan dan Harga
Sewaktu menetapkan harga, pemilik bisnis harus mempertimbangkan harga pesaing mereka, tetapi sebaiknya tidak secara otomatis menyamai atau menyerangnya. Ada dua faktor penting dalam mempelajari pengaruh persaingan dalam kebijakan harga di perusahaan: lokasi pesaing dan sifat dasar barang yang bersaing. Dalam banyak kasus, bila perusahaan tidak dapat secara nyata membuat perbedaan mutu dan banyaknya tambahan  yang diberikan, maka harga untuk barang sejenis tersebutharus ditentukan sama dengan harga pesaing terdekat. Sebagai contoh, bila sebuah pompa bensin swalayan mengenakan biaya tambahan sepuluh sen pergalon bensin yang tidak dilakukan oleh pesaing di seberang jalan, pelanggan dengan mudah akan pindah membeli ke seberang jalan. Tanpa keunggulan citra perusahaan yang unik—mutu produk yang dijual, nilai jasa yang disediakan , kenyamanan lokasi, persyaratan kredit—perusahaan kecil harus menyesuaikan harga dengan pesaingnya, atau untuk kehilangan penjualan. Meskipun harga pesaing jauh tidak terlalu kritis dibandingkan dengan pesaing dekat, akan sangat membantu untuk mengetahui harga mereka dan menggunakannya sebagai titik acuan. Sebelum menyesuaikan dengan harga pesaing, pemilik bisnis kecil harus mempertimbangkan motif pesaingnya. Persaingan mungkin ditetapkan berdasarkan struktur biaya dengan kriteria tertentu yang memiliki strategi yang sangat berbeda dengan strategi perusahaan kita.
Sifat barang pesaing juga memengaruhi kebijakan harga perusahaan kecil. Manajer harus menyadari produk mana yang merupakan substitusi dari produk yang dijualnya dan kemudian berusaha menjaga harga-harga sejalan dengannya. Sebagai contoh, toko sandwich setempat harus mempertimbangkan restoran hamburger, toko taco, dan toko daging sapi panggang sebagai pesaing karena mereka semua menyediakan makanan cepat saji. Meskipun mereka tidak menawarkan menu yang sama, mereka sebenarnya bersaing untuk mendapatkan uang yang sama. Tentu saja, bila pengusaha kecil dapat membuat produknya berbeda dari pesaingnya dengan menciptakan citra khusus dalam pandangan pelanggan maka pengusaha dapat menentukan harganya sendiri.
Karena harga pesaing dapat memiliki dampak yang dramatis terhadap harga-harga perusahaan kecil, wirausahawan harus memiliki kebiasaan untuk memantau harga pesaing, terutama untuk produk sejenis.
Konsep Penetapan Harga untuk Pengecer
Markup(selisih antara biaya suatu produk atau jasa denganharga jualnya)
Landasan konseptual operasi bisnis yang berhasil adalah menjual produk atau jasa lebih tinggi dari pada biaya pembuatannya. Selisih antara biaaya produk atau jasa dengan harga jual tersebut sebagai markup (atau markdown). Markup dapat dinyatakan dalam nilai uang atau sebagai persentase terhadap biaya atau harga jual.
Rumus:
Markup Dolar           = harga eceran – harga pokok barang dugaan
Persentase markup (terhadap harga eceran) = markup dolar
                                                                        harga eceran
Persentase markup (terhadap biaya)             = markup dolar
                                                                         biaya per satuan

Sebagai contoh, bila harga kaos pria $15 dan manajer merencanakan menjual dengan haraga $25, markup harganya adalah:
                                    Markup dolar             = $25 - $15 = $10
Persentase markup (terhadap harga eceran)  = $10
                                                                         $25
                                                                       = 0,40
                                                                       = 40%
Persentase markup (terhadap biaya)              = $10
                                                                          $15
                                                                       = 0,6667
                                                                       = 66,67$

Perhatikan bahwa biaya barang dagangan yang digunakan dalam perhitungan markup tidak hanya mencakup harga pedagang besar untuk barang tersebut, tetapi juga biaya lain yang terjadi (misalnya beban biaya penjualan atau transportasi) di pihak pengecer dan suatu laba dikurangi segala macam potongan (kuantitas, tunai) yang ditawarkan pedagang besar.
Begitu pemilik suatu bisnis memiliki rencana keuangan, termasuk perkiraan penjualan dan pengeluaran yang diantisipasi, ia dapat menghitung markup awal adalah markup rata-rata yang diperlukan pada semua barang dagangan untuk menutup semua biaya barang itu, semua beda pengeluaran yang terjadi, dan laba yang wajar:
            Markup dolar awal= Biaya operasi + potongan + laba
                                                Penjualan bersih + potongan

di mana biaya operasi adalah biaya untuk menjalankan bisnis seperti sewa, listrik-air, dan penyusutan; sedangkan potongan mencakup potongan karyawan dan pelanggan, potongan harga, penjualan obral, dan biaya kehabisan stok.
Contoh, bila pengecer kecil memperkirakan penjualan sebesar $380.000, pengeluaran $140.000 dan potongan $24.000, dan dia mengharapkan laba $38.000, maka persentase markup awal adalah:
            Persentase markup awal = $140.000 + $24.000 + $38.000
                                                            $380.000 + $24.000
                                                   = 50%

