Rasa Percaya Diri, Perlu dibangun sejak Dini
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita banyak menemukan orang-orang yang sedang dilanda
dengan kemalasan, kurang percaya diri, dan sikap menghindari sebuah masalah.
Jangankan orang lain, di dalam diri kita sendiri rasa percaya diri itu masih
sangat tipis karena banyak yang mempengaruhinya.
Secara
umum, rasa percaya diri merupakan sebuah perasaan yang optimis akan sesuatu hal
tanpa takut terhadap sesuatu apapun dan berani menanggung resiko baik yang
sudah diketahui maupun resiko yang belum diketahui oleh seseorang. Banyak orang
yang tidak mengerti seberapa besar pengaruh percaya diri dalam kehidupan
seseorang hingga efek yang ditimbulkannya.
Rasa
percaya diri memiliki hubungan yang erat dengan rasa keingintahuan yang tinggi.
Rasa keingintahuan yang dimaksud adalah sejauh mana tingkat rasa penasaran
seseorang terhadap suatu hal yang dilakukan melalui perencanaan, tindakan, dan
efek yang didapatkan dari hal tersebut. Contoh kecil yang bisa kita lihat
adalah seorang bayi yang sedang melihat sesuatu, misalkan bayi tersebut melihat
sebuah handphone (hp). HP tersebut kelihataannya mengeluarkan sebuah bunyi
atau music serta memperlihatkan sebuah
gambar yang berwarna-warni yang sangat menarik perhatian sang anak. Bayi
tersebut akan berusaha mencari tahu dari mana bunyi tersebut berasal dengan
memencet semua tombol yang ada. Jika tombol yang dipencet menghasilkan sebuah
efek misalnya berupa berhenti/berputarnya musik, maka bayi tersebut akan
mengulangi kembali memencet tombol tersebut. Hal tersebut menjadi sebuah
kebiasaan dan menjadi sebuah pengetahuan bagi seorang bayi tentang cara
memainkan music di HP.
Menurut anda, bagaimana hal
tersebut bisa terjadi? adakah hubungannya dengan rasa optimis meski hanya
membunyikan musik dalam sebuah HP? Jelas jawabannya ada. Rasa optimis dalam
ukuran seorang bayi adalah rasa keingintahuan yang sangat kuat dan tidak ingin
seorang pun bisa menghalangi keinginannya. Jikapun ada yang menghalanginya,
bayi tersebut pasti akan berusaha untuk menggapainya sekuat mungkin, hingga
jalan terakhir yaitu “menangis”. Itulah gambaran sebuah optimisme manusia yang
telah diberikan oleh Tuhan kepada kita sejak baru lahir (bayi).
Bagaimana dengan anda? Apakah anda
termasuk orang yang optimis? Kita mengetahui bahwa orang-orang besar
(orang-orang sukses) merupakan orang-orang yang selalu optimis. Kita bisa
melihat Presiden Joko Widodo yang dikenal dengan kelemahlembutannya namun
dibaliknya tersimpan rasa optimis dalam menjalankan aturan, hukum, dan demokrasi
yang Pancasilais. Barack Obama dengan komunikasinya yang selalu mengesankan
sebuah ketegasan dan keoptimisan sehingga membuat semua orang bersimpati
kepadanya, Cristiano Ronaldo yang dulunya berbadan kurus dan keliihatan biasa saja untuk pesepakbola
ketika masih bermain di Sporting Lisbon, tetapi sekarang Ronaldo menjadi salah
satu pesepakbola terbaik dunia ditambah dengan bentuk tubuhnya yang macho (six
pack). Contoh diatas adalah bagian kecil dari hasil rasa optimis. Mereka tidak
akan ada seperti sekarang tanpa rasa optimis.
Rasa optimis sebaiknya ditanamkan
sejak masih kecil, sama seperti bayi tadi. Rasa optimis bisa diberikan dimana
saja, dipelajari dimana saja, kapan
saja, serta dibangun dalam bentuk motivasi yang lebih tepat agar memiliki
pikiran yang positif dan terhindar dari rasa “minder”. Optimis itu ada ketika
motivasi dan kedisiplinan yang teratur bisa dilakukan secara periodik dan disiplin.
Disiplin menjadi kunci utama dalam membangun rasa percaya diri untuk
membiasakan komitmen yang telah anda bangun.
Suatu komitmen yang telah anda
bangun sangat tidak berguna jika tidak ada pelaksanaan yang menjadi penentu
sejauh mana anda bisa melaksanakan komitmen tersebut. Pelaksanaan adalah awal
dari pengetahuan kita tentang bisa atau tidaknya kita melakukan suatu komitmen
yang telah kita bangun. Jika tidak melakukannya, meski menghasilkan sebuah
kegagalan, itu berarti sudah ada jawaban yang pasti bagi anda tetang hal
tersebut, dari pada anda sama sekali tidak mencoba hasilnya tidak akan anda
ketahui sama sekali (berhasil atau tidak). Teteapi, cobalah berpikir positif,
bagaimana jika saya berhasil? Bagaimana jika saya bisa? Mengapa orang lain
bisa? Tentu saya juga bisa.
Pikiran serta tindakan yang telah
dijelaskan diatas merupakan hal yang sangat menyatu bagi keberlangsung sebuah
rasa optimis. Ingat ada pepatah yang mengatakan “ anda adalah apa yang anda
pikirkan”. Jika anda memikirkan anda bisa, maka tindakan anda akan membawa anda
ke arah kesuksesan dari sebuah komitmen yang telah anda bangun tersebut, namun
sebaliknya, jika anda mengatakan tidak, maka pikiran anda juga akan membawa
raga anda dalam melakukan tindakan agar mendekati rasa pesimis, sehingga anda
benar-benar tidak melakukannya, atau jikapun anda melakukannya hanya dilakukan
dengan cara yang setengah-setengah.
Dengan demikian, ada beberapa hal
yang patut kita simak dari bahasan diatas dalam mencapai sebuah hasil dari optimisme
yaitu:
1.
Tentukan komiten anda sekarang baik yang
jangka panjang dan jangka pendek
2. Tuliskan
komiten tersebut dalam catatan anda yang bisa anda buka setiap hari
3. Jauhkan
kata “jangan, tidak, maaf” untuk hal yang positif.
4. Sering-seringlah
membaca tentang kisah orang sukses.
5. Bangunlah
lebih cepat, karena orang yang memiliki waktu yang lebih banyak akan lebih
cepat sukses (prinsip wirausahawan)
6. Bangun
relasi anda semaksimal mungkin
7. Sering-seringlah
beribadah dari yang sebelumnya agar menjauhkan anda dari pikiran yang negative,
karena hal-hal yang negative biasanya sangat susah untuk ditolak
8. Ingatlah
orang tua anda, mereka telah berpeluh kesah untuk mencari uang buat biaya hidup
anda mulai dari kecil, anda harus berniat untuk membalasnya semaksimal mungkin.
9. Lampauilah
batas dari target anda, jangan menyamai target anda.
Semoga
pembahasan diatas bermanfaat bagi anda, terutama bagi anda generasi muda
penerus bangsa. Rasa optimis perlu dibangun agar anda tidak tenggelam dalam
persaingan yang semakin pesat dan sengit ini. saya yakin anda bisa juga menjadi
sukses, lebih dari apa yang anda impikan, karena anda semua adalah Makluk Tuhan
yang paling sempurna. Terimakasih.
Penulis
: Jhon Miduk Sitorus.
0 Response to "Rasa Percaya Diri, Perlu dibangun sejak Dini"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)