fakta dibalik rivalitas Foke-Nara dengan Jokowi-Ahok


FAKTA DAN NILAI PENTING  DIBALIK RIVALITAS JOKOWI-AHOK DENGAN FOKE-NARA

            Usai sudah perjuangan Joko Widodo dan Basuki Thahaja Purnama atau lebih sering dipanggil “Ahok” menjadi calon gubernur DKI Jakarta setelah terbukti menjadi pemenang lewat acara cuick count pada Pilkada DKI Jakarta yang dilangsungkan pada hari kamis 20 September 2012 di seluruh TPS DKI Jakarta.Menurut data statistik,Jokowi-Ahok unggul perolehan suara sebanyak lebih dari 53% suara sah dan selebihnya adalah memilih pasangan Foke-Nara.
            Sebuah perjuangan yang berat tentunya bagi kedua pasangan calon Gubernur Jokowi-Ahok untuk bersaing dalam dunia perpolitikan apalagi di daerah DKI Jakarta yang merupakan kota Metropolitan dan pusat Negara Republik Indonesia yang kita cintai ini.Dimana pasangan tersebut banyak dituduhkan dengan isu-isu yang tidak sedap bahkan sangat memilaukan hati bagi siapa saja yang berada dipihak Jokowi-Ahok.Mulai dari isu Jokowi pernah melakukan pelanggaran hukum berupa korupsi oleh FPI,hingga isu yang paling menegangkan yaitu isu SARA yang sempat menjadi perbincangan hangat di Indonesia dalam beberapa pekan terakhir.
            Namun,Rakyatlah yang menjadi kunci dari kesuksesan kedua calon pasangan tersebut.Rakyatlah yang tahu akan apa yang lebih mereka butuhkan saat ini.Rakyat lebih mementingkan pemimpin yang sederhana tetapi berwibawa dan punya karismatik.Pasangan Jokowi-Ahok memang pantas diancungi dengan jempol,pasalnya mereka adalah calon yang merupakan bukan penduduk asli DKI Jakarta.Joko Widodo yang merupakan walikota di kota Solo dan Ahok yang merupakan bupati di daerah Kalimantan,mereka berdua sama-sama belum mempunyai pengalaman dalam penanganan masalah di Jakarta terutama dalam percaturan politik.Tetapi,mereka datang dengan visi dan misi  yang tegas dan menjanjikan bagi kota Jakarta,meski berasal dari latar belakang yang berbeda,namun perbedaan tersebut tidak membuat pasangan Jokowi-Ahok patah semangat dalam upaya perebutan Gubernur di DKI Jakarta.
            Hasil Pemilukada sebenarnya sudah terlihat bahkan sebelum putaran pertama diselenggarakan oleh KPU DKI Jakarta,dimana Jokowi-Ahok diprediksi akan memenangkan Pilkada kali ini.Hasilnya memang benar tidak jauh dari prediksi semula,Jokowi sukses mendominasi dengan 43% suara,sementara pasangan Foke-Nara hanya menguasai ±31% suara.Hasil tersebut belumlah suara mutlak,karena belum memenuhi syarat suara sah yaitu 50% + 1 suara.
            Menuju putaran kedua,berbagai macam cara dilakukan oleh kedua pasangan calon Gubernur ini untuk memberi sugesti kepada masyarakat DKI Jakarta.Bahkan tindakan yang paling keji pun dilakukan oleh salah satu pihak calon Gubernur yaitu dengan menggunakan SARA sebagai alat untuk mendapat simpati dari masyarakat Jakarta.Yang pertama adalah pihak Foke-Nara yang mengatakan serta menyerukan pada umat Muslim di Jakarta secara terang-terangan agar jangan memilih Jokowi – Ahok karena alasan perbedaan agama dari rival yaitu Ahok  yang beragama Kristen Katolik.Foke-Nara memperalat FPI sebagai penyalur dan mengkampanyekan isu SARA ini kepada masyrakat dan juga pihak yang merupakan pendukung Foke-Nara seperti Rhoma Irama dengan ceramahnya diMasjid yang bahkan menuduh orang tua dari Joko Widodo bukan Muslim dan Ahok yang dituduh sebagai orang kafir.Yang kedua adalah juga merupakan isu SARA yaitu ras,dimana calon wakil gubernur pasangan Jokowi,Ahok merupakan keturunan dari Thionghoa,meskipun merupakan sudah  merupakan warga negara Indonesia,tetapi SARA menjadi senjata ampuh pasangan Foke-Nara untuk mensugesti masyarakat Jakarta secara tidak langsung.