Pengecer ini mengetahui bahwa markup rata-rata sebesar 50% diperlukan untuk menutup biaya-biaya dan untuk memperoleh laba yang memadai.
Segera setelah pemilik menentukan persentase markup yang diinginkan, dia dapat menghitung harga eceran yang sesuai. Bila markup  beberapa jenis barang adalah 40% dari harga eceran:
                        Biaya   = harga eceran – markup
                                    = 100% - 40%
                                    = 60% dari harga eceran

dan dengan mengasumsikan bahwa biaya barang itu $18.00, pengecer dapat menyusun ualang persentase markup dari harga eceran dengan rumus markup:
                        harga eceran    = biaya dolar
                                                   biaya persentase
Dengan menyelesaikan persamaan ini untuk ,mendapatkan harga eceran, pengecer menyelesaikan perhitungan sebagai berikut:
                        harga eceran    = $18.00 = $30.00
                                                     0.60

Dengan demikian, pemilik menetapkan harga eceran $30.00 untuk barang yang menggunakan markup 40%.
Akhirnya pengecer harus memeriksa untuk memastikan bahwa harga eceran yang dihitung itu konsisten dengan persentase markup awal. Apakah akan menutup biaya dan menghasilkan laba yang diinginkan? Apakah cocok dengan citra perusahaan secara keseluruhan? Apakah harga terakhir sesuai dengan strategi yang ditetapkan? Apakah berada di rentangan harga yang dapat diterima? Bagaimana bila dibandingkan dengan harga pesaing? dan yang paling penting apakah pelanggan bersedia membayar dengan harga tersebut dan apakah mereka mampu membayar?
Penetapan Harga Dengan Mengikuti Penentu Harga
Beberapa pengusaha kecil tidak berusaha untuk menjadi penentu harga dalam daerah geografisnya dan hanya mengikuti harga yang ditetapkan pesaingnya: Para manajer dengan bijaksana memantau kebijakan harga pesaing dan harga-harga tertentu dengan mencermati iklan mereka atau memperkerjakan pembelanja pembanding yang bekerja secara penggal ataupun penuh waktu. Kemudian pengecer menggunakan informasi ini untuk menetapkan kebijakan harga “ikut-ikutan,” yang menghilangkan segala kesempatan untuk menciptakan citra harga khusus perusahaannya. meskipun banyak pengecer harus menyamai harga pesaing untuk jenis barang yang sama, mempertahankan penetapan harga dengan mengikuti penentu harga (follow-the-leader pricing) mungkin tidak sehat untuk pengusaha kecil sebab menghilangkan peluang untuk menciptakan citra yang berbeda di mata pelanggan.
Penetapan Harga di Bawah Harga Pasar
Beberapa perusahaan kecil memilih untuk membentuk citra murah di pasar dengan menawarkan barang di bawah harga pasar. Dengan menentukan harga di babwah pesaingnya, perusahaan ini berharap dapat menarik pelanggan pada tingkat penjualan yang cukup untuk menutup markup harga yang rendah. Banyak pengecer menggunakan strategi penetapan harga di bawah pasar (below-market pricing) dengan menghilangkan hampir semua tambahan yyang ditawarkan pesaing yang menetapkan harga yang tinggi. Sebagai contoh, bisnis-bisnis ini mengurangi biaya operasi dengan mengurangi layanan seperti pengiriman, pemasangan, kredit, dan asisten penjualan. Strategi penetapan harga di bawah pasar dapat beresiko untuk perusahaan kecil, karena mengisyaratkan perusahaan kecil untuk secara terus-menerus mencapai penjualan yang tinggi agar dapat tetap bersaing.
Konsep Penetapan harga untuk Pabrik
Untuk pabrik, keputusan penetapan hnarga mensyaratkan adanya dukungan catatan akuntansi yang teliti. Teknik yang paling umum digunakan pabrik adalah penetapan harga cost-plus. Dengan menggunakan metode ini, pabrik menetapkan harga yang terdiri dari bahan langsung, upah langsung, biaya umum pabrik, biaya penjualan dan administrasi, ditambah laba yang diinginkan.
Keuntungan utama penetapan harga cost plus adalah kesederhanaannya. Apabila diketahui data akuntansi biaya yang benar, menghitung harga jual akhir menjadi relatif mudah. Juga, karena metode ini menambahkan laba di atas biaya-biaya perusahaan, pabrik terjamin akan mendapatkan laba yang diinginkan. Meskipun demikian, proses ini tidak mendorong pabrik untuk menggunakan sumber dayanya secara efisien. Meskipun bila perusahaan tiddak mampu menggunakan sumber dayanya secara efektif, perusahaan tetap memperoleh laba, sehingga tidak ada motivasi untuk menghemat biaya dalam proses produksi. Akhirnya karena struktur biaya pabrik bervariasi sedemikian besar, metode ini tidak mampu memperitmbangkan persainggan cecara seksama. Meskipun merupakan kelemahan, metode cost-plus tetap popular digunakan di banyak industri seperti konstruksi dan percetakan.

