Sejarah Venezuela

BAB II
PEMBAHASAN
Penjajahan Venezuela oleh bangsa Spanyol berjalan lambat dan sulit. Pada tahun 1528, Charles V raja Sapnyol dan kaisat Romawi Suci, melimpahkan hak menempati dan mengembangkan Venezuela kepada perusahaan Bank Welser Jerman. Tetapi tindakan itu menimbulkan permusuhan rakyat sehingga pada tahun 1556 raja Spanyol membatalkan konsensi Welser. Pengendalian Venezuela kembali ketangan Spanyol (mengkolonisasi Venezuela), dibangunlah Caracas pada 1567 dan menjadi ibukota pada 1577.
            Selama masa penjajahann Venezuela diperintah perwakilan kerajaan Sapnyol. Para birokrat kerajaan memegang pucuk pemerintahan, para pastur Spanyol memegang  jabatan  geraja tertinggi. Golongan Criollos, memiliki lahannya dan mengendalliklan politik dan agama dalam tingkat lokal. Golongan mmestizo ditempatkan pada posisi yang lebih rendah. Suku Indian hidup dipedalaman terpisah dari sisi kehidupan sosial dan budaya Eropa. Golongan Negro sebagai budak diperkebunanan pantai Caribia. Karena rasa tidak puas baik dari golongan Kreol yang paling kaya maupun yang amat  miskin terjadilah gerakan kemerdekaan. Keinginan untuk memerintah makin kuat setelah revolusi di Amerika Serikat 1776, Prancis 1789 berhasil. Masa akhir penjajahan akhirnya tiba April 1810. Dengan jatuhnya Spanyol ketangan Napoleon Bonaparte. Kreol Venezuela menyingkirkan gubernur Spanyol di Caracas dari jabatannya dan
memebentuk dewan pengambil alih pemerintahan.
            Kemerdekaan Venezuela di Proklamirkan 5 Juli 1811 dengan negara yang berbentuk suatu konfederasi. Pernyataan itu meledakkan satu perang darsawarsa antara patriot Kreol melawan kerajaan dan berakhir dengan kemenangan yang menentukan bagi patriot di Carabobo 24 Juni 1821. Venezuela pun melepaskan rantai kolonialisme yang mengikatnya atas Spanyol.
            Dua tokoh perlawanan Venezuela adalah putra Caracas, Simon Bolivar (negarawan prajurit besar Amerika Selatan) dan Francisco de Miranda (nenek moyang gerakan kemerdekaan). Dari Republik Venezuela, Granada Baru, Ekuador, dan yang sekarang menjadi Republik Panama yang menempa Republik Columbia Raya. Namun, semua negara ini tidak sependapat dan pada 1830 Venezuela menerik diri dan berdiri sendiri menjadi Republik yang merdeka.
            Simon Bolivar adalah presiden pertama Bolivia setelah merdeka dari Spanyol pada 1824. Tokoh ini yang mengilhami gerakan revolusioner dibawah Hugo Chavez dalam menjalankan gerakan dan pemerintahannya.
            Dari tahun 1830 hingga akhir abad 19, Venezuela mengalami krisis besar yang berturut-turut. Tahun-tahun kemerdekaannya dikacaukan oleh berbagai perang saudaraa berdarah, diktator kejam pemeran kekuasaan golongan (Capriano Castro 1899-1908 dan Gomez 1908-1935), dan ketidak acuhan terhadap azas politik serta partai politik. namun Venezuela berhasil menegakkan organisasi politik. Ketika Romullo Galegos menjadi presiden 1948 tijadilah pemerintahan yang demokratis. Tetapi sebulan kemudian didesak pergi oleh dewan militer. Militer memegang kekuasaan sampai 1952. 1952 Perez Jimenez mengepalai suatu pemerintahan dan dia korup digulingkan pada 1958. Bertikutnya Romullos Betancourt membuat Venezuela menjadi pemerintahan demokratis yang jujur. Ia adalah presiden rakyat pilihan pertama yang menyelesaikan jabatannya. Penggantinya Raul Leoni dipilih 1963. Sejak saat itu Venezuela mempunyai pergantian pemerintahan secara teratur dan demokratis sampai 1984 ketika Jaime Lusincu dilantik sebagai Presiden.