            Berbeda dengan pasangan Foke-Nara,pasangan Jokowi-Ahok lebih menggunakan jalan diplomasi dan berkoalisi dengan rakyat.Pasangan ini terlihat bagai kambing  hitam dalam sebuah kompetisi antar tim,maklum pasangan ini adalah pasangan pendatang baru  di DKI Jakarta.Mereka mengambil simpati rakyat tanpa memojokkan pihak lawan,tanpa memanfaatkan kelemahan pihak lawan.Tetapi Jokowi-Ahok menggunakan jalan sendiri dengan melakukan pendekatan secara langsung kepada rakyat kecil.Mereka merangkul segala masyarakat mulai dari yang  terkecil hingga yang terbesar dengan empati yang merekan lakukan bukan hanya dengan simpati  yang selama ini sudah merupakan kamus basi bagi masyarakat Jakarta terutama golongan menengah kebawah.
            Terpukul atau tidak,ternyata isu SARA yang digunakan Foke-Nara lama-lama menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.Rakyat ternyata lebih tahu pemimpin seperti apa yang rakyat butuhkan,rakyat lebih pintar tentang siapa calon pemimpin yang akan mereka pilih nantinya untuk membimbing DKI Jakarta kedepannya.Rakyat tidak melihat latar belakang dari pemimpin tersebut,apa agama calon tersebut,dari suku mana?,itu bukanlah parameter pemimpin Jakarta yang berbobot bagi DKI Jakarta.Rakyat lebih melihat Visi dan Misi yang diusung oleh calon pilihannya.....bukan agama atau berasal dari suku mana.
            Tidak lama putaran kedua diselenggarakan haari Kamis,20 September 2012,melalui sistem quick count,Jokowi-Ahok sekali lagi menang telak atas pasangan Foke-Nara dengan perbandingan suara  ± 53% : ± 47%.Dari hasil tersebut,sudah dipastikan bahwa pasangan Jokowi-Ahok yang berhak untuk menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta untuk 5 Tahun mendatang.
            Kesabaran dan kerja keras akhirnya berbuah manis bagi Jokowi-Ahok.Mereka membuktikan bahwa berkoalisi dengan rakyat lebih utama dari pada berkoalisi dengan Partai Politik.Visi dan Misi yang jelas dan lebih sugestif  ditambah dengan sosok yang sederhana yang pantas sebagai contoh bagi para pemimpin lainnya ini hingga pemimpin rakyat pun nantinya.Ketika pihak mayoritas sedang berusaha melukai dengan sekuat-kuatnya,pihak minoritas berusaha menjadi penenang bagi kaum mayoritas dengan kesederhanaan,karena di kederhanaan kita,tersimpan sebuah wibawa yang luar biasa bagi diri kita sendiri dan orang lain.

                                                                                    Minggu, 23 September 2012,22:46
                                                                                    Post By: Jhon Miduk Sitorus.
Comments
2 Comments

Post Comment

2 Responses to "fakta dibalik rivalitas Foke-Nara dengan Jokowi-Ahok"

  1. Bagus :)
    Aku mengidolakan cara kepemimpinan Jokowi yang merakyat. Solo juga sangat nyaman dengan penataan dari semua bidang yang menguntungkan rakyat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. gue juga ..... mudah-mudahan Jakarta ini nanti bisa menjadi Kota yang sesuai dengan visi dan misi Jokowi.... ok???

      Hapus

Termimakasih buat partisipasinya ya :)