Laba

Biaya penjualan dan administrasi

Upah langsung, Bahan langsung, Biaya overhead pabrik

Harga Jual
 







Gambar komponen-komponen penentuan biaya cost-plus
Penetapan Biaya Langsung dan Formulasi Harga
Satu persyaratan untuk keberhasilan kebijakan penetapan harga dalam pabrik adalah sistem akuntansi biaya yang dapat diandalkan yang dapat menghasilkan laporan yang tepat waktu untuk menentukan biaya pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Metode tradisional dalam penentuan biaya produk ini disebut penentuan biaya absorpsi (absorption costing) karena semua biaya pabrik dan biaya overhead diserap dalam biaya produk jadi. Biaya yang diserap meliputi bahan langsung dan upah langsung, ditambah sebagian biayaa overhead pabrik yang tetap maupun variabel untuk tiap unit yang dihasilkan. Laporan keuangan penyerapan penuh tidak banyak membantu pabrik untuk menentukan harga atau mengukur dampak perubahan harga.
Teknik yang lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan manajemen adalah dengan menggunakan penetuan biaya variabel (atau langsung), di mana biaya produk yang dihasilkan hanya meliputi biaya yang bervariasi langsung dengan kuantitas yang diproduksi. Dengan kata lain, penentuan biaya veriabel terdiri dari bbahan, upah langsung, dan biaya overhead pabrik yang bervariasi dengan kuantitas produk yang dihasilkan. Biaya overhead pabrik yang tetap, (misalnya sewa, penysusutan, dan asuransi) tidak dimasukkan ke dalam biaya produk jadi. Tetapi biaya ini diperhitungkan sebagai pengeluaran dalam suatu periode.
Yang diinginkan pabrik dengan menetapkan harga adalah untuk menemukan kombinasi biaya dari harga jual dan volume penjualan yang menutup biaya-biaya variabel untuk menghasilkan suatu produk dan berkontribusi untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan suatu laba. Masalah dengan penggunaan penetapan biaya penyerapan penuh adalah tidak jelasnya hubungan antara harga, kuantitas, dan biaya dengan disertakannya biaya-biaya tetap ke dalam biaya satuan. Dengan menggunakan dasar penentuan biaya langsung, biaya satuan produk yang tetap dapat diketahui tanpa melihat kuantitas produksinya. Hasilnya adalah hubungan yang lebih jelas antara harga, kuantitas, dan biaya.
Apabila biaya varriabel dikurangkan terhadapa pendapatan total, hasilnya disebut margin kontribusi pabrik—suatu jumlah tersisa yang berkontribusi untuk menutup biaya-biaya tetap dan menghasilkan suatu laba. Menyatakan margin kontribusi dalam persentase pendapatan total menghasilkan persentase kontribusi perusahaan. Menghitung persentase kontribusi adalah langkah yang kritis dalam menetapkan harga melalui metode penentuan biaya langsung. Persentase kontribusi perusahaan pada contoh ini 36.5 persen.
Perhitungan Harga Jual Impas
Persentase kontribusi pabrik menunjukkan berapa bagian dari pendapatan total yang masih ada setelah digunakan untuk menutup biaya variabel yang akan dipakai untuk memenuhi biaya tetap dan untuk menghasilkan laba. Kontribusi pabrik dalam contoh di sini ialah 36.5% yang berarti bahwa biaya variabel menyerap 63.5% (1,00 – 0,365 = 0.635) dari harga jual produk. Misalnya biaya varibel meliputi:
Bahan                                      $2.08/unit
Upah langsung                        $4.12/unit
Overhead variabel pabrik        $0.78/unit
Jumlah biaya variabel              $6.98/unit

Harga minimum pabrik untuk menjual produknya $6.98/unit. Harga di bawah angka ini tidak akan menutup biaya variabel. Untuk menghitung harga jual impas dari suatu produk dapat menggunakan rumus berikut:
Laba=              (Harga jual x kuantitas produksi) + (biaya variabel per unit x kuantitas produksi) + biaya tetap total                                               
                                                kuantitas diproduksi



Laporan Laba-Rugi Berdasarkan Penyerapan Penuh
Penerimaan                                                                                          $790.000
Biaya barang-barang yang dijual
                        Biaya baku
                        Upah langsung
                        Biaya overhead pabrik
Laba kotor
Pengeluaran Operasional
                        Umum dan Administrasi
                        Penjualan
                        Lain-lain
            Total pengeluaran
            Laba bersih (sebelum pajak)

