Dilema Infrastruktur Transportasi Indonesia
Pembangunan Infrastruktur Transportasi Indonesia masih menganut Jawa Sentris (detik) |
Pertumbuhan
perekonomian Indonesia saat ini masih menimbulkan masalah yang menganga beserta
akar permasalahan yang mendalam, yaitu masalah infrastruktur transportasi
Indonesia. Indonesia
saat ini menganut pola pertumbuhan di pulau Jawa (Jawa Sentris) dan kemudian melakukan
distribusi selanjutnya ke daerah diluar pulau Jawa, hal ini jelas diakibatkan
oleh kurangnya pemerataan Infrastruktur yang memadai hingga di seluruh pelosok
negeri.
Infrastruktur
yang kurang memadai tidak hanya berpengaruh pada buruknya sistem transportasi
itu sendiri, tetapi berpengaruh negatif pada pengiriman bahan baku, produk
lokal, dan hasil produksi sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi dalam skala
nasional. Gambaran infrastruktur terutama diwilayah luar pulau Jawa menyebabkan
harga barang melonjak tajam. Kita bisa melihat kesenjangan harga yang sangat
tinggi antara pulau jawa dengan pulau Papua untuk satu barang pokok yang sama.
Ketertinggalan
infrastruktur diluar pulau Jawa mengakibatkan para investor lebih memilih untuk
menanamkan sahamnya dan berinvestasi di pulau Jawa karena infrastruktur
transportasi dipulau Jawa lebih memadai untuk kelancaran investasi mereka.
Kondisi ini semakin menumbulkan kesenjangan ekonomi yang menganga antara daerah
pulau Jawa dengan luar pulau Jawa.
Ketua
umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Suryo Bambang Sulistyo,
mengungkapkan bahwa kegiatan produksi Indonesia masih berpusat di pulau Jawa,
sedangkan sumber daya alam dan energi Indonesia sebagian besar berasal dari
Pulau Jawa. Kondisi ini mengakibatkan kebutuhan transportasi bahan baku dan
bahan energi ke pulau Jawa, serta biaya transportasi bahan jadi ke luar pulau
Jawa selalu tinggi.
Pemerintah
harus melakukan redistribusi lokal sebab kondisi sumber daya alam yang melimpah
di luar pulau Jawa. Redistribusi lokal yang dimaksud adalah pembangunan
pengolahan bahan baku di daerah itu sendiri tanpa harus mengirimkan bahan baku
tersebut ke pulau Jawa lagi sehingga akan menghemat biaya, dan otomatis
pertumbuhan infrastruktur akan semakin mereka.
Pembangunan
pabrik pengolah bahan baku di daerah-daerah akan dikuti oleh pembangunan
infrastruktur sehingga akan menimbulkan transportasi yang merata dan persebaran
pertumbuhan ekonomi yang sehat. Contoh utama dari redistribusi lokal adalah
pembangunan pabrik semen di seluruh wilayah yang memiliki bahan baku semen.
Pembangunan
yang merata yang diikuti pengembangan infrastruktur transportasi yang merata
akan menyebabkan konektivitas antar daerah bisa terhubung dengan lancar. Konektivitas
yang lancar akan mampu membangun pemerataan perekonomian antar daerah sehingga
kita tidak lagi menemukan kesenjangan harga yang sangat luar biasa antara pulau
Jawa dengan Papua.
Presiden
Joko Widodo dalam rencananya akan menghubungkan seluruh pulau besar Indonesia
dengan membangun tol laut, jalur kereta api di papua, Sulawesi dan Kalimantan,
pembangunan tol trans Sumatera, pembangunan bandara udara yang baru serta
pembangunan jalan raya di wilayah tertinggal.
Akhir-akhir
ini kita telah mulai melihat hasil dari rencana tersebut dengan diresmikannya
penggunaan Tol Cikopo-Palimanan (Cikapali) sepanjang 116 Km. Begitu juga dengan
pembangunan tol trans Sumatera yang sudah berjalan, serta pembangunan tol laut
yang sedang berjalan. Rencana strategis ini harus segera dirampungkan untuk
mewujudkan ekonomi Indonesia yang berdaulat.
Oleh
: Jhon Miduk Sitorus
0 Response to "Dilema Infrastruktur Transportasi Indonesia"
Posting Komentar
Termimakasih buat partisipasinya ya :)