Revolusi Bolivarian
Revolusi ini dalah sebuah bentuk klimaks dari proses evolusi serangkaian peristiwa perfolakan yang terjadi. Proses panjang revolusi melalui tahapan-tahapan keberanian sikap tegas tindakan strategis dan taaktik dalam menghacurkan tembok tirani kekuasaan yang kokoh.
Pola historisitas tersebut juga dialami oleh Venezuela. Setelah mengalami  fase perang saudara yang panjang, proses penggulingan pemerintahan melalui  kudeta-kudeta hingga kepemimpinan yang  berkiblat pada Neo-liberalisme.  Menjalankan “resep-resep” busuk Neoliberalisme yang mengakibatkan hancurnya  stabilisasi perekonomian di negara tersebut. Pengeksploitasian dan penghisapan  yang dilakukan oleh Kapitalisme yang dimotori oleh Amerika Serikat yang sangat berlebihan menyebabkan rakyat semakin tertindas.
Pasar bebas yang terbentuk di Amerika Latin secara sangat baik sebagai reaksi terhadap keberhasilan reformasi sosial dan dibangun diatas landasan intervensi politik  dengan kekerasan. Washington bersama-sama dengan militer Amerika Latin  menggulingkan pemerintah-pemerintah yang dipilih secara demokratis, Chile, Argentina, Brasil dan Uruguay. Diktator-diktator baru yang didukung lembaga-lembaga keuangan internasional, kemudian membongkar rintangan-rintangan sosial dan proteksionis, mendenasionalisasikan sektor-sektor industri dan perbankan, serta memprivatisasi sektor-sektor publik.
Upaya penggulingan dan kudeta terhadap pemerintahan demokratis Chavez juga pernah dilakukan pada bulan April 2002. Militer yang dipimpin oleh Panglima Angkatan Darat Jenderal Efrain Vasquez dan Kepala Kamar Dagang Industri Venezuela Pedrio Carmona  Estranga menuntut Chavez mundur, menangkap dan membawanya ke markas Angakatan Darat di Fort Tiuna lalu dipindahkan ke suatu pulau  di lepas pantai Venezuela. Membubarkan parlemen, mahkamah agung , komisi pemilihan umum, serta semua pemerintah negara dan provinsi. Keterlibatan Washington sangat jelas terlihat ketika ada klaim bahwa dua orang perwira angkatan laut AS terlihta bersama-sama para pemimpin kudeta di Fort Tiuna pada malam tanggal 11-12  April. Disertai dengan keterlibatan Media Asing seperti Associated Press, kantor berita yang memasok 90% berita tentang Venezuela, ternyata berpihak tanpa syarat pada kelas borjuasi yang sedang berjuang untuk menggulingkan Chavez. Pada Agustus 2006, Washington juga mengucurkan dana puluhan juta dolar AS kepada pihak oposisi dengan tujuan mewujudkan “program pro-demokrasi’. Dana ini disalurkan melalui Lembaga United States Agency for International Development (USAID). Sekitar 26 juta dolar AS mengalir ke berbagai kelompok dalam negeri yang memusuhi Chavez. Sehingga sangat meyakinkan bahwa semua dana yang disalurkan Washington tidak lebih dari upaya penggantian pemerintahan Chavez, dan tak ada keraguan, pemerintah AS menjadikan misi kemanusiaan yang terhormat sekedar topeng belaka bagi niat jahatnya.
Gerakan revolusioner Venezuela dipicu oleh kebijakan rezim Neo-liberal Presiden Carlos Andres Perez pada  tahun 1989 yang menjalin kerjasama dengan International Monetary Fund (IMF). Kerjasama itu dilakukan dengan dalih memajukan perekonomian Venezuela yang tidak stabil akibat korupsi dan birokratisasi. Sejak itu reformasi ekonomi neoliberal mulai dijalankan. Semua sektor-sektor perekonomian yang tadinya dikendalikan oleh negara mulai diserahkan kepada swasta. Instabilitas dalam negeri semakin melonjak di segala bidang. Harga-harga naik tak terkendali,  sistem kerja kontrak mulai diterapkan, perusahaan-perusahaan asing dibebaskan untuk membawa 100% keuntungan mereka ke negara asalnya, pengangguran mencapai 14%, inflasi mencapai 80,7%, dan lebih dari 80% massa rakyat Venezuela hidup dalam kemiskinan.