Laporan Laba-Rugi Berdasarkan Biaya Langsung

Penerimaan (100%)
Biaya variabel:
                        Bahan baku
                        Upah Langsung
                        Overhead pabrik variabel
                        Pengeluaran penjualan variabel
                        Total biaya variabel (63,54%a0
Margin kontribusi (36.46%)
Biaya tetap:
                        Overhead pabrik tetap
                        Pengeluaran penjualan tetap
                        Umum dan administrasi
                        Lain-lain
            Total biaya tetap
Laba bersih (sebelum pajak)

yang menjadi:
Harga jual impas = Laba +(biaya variabel per unit + kuantitas produksi) + biaya
                               tetap total                                                                                    
                                                            Kuantitas diproduksi
Agar impas, pabrik mengasumsikan laba $0. Misalnya rencana untuk menghasilkan 50.000 unit produk itu memerlukan biaya tetap $110.000/ Jarga jual impasnya adalah:
            Harga jual        = $0 + ($6.98 x 50.000) + $110.000
                                                            50.000
                                    =    $459.000               = $9.18/unit
                                          50.000 unit

Maka $2.20 ($9.18/unit—$6.98/unit) dari harga impas $9.18 merupakan kontribusi untuk menutup biaya produksi tetap. Tetapi, misalnya pabrik ingin menghasilkan laba $50.000. Maka harga jualnya adalah:
Harga jual        = $50.000 + ($6.98 x 50.000) + $110.000
                                                            50.000
                                    =    $509.000               = $10.18/unit
                                          50.000 unit
Sekarang, pabrik harus memperkirakan apakah pelanggan akan memebeli 50.000 unit pada harga $10.18. Bila tidak, perusahaan harus memutuskan untuk memproduksi produk berbeda dan yang lebih menguntungkan atau menurunkan harga jual. Harga beberapa saja asalkan di atas $9.18 akan menghasilkan laba, meskipun kurang dari yang diinginkan. Dalam jangka pendek, perusahaan dapat menjual produk dengan harga di bawah $9.18 bila diharuskan oleh adanya persaingan, tetapi tidak di bawah $6.98 sebab tidak akan menutup biaya variabel produksi.
Konsep Harga pada Perusahaan Jasa
Kebanyakan perusahaan jasa menetapkan harganya berdasarkan tarif per jam, biasanya jumlah waktu sesungguhnya untuk menghasilkan jasa. Tetapi, beberapa perusahaan, menentukan harga berdasarkan jumlah jam standar, yaitu rata-rata jam yang diperlukan untuk menghasilkan jasa itu. Pada kebanyakan perusahaan bagian biaya terbesar adalah biaya karyawan dan biaya bahan. Untuk menetapkan harga layak menghasilkan laba, pemilik perusahaan kecil harus tahu besarnya biaya bahan, biaya langsung, dan biaya overhead per unit untuk menghasilkan jasa. Dengan menggunakan data biaya dan laba yang diinginkan pemilik perusahaan jasa kecil menentukan harga yang sesuai untuk jasa yang dihasilkannya.
Perhatikan contoh sederhana untuk menetapkan harga suatu jasa untuk umum—reparasi TV. TV repair shop menggunakan metode penetapan biaya langsung untuk menyiapkan laporan laba-rugi yang akan digunakannya untuk meningkatkan pengendalian manajemen. Ned memperkirakan bahwa dia dan karyawannya menggunakan 12.800 jam dalam memberikan jasa reparasi televise. maka biaya total per jam produktif Ned’s TV repair shop adalah:
                                    $172.000 = $13.44/jam
                                    12.800 jam

Sekarang Ned harus menambahkan suatu angka untuk laba yang diinginkannya. Dia mengharapkan laba bersih operasi sebesar 18% dari penjualan. Untuk menghitung harga akhir dia menggunakan persamaan ini:
Harga per jam =
biaya total per jam produktif x                       1.00                            
                                                       (1.00 – sasaran laba bersih sebagai % penjualan

                        = 13.4 x 1.219
                        = $16.38/jam

Harga sebesar $16.38 per jama akan menutup biaya-biaya Ned dan menghasilkan laba yang diinginkan. Pemilik jasa bengkel yang bijaksana menghitung biaya perjam produksi secara berkala dalam satu tahun. Meningkatnya biaya tenaga kerja dan harga-harga bahan mengharuskan perusahaan lebih sering lagi menghitung ulang harga jasanya. Seperti pada pengecer dan pabrik, Ned harus mengevaluasi kebijakan harga pesaing dan memutuskan harga agar sesuai dengan citra perusahaan.
Tentu saja, harga $16.38 per jam mengandaikan bahwa setiap pekerjaan memerlukan bahan dengan jumlah sama. Bila pengandaian ini tidak benar, Ned harus menghitung kembali harga per jam tanpa memasukkan biaya bahan.
            Biaya per jam produktif = $172.000 – 40.500
                                                            12.800 jam
                                                   = $10.27/jam
Dengan menambahkan laba bersih yang diinginkan sebesar 18% dari penjualan
            Harga per jam = $10.27 x     1.00      
                                                     (1.00-0.18)
                                    = $10.27 x 1.219
                                    = $12.52/jam



Penjualan                                                                                 $199.000
            Biaya variabel:
               karyawan                              $52.000
               bahan                                    $40.500
               biaya umum variabel            $11.500
            Jumlah                                                   $104.000
            Biaya tetap:
               sewa                                     $2500
               gaji                                       $38.000
               biaya umum tetap                 $27.000
            Jumlah                                                   $68.000
Biaya total                                                                               $172.000
laba bersih                                                                               $27.00



2.7 Dasar-Dasar Keputusan Penetapan Lokasi
Membuat keputusan pemilihan lokasi tidaklah sukar; sama seperti dalam permainan interaktif komputer, terdapat banyak petunjuk atau dalam kasus ini fakta, yang memandu wirausahawan mendapatkan solusi terbaik. “Rahasia” untuk menyeleksi lokasi ideal merujuk pada pengetahuan mengenai target pelanggan perusahaan dan kemudian menemukan lokasi yang mempermudah para pelanggan tersebut melakukan bisnis dengan perusahaan tersebut.
Wilayah
Tahap pertama dalam menyeleksi lokasi terbaik adalah berfokus pada tingkat wilayah (regional). Persyaratan yang umum biasanya mencakup pertumbuhan yang tinggi dalam populasi sekelompok umur tertentu, meningkatnya penghasilan yang dapat ditabung, atau eksistensi dari infrastruktur tertentu. Memilih lokasi yang sesuai sebenarnya merupakan masalah dalam pemilihan tempat yang sangat efisien dalam melayani kebutuhan target pasar bisnis. Fase pertama adalah menentukan wilayah mana dalam negara ini yang mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Setiap tahun banyak penerbitan bisnis yang terkenal mempersiapkan laporan mengenai berbagai wilayah di negeri atau suatu wilayah. Salah satu tempat pertama yang harus dikunjungi wirausahawan sewaktu melaksanakan evaluasi wilayah adalah Biro Sensus AS. Sebagai tambahan, Biro Sensus AS menyediakan berbagai informasi yang terkandung dalam data bank yang sangat berharga kepada para wirausahawan dengan cara mencari potensi lokasi di World Wide Web (WWW) yang mudah digunakan pada: http://www.census.gov/. Di sana para wirausahawan dapat mengakses informasi demografis mengenai lokasi penting tertentu seperti umur, penghasilan, tingkat pendidikan, tingkat kesempatan kerja, pekerjaan, keturunan, waktu perjalanan, data perumahan, jumlah kendaraan yang dimiliki, dll. Sekali seorang wirausahawan mengidentifikasi wilayah terbaik dalam negaranya, langkah berikutnya adalah mengevaluasi masing-masing negara bagian(atau provinsi di Indonesia) di wilayah tersebut.