 Rakyat yang semakin sadar dengan kondisi ketertindasan mereka, meluapkan amarah, menjadi sebuah energi besar yang meledak dalam bentuk kerusuhan terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah Venezuela. Pemantik kerusuhan tersebut adalah kebijakan pemerintah Carlos Andres Perez yang menaikkan tarif bus 30% dan harga BBM sebesar 100%. Peristiwa ini dikenal dengan Kerusuhan Caracazo (El Caracazo). Ini adalah bab gelap dalam sejarah Venezuela dan menjadi cikal bakal dari Revolusi Bolivarian.
Peristiwa Caracazo ternyata membawa dampak terhadap kesatuan di dalam angkatan bersenjata. Sekelompok perwira junior berpangkat kapten membentuk Pergerakan revolusioner Bolivarian 200 (MDR-200). Gerakan MBR-200 dimulai dalam bentuk kelompok diskusi, serta pengorganisiran tentara-tentara generasi yang baru lahir yang kebanyakan berasal dari kaum tani dan kelas pekerja miskin. Kudetapun dilakukan oleh Chavez dan kawan-kawan pada tanggal 4 Februari 1992. Namun, pemberontakan tersebut masih bisa digagalkan dan Chavez pun menyerah dengan syarat mendapat kesempatan berpidato di depan televisi nasional. Dengan baret merah, Chavez menyatakan tanggungjawabnya atas kudeta tersebut, sebelum dipenjara selama dua tahun. Saat Chavez dipenjara gerakan rakyat menolak neoliberalisme  semakin menguat. Meski, berada dalam penjara, Chavez tetap membangun kontak dengan kalangan pergerakan.
Sejak dibebaskan dari tahanan, Chavez bersama MBR-200 mulai bergerak ke pelosok-pelosok negeri untuk  menghimpun kekuatan rakyat dengan membentuk komite-komite Bolivarian dan menyerukan pembentukan Majelis Konstituante. Bersama gerakannya, Chavez melakukan program-program yang tersusun secara sistematis untuk mengetahui harapan dan keinginan rakyat, serta melakukan kerja-kerja nyata untuk mengubah kondisi massa rakyat. Pada pemilu tahun 1998, Chavez berhasil memenangkan pemilihan presiden dengan perolehan suara sebesar 59 %. Sedangkan dua partai kanan lainnya hanya kebagian 9% suara setelah selama 40 tahun meraih sekitar 90% suara saat menghadapi Partai Republik Kelima Chavez.
Gerakan Kiri Baru
Sejak tahun 1930-an sampai pertengahan 1970-an, imperialisme Amerika Serikat di Amerika Latin senantiasa ditantang oleh rezim-rezim gerakan-gerakan nasionalis, populis, dan sosialis demokratik. Secara umum, tantangan-tantangan ini bersifat reformis daripada revolusioner, dimana mereka mempertanyakan elemen-elemen proyek imperialis, dan bukannya sistem secara keseluruhan.Perubahan ke arah “kiri” yang banyak dianut di Amerika Latin sering
disebut sebagai  radically democracitizing democracy (mendemokratiskan demokrasi), mereka membangun kekuatan politik dan merebut kekuasaan politik melalui politik electoral. Oleh karena itu, mereka tidak menolak demokrasi, tetapi demokrasi prosedural tidaklah cukup sehingga harus didemokratiskan. Inilah yang disebut dengan demokrasi substansial yang melibatkan masyarakat, dan untuk kepentingan publik ditujukan demokrasi tersebut.
Ada 3 elemen utama dari “kiri” Amerika Latin yang bisa kita  catat, yakni Pertama, Adanya komitmen yang kuat, baik secara ideologis maupun politis, dalam upaya untuk mempromosikan egalitarian. Kedua, adanya keinginan untuk menjadikan “negara” sebagai kekuatan penyeimbang pasar.  Ketiga, penekanan pada partisipasi rakyat (popular participation).