Negara Bagian/Provinsi
Setiap negara bagian/provinsi memiliki kantor pengembangan bisnis untuk menerima bisnis-bisnis baru di lokasi tersebut. Beberapa permasalahan yang harus diperdalam mencakup undang-undang, peraturan, dan pajak bagian kepada bisnis-bisnis yang berlokasi di sana. Faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan mencakup kedekatan dengan pasar, kedekatan dengan bahan baku mentah, kuantitas dan kualitas persediaan tenaga kerja, iklim bisnis secara umum, serta tingkat upah.
Kedekatan Dengan Pasar
Memilih lokasi dekat dengan pasar yang rencananya akan dilayani oleh perusahaan produsen merupakan hal yang sangat penting karena biaya transportasi barang-barang jadi relatif tinggi dibandingkan dengan nilai mereka. Semakin khusus suatu bisnis atau semakin besar biaya transportasi produk kepada pelanggannya, semakin penting pertimbangan kedekatan dengan pasr dalam keputusan pemilihan lokasinya.
Kedekatan Dengan Bahan  Baku Mentah yang Diperlukan
Apabila suatu bisnis memerlukan bahan baku mentah yang sukar atau mahal untuk dipindahkan, bisnis tersebut memerlukan lokasi yang dekat dengan sumber bahan baku mentah itu.
Sebagai contoh, satu produsen wadah untuk kotoran kucing memilih lokasi pada daerah yang mengandung banyak kaolin, tanah liat yang sangat menyerap yang dibuat untuk wadah tersebut. Memindahkan bahan baku yang berat dan bernilai rendaah untuk jarak jauh menjadi tidak praktis dan tidak menguntungkan.
Kebutuhan Peersediaan Tenaga Kerja
Terdapat dua faktor berbeda sewaktu menganalisa kebutuhan persediaan tenaga kerja: jumlah pekerja yang tersedia di daerah tersebut, dan tingkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman mereka. Mengetahui deengan tepat sifat tenaga kerja yang dibutuhkan dan mempersiapkan deskripsi pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan dapat membantu seorang pemilik bisnis menentukan ada atau tidaknya kecocokan dengan ketersediaan tenaga kerja. Dengan melakukan pemeriksaan ke sekolah-sekolah menengah atas, akademi, dan universitas di suatu wilayah untuk menentukan jumlah lulusan dari bidang studi yang relevan akan memberikan ide mengenai persediaan pekerja lokal yang bermutu. Perencanaan seperti itu akan menghasilkan pemilihan lokasi dengan sumber tenaga kerja bermutu yang stabil.
Iklim Bisnis
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan didalam iklim bisnis di antaranya: sikap negara bagian terhadap bisnis yang wirausahawan jalani, pajak penghasilan korporasi, pajak persediaan, pembatasan hari kerja, bantuan dana, dan peraturan daerah mengenai jenis usaha.
Tingkat Upah
Para wirausahawan harus yakin dalam mengukur tingkat upah bagi pekerjaan yang berkaitan dengan industri atau perusahaan tertentu mereka. Selain survey Pemerintah, lokal akan memberikan gambaran mengenai tingkat upah dibandingkan dengan negara bagian lain/provinsi lain. Faktor lain yang memengaruhi tingkat upah adalah tingkat aktivitas serikat kerja di suatu wilayah. Fase berikutnya dalam proses pemilihan lokasi berfokus pada pemilihan kota terbaik.
Kota
Seorang wirausahawan harus lebih tahu mengenai suatu kota dan lingkungan sekitarnya daripada orang-orang yang tinggal di sana. Mempelajari karakteristik warga suatu kota termasuk ukuran dan kepadatan populasi, tren pertumbuhan, ukuran keluarga, rincian umur, pendidikan, tingkat penghasilan, kategori pekerjaan, jenis kelamin, agama, ras, dan kebangsaan dapat memberikan fakta yang diperlukan seorang wirausahawan untuk membuatu suatu keputusan lokasi secara informal.
Faktor-Faktor lain yang harus diperhatikan di dalam memilih lokasi:
·         UU dan Peraturan Lokal
·         Persaingan
·         Kesesuaian dengan komunitas
·         Transportasi
·         Polis dan Perlindungan
·         Jasa Publik
·         Reputasi Lokasi
Tempat
Langkah terakhir dalam proses pemilihan lokasi adalah memilih tempat sebenarnya untuk suatu bisnis. Sekali lagi, fakta-fakta akan memandu wirausahawan dalam memilih lokasi terbaik.      Pertimbangan utama suatu produsen mungkin berupa akses kepada bahan baku mentah, pemasok, tenaga kerja, transportasi dan pelanggan.    
Berikut ini dasar-dasar untuk pemilihan tempat yang tepat untuk memperlancar bisnis:
·         Ukuran daerah perdagangan
·         Tingkat kompetisi
·         Jaringan kerja transportasi
·         Hambatan fisik, ras, atau politis
·         Lalu lintas pelanggan
·         Parkir yang cukup besar
·         Ruang untuk perluasan
·         Visibilitas
Pertimbangan Tata Ruang dan Rancangan
Tata ruang (layout) adalah pengaturan fasilitas fisik yang masuk akal dalam suatu bisnis yang menyumbang pada efisiensi operasi, peningkatan produktivitas, dan peningkatan penjualan. Untuk memulai proses ini, seorang wirausahawan harus menetapkan kriteria untuk bangunannya.
Berikut ini kriteria analisa untuk bangunan yang efisien:
·         ukuran
·         Konstruksi dan tampak luar
·         Pintu masuk
·         Ketersediaan fasilitas untuk penyandang cacat
·         Papan Tanda
·         Interior Bangunan
·         Penerangan dan Peralatan

Keputusan Besar: Membangun, Membeli, atau Sewa-Beli
Keputusan Membangun
Membangun suatu fasilitas baru dapat memberikan citra positif pada calon pelanggan . Bisnis tersebut terlihat baru dan sebagai akibatnya menciptakan citra modern, efisien dan bermutu tinggi. Di beberapa daerah pertumbuhan yang cepat, hanya sedikit (bahkan tidak ada) bangunan yang dijual atau disewa yang sesuai dengan permintaan wirausahawan. Pada situasi seperti inilah seorang wirausahawanharus mempertimbangkan biaya pembangunan suatu bangunan sebagai faktor yang cukup penting dalam perkiraan modal yang diperlukan dan titik impas.
Keputusan Membeli
membeli fasilitas menyebabkan seseorang dapat merenovasinya tanpa harus meminta izin kepada orang lain. membeli dapat mengosongkan sumber daya keuangan suatu bisnis tetapi pemiliknya tahu persis beberapa angsuran bulanannya. Dengan melakukan leasing, tingkat sewa dapat (dan biasanya akan) meningkat setiap waktu. Akan tetapi, membangun atau membeli suatu bangunan sangat membatasi mobilitas wirausahawan.
Keputusan Leasing
Keuntungan utama dari leasing adalah bahwa hal tersebut tidak memerlukan uang muka yang besar dengan demikian dana suatau bisnis dapat tersedia bagi pembelian persediaan atau untuk operasi saat ini. Salah satu kerugian dari leasing adalah bahwa pemilik property mungkin memilih tidak akan memperbarui leasing-nya.
Apapun puluhan yang dibuat oleh seorang wirausahawan, penting diingat bahwa pemilihan menyesuaikan rencana untuk bisnisnya sendiri.         
2.8 Tata Ruang: Memaksimalkan Pendapatan, Meningkatkan Efisiensi, atau Mengurangi Biaya    
Tata Ruang untuk Pengecer           
Tata ruang eceran merupakan pengaturan barang-barang dalam suatu toko dan metode pemajangannya. Pengecer harus menarik pelanggan masuk ke dalam tokonya dan mempermudah mereka mencari barang, membandingkan harga, kualitas, dan keistimewaan, dan akhirnya melakukan pembelian. Sebagai tambahan, rencana denah harus mengarahkan pelanggan melewati pajangan jenis barang lain yang mungkin akan mereka beli secara spontan.
Para pengecer memiliki tiga dasar pola tata ruang yang dapat dipilih, yaitu grid, free-form layout, dan boutique. Grid layout mengatur pajangan dalam model persegi sehingga selaras parallel satu dengan lainnya. Tata ruang jenis ini merupakan suatu tata ruang formal yang mengendalikan arus lalu lintas melalui toko. Tata ruang ini menggunakan ruang jual secara efisien, menciptakan lingkungan yang rapi dan terorganisir serta memudahkan pembelanjaan dengan cara menstandardisasi lokasi barang-barang.






                                                kasir dan pajangan barang spontan


                                                    Keluar                            Masuk

                      Daging                    Roti             Produk Susu

Makanan Ringan

Produk Kesehatan
grid layout
Tidak seperti grid layout, free-form layout lebih informal, menggunakan pajangan berbagai bentuk dan ukuran. keuntungan utamanya adalah terciptanya atmosfir yang santai dan bersahabat yang mendoong pelanggannya untuk berbelanja lebih lama dan meningkatkan jumlah ruang pembelian barang secara spontan. Tetap saja, walau demikian, free-form layout tidak seefektif grid layout dalam menggunakan ruang penjualan dan dapat menciptakan masalah keamanan apabila tidak direncanakan dengan baik.


                                                       
          Jalan masuk & keluar
                                                                Blus dan Kemeja


                                                               
                                                                Celana Panjang



           Pelayanan Pelanggan
                                                               
       Aksesoris

Pajangan

Pajangan

Kaca
free-form layout
Boutique layout membagi toko menjadi serangkaian daerah perbelanjaan indiviru, masing-masing daerah dengan tema tersendiri. hal tersebut seperti membangun serangkaian toko khusus ke dalam satu toko. Boutique layout lebih informal dan dapat menciptakan suatu lingkungan belanja yang unik untuk pelanggannya.

Zona Pria

    Masuk


    Keluar


Dunia Wanita

Tempat Perhiasan

Minyak wangi dan kosmetik

Pojok Olahraga Barang-barang untuk anak           Ruang Ganti

Pusat Barang untuk Rumah        Pusat Perkakas dan Peralatan
Boutique Layout
Tata Ruang untuk Produsen          
Keputusan tata ruang mempertimbangkan pengaturan departemen, stasiun kerja, mesin, dan titik penyimpanan persediaan dalam suatu fasilitas produksi. Sasaran umum adalah mengatur elemen-elemen ini untuk memastikan alur kerja yang lancar (dalam suatu fasilitas produksi) atau pola lau lintas tertentu (dalam fasilitas atau organisasi penyedia jasa). Tata ruang fasilitas memiliki pengaruh besar pada bauran produk, pengelolaan produk, dan penanganan, penyimpanan, dan pengendalian bahan baku, bersama-bersama dengan volume dan kualitas produksi.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam membuat tata ruang ideal bagi suatu operasi produsen bergantu pada:           
·         Jenis produk
·         Jenis proses produksi
·         Pertimbangan ekonomis
·         Ketersediaan ruangan
Jenis Tata Ruang Produsen
Terdapat tiga dasar jenis tata ruang yang dapat digunakan produsen secara terpisah atau secara gabungan—produk, proses, dan posisi tetap—dan mereka dibedakan berdasarkan kemampuan dipakainya terhadap berbagai kondisi volume produksi.

Tata Ruang Produk
Jenis tata ruang ini dapat diterapkan pada operasi yang memiliki alur yang tetap, bervolume tinggi, kontinyu atau produksi massal, atau sewaktu jasa atau produk tersbut sangat baku. pabrik perakitan mobil, pabrik kertas, dan penyulingan minyak merupakan contoh dari tata ruang produk.
Tata ruang produk memberikan keuntungan dalam hal rendahnya biaya penanganan bahan baku;tugas-tugas sederhana dapat diselesaikan dengan tenaga kerja rendah biaya dan keterampilan yang rendah; jumlah persediaan barang dalam proses menjadi berkurang dan akrivitas pengendalian produksinya relatif sederhana. Kerugian dari tata ruang produk adalah ketidak-fleksibelan mereka, tuga kerja yang monoton, tingginya investasi tetap dalam peralatan khusu, dan tingginya ketergantungan dalam seluruh operasi. Kerusakan pada satu mesin atau pada satu stasiun kerja dapat menghentikan seluruh lini. Tata ruang seperti ini juga meminta pemiliknya untuk memperbanyak jumlah peralatan dalam fasilitas produksi, yang dapat menyebabkan keterbatasan biaya bagi suatu perusahaan kecil.