Gerakan revolusi Chavez di Venezuela bukanlah gerakan reformis dari kondisi sebelumnya. Gerakan Revolusi  Bolivarian yang dituangkannya dalam bentuk kebijakan politik dilandaskan pada upaya untuk mengembalikan hak-hak politik, ekonomi, dan kebudayaan pada rakyat. Yang utama adalah bagaimana asset-aset dan sumber daya ekonomi dapat direbut dari tangan pemodal yang digunakan untuk menumpuk keuntungannya sendiri, dan kemudian dikuasai oleh negara untuk membiayai program-program sosial dan public terutama masalah kesehatan, perumahan,pendidikan, dan  pelayanan-pelayanan public lainnya. Melibatkan partisipasi rakyat (popular participation) dalam pembentukan konstitusi, dan mensosialisasikannya secara progressif. Dimana-mana perdebatan tentang konstitusi selalu berlangsung dan membawa buku saku konstitusi di katongnya. Bahkan, pasal-pasal dalam konstitusi di Venezuela dijadikan bungkus kacang, permen, ataupun coklat agar ketika orang membeli coklat, permen ditoko-toko milik negara atau koperasi, mereka membaca pasal yang mengenai hak mereka.Hal ini sangat tepat sekali ketika Chavez mengatakan, “bila kita hendak mengentaskan kemiskinan, kita harus berikan kekuasaan, pengetahuan, kredit, teknologi, dan organisasi pada si miskin”.
Revolusi Bolivarian Chavez adalah sebuah bentuk gerakan “kiri” populis progressif yang sangat menentang segala bentuk imperialism dan globalisasi kapitalisme yang dimotori oleh Neoliberalisme-nya Washington. Revolusi yang dilakukan secara radikal, mampu mengubah tatanan dunia lama yang penuh dengan intrik kekuasaan, ototritarianisme, dan  perampasan hak-hak politik dan ekonomi Rakyat Venezuela, menjadi tatanan dunia baru yang demokratis substansial dan penuh dengan surga kesejahteraan bagi rakyat Venezuela.
Begitu kuatnya hegemoni Amerika Serikat dan negara imperialismenya di Amerika Latin, sehingga hampir semua  negara di benua tersebut melakukan agenda dan program-program kapitalisme semenjak bebas dari kolonialisme abad 19 hingga penghujung akhir abad 20 dengan  “resep” Globalisasi Neoliberalnya. Venezuela sebagai Taman “Eden” adalah negara yang dipenuhi dengan berbagai aneka konflik tersebut. 
Di Venezuela bisa diuraikan bahwa konfigurasi kekuatan imperialisme juga menyentuh akar fundamental dari sumber perekonomian rakyat Venezuela yaitu Minyak. Minyak adalah faktor tunggal terpenting yang menjelaskan penciptaan kondisi-kondisi struktural bagi kehancuran otoriterisme militer dan keberlangsungan suatu sistem yang  demokratis. Perusahan-perusahaan mulitinasional dan Transnasional (MNC/TNC) berupaya menghimpun dirinya agar tetap bisa bersama-sama menghimpun dirinya dalam bentuk menguasai dan menentukan harga minyak. Sekitar 5.000.000 orang diperkerjakan dalam industri minyak. Selain itu, Venezuela juga merupakan negara produsen utama biji besi, emas, dan intan. Persediaan biji besi terbaik ditemukan dekat Sungai Orinoco dan Caroni bahkan termasuk terbesar di dunia. 
Hampir semua pengamat mengatakan bahwa minyak adalah dasar bagi bentuk-bentuk hubungan sosial politik dalam masyarakat Venezuela. Dapat dikatakan, suatu integrasi melalui minyak-minyak ke dalam pasar internasional menciptakan kondisi-kondisi struktural yang dibutuhkan bagi suatu sistem partai. Masalahnya, komoditi-komoditi ekspor yang berbeda, bila ditempatkan dalam suatu konteks historis, membentuk kecendrungan munculnya tipe-tipe rezim yang beragam. 

Meskipun minyak menumbuhkan transformasi luas yang menciptakan kondisi-kondisi yang diperlukan bagi suatu hasil demokratis di Venezuela, perubahan-perubahan struktural tersebut bukanlah penjelasan yang cukup terhadap berjalannya konstruksi dan konsolidasi dari suatu rezim kompetitif. Selain menandai keberhasilan ekonomi Venezuela, minyak tersebut juga telah menyebabkan terjadinya pertentangan-pertentangan dari kalangan rakyat ketika para konglomerat swasta menguasai perusahaan minyak untuk kepentingan sendiri. Kondisi jelas menyediakan basis bagi ketidakpuasan rakyat yang kemudian memunculkan gerakan revolusioner di negara Venezuela.

0 Response to "Sejarah Venezuela"

Posting Komentar

Termimakasih buat partisipasinya ya :)