Tata Ruang Produk

Perakitan                            Pengujian                     Sentuhan Akhir dan Pengemasan

Perakitan                            Pengujian                     Sentuhan Akhir dan Pengemasan

Perakitan                            Pengujian                     Sentuhan Akhir dan Pengemasan

Perakitan                            Pengujian                     Sentuhan Akhir dan Pengemasan
Tata Ruang Proses
Dalam tata ruang ini, suatu produsen mengelompokkan para pekerja dan peralatannya berdasarkan fungsi umum yang mereka lakukan, tanpa merujuk pada suatu produk atau jasa tertentu. Keuntungan dari tata ruang ini adalah fleksibel dalam melakukan kerja yang khusus serta meningkatkan kepuasan kerja dengan cara menawarkan berbagai tugas yang berbeda dan menantang kepada karyawannya. Kerugiannya adalah tingginya biaya penanganan bahan baku, tenaga kerja yang lebih ahli, lebih rendah tingkat produktivitasnya, dan semakin rumitnya pengendalian produksi.





Tata Ruang Proses

Penerimaan             Pembubutan                   Pengelasan                     Alat Pemotong

Drill Presses             Perlakuan Pemanasan              Pengemasan dan pengiriman
Tata Ruang Posisi Tetap
Dalam tata ruang posisi tetap, bahan baku tidak dimasukkan dalam suatu tata ruang produksi melainkan dirakit di satu tempat. Dengan kata lain, pekerja dan peralatanlah yang mendatangi bahan baku tersebut. Bengkel perakitan pesawat terbang dan galangan kapal biasanya menerapkan jenis tata ruang ini.

Galangan kapal/tempat pembuatan kapal

Peralatan yang dibawa ke galangan kapal

Peralatan yang dibawa ke galangan kapal

Pekerja
menuju
galangan kapal
Berikut ini faktor-faktor penting bagi tata ruang manufaktur yang baik:
1.      Pola alur bahan baku yang terencana
2.      Tata ruang  sedapat mungkin berbentuk garis lurus
3.      Selasar yang lurus dan diberi tanda dengan jelas
4.      Alur mundur dilakukan sesedikit mungkin
5.      Operasi yang berkaitan diletakkan berdekatan satu dengan lainnya
6.      Sedikit persediaan barang dalam proses
7.      Mudah disesuaikan apabila kondisi berubah
8.      Jarak penanganan bahan baku yang pendek
9.      Sedikit penanganan sendiri
10.  Tidak ada penanganan kembali bahan baku yang tidak diperlukan
11.  Penanganan minimum antara operasi
12.  Bahan baku dikirim ke karyawan produksi
13.  Bahan baku secara efisien dipindahkan dari daerah kerja
14.  Penanganan bahan baku dilakukan oleh tenaga kerja tak langsung
15.  Penanganan dan penyimpanan bahan baku secara berurutan
16.  Penanganan ruangan dengan baik










BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Seorang wirausahawan dituntut harus menjadi orang yang jeli di dalam melihat peluang yang ada di sekitarnya. Seorang wirausahawan bukan saja hanya mengandalkan ide, keberanian, dan tindakan melainkan juga pemikiran yang mendalam dan terstruktur secara rapi. Komunikasi pemasaran terpadu yang baik, penetapan harga yang sesuai dengan tujuan perusahaan serta citra yang akan dibuat, penetapan lokasi perusahaan yang dipikirkan secara matang, serta tata ruang yang efisien dan efektif dalam mempermudah kegiatan bisnis.
3.2 Saran
            Saran-saran di bawah ini dapat membantu seorang wirausahawan di dalam memudahkan dirinya merintis usaha bisnisnya:
·         Pastikan visi misi yang akan dituju untuk memperkuat citra diri dan perusahaan yang baik dan terkenang di hati konsumen, dengan begitu akan mudah bagi wirausahawan di dalam menetapkan harga produk/jasanya.
·         Komunikasi pemasaran terpadu dapat dipikirkan secara bersama secara kelompok dengan metode tanya jawab atau kuisioner kepada sejumlah golongan konsumen tertentu untuk memudahkan di dalam pemasaran produk/jasa
·         Pemilihan lokasi yang tepat tidak harus selalu berada di pusat kota, kembalikan pemikiran kepada jenis usaha, bentuk produk, dan pada faktor apakah produk/jasa yang diberikan oleh wirausahawan tersebut lebih diunggulkan. Apakah dari bahan baku, pasar, atau tenaga kerja. Hal ini pasti akan memberikan efek positif yang besar apabila dipikirkan secara matang dan visioner tanpa harus memaksakan mendirikan perusahaan di pusat kota.
·        Tata ruang yang baik akan meningkatkan motivasi karyawan dan akan mempermudah setiap fase dari pengerjaan kegiatan wirausaha.
DAFTAR PUSTAKA


Zimmerer, Thomas W. dan Scarborough, Norman M. 2002. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Jakarta: PT Prenhallindo

0 Response to "Makalah Komunikasi Pemasaran Terpadu"

Posting Komentar

Termimakasih buat partisipasinya ya :)